SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BI DANG KEAHLI AN TEKNI K ELEKTRONI KA PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K AUDI O VI DI O
MENGUASAI PENGGUNAAN
ALAT/ PERLENGKAPAN KESELAMATAN
KERJA
KODE MODULM.ELKA- MR.UM.008.A
Milik Negara
DI REKTORAT PEMBI NAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI REKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDI DI KAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDI DI KAN NASI ONAL 2005
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BI DANG KEAHLI AN TEKNI K ELEKTRONI KA PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K AUDI O VI DI O
MENGUASAI PENGGUNAAN
ALAT/ PERLENGKAPAN KESELAMATAN
KERJA
Tim Penyusun:
1. Dadang Sofian, S.Pd 2. Drs. Edi Marwanda
Fasilitator: Toni Karja Saputra, S.Pd
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan KODE MODUL
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun bahan ajar modul interaktif dan
modul manual. Adapun
modul manual terdiri atas bidang-bidang dan
program-program keahlian kejuruan yang berkembang di dunia kerja baik instansi maupun
perusahaan. Tahun Anggaran 2005 telah dibuat sebanyak 300 modul manual
terdiri atas 9 (sembilan) bidang keahlian dan 32 (tiga puluh dua) program keahlian
yaitu:
Bisnis dan Manajemen (Administrasi Perkantoran dan Akuntansi),
Pertanian (Agroindustri pangan dan nonpangan, Budidaya Tanaman, Budidaya
Ternak Ruminansia, Pengendalian Mutu),
Seni Rupa dan Kriya (Kriya Kayu,
Kriya Keramik, Kriya Kulit, Kriya Logam Kriya Tekstil),
Tata Busan,
Teknik
Bangunan (Gambar Bangunan, Teknik Konstruksi Baja dan Alumunium, Teknik
Konstruksi Batu Beton, Tekni Industri Kayu),
Teknik Elektronika (Teknik Audio
Vidio, Teknik Elektronika Industri),
Teknik Listrik (Pemanfaatan Energi Listrik,
Teknik Distribusi, Teknik Pembangkit Ketenagalistrik-kan),
Teknik Mesin
(Mekanik Otomotif, Pengecoran Logam, Teknik Bodi Otomotif, Teknik Gambar
Mesin, Teknik Pembentukan, Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri, Teknik
Pemesinan),
Teknologi I nformasi dan Komunikasi (Multimedia, Rekayasa
Perangkat Lunak, Teknik Komputer dan Jaringan), dan program Normatif Bahasa
Indonesia.
Modul ini disusun mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI), Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi
( Competency
Based Training/ CBT). Diharapkan modul-modul ini digunakan sebagai sumber
belajar pokok peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Kejuruan khususnya SMK
dalam mencapai standar kompetensi kerja yang diharapkan dunia kerja.
Penyusunan modul dilakukan oleh para tenaga ahli kejuruan dibidangnya terdiri
unsure dunia usaha dan industri (DU/DI), dan berbagai sumber referensi yang
digunakan baik dari dalam dan luar negri. Modul dilakukan melalui beberapa tahap
pengerjaan termasuk validasi dan uji coba kepada para peserta Diklat/Siswa di
beberapa SMK.
Sesuai perkembangan paradigma yang selalu terjadi, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah beserta para penulis dan unsure terlibat, menerima masukan-masukan
konstruktif dari berbagai pihak khususnya para
praktisi dunia usaha dan
industri, para akademis, dan para psikologis untuk dihasilkannya Sumber Daya
Manusia (SDM) tingkat menengah yang handal. Pada kesempatan baik ini kami
sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak terutama tim penyusun modul, para nara sumber dan fasilitator,
serta para editor atas dedikasi dan pengorbanan waktu, tenaga, dan pemikiran
untuk dihasilkannya modul ini.
Semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya peserta Diklat SMK
atau praktisi yang sedang mengembangkan bahan ajar modul SMK.
Jakarta, Desember 2005
a.n. Direktur
Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan
Dr, Joko Sutrisno, MM
DAFTAR I SI
Kata Pengantar……… i
Daftar isi………. iii
Peta kedudukan modul ………..v
Daftar judul modul……….vi
A. Rencana Belajar Peserta Diklat……… 7
B. Kegiatan belajar………8
Kegitan belajar 1……… 8
a. Tujuan kegiatan pembelajaran………. 8
b. Uraian materi………..8
a.
Tujuan kegiatan pembelajaraan………. 17
b.
Uraian materi……… 24
a.
Tujuan kegiatan pembelajaraan………. 29
b.
Uraian materi……… 29
a.
Tujuan kegiatan pembelajaraan………. 42
b.
Uraian materi……… 42
Lembar penilaian tes prakrik………..58
I V
Penutup
………. 60
DAFTAR JUDUL MODUL
Bidang Keahlian : Teknik Elektronika Program Keahlian : Teknik Audio- Video
No.
Kode
Judul Modul
Wakt
u
1
2
3
4
1.
AVI.UM.01
Fasilitas Peralatan Keselamatan Kerja
2.
AVI.UM.02
Penggunaan Alat/Perlengkapan Keselamatan Kerja
3.AVI.UM.03
Mesin Pemadam Kebakaran
4.
AVI.UM.04
Kejutan Listrik (Electric Shock)
5.
AVI.UM.05
Bahan kimia Polychlorina ted Biphenyls (PCBs)6.
AVI.UM.06
Keselamatan kerja berdasarkan OSHA (OccupationalSafety and Health Administration)
7.
AVI.UM.07
Dasar Listrik
8.
AVI.UM.08
Motor Listrik
9.AVI.UM.09
Generator Listrik
10.AVI.UM.10
Komponen Elektronika
11.
AVI.UM.11
Rangkaian Elektronika Analog I
12.
AVI.UM.12
Rangkaian Elektronika Analog II
13.AVI.UM.13
Elektronika Optik
14.
AVI.UM.14
Alat Ukur Multimeter
15.AVI.UM.15
Alat Ukur Osciloscope
16.
AVI.UM.16
Alat Ukur Insulation Tester
17.
AVI.UM.17
Function Generator
18.AVI.UM.18
Pattern Generator
27.
AVI.UM.27
Amplifier Daya Rendah
28.AVI.UM.28
Amplifier Daya Menengah
29.AVI.UM.29
Sistim Audio
30.
AVI.UM.30
Filter dan Tone Control
31.AVI.UM.31
Equalizer
32.
AVI.UM.32
Sistim Video
No.
Kode
Judul Modul
Wakt
u
1
2
3
4
37.
AVI.A.01
Pengoperasian Peralatan Audio
38.
AVI.A.02
Pengoperasian Peralatan Video
39.AVI.A.03
Setting Respon Akustik Audio
40.
AVI.A.04
Setting Respon Impresive Video
41.
AVI.A.05
Pengoperasian Peralatan Game Komersial
42.
AVI.UM.37
Elektronika Digital I
43.AVI.UM.38
Elektronika Digital II
44.AVI.UM.39
Sistim Mikroprosesor
45.
AVI.UM.40
Pemrograman Mikroprosesor
53.
AVI.UM.48
Teknik Soldering & Desoldering
54.AVI.UM.49
Prosedur Kerja Teknisi
55.
AVI.B.01
Perawatan Peralatan Audio
56.AVI.B.02
Perawatan Peralatan Video
57.
AVI.B.03
Perawatan Peralatan Game Komersial
58.AVI.B.04
Sensor dan Transduser
59.
AVI.C.01
Sistim Pesawat Audio Mobil
60.
AVI.C.02
Sistim Pesawat Audio Home Theatre
61.AVI.C.03
Sistim Pesawat Audio Pertunjukan
62.AVI.C.04
Sistim Pesawat Audio Konperensi
63.AVI.C.05
Sistim Pesawat Video
64.
AVI.C.06
Gambar Instalasi Sistim Audio Video
65.
AVI.C.07
Instalasi Peralatan Audio Video
66.AVI.D.01
Spesifikasi Peralatan Audio Video
67.
AVI.D.02
Penerapan Peralatan Audio Video
68.
AVI.UM.50
Trouble Shooting Pesawat Audio
69.
AVI.UM.51
Trouble Shooting Pesawat Video
70.
AVI.PS.52
Reparasi Power Supply Dinding
71.
AVI.PS.53
Reparasi Power Supply Produk Elektronika
72.AVI.PS.54
Modifikasi Adaptor
73.
AVI.AMP.55
Reparasi Amplifier
74.
AVI.AM.56
Reparasi Radio
75.
AVI.TAP.57
Reparasi Tape Recorder
No.
Kode
Judul Modul
Wakt
u
1
2
3
4
80.
AVI.PIL.62
Reparasi CD Player
MEKANI SME PEMELAJARAN
Untuk mencapai penguasaan modul ini dilakukan melalui alur mekanisme
pemelajaran sebagai berikut:
Y Y
T
START
Lihat Petunjuk
Penggunaan Modul
Lihat Kedudukan
Modul
Nilai
≥ 7
Modul
berikutnya/ Uji
Kompetensi
Kegiatan Belajar 1
Kegiatan Belajar n
Kerjakan
Evaluasi
Nilai
≥ 7
Kerjakan
Cek
Kemampuan
GLOSSARY
I STI LAH
KETERANGAN
Dry chemicals
Sistem bubuk kimia kering
ELCB
Pengamanan arus bocor pada pertanahan
Fire Damper
Pembatas Asap
Fire Detektor
Alat pendeteksi api
Halon
Bahan
untuk
membuat
alat
pemadam
kebakaran
MCB
Alat pengamat pada listik bila terjadi hubungan
singkat atau pembatas arus
Saklar
Alat untuk memutus dan menyambungkan arus
Smoke Detektor
Alat pendeteksi asap
Temperatur
Head
Detektor
Alat pendeteksi apabila di dalam ruangan
temperature yang sangat tinggi
Water mist Sistem
Sistem pengkabutan air
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini berjudul penggunaan alat/ perlengkapan keselamatan kerja yang berisikan tentang menggunakan alat perlengkapan dan keselamatan kerja dalam teknik elektronika.
Modul ini terdiri dari: 5 kegiatan belajar, dengan menguasai modul ini diharapkan peserta didik mampu menggunakan fungsi alat perlengkapan keselamatan kerja misalnya tombol Emergency Power Off (EPO), Fire Detector, Halon, Water, Sprinkler, dan Fire Damper.
B. Prasyarat
Modul penggunaan alat/ perlengkapan keselamatan kerja merupakan prasarat untuk modul berikutnya, karena modul ini diberikan pada peserta diklat diawal proses pemelajaran khususnya pada level awal atau pertama.
Dalam pempelajari anda harus dapat membedakan fungsi dan spesifikasi teknik alat/ perlengkapan keselamatan kerja dan mengoperasikannya sesuai prosedur untuk memperoleh unjuk kerja yang optimal.
C. Petunjuk penggunaan modul
Materi yang terdapat dalam modul ini harus diketahui oleh peserta diklat agar dapat merangsang dan mengetahui cara menggunakan tombol EPO,
Fire Ditektor,Halon,Water,Sprinkler dan Fire Damper yang digunakan pada teknik elektronika.
1. perhatikan dengan seksama tujuan modul, jangan sampai mengerjakan lembaran kerja tanpa mengetahui tujuan modul
2. pahami lembar informasi apa bila ada kata-kata sulit pada peristilahan, bila masih dianggap kurang dapat merujuk langsung kedaftar pustaka
3. kerjakan lembar karja dengan tepat, bila ceroboh dapat mengakibatkan kerusakan pada alat
4. kerjakan soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan yang telah anda miliki
5. apa bila dari soal dalam ceuk kemampuan telah anda kerjakan dan 70% terjawab dengan benar, maka anda dapat langsung menuju evaluasi untuk mengerjakan soal-soal tersebut, tetepi bila hasil jawaban anda tidak mencapai 70% benar, maka anda harus mengikuti kegiatan pembelajaran dalam modul ini
6. perhatikan langkah-langkah dalam pelakukan perkerjaan dengan benar untuk mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan
7. pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti, kemudian kerjakan soal-soal evaluasi sebagai sarana latihan
8. untuk menjawab tes usahakan memberi jawaban yang singkat, jelas dan kerjakan sesuai dengan kemampuan anda setelah mempelajari modul ini 9. bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila
mana perlu konsultasikan hasil tersebut pada guru/ instruktur
10. catatlah kesulitan yang anda dapatkan dlam modul ini untuk ditanyakan pada guru pada saat kegiatan tatap muka, bacalah reverensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar anda mendapatkan pengetahuan.
D. Tujuan akhir
1. dapat memahami buku petunjuk menggunakan alat/ perlengkapan keselamatan kerja
2. Memahami fungsi tombol Emergency Power Off (EPO) 3. Memahamoi fungsi Halon
E. Kompetensi
KOMPETENSI
: MENGUASAI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
KODE
:
ELKA-MR.UM.008.ADURASI PEMBELAJARAN
:
25JAM @ 45 MENI TA B C D E F G
LEVEL KOMPETENSI
KUNCI 2 2 2 3 1 2 2
KONDI SI KI NERJA
Unit kompetensi ini berlaku keselamatan kerja dibidang industri elektronika dan elektronika.
Kompentensi ini bisa ditunjukan apabila tersedia:
Standard Operanting Procedure (SOP) untuk keselamatan dan kesehatan ker masing perusahaan
buku pedoman petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja
perlengkapan untuk simulasi kebakaran dan yang lainnya
peralatan dan bahan yang dipergunakan:
4.1 Peralatan umum keselamatan dan kesehatan kerja misalkan, peralat an pemada peralatan P3K, sabuk pengaman, hand clove, t opi pengaman, dsb.
4.2 Bahan: Tabung oksigen, tabung pemadam kebakaran, obat -obatan pertolo
MATERI POKOK PEMBELAJARAN
BELAJAR SI KAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
F. Cek Kemampuan
Pelajari dan coba jawab pertanyaan-pertayaan dibawah ini dengan lengkap, jika telah merasa telah menguasai dan mampu, anda bisa langsung mengajukan uji kompetensi assesor internal atau external melalui guru pembimbing.
1. Apa kegunaan tombol EPO (Emergency Power Off)? 2. Jelaskan cara kerja tombil EPO (Emergency Power Off)? 3. Apa fungsi kegunaan Fire Detektor?
4. Jelaskan bagaimana cara memasang Fire Detektor? 5. Apa kegunaan Halon?
6. Jelaskan cara mengoperasikan Halon? 7. Apa fungsi kegunaan Water Springkler?
8. Jelaskan cara mengoperasikan Water Springkler? 9. Apa fungsi kegunaan Fire Damper?
BAB. I I
PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta Diklat
Kompetensi : Menguasai keselamatan dan kesehatan kerja
Sub kompetensi : Menggunakan alat/ perlengkapan kerja dan 5 K
Kegiatan Belajar
Kegitan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaraan
Pada akhir pembelajaraan peserta diklat diharapkan dapat:
1. Mengetahui alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) 2. Mengetahui fungsi kegunaan alat pengaman ELCB
(Earth Leakage Circit Breker)
3. Memahami cara kerja alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circit Breker) 4. Memahami alat pengaman MCB (Miniature Circuit Breker)
5. Mengetahui fungsi kegunaan alat pengaman MCB (Miniature Circuit Breker) 6. Memahami cara kerja alat pengaman MCB (Miniature Circuit Breaker) 7. Menjawab dengan benar soal-soal tes formatif
b. Uraian Materi
1. ALAT PENGAMAN ELCB
( EARTH LEAKAGE CI RCUI T BREAKER)
I nstalasi suatu bangunan biasanya telah dilengkapi dengan pengaman arus hubung singkat dan pembatas arus.
Apabila terjadi hubungan singkat maka pengaman sekering akan putus dan bila pada rangkaian terjadi beban lebih maka pembatas arus (MCB) akan terbuka rangkaian sehingga aliran arus kerangkaian bagian dalam bangunan jadi terputus.
listriknya sehungga cukup berbahaya hal ini akan menjadi aman kalau pada instalasi tersebut sudah dipasang pentanahan.
Tetapi apabila manusia pengguna listrik terkena tegangan listrik maka semua alat pengaman tersebut tidak dapat mengamankannya. Untuk itu dipasang suatu alat pengaman khusus yang disebut Earth Leakage Circuit Breaker atau ELCB.
Dalam hal ini, sebagai contoh ELCB buatan ABB dengan data F.302.a.40/ 0.03.
Alat ini mampu memutuskan hubungan rangkain bila terjadi araus bocor sebesar 30 MA dalam waktu 0,1 detik. Arus bocor yang dimaksutkan dapat melalui komponen listrik yang pada keadaan normal tidak bertegangan atau pun penghantar fasa tersentuh langsung oleh manusia.
1. Cara Kerja Rangkain ELCB
Rangkain ELCB terdiri dari kumparan magnet dan sakelar. Sakelar ini dapat dikendalikan secara manual dan magnet listrik. Apabila kedudukan sakelar penghubung ELCB dalam keadaan tertutup, maka sumber tegangan listrik akan mengalir kebagian beban. Kumparan magnet yang akan membuka rangkaian bekerja apabila ada arus listrik yang mengalir, pada kumparannya. Kumparan magnet yang akan membuka rangkaian, bekerja apabila ada arus listrik yang mengalir, pada kumparannya. Kumparan magnet ELCB disebut juga z. Travo, yang dalam keadaan normal tidak mendapatkan tegangan. Apabila ada arus bocor maka z. Travo akan bekerja membuka rangkaian dengan menarik sakelar rangkain utama harus diset terlebih dahulu untuk digunakan kembali demikain seterusnya.
Gambar 1.1 Bentuk ELCB
Gambar 1.2 Hubungan rangkain ELCB
2. ALAT PENGAMAN MCB
( MI NI ATURE CI RCUI T BREAKER)
Karateriskrik arus waktu untuk jenis MCB, hampir sama dengan pengaman lebur oleh karena itu sering kali MCB dan pengaman lebur digunakan secara bersamaan.
Perlu diketahui pula kapasitas arus MCB tidak dapat dibandingkan dengan kapasitas putus pengaman lebur sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap beban lebih dari 100 A harus dilengkapi dengan pengaman lebur.
Gambar 1.3 Bukaan MCB
Keterangan:
a. Penekan yang begerak karena reaksi bimetal b. Kabel feksibel sebagai penghubung
c. Pengunci d. Bimetal
e. Kontak hubung f. I nti magnet
g. Gumparan magnet
Prinsip kerja:
1. Bila togel berada diposisi ON, kontak (e) terhubung, arus rangkaian akan mengalir melaluinya. Bila arus beban naik melampaui arus nominal MCB, bimetal akan panas dan memuai sehingga menekan (a) bergerak dan melepaskan kunci (c) akibatnya MCb terbuka.
2. Togel kembali pada kedudukan ON dan MCB keadaan bekerja, bila terjadi tegangan naik yang melampaui tegangan nominal MCB, akan mengakibatkan timbulnya fluksi (Q) pada inti magnet (f),yang dililit kumparan (g), sehingga menekan (i) bergerak ditarik kebawah dan melepaskan pengunci (c) akibatnya kontak hubung (e) terbuka dan togel keposisi OFF.
c. Rangkuman
1. ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) adalah pengaman khusus yang mampu memutuskan hubungan rangkaian bila terjadi arus bocor sebesar 30 MA dalam waktu 0,1 detik
2. Rangkaian ELCB terdiri dari kumparan magnet dan saklar 3. MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah alat pemutus otomatis
4. Karateristik arus waktu jenis MCB hampir sama dengan pengaman lebur 5. Setiap MCB direncanakan untuk karakteristik arus waktu yang
berbeda-beda
d. Tugas
1. Buatlah gambar rangkaian cara memasang alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
e. Tes Formatif
1. Sebutkan macam-macam alat pengaman listrik! 2. Sebutkan kegunaan ELCB!
3. Jelaskan cara kerja ELCB!
4. Digunakan untuk apa alat pengaman MCB! 5. Jelaskan cara kerja MCB!
f. Kunci Jaw aban
1. ELCB, MCB, sekering
2. Untuk memutuskan hubungan rangkaian apa bila terjadi arus bocor
3. Pada kedudukan saklar penghubung ELCB dalam keadaan tertutup, maka sumber tegangan listrik akan mengalir kebagian beban. Kumparan magnet yang akan membukan rangkain bekerja bila ada arus listrik yang mengalir 4. Untuk pembatas arus listrik
5. Bila togel berada diposisi ON, kontak (e) terhubung, arus rangkaian akan mengalir melaluinya. Bila arus beban naik melampaui aarus nominal MCB, bimetal akan panas dan memuai sehingga menekan (a) bergerak dan melepaskan kunci (c) akibatnya MCb terbuka.
g. Lembar Kerja
1) Alat
a. Ampere-meter AC dengan B.U 0 – 10 A b. Volt-meter AC dengan B.U 0 – 10 V c. Jam pencatat waktu
2) Bahan
a. Sumber tegangan 1 fasa 220 Volt b. 2 buah saklar tunggal 6 – 20 Ampere c. MCB type G, 2 A/ 220 V
d. Tahanan beban (load Resistor) Variabel e. Kabel penghubung
3) Keselamatan kerja
a. Pergunakan alat-alat ukur sesuai dengan fungsinya b. Jangan menempatkan alat ukur dipinggir meja kerja
c. Jangan memberikan tegangan pada rangkaian, sebelum rangakaian diperiksa dan benar
4) Langkah kerja
a. Siapkan perlengkapan yang diperlukan
b. Buat rangkain pengujian sesuai dengan gambar
Gambar 1.4 Gambar rangkain pengujian
e. Hubungkan rangkaian dengan tegangan sumber 220 Volt, dengan saklar S1 dan S2 keadaan tertutup
f. Naikan arus beban melebihi arus nominal pada MCB, dengan memutar tombol putar sesuai arah panah
g. Siapkan pengukur waktu, buka saklar S2 serta perhatikan pengukur
j. Saklar S2 selalu tertutup sebelum pengambilan data dimulai
k. Kalau MCB sudah panas harus ditunggu selama kurang lebih 3 menit sebelumtombol MCB tersebut di reset
l. Masukan data pengujian dalam tabel, buat gambar grafiknya dan tulis kesimpulan dari pengujian yang anda kerjakan
m. Bereskan semua perlengkapan, simpan pada tempatnya semula dengan rapih dan kedaan baik
Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, peserta diklat diharapkan dapat: 1. Menjelaskan fire Detektor
2. Memahami cara kerja fire Detektor 3. Merencanakan I nstalasi fire Detektor 4. Menggambarkan I nstalasi fire Detektor 5. Memasang I nstalasi fire Detector
b. Uraian Materi
1. I nstalasi Bel Panggil Tanda Bahaya Kebakaran pada Gedung
Bertingkat
Selain tanda bahaya yang menggunakan smoke Detektor dan Temperature Head Detektor, sistem alarm tanda bahaya yang banyak dipasang pada gedung-gedung bertingkat adalah bel panggil alarm tanda bahaya gedung bertingkat.
Cara kerja rangkaian bel panggil alarm tanda bahaya ini ialah: 1. Bel (alarm) di pasang pada setiap tingkat/ ruangan
2. seluruh bel (alarm) terhubung jajar berbunyi semua
3. pada setiap tingkat (ruangan) terpasang saklar yang terhubung jajar (saklar yang manapun di tekan seluruh bel akan berbunyi)
Gambar 2.1
Kotak berkaca bening, t empat menempatkan tombol- tombol Sakeral instalasi tanda bahaya
Tujuan pemasangan sistem bel panggil tanda bahaya gedung bertingkat ini, adalah apabila pada suatu tingkat atau suatu ruangan ada bahaya kebakaran, maka dengan mudah seluruh penghuni gedung bertingkat tersebut diberi tanda supaya segera meninggalkan gedung.
Keuntungan lain dari sistem ini adalah tidak hanya untuk bahaya kebakaran saja yang dapat diberi tahu, tapi bahaya-bahaya, seperti gempa, dan adanya keretakan bangunan.
Gambar 2.2
Gambar sebuah gedung bertingkat
yang perlu dilengkapi dengan instalasi bel panggil tanda bahaya Gambar 2.3
2. Tanda Bahaya Kebakaran
kebakaran oleh siapapun dan dimanapun tidak dikehendaki. Oleh karena itu, selain harus dapat petunjuk kepada seluruh penghuni jika terjadi kebakaran termasuk isyarat tentang adanya kebakaran. Biasanya, isyarat untuk kebakaran di gedung-gedung termasuk industri dengan bunyi (misalnya sirine) dan lampu terutama di tepat-tempat yang ramai atau bising. Hal ini dikhawatirkan suara tidak dapat didengar, bahkan di gedung-gedung yang besar dilengkapi dengan announciator, sehingga para petugas dapat segera menghubungi barisan pemadam kebakaran (BPK).
I nstalasi untuk tanda bahaya kebakaran secara rutin harus diperiksa dan jika perlu ada perbaikan seperlunya. Dengan demikian tanda bahaya kebakaran selalu siap pakai.
Perlengkapan announciator dapat disertakan dalam I nstalasi tanda bahaya kebakaran agar orang tidak saja mendengar bunyi bel tapijuga dapat mengetahui sumber kebakaran. Dengan demikian mereka dapat segera menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran.
Gambar 2.5 I nstalasi alarm sebagai tanda bahaya kebakaran
Untuk membantu mengurangi kepanikan para penghuni, semua jalan atau tempat perlu mendapat penerangan. I nstalasi tanda bahaya kebakaran digabungkan dengan lampu yang jumlahnya disesuikan dengan lingkungannya.
c. Rangkuman
1. Pemasangan system bel panggil tanda bahaya kebakaran gedung beertingkat adalah apabila pada suatu gedung bertingkat atau suatu ruangan ada bahaya kebakaran.
2. I nstalasi untuk tanda bahaya kebakaran secara rutin harus diperiksa dan jika perlu ada perbaikan seperlunya, supaya I nstalasi tanda bahaya kebakaran selalu siap dipakai
d. Tugas
1. Selesaikan gambar I nstalasi tanda bahaya kebakaran pada gambar di bawah ini?
e. Tes Formatif
1. Apa tujuan pemasangan system bel panggil tanda bahaya kebakaran pada gedung bertingkat?
2. Tombo untuk tanda bahaya kebakaran biasa menggunakan tombol khusus yaitu?
3. Kenapa I nstalasi untuk tanda bahaya kebakaran secara rutin harus diperiksa?
f. Kunci Jaw aban
1. Adalah apabila pada suatu ruangan ada bahaya kebakaran maka dengan mudah seluruh penghuni gedung tersebut diberi tahu supaya segera meninggalkan gedung.
2. Jenis tombol NC yang di letakkan dalam kotak dan di pasang kaca sebagai penekan tombol.
3. Supaya I nstalasi tanda bahaya kebakaran selalu siap dipakai.
g. Lembar Kerja
PELATI HAN PEMASANGAN I NSTALASI TANDA BAHAYA KEBAKARAN
PETUNJUK
1. Alat
a.
Tang kombinasib.
Tang pemotongc.
Tang lancipd.
Obeng(+ ) dan Obeng (-)e.
Pisau pengupas kabel2. Bahan
a.
Bel satu buahb.
Announciator 3 buahc.
Tombol khusus untuk bahaya kebakaran 3 buahd.
Sumber tegangane.
Kabel NYAF Q 1mm secukupnya3. Keselamatan kerja
a.
Gunakan peralatan sesuai fungsinyab.
Gunakan tangga bila diperlukan4. Langkah kerja
a.
Siapkan semua alat dan bahanb.
Pasang semua komponen pada posisi yang benar sesuai gambar perencanaanc.
Lakukan pengawatannyad.
Lakukan pengetesanKegiatan Belajar 3
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, peserta diklat diharapkan dapat: 1. Memahami tentang pengetahuan Halon
2. Memahami fungsi Halon
3. Memahami tentang penggunaan Halon
b. Uraian materi
PEMAKAI AN HALON SEBAGAI PEMADAM API
Siapapun yang berkecimpung dibidang proteksi kebakaran pasti mengenal Halon terutama Halon 1211 dan halon 1301, Halon banyak digunakan baik dilingkungan bangunan, komersial, penerbangan, industri dan militer, pemakaiannya luas, misalnya untuk perlindungan terhadap kebakaran pada peralatan listrik dan telekomunikasi, peralatan computer dan pemproses data, perkapalan, industri perminyakan, permuseuman serta dibidang pertahanan dan keamanan (HAMKAM).
Keunggulan dibanding alat pemadam lainnya adalah daya pemadam api yang sangat efektif, bersih dan tidak meninggalkan residu setelah pemadaman selesai, tidak merusak peralatan dan mesin, relatif tidak beracun, bersifat non-kondutif, sehingga aman untuk digunakan pada peralatan listrik halon pun sangat efektif untuk memadamkan kebakaran pada cairan mudah terbakar (flammable), disamping instalasinya yang hemat ruang, kira-kira sepertiga luas ruang bila memakai alat pemadam jenis CO2 .
Pemakaian Halon meningkat sejak tahum 1970-an terutama setelah bahan pemadam api dari jenis Carbon Tetrachlorida (CCl4) dilarang pemakaiannya pada tahun1954 akibat racun yang ditimbulkannya.
Halon 1211 digunakan sebagai alat pemadam penyemprot (Streaming) umumnya berbentuk tabung portable, biasa digunakan sektor komersial, bangunan dan industri misalnya untuk perlindungan ruang computer, galeri seni rupa, mesin fotocopy, replica museum, computer dan peralatan elektronik lainnya.
Halon 1301 yang memiliki daya racun lebih rendah banyak digunakan pada sistem proteksi terpasang (fixed sistem), baik dengan sistem pembanjir total (total Flooding) maupun pemadaman setempat (lokal application). Sistem ini digunakan untuk melindungi ruang-ruang mesin dan ruang control, serta ruang telekomunikasi terhadap bahaya kebakaran, industri penerbanagan memerlukan Halon 1211 dan 1301 untuk pemadaman api dalam pesawat terbang.
Di I ndonesia, pemakaian Halon meningkat pesat khususnya pada tahun 1980-an, baik di sektor bangunan gedung maupun industri. Sebagian besar bangunan gedung tinggi di Jakarta memasang Halon untuk melindungi ruang-ruang khusus seperti ruang-ruang computer, ruang-ruang pengendali (Kontrol room) dan ruang telekomunikasi terhadap bahaya kebakaran, disamping sebagai alat pemadam api ringan.
Konfensi imternasional yang di kenal sebagai Montreal Protocol yang dicetuskan tahu 1987, telah menyusun jadwal penghapusan (phase–out) ODS sebelum tahun 2000. jadwal tersebut makin dipercepat, proposal Kopenhagen bulan nopember 1992 menjadwalkan penghapusan CFC dan Halon pada tahun-tahun 1994 – 1996. Khusus untuk Halon, maka mulai 1 januari 1994 tidak lagi diproduksi di negara-negara maju. Hal ini jelas membawa dampak terhadap negara-negara peng-import Halon seperi I ndonesia. Bahan lain seperti methyl bromide sudah harus dihapus sebelum tahun 2000.
LANGKAH PENGHAPUSAN HALON DI I NDONESI A
Tahun 1994 negara-negara maju meberhentikan produksi Halon, pemakaian Halon untuk beberapa jenis penggunaan tertentu masih bias dibenarkan dan inipun hanya bias dipenuhi dari sisa Halon yang masih bias didaur ulang. Pengaturan mengenai pemakaian Halon, pendataan sisa-sisa Halon , termasuk hal-hal mengenai pendaur-ulangan, serta proses penghancuran Halon dilakukan lewat suatu Halon bank.
Negara-negara berkembang termasuk I ndonesia memperoleh penghapusan ODS ini hingga tahun 2010. kebijaksanaan pemerintah I ndonesia adalah bahwa kita tidak perlu menunggu sampai batas tempo tersebut dan telah menjadwalkan pelaksanaan phase-out secara lebih dini. Dengan demikian tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan penyebaran informasi, pelatihan system baru, penyusunan standar, dan ketetuan teknis, uji coba dalam bidang retrofitting Halon , serta pengkajian bahan pengganti termasuk teknologi alternatifnya.
Olehkarena itu meskipun I ndonesia baru meratifikasi Montreal Protocol lewat KEPRES no 23 tanggal 13 Mei 1992, namun program penghapusan ODS di I ndonesia telah direncanakan dan direlisai lebih cepat, yakni antara tahun 1996–1997. rencana ini telah di tuangkan dalam I ndonesia Country yang mendapatkan approval dari komite I nternasional pada awa 1994.
Untuk sector Halon, penjadwalan ditetapkan sebagai berikut:
a. Januari 1994 – Desember 1997: Penyebar-luasan informasi pada masyarakat mengenai penghapusan bahan pemadam api jenis Halon
b. Januari 1994 – Desember 1995: Persiapan dan pembentukan Halon Bank di I ndonesia
c. Desember 1994: Menghentikan import dan produksi pemadam api tipe aerosol yang memakai ODS
d. Desember 1995: Stop import dan produksi baru pemadam api jenis Halon 1301
e. Desember 1996: Stop import dan produksi baru pemadam api jnis Halon 1211
c. Rangkuman
akhir tahun 1996, produksi baru maupun import halon dihentikan di ikuti dengan CFC pada akhir tahun 1997 ini. Keputusan ini sesuai dengan jadwal penghapusan bahan-bahan CFC dan halon, yang disusun oleh I ndonesia dalam country programnya sebagai tindak lanjut ratifikasi konvensi wina (1985) dan Montreal Protocol (1987) mengenal zat-zat yang merusak lapisan ozon di stratosfir dengan dihapuskannya halon maka pemikiran tertuju kepada bahan pengganti atau pun sistem alternatifnya, bahan-bahan pengganti tersebut harus memenuhi persyratan, yakni efektif, bersih, akrab dengan lingkungan, tidak menimbulkan panas global, dan tidak beracun. Untuk fixed sistem bahan-bahan seperti HFC-227 ea atau FM-200, PFC-410, HFC-23 (FE-13), gas argon, inergen serta sistem pengkabutan air diusulkan sebagai pengganti sedang untuk pemadam tabung diusulkan beberapa bahan kimia seperti Triodide, Halotron l, AF11e, serta bahan-bahan konfensional seperti CO2.
d. Tugas
e. Tes Formatif
1) Sebutkan 2 jenis halon yang banyak digunakan? 2) Sebutkan halon yang digunakan dibidang kemiliteran?
3) Kenapan bahan pemadam api dari jenis carbon tetrachloride (CC14) dilarang pemakainnya?
4) Halon 1211 digunakan untuk…
5) Halon 301 banyak digunakan pada sistem…
f. Kunci Jaw aban
1) a. halon 1211 yang lebih dikenal dengan BCF b. halon 1301 yang lebih dikenal dengan BTM 2) yaitu halon 1202 (dibromodifluorometaane) 3) karena racun yang ditimbulkannya
4) alat pemadam penyemprot
KEGI ATAN BELAJAR 4
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 peserta diklat diharapkan dapat: 1. Memahami tentang pengetahuan Water Sprinkler (Alat Penyemprot Air) 2. Memahami system pekabutan air
3. Memahami system co2
4. Memahami system bubuk kimia kering 5. Menggunakan macam-macam alat pemadam
b. Uraian Materi
ALAT PENYEMPROT AI R ( WATER SPRI NKLER)
1. Sistem Pengkabutan Air (Water Mist Sistem)
Sistem pemadaman denganmenggunakan media air merupakan cara tradisional dan telah lama diterapkan, antara lain melalui system sprinkler otomatis. Penghapusa gas Halon semakin meningkatkan perhatian terhadap media air mengingat unsur-unsur positif-nya seperti bersih lingkungan, relative murah, mudah didapat serta efektif dalam memadamkan api.
Sistem sprinkler telah berkembang dari tipe yang konvensional hingga jenis yang beroprasi cepat (fast response sprinkler), jenis sprinkler rumah (domestic type) dsb, hingga operasi system menyerupai kabut (gas-like suppression sistem).
pemakaian air yang hanya sepersepuluh dari pemakaian sprinkler biasa, maka kekuatiran akan kerusakan akibat air (water damage) bisa dihindari. Kesulitan yang dijumpai adalah belum adanya standarisai penetapan diameter butiran air. Pebgukuran dengan cara yang berbeda menghasilkan diameter butiran yang berbeda pula.
Sistem ini mampu memadamkan kebakaran pada cairan flammable serta memberikan efek ‘cooling’ pada sasaran permukaan panas. Kabut air yang terjadi kerap memiliki daya penembusan yang mirip seperti bahan pemadam gas, sehingga mampu mengendalikan kebakaran pada lokasi dalam timbunan bahan terbakar (deep seat fire). Efek pendinginan air ini berasal dari kalor laten penguapan (evaporation). Karena proses penguapan terjadi pada permukaan cairan, maka semakin luas permukaan yang dijangkau oleh volume cairan tersebut, semakin besar efek pendinginan-nya.
Meskipun teknologi system pengkabutan air ini cukup feasible namun masih memerlukan banyak riset antara lain mengenai ukuran butiran air yang tepat, rancangan nozzle, serta persyaratan untuk menghasilkan, mendistribusikan dan menjaga agar konsentrasi ukuran butiran selalu tetap terhadap pengaruh gravitasi, ventilasi dan penggumpalan cairan di permukan dinding. Oleh karena itu dikaitkan dengan keandalan kinerja, system pengkabutan air ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut untuk dapat menggantikan system Halon meskipun beberapa hal seperti ketersediaan bahan baku dan karakteristik bahan terhadap lingkungan cukup memenuhi syarat.
Ditinjau dari segi tekanan air, ada 2 (dua) macam system, yakni system tekanan rendah (low pressure), 3-50 bar, dan system tekanan tinggi (high– pressure) dengan tekanan lebih dari 50 bar.
Sistem tekanan tinggi atau dikenal sebagai hi-fog menggunakan tekanan tinggi namun memerlukan relatif sedikit air. System ini telah dikenbangkan sebagai alternatif system sprinkler pada kapal penumpang. System terdiri atas pompa, system persediaan air dan heads yang dirancang khusus, mirip kepala sprinkler jenis deluge.
2. Sistem CO2
Alternatif lain bagi pangganti Halon adalah pemakaian system CO2. Bahan ini digunakan untuk memadakan api dengan menyingkirkan atau mengencerkan komposisi udara normal hingga kandungan oksigen melorot turun dari 21% ke 15% atau kurang. System pemadam CO2 memiliki sifat penetrasi yang baik serta meminimasi kerusakan sekunder pada bahan maupun peralatan yang dilindungi.
3. Sistem Bubuk Kimia Kering (Dry Chemicals)
Sistem pemadaman api dengan bubuk kimia kering atau powder sangat efektif untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh cairan mudah terbakar, seperti minyak tanah, alkohol, bensin, eter, dll. Bahn ini banyak digunakan di industri pertambangan dan sebagai media pemadam kebakaran logam seperti sodium, lithium, dan magnesium. Selain itu dry chemichal powder ini sering digunakan untuk perlindungan peralatan memasak direstauran dan hotel kitchen, serta untuk perlindungan kebakaran pada cerobong pembuangan residu lemak (grease exhaust system).
Meskipun memiliki kecepatan pemadam yang tinggi, namun efek pendinginan kecil, sehingga penyemprotan jangan dihentikan dahulu setelah api padam, namun diteruskan agar permukaan panas menjadi benar-benar dingin dan tidak akan terjadi penyalaan kembali (re-ignition).
4. Sistem Foam
5. Pengenalan dan Penggunaan Macam-Macam Alat Pemadam Kebakaran
Alat pemadam kebakaran yang mudah dibawa-bawa biasanya baik sekali ditempatkan pada petunjuk api yang sesuai, disamping atau pada setiap alat pemadam kebakaran harus dipertunjukkan instruksi cara penggunaannya juga menjelaskan jenis api yang bagaimana.
Ada lima dasar tipe dari alat pemadam kebakaran
1. Pemadam kebakaran beisi zat cair
Tiga macam zat cair yang diisi p[ ada alat pemadam kebakaran adalah sesuai untuk memadamkan api pada kelas A.
a. Variasi soda acid adalah suatu yang sederhana untuk menahan posisi yang benar arahkan jet pada tempat duduk api dari posisi penyelamatan yang terdekat. Tipe ini beroperasi sampai kosong.
Gambar 4.1 Gambar tabung SODA ACI D
Gambar 4.2 Gambar tabung GAS BERTEKANAN
c. Variasi tekanan udara yang disimpan sebagai persediaan adalah pelatuk yang dioprasikan dan dapat diberhentikan sewaktu-waktu dengan memindahkan pelatuk.
Gambar 4.3 Gambar TABUNG UDARA BERTEKANA
2. Alat pemadam kebakaran karbon dioksida (CO2)
penyelamatan dan penggunaan yang efektif. Pembebasan pertama adalah cairan karbon dioksida yang dengan cepat menjadi cairan seperti gas. Pembebasan pertama menghasilkan dingin yang hebat, pengoprasian alat harus spenuhnya dibuka untuk mencegah pembekuan saluran keluar.
Gambar 4.4 Alat pemadam kebakaran kelas B dan c
Contoh Penggunaan
a. Pembagian api meliputi elektronik dan peralatan laboratorium yang sulit
b. Pembagian api yang kecil pada cairan tangmudah terbakar akan melepaskan kedua permukaan vertical dan horizontal
c. Gunakanlah sedapat mengkin dengan api d. Gerakanlah selang penyemprot dari sisi ke sisi
e. Majukanlah dengan berlahan-lahan sampai api padam
f. Hati-hati dalam menggunakan karbon dioksida (CO2) ini karena bisa mengakibatkan mati lemas
Gambar 4.5 Alat pemadam kebakaran kelas C
3. Pemadaman dengan bromochlorodifluoromethane (BCF)/ penguapan air
Gambar 4.6 Tabung pemdam BCF
4. Alat pemadam kebakaran dari busa
Alat pemadam dari busa paling efektif digunakan untuk memedamkan api didalam kaleng yang berisi cairan yang mudah terbakar (seperti cat) yang mempunyai panas dan bisa menyala lagi jika terkena oksigen. Alat ini mempunyai tanda tabungnya bercat biru dan busa yang digunakan untuk membentuk suatu selimbut untuk menekan dan memadamkan api. Selimut busa yang tertinggal dalam posisi yang cukup lama masih bisa pemadamkan nyala api yang tersisa. Untuk memadamkan cairan yang terbakar dalam sebuah drum arahkan busa pemadam kearah atas api, sehingga menyebabkan busa mengalir dan menyebar keseluruh permukaan cairan yang terbakar.
5. Alat pemadam dari bubuk yang kering
perlindungan operator dari panas, bubuk yang kering paling efektif untuk memadamkan api pada area yang besar dari cairan yang terbakar, terutama sekali pada arus yang bebas tertumpah.
6. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran diperusahaan
Alat-alat pemadam dan penaggulangan kebakaran meliputi 2 jenis: a. Terpasang tetap ditempat
b. Dapat bergerak atau dibawa
Perlengkapan yang terpasang ditempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti pemancar air otomatis, pompa, pipa-pipa dan selang-selang untuk aliran air, serta peralatan pemadam dengan segenap pipa-pipanya dengan menggunakan bahan-bahan kimia kering, karbon dioksida atau busa. Jenis-jenis yang disebut terakhir ini dipergunakan pada keadaan-keadaan dengan bahannya kebakaran relatife besar, tetapi air tak dapat dipergunakan, seperti pada sekitar tangki penyimpanan bahan cairan yang mudah terbakar atau peralatan listrik. Sistem pemadam yang terpasang ditempat harus dilengkapi pula dengan alat-alat pemadam yang dapat dibawa. Yang disebut terakhir ini sangat efektif untuk pemadam api yang masih kecil, sehingga dengan bantuannya tak perlu alat pemadam yang terpasang ditempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi relatife cukup besar. Pancaran air otomatis merupakan instalasi paling efektif, namun perlu suatu teknologi khusus untuk penerapannya, pompa air juga sangat baik dan perlu diadakan cukup jumlahnya, juka perusahaan cukupluas, pompa air harus terletak pada ketinggian sekurang-kurangnya 45cm diatas tanah atau lantai air merupakan bahan yang efektif untuk menaggulangan kebakaran selama tidak terjadi reaksi kimia diantara air dan bahan-bahan yang sedang terbakar.
ditempatkan pada tempat-tempat yang paling mungkin terjadu kebakaraan, tetapi tidak terlalu dekat terhapat kemungkinan terkena kebakaraanya sendiri atau orang-orang terhadang ketika akan menggunakannya. Alat-alat pemadam kebakaraan demikian diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.7
Alat pemadam kebakaran dengan bahan kimiaei kering
c. Rangkuman
1. Sistem sprinkler mulai berkembang dari tipe yang konfensional hingga jenis yang beroperasi cepat (fast response sprinkler)
2. Pada sistem pengkabutan air (water mist system) kepala sprinkler memercikan butiran air halus berdiameter antara 80-200 mikron
3. Sistem pengkabutan air mampu memadamkan kebakaran pada cairan flammable serta memberikan efek “cooling” pada sasaran permukan panas 4. Sistem pemadam CO2 memiliki sifat peneterasi yang baik serta meminimasi
kerusakan sekunder pada bahan maupun peralatan yang dilindung
a. pemadam kebakaran berisi zat cair
b. pemadam kebakaran carbon dioksida (CO2)
c. pemadam kebakaran dengan bromochlorodifluoromethane (BCF) penguapan air
d. Pemadam kebakarab dari busa
e. Pemadam kebakaran dari bubuk yang kering
7. Pancaran air otomatis (water sprinkler) merupakan instalasi paling efektif namun perlu suatu teknologi khusus untuk penerapannya.
d. Tugas
cobalah demokan cara menggunakan alat pemadam kebakaran dengan bahan kimiawi kering
e. Tes Formatif
1) Apa yang dimaksud dengan sistem pengkabutan air? 2) Sebutkan 2 macam sistem tinjau dari segi tekanan air? 3) Digunakan untuk apa pemakaian sistem (CO2) ?
4) Digunakan untuk apa sistem pemadam api dengan bubuk kimia kering? 5) Sebutkan 5 dasar tipe alat pemadam kebakaran?
f. Kunci Jaw aban
1) Kepala sprinkler memercikan butiran air halus berdiametr antara 80-200 mikron
2) a. sistemtekanan rendah 3-50 bar
b. sistem tekanan tinggi dengan tekanan lebih dari 50 bar
3) digunakan untuk memadamkan api dengan cara mengencerkan kompusisi udara normal hingga kandungan oksigen turun dari 21% ke 15%
4) digunakan untuk memadamkan kebakaran tang disebabkan oleh cairan mudah terbakar seperti minyak tanah alkohol, bensin danlain-lain
b. pemadam kebakaran carbon doksida (CO2) c. pemadam kebakaran BCF (penguapan air) d. pemadam kebakaran dari busa
Kegiatan Belajar 5
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat: 1. Menjelaskan fire damper
2. Menjaelaskan cara kerja fire damper 3. Mengetahui kegunaan fire damper
b. Uraian Materi
PRI NSI P PENGENDALI AAN ASAP
Seringkali aliran asap mengikuti gerakan udara menyeluruh dalam bagunan meskipun suatu kebakaran dimungkinkan dikurung dalam kompartemen tahan api, asap dapat menyebar kedaerah yang bersebelahan melalui bukaan seperti konstruksi yang retak, tembusan pipa, dan pintu yang terbuka.
Faktur prinsip yang menyebabkan asap menyebar kedaerah luar kompartemen dalah sebagai berikut:
a. Efek cerobong
b. Efek temperature kebakaran
c. Kondisi cuaca, khususnya angina dan temperature d. Sistem pengolahan udara mekanik
Faktor yang tercantum diatas menyebabkan perbedaan tekanan dikedua sisi partisi, dinding dan lantai yang dapat menghasilkan penjalaran api.
Gerakan asap dapat dikendalikan dengan mengubah perbedaan tekanan ini, komponen bangunan dan peralatan seperti dinding, lantai, pintu, damper, dan sumur tangga tahan asap dapat digunakan bersamaan dengan sistem pemanasan, ventilasi dan pengkondisiaan udara untuk membantu dalam mengendalikan gerakan asap.
Pengenceran asap dalam daerah kebakaran dari bagunan yang dikompartemenisasi bukan sarana pengendaliaan asap yang tepat, pengendaliaan asap tidak dapat dicapai secara sederhana dengan pemasokan udara ke dan membuang udara dari kompartemen.
Pengendaliaan asap dapat dibagi dalam 2 prinsip sebagai berikut:
a. Perbedaan tekanan cukup besar yang bekerja dikedua sisi penghalang akan mengendalikan gerakan asap
b. Aliran udaranya sendiri akan mengendalikan gerakan asap jika kecepatan udara rata-rata cukup besar
SI STEM PENGENDALI AAN ASAP DAN PENERAPANNYA
Sistem Terdedikasi dan Tidak Terdedikasi
Sistem Terdedikasi
a) Sistem pengendalian asap terdedikasi dipasang dengan tujuan tunggal untuk menyediakan pengendaliaan asap. Sistem merupakan sistem terpisah dari penggerak udara dan peralatan distribusi yang tidak berfungsi dibawah kondisi pengoperasian bangunan secara normal. Pada saat aktifkan, sistem ini beroperasi secara khusus dalam menjalankan fungsinya sebagai pengendalian asap.
b) Keuntungan sistem terdedikasi, termasuk sebagai berikut:
1.Modifikasi dari pengendalian sistem setelah pemasangan jarang dilakukan 2.Pengoperasiaan dan pengendalian sistem umumnya sederhana
3.ketergantungan pada pengaruh oleh sistem bagunan lain
c) Kerugiaan dari sistem terdedikasi, termasuk sebagai berikut:
1.Kerusakan sistem mungkun tidak ditemukan pada antara jangka waktu pengujian atau diantara aktifitas pemeliharaan
Sistem Tidak Terdedikasi
a) Keuntungan dari sistem tidak terdedikasi, ternasuk sebagai berikut :
1. Kerusakan sampai peralatan yang tergabung yang dibutuhkan untuk pongeperasian bagunan secara normal, sehingga kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat
2. Tambahan ruangan yang dibutuhkan terbatas untuk peralatan pengendaliaan asap yang penting.
b) Kerugiaan dari sistem tidak terdedikasi termasuk sebagai berikut: 1. Pengendaliaan sistem menjadi rumit.
2. Modifikasi dari peralatan yang tergabung atau pengendali dapat merusak fungsi pengendaliaan asap.
Tipe sistem dasar
Sistem untuk mengendalikan gerakan asap dalam suatu bagunan umumnya dapat dibagi kedalam 2 tipe yang terpisah yaitu proteksi saf dan proteksi lantai. Proteksi saf selanjutnya dapat dibagi menjadi sistem presurisasi sumur tangga dan sistem ruang luncur lift. Proteksi lantai meliputi variasi beberapa zona pengendalian asap. Penggunaan suatu sistem khusus atau sistem kombinasi tergantung pada persaratan bagunan dan persaratan hunian khusus serta keselamatan jiwa dari situasi yang dipertimbangkan.
I ntergritas Sistem
Sistem pengendalian asap sebaiknya dirancang, dipasang dan dipelihara sehingga sistem akan tetap efektif selama efakuasi dari daerah yang diproteksi.
Pertimbangan lain dapat dicatat bahwa suatu sistem seharusnya tetap efektif untuk jangka waktu yang panjang. Hal-hal yang seharusnya dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
c) Metoda dan proteksi dari kontrol dan sistem pemantauan d) Bahan peralatan dan konstruksinya
e) Penghuniaan bagunan.
Pengendalian asap terzona
Pembatasan besarnya ukuran kebakaran (laju pembakaran masa) menaikan kehandalan dan kelangsungan sistem pengendalian asap. Besarnya ukuran kebakaran dapat dibatasi dengan pengendalian bahan bakar, kompartemenisasi atau sprinkler otomatik, mungkin penyediaan pengendalian asap dalam bangunan tidak mempunyai fasilitas pembatasan kebakaran, tetapi dalam contoh ini dipertimbangkan yang hati-hati harus dilakukan untuk tekanan kebakaran, temperature tinggi, laju pembakaran masa, akumulasi bahan bakar yang tidak terbakar dan hasil output lainnya dari kebakaran yang tak terkendali.
Peralatan Ventilasi dan Pengendalian Udara
Peralatan ventilasi dan pengkondisian udara secara normal menyediakan sarana untuk memasok, menghisap balik dan menghisap buang udara dari suatu ruangan yang dikondisikan. Peralatan ventilasi dan pengkondisian udara dapat ditempatkan di dalam ruang yang dikondisikan, dalam ruang bersebelahan atau dalam ruang peralatan mekanikal yang berjauhan. Pada umumnya sistem ventilasi dan pengkondisian udara dapat disesuaikan dan digunakan sebagai pengendalian asap terzona.
Udara Luar
perubahan. Bilamana udara pasok dan udara balik saling berhubungan sebagai bagian pengoperasian ventilasi dan pengkondisian udara normal, damper asap sebaiknya disediakan untuk memisahkan pemasokan dan pembuangan selama operasi pengendalian asap.
Jenis Sistem Pengolah Udara Ventilasi dan Pengkondisian Udara
Bermacam jenis dan susunan sistem pengolah udara umumnya digunakan pada berbagai fungsi bangunan. Beberapa jenis dapat dengan mudah disesuaikan untuk penerapan pengendalian asap daripada yang lain.
Sistem Terpisah Tiap Lantai
Penggunaan unit pengolahan udara terpisah yang melayani satu lantai atau bagian dari satu lantai merupakan suatu yang biasa dalam pendekatan rancangan. Unit ventilasi dan pengkondisian udara ini dapat atau dapat tidak mempunyai fan isap balik atau fan isap buang yang terpisah. Bila fan-fan ini terpisah, sebuah sarana untuk menyediakan pelepasan tekanan pada lantai kebakaran, bila tidak melalui damper pelepasan pada sistem dakting atau dengan sarana lain, sebaiknya diteliti. Udara luar dapat dipasok ke masing-masing unit pengolahan udara melalui saran berikut ini:
a) Kisi-kisi dan damper luar
b) Sistem dakting bersama yang digunakan untuk menangani jumlah udara yang dibutuhkan
c) Sistem dakting bersama dengan kecepatan fan pemasok yang dapat diubah d) Fan pemasok terpisah dengan kecepatan yang dapat diubah.
Unit pengolah udara dapat digunakan untuk pengendalian asap apabila udara yang cukup dan kemampuan udara tersedia.
Sistem Lantai Jamak Terpusat
dalam bangunan. Sistem ventilasi dan pengkondisian udara jenis ini memerlukan pemasangan damper pada saf terhadap api dan asap dalam rangka untuk menyediakan pembuangan dari lantai kebakaran dan menyediakan presurisasi pada lantai yang bersebelahan dengan menggenakan udara luar. Karena fan sistem terpusat ini dapat berkapasitas besar, kehati-hatian sebaiknya diambil dalam merancang sistem, termasuk sarana pencegah tekanan lebih di dalam sistem dakting, untuk mencegah keretakan, keruntuhan atau kerusakan lainnya. Suatu sarana sebaiknya disediakan untuk mengendalikan tekanan di dalam eksit dan koridor yang dapat menghambat buka dan tutup pintu.
Unit Fan/ Koil dan Unit Pompa Panas Sumber Air
Jenis fan/ koil dan pompa panas sumber air dari unit pengolah udara seringkali ditempatkan pada sekitar parimetri lantai bangunan untuk mengkondisikan zona-zona perimetri. Dapat juga ditempatkan sepanjang daerah keseluruhan lantai untuk memberikan pengkondisian udara pada seluruh ruangan. Karena unit fan/ koil dan pompa panas sumber air ini mempunyai kemampuan pasokan udara ; uar yang kecil dan pada umumnya cukup sulit melakukan konfigurasi ulang untuk tujuan pengendalian asap, jenis ini secara umum tidak sesuai untuk melakukan fungsi pengendalian asap. Apabila unit ini mempunyai sarana pemasokan udara luar dalam zona asap, unit seperti ini sebaiknya dimatikan apabila zona tersebut diberi tekanan negatip.
Sistem Terminal dengan Fan Penggerak
Unit terminal dengan fan penggerak menerima volume udara berubah dari udara dingin primer atau udara balik yang dipadukan dalam unit terminal untuk memberikan volume konstan dari udara pasok dengan temperature yang berubah pada ruang hunian. Unit terminal ini terdiri dari sebuah fan volume udara konstan untuk memasok udara yang dipadukan ke ruang hunia, sambungan udara primer dengan pengendali damper, dan bukan udara balik. Unit terminal yang melayani zona perimetri dapat mempunyai koil pemanas untuk memberikan panas tambahan pada zona perimetri tersebut. Dalam modal pengendalian asap, fan unit terminal yang diletakkan dalam zona asap ini sebaiknya dimatikan dan damper udara primer ditutup. Unit terminal yang melayani zona yang bersebelahan dengan zona asap sapat terus beroprsi.
Sistem Ventilasi
Pda keadaan tertentu, sitem-sistem yang dikhususkan tanpa udara luar dipergunkan untuk pendinginan dan pemanasan utama. Dalam system ini termasuk pengkondisi udara berdiri sendiri, system panel radiasi panas, dan unit ruang computer. Karena system ini tidak menyediakan udara luar, maka tidak sesuai untuk penerapan pengendalian asap.
Karena standar mensyaratkan adanya ventilasi untuk semua lokasi yang dihuni, maka system terpisah untuk menyediakan udara luar diperlukan. System pasokan udara luar dapat digunakan untuk pengendalian asap meskipun jumlah udara yang disediakan mungkin tidak mencukupi untuk presurisasi penuh.
Damper Asap
Koordinasi
System kontrol sebaiknya mengkoordinasikan dengan sepenuhnya fungsi-fungsi system pengendalian asap diantara system alarm kebakaran, system springkler, system pengendalian asap untuk petugas pemadam kebakaran, dan system-sistem lain terkait dengan system ventilasi dan pengkondisian udara dan peralatan pengendalian asap bangunan yang lain.
Kontrol Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara
Operasi control system ventilasi dan pengkondisian udara sebaiknya dirancang atau dimodifikasi untuk mengakomodasi moda pengendalian asap, Yang mana sebaiknya mempunyai prioritas lebih tinggi melebihi seluruh moda pengendalian lain.
Beberapa jenis system kontrol biasa dipergunakan untuk system ventilasi dan pengkondisian udara. System kontrol ini menggunakan unit kontrol pneumatik, listrik, elektronik dan unit berbasis logika terprogram. Semua system control ini dapat disesuaikan untuk menyediakan logika dan urutan kerja control guna mengkonfigurasikan system ventilasi dan pengkondisian udara untuk tujuan pengendalian asap. Unit control elektronik berbasis logika terprogram (misal berbasis microprosesor) yang mengontrol dan memantau system ventilasi dan pengkondisian udara seperti halnya fungsi-fungsi control dan pemantauan bangunan lainnya, tersedia siap digunakan untuk menyediakan logika dan urutan kerja pengontrolan yang diperlukan bagi moada operasi pengendalian
asap dari sistem ventilasi dan pengkondisian udara.
Aktivasi dan De- aktivasi Sistem Pengendalian Asap
Berdasarkan rancangan dan kinerja yang diharapkan dari sistem pengendalian asap, pertimbangan sebaiknya diberikan pada posisi (misal membuka atau tertutup) damper asap pada kehilangan daya dan pada penghentian dari system fan yang melayani damper.
Aktivasi Otomatik
Aktivasi (atau deaktivasi) otomatik termasuk semua sarana dimana alat deteksi kebakaran khusus atau kombinasi alat tersebut menyebabkan aktivasi satu atau lebih sistem pengendalian asap tanpa gangguan manual. Untuk tujuan aktivasi otomatik, alat deteksi kebakaran termasuk alat otomatik seperti detector asap, saklar aliran air, dan detector panas.
Aktivasi Manual
Aktivasi (deaktivasi) manual mengcakup semua sarana yang dimana petugas berwenang mengaktifkannya satu atau lebih system pengendalian asap melalui secara control yang tersedia untuk maksud tersebut. Untuk tujuan aktivasi manual, lokasi pengendalian dapat ditempatkan pada alat control, pada panel control local, pada pusat control utama bangunan, atau alat pada stasiun komando kebakaran. Lokasi-lokasi khusus tersebut sebaiknya sesuai yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang. Stasiun alarm kebakaran manual sebaiknya tidak boleh digunakan untuk mengaktifkan system pengendalian asap, yang mana untuk beroprasinya dengan benar, mengsyaratkan informasi lokasi kebakaran, oleh sebab kemungkinan dari seseorang memberikan sinyal alarm dari suatu stasiun diluar zona asal kebakaran.
c. Rangkuman
2. Sistem pengendalian asap sebaiknya dirancang untuk menghalangi aliran asap kedalam sarana jalan keluar, jalan terusan keluar, daerah tempat berlindung, atau daerah lain yang serupa.
3. Dengan menyediakan springkler otomatik atau sarana pemadam kebakaran otomatik lain yang umum diperlukan untuk pengendalian asap, dapat membatasi penjalaran dan besarnya kebakaran secara efektif dan ekonomis.
4. Sistem lain dapat disediakan untuk hunian khusus atau fasilitas yang sudah ada, apabila system pengendalian asap tersedia sebaiknya diaktifkan sedini mungkin pada keadaan darurat kebakaran untuk membatasi penyebaran gas kebakaran dan untuk menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan dan pada daerah yang diproteksi.
5. Sistem pengendalian asap sebaiknya berfungsi selama jangka waktu evakuasi pada daerah yang diproteksi oleh system. System seperti itu ditujukan untuk pengendalian perpindahan asap kedalam daerah yang diproteksi, yang demikian itu berarti menyediakan daerah tempat berlindung atau waktu tambahan untuk keluar gedung, tetapi sebaiknya jangan mengharapkan daerah seperti itu akan bebas dari asap sepenuhnya.
d. Tugas
Coba rencanakan pemasangan fan untuk bangunan yang berukuran 6mx3m pada sebuah bengkel las?
e. Tes Formatif
1. sebutkan 2 prinsip pengendalian asap? 2. sebutkan 3 keuntungan system terdedikasi?
3. sebutkan 2 kerugian dari system tidak terdedikasi? 4. sebutkan kegunaan damper asap?
f. Kunci Jaw aban
1. a. perbedaan tekanan cukup besar yang bekerja dikedua sisi penghalang akan mengendalikan gerakan asap
b. aliran udaranya sendiri akan mengendalikan gerakan asap jika kecepatan udara rata-rata cukup besar.
2. a. modifikasi dari pengendalian system setelah pemasangan jarang dilakukan
b. pengoprasian dan pengendalian system umumnya sederhana c. ketergantungan pada pengaruh oleh system bangunan lain.
3. a. pengendalian system menjadi rumit.
b. modifikasi dari peralatan yang tersambung atau pengendali dapat merusak fungsi pengendalian asap.
4. digunakan untuk memisahkan pemasokan dan pembuangan selama operasi pengendalian asap.
BAB. I I I
EVALUASI
A. I nstrumen Penilaian
Tes Tertulis
Jaw ablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas!
1. Coba gambarkan hubungan rangkaian ELCB? 2. Coba gambarkan rangkaian untuk pengujian MCB?
3. Apa tujuan pemasangan system bel panggil tanda bahaya gedung bertingkat? 4. Jelaskan cara kerja rangkaian Bel panggil alarem tanda bahaya?
5. Sebutkan pemakaian Halon dalam arti pemakaian luas?
6. Sebutkan keunggulan Halon dibandingkan dengan alat pemadam lainnya? 7. Terdiri dari apa system springkler pada kapal penumpang?
8. Sebutkan cara proses terbentuknya foam?
9. Sebutkan factor-faktor yang menyebabkan asap menyebar ke daerah luar kompartement?
10. Sebutkan hal-hal yang harus dipertimbangkan supaya suatu system tetap efektif untuk jsngka waktu yang panjang?
Tes Praktek
Kerjakan atau praktekkan pemasangan I nstalasi tanda bahaya kebakaran berpedoman pada gambar di bawah ini, terlebih dahulu gambarnya diselesaikan.
Gambar 1 Perencanaan instalasi tanda bahaya kebakaran
1) Alat
a. Tang kombinasi b. Tang potong c. Tang kombinasi
d. Obeng (+ ) dan obeng (-) e. Tang lancip
2) Bahan
a. Bel satu beah
b. announciator 3 buah
c. Tombol khusus untuk bahaya kebakaran 3 buah d. Sumber tegangan
e. Kabel NYAF Q 1mm secukupnya f. Kelem kabel secukupnya
3) Keselamatan kerja
4) Langkah kerja
a. Siapkan semua alat dan bahan
b. Pasang semua komponen pada posisi yang benar sesuai gambar perencanaan
B. kunci Jaw aban
Tes Tertulis
1.
2.
3. adalah untuk apabila pada suatu tingkat atau suatu rungan ada bahaya kebakaran.
4. Cara kerja rangkaian Bel panggil alarm tanda bahaya: a. Bel dipasang pada setiap tingkat/ ruangan
b. Seluruh bel terhubung sejajar berbunyi semua
c. Pada setiap tingkat/ ruangan terpasang sakelar yang terhubung sejajar, sakelar yang mana pun apa bila di tekan seluruh bel akan berbunyi
d. Sakelar di tempatkan pada suatu kotak khusus sehingga tangan–tangan jahil tidak mudah menekan sakelar.
6. Adalah daya pemadam api yang sangat efektif, bersih dan tidak meninggalkan residu setelah pemadaman selesai.
7. system terdiri atas pompa, system persediaan air dan haeds yang dirancang khusus.
8. Fixed foam system terjadi proses pencampuran air dengan foam concentrate.
9. Faktor-faktor yang menyebabkan asap menyebar ke daerah luar kompartement:
a. faktor efek cerobong
b. faktor efek temperytur kebakaran
c. kondisi cuaca, khususnya angina dan temperature d. system pengolahan udara mekanik.
10. Hal-hal yang harus dipertimbangkan supaya suatu system tetap efektif: a. kehandaian sumber-sumber daya
b. susunan distribusi daya
c. metoda dan proteksi dari control dan system pemantauan d. bahan peralatan dan konstruksinya
Lembar Penilaian Tes Praktik
Ketelitian / kehati-hatian
menggunakan alat
Ketepat an pengukuran /
M
Diagnosa / mencari gangguan
Kehati – hatian menggunakan alat
20
BOBOT = WAKTU (STANDAR)
Nilai akhir = jumlah x waktu 10
BAB. I V
PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini,maka andak berhak untuk mengikuti tes praktik untuk menguji kompetensi yang telah dipelajari. Dan apa bila anda dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evaluasi dalam modul ini, maka anda berhak untuk melanjunkan ke topik/ modul berikutnya. Mintalah pada pengajar/ instruktur untuk melakukan uji kompetensi dengan system penilaiannya dilakukan langsung dari pihak dunia industri atau asosiasi profesi yang berkompeten apabila anda telah memyelesaikan suatu kompetensi tertentu, atau apabila anda telah