• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa dan Aksi dan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mahasiswa dan Aksi dan (1)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“Mahasiswa dan Aksi”

Tema :

“Aktualisasi Pancasila sebagai Paradigma

Kehidupan Bangsa Indonesia di Lingkungan

Kampus”

Nama Anggota Kelompok 7 :

1. Dimas Prasetyo

6101414020

2. Iftitah Anggraeni

7101414134

3. Rizma Nhazzla

7311414212

4. Ajie Katon Suryo

7311414213

5. Muhammad Mustain 8111414243

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur atas rahmat yang Allah SWT anugerahkan kepada kita sehingga kesehatan badan, iman dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya. Anugerah itu pula yang membuat Kelompok 7 dapat menyusun makalah dari Tema “Aktualisasi Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Bangsa Indonesia di Lingkungan Kampus” dengan mengangkat judul “Mahasiswa dan Aksi”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami peran dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam menciptakan suatu perubahan lebih baik bagi Indonesia.

Akhirnya kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah mendukung penyusunan makalah ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat Allah SWT dan dalam hal perbaikan makalah ini ke depannya.

Semarang, 1 Desember 2014

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa yang pembentukannya berasal dari kata “Maha” dan “Siswa” atau sebagai pengertian dari pelajar yang tertinggi levelnya. Sebagai kaum yang dianggap terpelajar dan memiliki intelektual tinggi sudah menjadi wajar jika seorang mahasiswa sadar akan peran dan fungsinya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Negara Republik Indonesia didirikan dengan maksud untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam corak dan dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa depan kita.

(4)

B. Rumusan

Dari latar belakang tersebut, dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah yang bisa dibahas, yakni:

1. Apa itu Tri Darma Perguruan Tinggi dan kaitannya dengan mahasiswa? 2. Apa itu tradisi kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan

otonomi keilmuan?

3. Bagaimana peran mahasiswa dalam pembangunan bangsa? 4. Bagaimana sejarah Pergerakan Mahasiswa?

5. Apa itu Aksi dan kaitannya dengan mahasiswa?

C. Tujuan

Pembuatan makalah dengan judul “Mahasiswa dan Aksi” ini bertujuan untuk:

1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang Tri Darma Perguruan Tinggi. 2. Agar mahasiswa lebih memahami tradisi kebebasan akademik, kebebasan

mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.

3. Agar mahasiswa lebih memahami peran pentingnya dalam pembangunan bangsa.

4. Agar mahasiswa mengetahui sejarah pergerakan mahasiswa dahulu.

5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu aksi dalam pembangunan bangsa.

D. Manfaat

Dengan adanya pembuatan makalah ini ada manfaat-manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:

1. Mahasiswa paham tentang Tri Darma Perguruan Tinggi.

(5)

3. Mahasiswa paham akan peran pentingnya dalam pembangunan bangsa. 4. Mahasiswa tahu tentang sejarah pergerakan mahasiswa dahulu.

5. Mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu aksi dalam pembangunan bangsa.

(6)

PEMBAHASAN

A. Tri Darma Perguruan Tinggi

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Tiga bahasan pokok itu yang menjadi tujuan dari adanya penyelenggaraan Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab seluruh civitas akademika Perguruan Tinggi baik itu jajaran birokrasi dari Perguruan Tinggi, dosen maupun mahasiswa sebagai peserta didik di pendidikan tinggi.

Saat ini kesadaran mahasiswa akan tanggung jawabnya dalam menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi semakin menurun, banyak mahasiswa yang lebih mementingkan egoisme pribadi, tidak peka akan lingkungannya, bersikap anarkisme, bahkan mahasiswa hidup tanpa ideology pribadi Bangsa Indonesia yakni ideology Pancasila.

Ideology Pancasila haruslah ada dan melekat pada tiap-tiap mahasiswa dalam menjalankan tujuan dari pendidikan tinggi yang tengah ditempuh dan dalam perannya dalam pembangunan bangsa. Tri Darma Perguruan Tinggi sebagai salah satu pondasi dan dasar tanggung jawab yang dipanggul mahasiswa harus dikembangkan secara simultan dan bersama-sama.

1. Pendidikan Tinggi

(7)

ditingkatkan supaya mutu bangsa Indonesia juga bertambah berdasarkan ilmu yang dipelajari selama jenjang pendidikan didunia kampus.

Undang – undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari pengertian pendidikan diatas maka proses pembelajaran yang ada di perguruan tinggi memiliki peranan penting untuk mencipkan bibit – bibit unggul. Pendidikan dan pengajaran yang baik akan menghasilkan bibit unggul dari suatu perguruan tinggi yang akan mampu membawa bangsa Indonesia kearah bangsa yang lebih maju. Lulusan-lulusan yang berkualitas dari perguruan tinggi akan menjadi penerus bangsa yang membawa Indonesia kearah yang lebih maju. Sesuai dengan pembukaan Undang -Udang Dasar 1945 yang berbunyi, mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi pokok dan sumber utama dalam mencapai tujuan dari perguruan tinggi.

Dengan pendidikan, mahasiswa punya dasar berpikir yang benar dalam memutuskan berbagai hal didunia kampus maupun pasca kampus. Pola berpikir yang benar umumnya diperoleh selama menempuh masa pendidikan melalui berbagai proses belajar mengajar dan pengalaman peribadi. Pendidikan yang ditempuh sesuai dengan pilihan program studi yang disediakan oleh setiap universitas dimana nantinya akan menjadi fokus mahasiswa dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuannya.

2. Penelitian Ilmiah

(8)

Dengan berbekalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan, maka penelitian bisa dilakukan dalam rangka kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedia ada.

Ilmu yang dikuasai melalui proses pendidikan di perguruan tinggi harus diimplementasikan dan diterapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti melalui penelitian. Penelitian mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri mahasiswa itu sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan pperadaban dan kepentingan bangsa kita dalam menyejahterakan bangsa. Selain pengembangan diri secara ilmiah dan akademis.

Mahasiswa pun harus senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal softskill dan kedewasaan diri dalam menyelesaikan segala masalah yang ada. Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir yang kritis terhadap segala fenomena yang ada dan mengkajinya secara keilmuan. Dengan melakukan penelitian, mahasiswa punya peran langsung dalam menyelesaikan berbagai fenomena permasalahan ilmiah sesuai dengan keilmuan yang digelutinya. Penelitian menjadi faktor penting untuk dalam mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dasar maupun terapan yang manfaatnya bisa dirasakan langsung maupun pada masa depan.

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendidikan dan penelitian yang dilakukan mahasiswa tidak akan memiliki guna yang signifikan apabila tidak diterapkan kepada masyarakat secara langsung. Dalam hal ini, masyarakat adalah komponen penting yang harus tersentuh oleh pendidikan dan penelitian yang dilakukan berbagai perguruan tinggi. Penelitian-penelitian yang berkembang diperguruan tinggi seharusnya mempunyai manfaat yang konkrit dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat secara umum.

(9)

harus mampu menghasilkan output berupa masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Sekarang ini berbagai organisasi mahasiswa disetiap perguruan tinggi sudah sangat aktif melakukan berbagai

Lulusan perguruan tinggi, serta peningkatan produktivitas masyarakat karena terlibatnya lulusan dalam proses produksi.

b. Penelitian

Pengetahuan, ilmu dan teknologi baru, serta nilai tambah (dalam arti luas) yang terjadi karena penyebarluasan hasil penelitian.

c. Pengabdian kepada masyarakat

Pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di masyarakat serta peningkatan kepercayaan dan kehendak masyarakat untuk melibatkan perguruan tinggi dalam masalah pembangunannya.

(Soegito,2013:177-178)

Ketiga pokok bahasan di atas sangat erat hubungannya, karena penelitian harus menjunjung tinggi kedua darma yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagi hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

(10)

1. Mahasiswa adalah pribadi yang baru terlibat dalam proses untuk menjadi ilmuwan. Mereka baru “belajar dalam proses” untuk menguasai metode ilmu (epistemology) guna mencapai tujuan kebenaran ilmu.

2. Mahasiswa adalah pribadi yang “baru belajar dalam proses” untuk menjadi ilmuwan. Mereka baru belajar untuk menguasai teori-teori ilmu pengetahuan dan belum tahu secara lengkap.

3. Mahasiswa adalah pribadi yang baru terlihat dalam “proses untuk menjadi ilmuwan”. Mereka belum bisa melakukan pembuktian dengan metode yang tepat.

Dari ketiga bentuk kelemahan mahasiswa tersebut Suria Sumantri (Suria, 1986:27) menyebut mahasiswa sebagai setengah ilmuwan dimana mereka belum memiliki kewibawaan penuh pemegang otorita dalam kegiatan keilmuwan yang masih harus dibimbing oleh dosen.

B. Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, dan Otonomi Keilmuan

1. Kebebasan Akademik

(11)

lembaga yang mempekerjakannya kecuali apabila metode yang digunakannya tidak memadai atau bertentangan dengan etika professional atau lembaga yang berwenang dalam bidang keilmuannya. Menurut Nymeyer (1956) kebebasan akademik adalah kebebasan anggota fakultas untuk mengajar pada suatu sekolah dengan pikirannya sendiri dan mempromosikan spekulasi dan kesimpulan yang dibuat secara independen atau bebas dari apa yang mungkin dikehendaki institusi.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebebasan akademik dilaksanakan olch lembaga ilmu pengetahuan. Jika kedua definisi tersebut digabung maka lembaga pelaksana kebebasan akademik adalah Perguruan Tinggi. Kebebasan akademik yang dilaksanakan oleh sivitas akademik tidak bersifat mutlak atau absolut. Kebebasan tersebut harus memperhatikan etika professional, etika yang berlaku dalam masyarakat. Jika kita mengacu kepada UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, maka kebebasan akademik tidak dibenarkan bertentangan dengan nilai-nilai agama, kesusilaan, keterbitan, kepentingan umum dan keutuhan bangsa. Pelaksanaan kebebasan akademik dapat dilakukan melalui berbagai media seperti melalui media cetak, media elektronik, tatap muka atau bentuk media Sedangkan menurut Prof. Dr .Abdullah Ali M.Sc. kebebasan akademik sebagai bagian dari kebebasan yang bertanggung jawab yang tidak terpisahkan dari kebebasan setiap warga Negara.

2. Kebebasan Mimbar Akademik

(12)

tanggung jawab setiap anggota sivitas akademika yang terlibat; (b) menjadi tanggung jawab perguruan tinggi, atau unit organisasi di dalam perguruan tinggi, apabila perguruan tinggi atau unit organisasi tersebut secara resmi terlibat dalam pelaksanaannya; dan (c) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan dilandasi etika dan norma/kaidah keilmuan.

Kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik dimanfaatkan oleh perguruan tinggi untuk: (a) melindungi dan mempertahankan hak kekayaan intelektual; (b) melindungi dan mempertahankan kekayaan dan keragaman alami, hayati, sosial, dan budaya bangsa dan negara Indonesia; (c) menambah dan/atau meningkatkan mutu kekayaan intelektual bangsa dan negara Indonesia; dan (d) memperkuat daya saing bangsa dan negara Indonesia. Kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik dilaksanakan sesuai dengan otonomi perguruan tinggi.

3. Otonomi Keilmuan

Pimpinan perguruan tinggi wajib mengupayakan dan menjamin agar setiap anggota sivitas akademika melaksanakan otonomi keilmuan secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilandasi etika dan norma/kaidah keilmuan. Otonomi keilmuan merupakan kemandirian dan kebebasan sivitas akademika suatu cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga yang melekat pada kekhasan/keunikan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga yang bersangkutan, dalam menemukan, mengembangkan, mengungkapkan, dan/atau mempertahankan kebenaran menurut caída keilmuannya untuk menjamin keberlanjutan perkembangan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga.

(13)

Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika ia menjalani pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang mahasiswa apabila ia tercatat sebagai mahasiswa secara administrasi di sebuah perguruan tinggi yang tentunya mengikuti kegiatan belajar dan mengajar serta kegiatan lainnya. Ternyata dibalik statusnya itu, masih banyak sekali peranan seorang yang menyandang status mahasiswa untuk menunjukkan peranannya pada kehidupan masyarakat terlebih lagi pada tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai kaum yang dianggap terpelajar dan berintelektual tinggi mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab sebagai garda terdepan dalam pembangunan bangsa. Mahasiswa sudah seharusnya dapat berperan dan menjadi salah satu garda terdepan dalam pembangunan bangsa. Peran mahasiswa dalam pembangunan bangsa yaitu :

1. Control Social

Sebagai Control Social atau Sosial Kontrol, mahasiswa dapat menjadi kontrol bagi berjalannya pemerintahan. Baik dalam pembuatan kebijakan maupun peraturan yang dilakukan oleh pemerintah. Mahasiswa juga bisa sebagai penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Aspirasi ini bisa dilakukan oleh mahasiswa dengan salah satunya dengan cara demonstrasi, tetapi demonstrasi yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan dan tidak anarkis, serta tidak merusak infrastuktrur maupun sarana dan prasarana yang ada. Mahasiswa sebagai control social memiliki fungsi mitra strategis pemerintah terhadap kebijakan yang dirasa baik dan berpihak pada rakyat. Dan jika kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah dirasa buruk dan tidak berpihak pada rakyat, mahasiswa berfungsi sebagai oposisi kritis terhadap kebijakan tersebut.

2. Agent Of Change

(14)

Mahasiswa dapat merealisasikan teori yang di pelajarinya di kampus, terhadap masalah yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa juga harus berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat dan memberikan solusi. Selain itu mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah generasi penerus bangsa untuk meneruskan dan menggantikan generasi sebelumnya untuk melakukan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik dan maju.

Namun kini di era modern banyak mahasiswa yang terjerat dalam narkoba, kasus kesusilaan, bentrokan akibat dari suatu fanatisme yang berlebihan, dan hal buruk lainnya. Serta tidak melakukan perannya sebagaimana mesti perannya sebagai mahasiswa. setiap gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa memang semata-mata hanya dan untuk kepentingan rakyat dengan kata lain mahasiswa sebagai ‘pembela rakyat’ ditengah hegemoni kekuasaan yang mengkooptasi rakyat.

Menjadi agent of change yang senantiasa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dan hal itu bisa dilakukan salah satunya dengan idealisme. Dimana saat idealisme untuk menjadi mahasiswa yang sesungguhnya, yang memiliki intelektualitas tinggi dan nurani telah tertanam dalam diri seseorang, maka ia telah naik ke satu anak tangga menuju terbentuknya mahasiswa yang berkualitas.

3. Iron Stock

Sebagai iron stock, mahasiswa adalah mata pisau perjuangan manusia Indonesia untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan dari perbudakan ekonomi, kemerdekaan dari kemiskinan, dan kemerdekaan dari segala belenggu yang menghambat sejahteranya masyarakat di bumi pertiwi ini.

(15)

sebagai mahasiswa sudah seharusnya mempersiapkan diri sebagai garda penerus perubahan bangsa di masa depan.

Bahwa mahasiwa mempunyai peran dalam melakukan perubahan dan pembangungan bangsa ke arah yang lebih baik. Misalnya dalam lingkungan kampus yaitu, belajar dengan sungguh-sungguh, melakukan penelitian dan memberikan solusi terhadap masalah yang ada, menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan dari penelitian yang dilakukan. Dalam masyarakat mahasiswa dapat berperan sebagai aspirasi masyarakat terhadap pemerintah, melakukan kontrol terhadap kebijakan dan peraturan yang di buat oleh pemerintah, melakukan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang yang di kuasai. Dengan peran mahasiswa yang seperti itu tidak tertutup kemungkinan pembangunan bangsa akan cepat tercapai dan kesejahteraan masyarakat merata.

D.

Sejarah Pergerakan Mahasiswa

Dalam sejarah Indonesia pergerakan mahasiswa maupun pemuda telah begitu banyak menunjukkan eksistensinya, baik dalam perjuangan melawan penjajah untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia maupun dalam mewujudkan demokrasi Pancasila. Sejarah telah menjadi bukti idealisme, kepeloporan, pemikiran kritis, konsistensi semangat perubahan, dan pergerakannya yang melekat pada sosok mahasiswa telah banyak mewarnai peradaban Indonesia. Dan gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional.

(16)

bagian, yakni gerakan di masa memperjuangkan kemerdekaan atau pra kemerdekaan dan gerakan setelah kemerdekaan atau pasca kemerdekaan.

1. Pra Kemerdekaan

a. Gerakan Tahun 1908

Pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 lahir suatu organisasi pelajar Boedi Utomo sebagai salah satu massa pergerakan nasional dengan tujuan “merumuskan secara samar-samar yaitu: Kemajuan bagi Hindia, dimana jangkauannya terbatas pada penduduk Pula Jawa dan Pulau Madura dan baru kemudian meluas untuk penduduk Hindia Belanda seluruhnya dengan tidak dengan tidak memperlihatkan perbedaan keturunan, jenis kelamin, dan agama”. (Poesponegoro dan Notosusanto, 1993: 335)

Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

(17)

Kehadiran Boedi Oetomo, Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.

b. Gerakan Tahun 1928

Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

(18)

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928.

c. Gerakan Tahun 1945

Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.

(19)

Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.

2. Pasca Kemerdekaan

a. Gerakan Tahun 1966

Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI, Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Dimana pada saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI), sebagai pengusung paham komunisme, telah cukup hebat merasuki sektor-sektor pemerintahan.

Dukungan masyarakat terhadap pergerakan mahasiswa yang terbangun dibeberapa wilayah nusantara memaksa Presiden Soekarno untuk berpihak pada rakyat. Selogan NASAKOM yang dipaksakan Soekarno akhirnya runtuh dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR). Peristiwa ini menandai berakhirnya kepemimpinan Orde Lama (ORLA) dan memasuki era Orde Baru (ORBA) dibawah kepemimpinan Suharto.

(20)

Soekarno goyang. ”Bubarkan PKI,” merupakan isu sentral yang akhirnya menelurkan isu-isu yang lain sehingga lahirlah ”Tritura.” Dapatlah dikatakan bahwa trend gerakan pada masa itu merupakan gerakan yang bercirikan pada kepedulian sosial dan juga merupakan gerakan refresif mahasiswa karena melihat kondisi masyarakat yang begitu memprihatinkan dan juga gerakan ini didukung oleh kekuatan militer dibelakangnya. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

Akan tetapi, saat itu beberapa aktivis ‘66 memilih menanggalkan baju idealismenya untuk mengecap kenikmatan menjadi anggota parlemen, berduyun-duyun masuk Golkar, sebuah entitas yang kemudian dikecam. Orang yang paling keras memprotes perilaku memalukan ini adalah Soe Hok Gie, aktivis ‘66 sekaligus intelektual merdeka yang mati muda. Gie marah dan kecewa menyaksikan teman-temannya sesama demonstran melebur dalam kekuasaan; tidak sabar menjadi penunggu gerbang idealisme yang selama ini digemborkan lewat aksi-aksi demonstrasinya. Gie menuduh mereka pengkhianat karena telah melacurkan diri untuk meneguhkan legitimasi rezim Orba.

b. Gerakan Tahun 1974

(21)

diantaranya Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa yang gugur dari peristiwa ini adalah Arif Rahman Hakim.

c. Gerakan Tahun 1977-1978

Gerakan yang mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional pada tahun 1977-1978 yang mengakibatkan untuk pertama kalinya kampus-kampus perguruan tinggi Indonesia diserbu dan diduduki oleh militer. Pemerintah Orde Baru mengeluarkan kebijakan melalui SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Josoef, No. 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Disusul dengan SK No. 0230/U/J/1980 tentang pedoman umum organisasi dan keanggotaan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK).

Salah satu ciri dari pemerintahan Orde Baru adalah kuatnya pengaruh militer yang mendukung pemerintahan. Maka dari itu, gerakan mahasiswa mau tidak mau harus berhadapan dengan tindakan refresif militer dalam hal ini ABRI. Berbagai aksi mahasiswa pastilah mendapatkan tekanan yang begitu besar. Trend gerakan pada masa itu adalah sebuah gerakan bercirikan poloitik. Hal ini dapat dilihat dari penentangan terhadap kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Selain itu, kritik mahasiswa terhadap strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.

(22)

apa-apa sebab eksekusi dilaksanakan oleh militer. Militer ketika itu seperti momok yang menakutkan bagi masyarakat. Dikenal istilah ”ABRI Masuk Desa”.

d. Gerakan Tahun 1990

Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Dalam perkembangan kemudian, banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.

Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa pada tahun 1990-an.

(23)

kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

e. Gerakan Tahun 1998

Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada tahun 1998, di diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997 dimana harga-harga kebutuhan melambung tinggi dan daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda REFORMASI nya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama. Politisi diluar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).

Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FORBES (Forum Bersama), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan FORKOT (Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan Soeharto.

(24)

dibayar dengan 4 nyawa mahasiswa Tri Sakti, mereka gugur sebagai Pahlawan Reformasi.

E.

Mahasiswa dan Aksi

Aksi mahasiswa oleh banyak orang sering disalahartikan, dimana aksi yaitu demonstrasi. Aksi dari mahasiswa yaitu demonstrasi. Dan ini kesalahan pemahaman yang sangat sering terjadi. Aksi dan demonstrasi sekilas terlihat memiliki makna yang sama, padahal berbeda, walau saling berkaitan satu sama lainnya. Aksi tidak sama dengan demonstrasi. Makna aksi itu sangatlah luas dan demonstrasi itu sendiri salah satu dari aksi.

Aksi dalam KBBI berarti gerakan atau tindakan. Ketika seseorang belajar , maka itu adalah sebuah aksi. Ketika sedang bekerja, maka itu adalah sebuah aksi. Ketika seseorang berorasi, maka itu adalah sebuah aksi. Ketika berdiskusi, maka itu adalah aksi. Ketika sekelompok orang atau seseorang menyebar opini melalui tulisan atau komentar, maka itu adalah aksi. Ketika ada suatu perkelahian, maka itu adalah aksi. Ketika kita protes, maka itu adalah aksi. Lain hal ketika seseorang atau kita diam karena tidak berfikir, maka itu bukan merupakan aksi. Karena aksi itu bergerak, bukan diam. Aksi itu berfikir, tidak mengawang. Aksi itu menghasilkan, bukan nihil dan tidak ada hasil.

Demonstrasi salah satu pengertiannya adalah pernyataan protes yang dilakukan secara missal. Jadi jelaslah bahwa aksi dan demonstrasi berbeda. Korelasi atau hubungan dari aksi dan demonstrasi sendiri adalah demonstrasi merupakan bagian dari aksi. Saat melakukan demonstrasi berarti kita melakukan aksi, tetapi saat kita melakukan aksi belum tentu kita melakukan demonstrasi.

(25)

akan respect bahkan mereka ikut mendukung dengan apa yang dilakukan mahasiswa. Namun kini terkadang masyarakat tak acuh atau bahkan mereka resah dengan adanya demonstrasi mahasiswa. Dikarenakan demonstrasi itu yang ricuh, mengganggu dan merusak fasislitas umum.

Apakah dengan hal tersebut sebaiknya tidak ada lagi aksi demo yang dilakukan mahasiswa? Jawabannya tidak, karena bagaimanapun Indonesia masih butuh perubahan kearah lebih baik dan disinlah mahasiswa berperan sebagai “agent of change”. Sejatinya banyak cara untuk melakukan suatu perubahan selama hal itu baik. Dan kuncinya adalah “Take Action With Your Passion”, beraksi untuk suatu perubahan yang lebih baik dengan passion kita masing-masing.

Dengan masyarakat yang mulai resah akan aksi-aksi demo mahasiswa, mahasiswa sendiri tak perlu alergi dengan aksi. Kita sebaiknya tetap beraksi dengan hal-hal yang sesuai dengan passion kita karena aksi tidak selalu dengan demonstrasi. Bisa itu aksi dengan tulisan atau karya tulis, aksi dengan kegiatan social masyarakat, aksi dengan menciptakan suatu hal atau gagasan yang baru atau bahkan melakukan aksi demonstrasi. Semuanya bebas untuk memilih asalkan hal-hal lain dikedepankan yakni paham dengan aksi yang kita lakukan dan paham akan tujuan dari aksi itu sendiri serta saling menghormati saat melakukan aksi.

(26)

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tri darma Perguruan Tinggi dengan tiga bahasan pokok yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat yang menjadi tujuan dari adanya penyelenggaraan Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab seluruh civitas akademika Perguruan Tinggi baik itu jajaran birokrasi dari Perguruan Tinggi, dosen maupun mahasiswa sebagai peserta didik di pendidikan tinggi.

2. Sebagai kaum yang dianggap terpelajar dan berintelektual tinggi mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab sebagai garda terdepan dalam pembangunan bangsa. Sehingga mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki peran sebagai Social Control, Agent of Change, dan Iron Stock.

3. Dalam sejarah Indonesia pergerakan mahasiswa maupun pemuda telah begitu banyak menunjukkan eksistensinya, baik dalam perjuangan melawan penjajah untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia maupun dalam mewujudkan demokrasi Pancasila.

(27)

B. Saran

1. Sebaiknya seluruh civitas akademika di Perguruan Tinggi kini sadar akan tanggung jawab terhadap Tri Darma Perguruan Tinggi sebagai aktualisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Sebaiknya dengan sejarah tentang pergerakan mahasiswa yang telah diketahui, mahasiswa lebih menghargai akan sejarah itu dan melanjutkan perjuangan pembangunan Indonesia.

3. Mahasiswa lebih menghargai posisinya dengan bertanggung jawab dan menjalankan berbagai peran dengan sebaik mungkin.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Soegito. 2013. Pendidikan Pancasila. Semarang: Pusat Pengembangan MKU-MKDK UNNES.

Marwati Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

UU Sistem Pendidikan Nasional. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

http://ojan-jan.blogspot.com/2012/10/peranan-mahasiswa-dalam-kehidupan.html (diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.16)

http://catatanaktivismuda.blogspot.com/2013/09/tri-dharma-perguruan-tinggitdpt.html (diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.19)

http://doupafia.wordpress.com/2012/03/28/aksi-dan-demonstrasi/ (diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.20)

http://malindoo.wordpress.com/2013/03/31/mahasiswa-dan-tri-dharma-perguruan-tinggi-2/ (diunduh tanggal 1 November 2014 pukul 08.22)

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2011/05/20/kebebasan-akademik-dan-otonomi-keilmuan/ (diunduh tanggal 28 November 2014 pukul 06.30)

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, maka dikemukakan saran- saran sebagai berikut: (1) Kepala sekolah perlu terus menerus melakukan perbaikan perencanaan

Tenaga kerja subsektor Kehutanan, investasi Pemerintah sektor Kehutanan serta sektor Industri secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan

Selanjutnya yaitu perancangan. Tahap perancangan adalah tahap lanjut setelah peneliti menganalisis permasalahan yang dihadapai oleh siswa low vision dan guru pada saat

Dengan menekan tombol tersebut, maka node akan mengirimkan data alamat bed pasien ke server web perawat melalui router yang sudah terhubung ke jaringan

Creativity (kreativitas): Peserta didik bertanya tentang hal yang belum dipahami atau guru menyampaikan beberapa pertanyaan pemicu kepada siswa berkaitan dengan upacara

Bahan hukum primer yang dimaksud adalah peraturan perundang-undangan Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku. ilmu hukum, hasil-hasil penelitian

Pencapaian status identitas achievement pada anggota Dit Sabhara Polda Jateng akan menjadikan anggota berusaha melaksanakan pekerjaan dengan kesungguhan sehingga

Tabel 1 memperlihatkan hasil penelitian tingkat fertilisasi dengan terbentuknya dua pronukleus (2PN) yang diperoleh dari oosit sapi PO, SimPO dan LimPO tidak