• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman dan Perbedaan Budaya dan Agama (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keragaman dan Perbedaan Budaya dan Agama (2)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

SUKA-Press

(2)

yang kaya dibahas mendalam dan cermat. Buku yang memberikan gambaran ringkas dan penting dalam mengarungi sejarah umat manusia yang sering melakukan pertumpahan darah karena perbedaan. Wajib dibaca oleh mereka

yang ingin mengetahui khazanah kemanusiaan dan persaudaraan di atas landasan titik temu ajaran agama-agama

Profesor Dr. Ahmad Syai’i Maarif,

(Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah)

Buku Al Makin Ph.D ini adalah karya penting tentang sejarah keragaman dan perbedaan pemahaman dan praksis agama-agama dalam perjalanan sejarah umat manusia. Dengan cakupannya yang luas dan mendalam, buku

ini pastilah memperkaya perspektif dan wawasan pembaca untk menyikapi perbedaan dan keragaman agama dan budaya secara arif dan bijak.

Profesor Azyumardi Azra (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Pluralitas atau ta’ddudiyyah adalah hard fact sejarah yang tidak dapat ditolak dan dihindari oleh siapapun. Meskipun begitu selalu saja ada argument yagn pro dan kontra. Buku ini membantu menjelaskan fakta keras sejarah tersebut. Sangat membantu pembaca yang hendak mengkaji isu plrualitas budaya, sosial,

dan agama secara akademis.

Professor Amin Abdullah (Guru Besar Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Karya seperti ini sejauh saya tahu baru pertama kali muncul dalam khazanah tulisan religius atau teologis Indonesia. Dengan sangat terampil, data sejarah

masa lalu yang rumit mengenai Kitab Suci dari kedua agama disajikan secara “reader-friendly”. Tetapi bukan hanya konteks masa lampau saja yang diperhatikan melainkan juga konteks Indonesia masa kini, sehingga buku ini

tidak hanya bersifat lintas agama tetapi juga lintas konteks, atau kalau mau menggunakan istilah kerennya, “interkultural”. Saya belajar dari Al Makin, bahwa seorang agamawan atau teolog dalam konteks Indonesia sekarang ini seyogyanya menjadi orang yang memiliki kemampuan lintas ilmu dan lintas

agama yang memadai”.

(3)

informasi dan analisis yang amat kaya tentang fenomena keragaman dan perbedaan yang kita lihat dalam sejarah dari berbagai budaya. Buku ini menjadi salah satu cara bagaimana kita mau tidak mau rendah hati di depan

sejarah dan belajar lebih arif merespon keniscayaan akan keragaman dan perbedaan di jaman sekarang. Buku ini unik karena buku ini memberi contoh

pada kita bagaimana membuka kotak sejarah dan bukannya melipat sejarah yang sering kita lakukan entah atas nama apa saja.

Dr. St. Sunardi (Dosen Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta).

Karya brilian dari seorang peneliti dan ilosof muda prolifk yang menjelaskan keniscayaan keragaman dan kepelbagiaan dalam agama dan budaya. Dengan melihat bukti-bukti sejarah dan menggunakan cara unik dan terkadang pro-vokatif , karya ini menunjukkan walapun bersifat transcendental, agama dalam

praktiknya sesuautu yang manusiawi. Ia merupakan bagian dari sistem budaya yang sangat dinasmis dan kontekstual. Karya yang layak dibaca oleh siapapun

yang menginnkan duna damai tanpa kekerasan apalagi berlatar agama.

Profesor Noorhaidi Hasan (Guru Besar Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Karya Dr. Al Makin ini sungguh spektakuler! Bukan saja karena belum ada buku sejenis yang pernah diterbitkan di Indonesia, tetapi juga buku ini memberi perspektif yang tidak terbayangkan oleh para ilmuwan sosial lainnya

di Indonesia. Dengan konteks historis dan geograis yang disajikan utuh oleh penulis, realitas sosial dan keagamaan di Indonesia dipotret dan dianalisis secara tajam dan menyeluruh. Intinya, realitas keagamaan di Indonesia adalah

cerminan realitas dunia. Begitupun sebaliknya, realitas agama-agama dunia adalah juga realitas yang terjadi di Indonesia dengan segala keragaman dan perbedaannya. Dengan hadirnya buku ini bersama karya-karya tulisan yang

sudah terbit sebelumnya, Dr. Al Makin sekali lagi membuktikan dirinya sebagai seorang sarjana berkaliber dunia yang produktif dalam menghasilkan

buah pemikiran yang bermutu tinggi.

(4)

dan sentuhan inspirasi, peminjaman, pengaruh, pergaulan dan bahkan pergumulan dengan peradaban lain secara sehat dan kritis; dan tak ada pula

peradaban maju yang meratapi perbedaan dan keragaman dalam dirinya, tapi justru menjaga dan merayakannya secara bertanggunggungjawab dan produktif. Buku Al Makin ini menyadarkan kita tentang dua hal penting ini.

Dr. Moch Nur Ichwan (Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Membaca buku ini bukan saja tiba-tiba saya merasa tak sendirian berjalan di muka bumi ini karena apa yang saya yakini dan jalani ternyata kepingan dari sejarah panjang keragaman keberagamaan manusia, dan seolah-olah kalau kita

padatkan semuanya itu dalam 24 jam, maka hidup kita saat ini sebenarnya baru masuk jam 3 sore -- waktunya untuk ngopi agar hidup jangan terlalu

tegang apalagi sampai berkonlik.

Profesor Nadirsyah Hosen (Senior lecturer di Monash University Australia dan Rais Syuriah, PCI Nahdlatul Ulama (NU) Australia dan New Zealand)

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim, Indonesia adalah negara yang perkembangan demokrasinya mengagumkan, tetapi minus toleransi. Toleransi di Indonesia betul-betul dalam keadaan yang menyedihan, karena selalu sajaada kasus intoleransi yang muncul hampir setiap saat. Dalam situasi seperti itu buku Al Makin ini sangat membantu kita mengerti duduk perkara perkembangan sosial politik antargama di Indonesia. Buku yang harus dibaca

oleh para pengamat hubungan antaragama di Indonesia. (Budhy Munawar-Rachman, Dosen STF Driyakarya)

“Buku ini mengantarkan ke pemahaman akan kenyataan bahwa agama-agama kita dewasa ini bukanlah sesuatu yang beku dan utuh dan jatuh dari

langit sejak ‘dari sononya’, melainkan merupakan gagasan yang hidup dan berkembang, yang benihnya mulai tumbuh sejak awal mula munculnya peradaban, sehingga menyadarkan kita bahwa kepercayaan-kepercayaan yang

hidup dewasa ini sejatinya bersaudara.”

(5)

membangun penalaran serta pemaknaan di dalam rentang sejarah panjang. Menjelma dalam peradaban dan budaya setempat. Bahkan sampai dengan

saat ini. Gagasan dan penalaran dari wilayah keilmuan tersebut serta perwujudannya dalam peradaban dan budaya setempat dirunut, diformulasi

dan dituangkan dalam buku ini. Sekaligus, didaratkan di wilayah budaya Indonesia yang memiliki tradisinya sendiri, sekaligus turut dibentuk dan dipengaruhi oleh warisan pemikiran dan cara berekspresi yang berlangsung sepanjang sejarah peradaban hingga saat ini. Semoga pergumulan panjang yang disumbangkan dalam buku ini membantu pemahaman dan turut membangun

cara bernalar serta cara kita mengapresiasi.

Dr. Budi Subanar, SJ, (Ketua Program Pascasarjana Magister Ilmu Religi dan

Budaya, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

Karya bung Al Makin ini menyuguhkan kajian historis yang kaya dan analisis yang sophisticated. “Keragaman dan Perbedaan” berhasil mencapai level yang

hampir mustahil: Buku tipis tapi menjelajah rentang sejarah manusia yang panjang, disajikan secara komprehensif, otoritatif, mendalam, provokatif dan, pada saat yang sama, mudah dipahami pembaca dari khalayak umum. Di saat buku-buku tentang agama bertumpah-ruah secara kuantitas tapi miskin secara kualitas, buku ini merupakan sebuah pengecualian yang perlu disambut hangat

dan didiskusikan secara produktif.

Mun’im Sirry, Ph.D., (Profesor Teologi, University of Notre Dame, Amerika Serikat).

Buku ini mengulas tradisi kemanusiaan universal yang penuh keragaman dan perbedaan sejak dulu sampai sekarang. Upaya untuk meniadakan keragaman dan perbedaan adalah upaya yang berlawanan dengan kemanusiaan dan akan

menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.

(6)

Al Makin

(7)

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis 1.

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 ayat [1]).

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam 2.

Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).

Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta 3.

atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).

Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada 4.

(8)

SUKA-Press

Al Makin

PERBEDAAN

(9)

Budaya dan Agama dalam Lintas Sejarah Manusia

Copyright Al Makin, 2016

Penulis : Al Makin

Design Cover : Ikhman Mudzakir Tata Letak : Maryono

Cetakan Pertama : Maret 2016 Cetakan Kedua : Agustus 2016 Cetakan Ketiga : Maret 2017 xii + 288 hlm, 15, 5 x 23 cm

Penerbit:

SUKA-Press

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Gedung Rektorat Lama Lantai 3 Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 Email: almakin3@gmail.com

Bekerjasama dengan:

Al-Jami’ah Research Center

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Gedung Rektorat Lama Lantai 2 Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 Telpon: (0274) 558186

Email: editor@aljamiah.org sayyidaslam82@gmail.com

ISBN: 978-602-1326-48-0

(10)

Pembuka ...1

Pertanyaan mendasar ...2

Argumen bukan kronologi ...4

Keragaman...5

Terima kasih ...8

Bab Satu Awal Dunia dari Warisan Narasi Kuno ...11

Keterbatasan ingatan masa lalu ...12

Catatan masa lalu ...18

Penciptaan dunia ...30

Bab Dua Kisah Manusia Pertama ...41

Kisah Adam dan Hawa ...42

Mitologi dan cerita lain ...52

(11)

Luasnya dunia ...69

Kisah tertua ...73

Banjir dunia ...79

Dari lokal ke universal ...88

Pengetahuan dunia ...91

Usia dunia ...95

Usia manusia ...102

Bab Empat Keragaman Teologi dalam Sejarah ...105

Teologi dalam sejarah ...105

Sejarah ketuhanan ...111

Melampui abad tujuh ...115

Islam tidak satu ...123

Beberapa versi ‘agama’ ...135

Menekankan perbedaan ...141

Bab Lima Kota-kota Metropolitan ...143

Belum selesai ...144

Damaskus ...147

Baghdad ...159

Unsur Persia ...162

Unsur Syriak dan Yunani ...164

Dinamika dan keragaman ...170

Niscaya ragam ...173

Bab Enam Tradisi Beriman dan Berikir ...175

Dua warisan lama ...175

Berikir ...177

Beriman ...180

Bertemunya iman dan ikir ...183

Warisan kuno dalam tradisi baru...188

Dari agensi aqal, doktrin penciptaan, ke sistem negara ..192

Pencapaian ...195

Serangan ...199

Bantahan ...202

Empirisme ...204

(12)

Persimpangan tradisi Timur dan Barat ...212

Kreasi baru ...218

Perpaduan ...221

Hinduisme ...226

Buddhisme ...233

Kaliyuga ...236

Sinkretisme baru ...243

Keragaman Nusantara ...246

Penutup...249

Daftar Pustaka ...255

Tentang Penulis ...267

(13)
(14)

Pembuka

(15)

berkarya dan memberi ideologi pada dinasti; itulah jalannya sejarah dunia.

Dalam membahas tema-tema dalam buku ini, para Pembaca diajak berkelana dari abad ke abad lain, zaman ke zaman lain, peradaban ke peradaban lain, tradisi keagamaan ke tradisi lain, pemikir ke pemikir lain untuk menghargai bagaimana usaha manusia dalam perjuangannya selama bertahan di planet bumi. Usaha itutelah melahirkan keragaman dan perbedaan dalam tradisi keberagamaan, pengetahuan, dan budaya. Pembaca diharapkan memahami dan menghargai semua khazanah sejarah, dari era kuno, klasik, dan masa lalu; di mana masa sekarang adalah cerminan masa lalu; masa lalu memberi fondasi bagi masa selanjutnya.

Pertanyaan mendasar

Buku ini berusaha menyinggung pertanyaan dan pernyataan mendasar sebagai berikut:

Kapan dunia ini ada dan tercipta?

Buku ini memberi gambaran bahwa banyak tradisi dan konsep kuno, sebelum dan di samping Islam, Kristen dan Yahudi, membahas konsep permulaan dunia, berupa konsep penciptaan(kosmogini dan kosmologi). Konsep alam ini dihadirkan di bab pertama sebagai pembuka dengan menghadirkan perbandingan konsep dari Mesopotamia, Mesir, dan Semitik.

Kapan manusia tercipta dan hadir di dunia?

Berbagai konsep penciptaan manusia pertama di berbagai keyakinan dan mitos kuno dan tradisi masyarakat dikupas di bab kedua. Kisah bagaimana manusia diciptakan Tuhan dilihat dari berbagai sudut pandang dan berbagai mitos: Afrika, Eropa, Jepang, dan Nusantara. Kemudian bab ini menghadirkan penciptaan kuno dari Mesopotamia, Yahudi, Kristen dan Islam.

Bagaimana dunia difahami? Seberapa luaskah alam ini?

(16)

terdapat cerita banjir yang melanda dunia. Kisah banjir termaktub dalam Bibel Perjanjian Lama dan kemudian Qur’an. Disamping kita bahas tentang relasi teks kuno dengan Kitab Suci yang masih diimani hingga kini, kita juga melihat dunia dipersepsikan dalam tradisi kuno; dan ternyata persepsi manusia tentang dunia terus berubah dan berkembang hingga kini.

Ada berapa tradisi agama dan teologi yang kita kenal?

Dalam tradisi agama kita kenal istilah banyak tuhan (polytheisme) dan monoteisme (satu Tuhan); kita telusuri bagaimana rangkaian sejarah dan perkembangan dari keduanya. Keragaman masing-masing tradisi dan juga terutama bagaimana konsep satu Tuhan pun juga melahirkan ragam pemahaman. Mazhab, sekte, perbedaan pandangan dalam monoteisme juga dipaparkan.

Benarkah kota suci dan asal kewahyuan masa lalu itu satu warna?

Jangan bayangkan kota-kota masa lalu itu sangat sederhana dan hanya satu warna: Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad. Kota-kota masa lalu itu sudah kosmopolit dan metropolis karena unsur keragaman etnisitas, budaya, tradisi dan pengetahuan. Terutama gambaran dan sejarah Damaskus dan Baghdad dipaparkan dan diterangkan.

Sejak kapan manusia menggabungkan iman dan akal, teologi dan ilsafat?

Buku ini menyajikan perpaduan iman dan ikir dalam sejarah manusia; yaitu tradisi Yunani bertemu dengan tradisi Yahudi, Kristen dan Islam. Terutama tradisi Islam mengenal para ilosof Muslim yang terbuka dan selalu siap dengan keragaman, karena mereka mengadopsi dan mengadaptasi tradisi berikir kuno Yunani. Penterjemahan dan penafsiran dari Yunani melalui Syriak ke Arab dilakukan pada era Umayyah dan Abbasiyah.

Seberapa ragam kah tradisi Nusantara?

(17)

untuk manusia saat ini. Jika Baghdad, Damaskus, meramu tradisi Yunani, Semitik, Persia, Zoroaster, India; Nusantara tidak kalah majemuknya, tradisi Hindu, Buddha, China, Islam, Kristiani, Eropa, dan lokalitas berpadu dan harmoni. Keragaman dan perbedaan bisa terlihat indah seperti candi Prambanan, di mana di kompleks itu terdapat candi Hindu dan Buddha, Loro Jonggrang dan Sewu.

Dalam membahas beberapa konsep dasar, buku ini mengajak pembaca untuk berpetualang dari masa ke masa untuk melihat berbagai konsep keagamaan dari masa Mesopotamia, Mesir kuno, Yahudi, Kristen klasik, dan Islam; sampai Nusantara juga dari masa Mataram kuno, Majapahit, Demak, dan Mataram Islam. Pandangan ini berguna untuk meluaskan perspektif yang digunakan; juga sekaligus bisa membayangkan bagaimana meletakkan atau memposisikan tradisi sendiri. Tulisan ini mengajak kita menelaah secara jeli konsep di atas, juga sekaligus melihat gambaran umum tentang konsep-konsep dan relasi antar konsep.

Argumen bukan kronologi

Buku ini arahnya sejarah ke belakang, masa kuno, klasik, dan klasik akhir. Tetapi diharapkan pandangan sejarah berguna untuk releksi masa kini. Masa lalu adalah awal dari masa kini; masa lalu menjadi fondasi masa kini, namun juga sekaligus diciptakan pada masa kini. Dengan kata lain, masa lalu membentuk kita, tapi juga kita bentuk. Kadang kita terkejut dengan masa lalu, bahwa pengetahuan tertentu sudah ada di masa lalu. Monoteisme berawal dari masa lalu; polytheisme jauh lebih tua. Cerita banjir sudah ada ribuan tahun sebelum termaktub dalam Kitab Suci. Kisah klasik dimulai dalam Islam di era Baghdad dan Damaskus, bersamaan dengan di Indonesia di era Medang Mataram, Singasari, Majapahit dan akhirnya Demak.

(18)

multi-dimensional approaches (berbagai sisi pendekatan). Runtutan argumen tidak berdasarkan peristiwa demi peristiwa sehingga waktu kronologis linier seperti buku sejarah. Namun, argumen demi argumen disusun berdasarkan tema yang juga dilengkapi dengan bukti sejarah. Buku ini mengajak para pembaca untuk melihat ke belakang, sejarah masa lampau manusia.

Yang didapat setelah membaca buku ini adalah memahami dunia, manusia, tradisi, agama dalam peradaban. Pembaca diajak menggambar peta dunia dan sejarahnya; juga membayangkan bagaimana dunia ini berkembang hingga seperti ini dan itu dimulai dari masa lalu; masa lalu itu seperti apa? Gambaran yang mencakup keterkaitan antara pengetahuan, tradisi, dan budaya. Konsep-konsep yang sepertinya abstrak juga diterangkan supaya gamblang.

Keragaman

Dunia ini beragam, tidak berisi satu warna, tetapi kompleks; di samping bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, warna juga hampir tak terhingga; bisa diolah dan dicampur dengan warna lain, sehingga membentuk warna baru. Walaupun sudah sekian ribu jenis warna, masih mungkin menambah warna baru—dengan maramu antara satu warna dengan lainnya. Saat ini kalau Anda pergi ke toko cat untuk besi atau tembok, bisa dipesan cat warna sesuai dengan selera. Dengan sentuhan teknologi, percampuran warna lama bisa melahirkan warna baru. Dalam cahaya, begitu percobaan Isaac Newton (1643-1727), warna putih merupakan perpaduan dari warna-warni; menyatu dalam satu satu lobang prisma dan berpendar, terpecah, menjadi beragam keluar dari lobang. Setelah melewati kaca prisma, muncul aneka rupa fraksi warna. Begitu juga pelangi di langit sehabis hujan, dari sekedar tetesan air, terkena sinar matahari, susunan aneka warna muncul. Alam raya ini dipenuhi warna; dunia penuh warna dan perbedaan rupa; itu menciptakan keindahan. Susunan berbagai warna melahirkan seni.

(19)

hanya berwarna hitam putih. Terasa bosan, bukan? Dengan berbagai warna dalam lukisan sepertinya itu, obyek menjadi seni. Alam sekitar yang penuh dengan rupa dan warna menambah ragamnya keindahan; keindahan adalah keanekaragaman dan berbagai perbedaan; keanekaragaman merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri: perbedaan itu alami. Penyeragaman adalah rekayasa yang dipaksakan.

Teratur itu rapi, tetapi keteraturan itu bukan penyeragaman mutlak. Keteraturan itu harmonisasi dari perbedaan-perbedaan sehingga membentuk susunan yang dengan mudah mata kita menangkap bentuk. Di suatu jalan raya, di pinggirnya ditanami cemara-cemara yang teratur rapi; dedaunannya dipotong sehingga tampak sama dan meninggi lancip. Walhasil, rapi dan indah. Tetapi sebetulnya cemara-cemara itu tidak seragam seperti penampakannya; masing-masing batang pohon pasti berbeda besarnya satu dengan lainnya; tidak mungkin pohon itu persis sama, apalagi ada sepuluh pohon, pasti berbeda antara satu dan lainnya. Salah satu batang pohon ada yang dijadikan rumah semut; ada yang terluka karena dipatuk burung pelatuk; ada yang tumbuh benjolan, karena cabangnya patah sebab angin yang menerpa keras. Batang pohon cemara di pinggir jalan yang kelihatannya sama persis; pada kenyataannya dipenuhi dengan perbedaan. Tidak mungkin menuntut semua pohon cemara untuk berbatang sama persis, dan simetris. Kesamaan bukan alam semesta dan bukan alami; mungkin itu buatan manusia, seperti pensil, computer, dan mobil. Bahkan buatan manusia yang seragam dalam proses alaminya nanti juga melahirkan perbedaan. Dua mobil dengan merk sama, buatan tahun yang sama, dengan warna yang sama pula, ternyata tidak sama dalam perjalanannya. Satu mobil tergesek catnya, sehingga cacat; mobil yang lain mesinnya rusak, karena pemiliknya lupa mengganti oli secara teratur. Hasilnya dua mobil yang sama menjadi berbeda dalam perjalanannya.

(20)

dikaitkan dengan tradisi lain. Keragaman dalam tradisi manusia tentu tidak seperti cemara yang berjajar di jalan, namun mempunyai variasi dan pola sendiri, di mana tradisi berusia yang bertahan terkait dengan tradisi lain yang telah sirna. Misalnya, Islam adalah agama di mana unsur-unsur ragam ada di dalamnya. Islam sejak hadir di dunia 1500 tahun yang lalu telah dipeluk oleh bermilyar-milyar manusia yang silih berganti, menempati ruang dan waktu yang berbeda. Islam pada setiap generasi mengalami kontekstualisasi dan perkembangan yang tidak sama dengan generasi yang lain. Di Indonesia, masa kerajaan Demak menawarkan situasi yang berbeda dengan Islam pada masa Yogyakarta zaman Belanda. Pada zaman Demak, pesisir menjadi faktor yang dominan mewarnai Islam, di sisi yang lain, kebesaran Majapahit masih terus membayanginya. Di masa Mataram, Islam masuk ke pedalaman sehingga lebih bersifat agraris. Di zaman Yogyakarta, politik Belanda mewarnainya. Dalam Islam, ada tradisi; ada konteks; dan keduanya berinteraksi; ini menghasilkan perbedaan dan keragaman.

Di samping tentang keragaman dan perbedaan, buku ini juga menawarkan sudut pandang: sudut pandang global dan lokal. Menempatkan suatu tradisi, pengetahuan, dan mitos pada tempatnya: dari mana itu berasal; dan bagaimana itu berkembang. Sudut pandang tentang keragaman tradisi keagamaan dan menempatkan tradisi itu dalam sejarah dunia manusia yang luas dan beragam.

(21)

para Pembaca menghargai perbedaan dan keragaman dalam sejarah, pengetahuan, dan tradisi keagamaan; yang merupakan fondasi pokok dalam menghargai dan memahami apa yang kita yakini (ternyata tidak satu dan tidak pula sendiri): ada masih banyak keyakinan, dan tradisi di luar kita.

Tulisan ini tidak membahas secara langsung, dan memberi deinisi apa itu keragaman, tetapi mengajak berkelana sesuai dalam sejarah perjalanan budaya manusia. Perbedaan diterangkan dengan sejarah dan bukti-bukti bahwa segala sesuatu tidak seperti yang selama ini diyakini. Jadi kurang lebih, buku ini lebih tepat disebut sebagai jalan menuju keragaman, bagaimana kita beragam, berbeda, dan berkembang. Dunia ini tidak sederhana, tidak seperti tampaknya sederhana, tetapi rumit karena hubungan antara satu tradisi dengan tradisi lain: budaya satu dengan lainnya; pengetahuan satu dengan lainya, saling mempengaruhi; dan juga bagaimana itu juga mempengaruhi pemahaman kita manusia saat ini. Dengan membaca buku ini diharapkan bisa memahami bagaimana suatu ide itu bermula dan berubah, sehingga kita bisa menempatkankan tradisi sendiri dalam sejarah manusia yang panjang ini.

Terima kasih

(22)

Sejarah manusia sudah panjang, namun sejarah peradaban masih muda; lebih muda lagi sejarah tradisi budaya dan beragama; dan lebih muda lagi pengetahuan dan teknologi.

Penyusunan buku ini berhutang ucapan terima kasih kepada banyak orang dan pihak. Terima kasih atas kejelian Maryono (Mahasiswa Program Magister Studi Agama dan Resolusi Konlik), atas pembacaannya J. Banawiratma, ketulusan Zuly Qodir (Ilmuwan Muhammadiyah), Neng Anggi Ermarini (Ketua Fatayat NU). Terima kasih untuk istri tercinta Ro’fah yang kadang terkejut, kapan Ayah menulis? Kepada Nabiyya Perennia dan Arasy Dei, dua jagoan inspirasi, yang di sela-sela kejenuhan masih tetap asyik diajak berenang; Nabiyya sedang belajar giat untuk ujian, Dei sedang persiapan khitan. Yu Dini yang masak kebuli dan kejutan-kejutan bumbu baru dan selalu menuruti selera Dei.Om Teguh yang selalu siap diajak diskusi. Anis Hidayah sibuk terus. Untuk teman-teman di kantor: Saptoni, teman setia mengurus jurnal Al-Jami’ah. Fatimah Husein, dosen sekaligus juga ‘bos’ yang perduli dan perhatian di LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat). Muhammad Wildan yang mengusulkan judul buku ini dalam kereta api menuju Purwokerto. Muhrison dan Syuhada di kantor yang sama. Di kantor Al-Jami’ah ada Sayyidah Aslamah (Ama), Ahmad Dardiri (Afu), Priyo, Euis Nurlaelawati, Nur Ichwan, Ratno Lukito, Ahmad Bunyan Wahib, dan lain-lain. Para pembaca muda, terima kasih semangat dan masukannya: Afu, Zayyin, dan Lia Khadijah. Teman-teman di Ushuluddin, jurusan Sosiologi Agama, Adib Soia, Roma Ulinnuha, Nurussa’adah, Nailah Abdullah, dan seluruh rekan dosen di UIN Sunan Kalijaga, ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies), Pascasarjana, dan semua yang tidak bisa disebut namanya satu-persatu; para mahasiswa yang selalu siap diajak berdiskusi, di kelas, teater Eska, dan forum lainnya: terima kasih.

(23)
(24)

Penutup

Setelah mengikuti bab demi bab dalam buku ini, Pembaca diharapkan membuka diri terhadap keragaman dan perbedaan dalam teologi, budaya, dan tradisi keagamaan. Kebenaran tidak satu; tradisi agama tidak tunggal; teologi tidak satu versi; kepercayaan dan tradisi keagamaan beragam. Sejarah membuktikan bahwa tradisi berubah dari satu masa ke masa yang lain. Tradisi baru mewarisi tradisi lama. Semua tradisi dan budaya berkembang dan bertahan karena menerima dan mengolah berbagai unsur lain untuk membentuk sesuatu yang baru. Tidak ada sesuatu yang tetap dan tidak mengalami ‘kontekstualisasi’ dalam waktu dan tempat. Semua melakukan penyesuaian. Perubahan adalah keniscayaan dalam sejarah manusia. Tidak seyogyanya seseorang menganggap bahwa yang diyakini merupakan satu-satunya cara pandang dan hanya itu ‘kebenaran’ dan yang lain ‘menyimpang’ dan ‘sesat’.

(25)

India, China, ataupun Jepang merupakan bagian dari sejarah manusia. Narasi timbul, berkembang, dan berubahnya tradisi agama bisa diletakkan dalam sejarah panjang manusia dalam kurun 2,5 juta tahun perjalanan spiesies Homo Sapiens (makhluk yang berdiri tegak dan berikir). Tradisi beribadah dan berteologi itu sendiri merupakan perjalanan ujung akhir sejarah manusia yang tidak lebih usianya dari 20.000 tahun. Tradisi ritual, pengorbanan, doa kepada para Tuhan, dan kebersamaan masyarakat (jamaah) seiring usianya dengan peradaban manusia dalam membangun masyarakat desa, kota, dan negara. Buku ini telah meletakkan iman dan teologi dalam sejarah; bukan sejarah manusia menurut iman dan teologi.

Tiada suatu tradisi yang tidak berawal, dan tiada pula yang tiada berhubungan dengan tradisi sebelumnya. Demikian pula, misalnya tradisi Semitik, sebagai akar bersama Yahudi, Kristiani dan Islam, bergelayut dengan tradisi kuno yang mendahuluinya: yaitu peradaban Mesir dan Mesopotamia. Pun keduanya mungkin juga meneruskan obor sebelumnya. Budaya dan tradisi agama merupakan warisan manusia kuno dan terus dihidupkan hingga zaman ini. Warisan itu tidak tunggal dan sederhana, tetapi bercabang-cabang, berdahan, berbunga, dan beraneka warna. Ketika bunga menjadi buah, dimakan burung atau binatang lainnya, untuk disebar biji-bijinya di tanah lain, lalu tumbuh dan rindang, sebagaimana induknya. Keragaman itulah yang ingin ditekankan dalam buku ini. Keragaman tradisi, budaya, pengetahuan, dan praktek keagamaan, seperti lebatnya hutan di wilayah tropis. Hutan itu akan membosankan jika seluruh tumbuhan berjenis sama: pinus semua, jati semua, atau kelapa sawit semua. Faktanya hutan itu beraneka warna: jenis tumbuhan (merambat, berbatang, rerumputan, dan jenis menumpang batang lain), binatang (terbang, berenang, berlari, merangkak, dan melompat). Semua penuh keragaman, begitu juga tradisi manusia.

(26)

jenis tanaman. Hutan sawit tidak berisi pohon sawit semuanya, tentu disana tumbuh rumput dan rerimbunan serta belukar lain menancap di tanah yang ikut serta memakan pupuk yang ditebar manusia. Begitu juga tradisi manusia tentu rimbun beranting, bercabang, dan berdahan-dahan bak pepohonan di belantara.

Di samping memahami keragaman, perlu juga melihat dengan cara terbang mengangkasa, seperti elang, untuk melihat dengan cara memetakan sejarah manusia. Dengan begitu gambaran perjalanan manusia bertambah jelas di mana letak kita, sebagai manusia yang mewarisi tradisi lama. Manusia bertempat tinggal di kota atau negara, terletak di planet bumi. Planet ini bagian dari tata surya matahari. Matahari adalah bintang, satu di antara milyaran bintang dalam satu galaksi. Galaksi Bima Sakti juga hanya satu di antara milyaran galaksi. Galaksi berkumpul menjadi kluster. Kluster bekumpul menjadi super kluster. Dan seterusnya, hingga alam raya ini maha luas dan kadang teknologi kini belum mampu memahami ketakterhinggaannya.

Di planet bumi ini, berkembang spisies Homo Sapiens, yang baru diketahui nasib dan sepak terjangnya setelah membangun masyarakat. Usia pembangunan masyarakat yang tak lebih dari 20.000 tahun itu tentu muda dibanding dengan usia spiesies manusia itu sendiri. Pengetahuan dan teknologi modern baru berusia sekitar 400 tahun. Teknologi mutaakhir online dan internet sekitar dua dasawarsa. Islam sebagai agama monotheis universal dimulai sekitar 1500 tahun yang lalu. 500 tahun sebelumnya Kristiani di bawah naungan politik emporium Romawi telah mendunia dan meramu tradisi Yunani dan Semitik. Tradisi Kristiani juga ditandai dengan univesalisasi tradisi Israel, kenabian dan kewahyuan menjadi iman segala bangsa. 1000 tahun sebelum Islam, Yunani telah merambah dunia. 3000 tahun sebelum Islam, Mesopotamia dan Mesir sudah membangun kota dan menancapkan kekuasaan. 1000 tahun sebelum Islam, Buddha mengajarkan pencerahan. 1000 tahun sebelum kisah-kisah kenabian Perjanjian Lama dikabarkan ulang di Makkah dan Madinah, kisah Mahabarata dan Ramayana sudah ditularkan dan dinikmati. Begitulah kira-kira secuil dari peta sejarah manusia.

(27)

tradisi masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat lain: baik sebelumnya, sezaman, atau yang akan mewarisi dan mengubah sesudahnya. Tiada tradisi yang mandiri dan tidak berhubungan dengan tradisi lain. Hubungan berupa export dan import gagasan, keyakinan, ritual, dan arsitektur sudah dilakukan lama sekali, sejak manusia bermasyarakat dan membangun kota. Tradisi keagamaan abad pertengahan, di mana Islam berjaya di dua kota, Damaskus dan Baghdad, ditandai dengan sikap akomodatif dan eklektik terhadap berbagai tradisi yang ada, bukan malah mencari keaslian dan kemurnian dari tradisi Arab di propinsi Hijaz. Ilmu pengetahuan, seni, dan tradisi agama merupakan warisan yang dikembangkan setiap masyarakat atau peradaban, dan kemudian diteruskan dan selaraskan oleh peradaban selanjutnya. Perubahan dan penyelarasan merupakan taktik dan strategi untuk pertahanan hidup.

Setelah mengembara dalam bacaan ini, dimulai dari zaman kuno Mesopotamia, yang diapit dua sungai Eufrat dan Tigris: Akkadia, Sumeria, dan Babylonia, kita tahu bahwa benih-benih tradisi agama sudah tumbuh dan merambat dalam bentuk konsep ketuhanan yang polytheis (tuhan berbilang), konsep penciptaan dunia (kosmogini), dan kisah manusia pertama di planet bumi. Konsep-konsep dasar itu lalu bercabang dan berbunga dalam wadah Kitab Suci periode berikutnya, namun dalam bentuk monotheis (Tuhan Esa) yaitu Perjanjian Lama dan kemudian Qur’an.

Mesir yang diairi Nil dengan lumpurnya yang penuh nutrisi meletakkan fondasi tersendiri dalam bangunan tradisi keimanan, sebagaimana juga Mesopotamia, yaitu rumah bagi berbilangnya tuhan dan dewa (polytheisme). Mesir merupakan tempat dibangunnya peradaban dunia. Piramida masih menyimpan ilmu bintang, matahari, teologi, politik dan narasi kehidupan sosial. Ide tentang alam setelah alam ini (eskatologi), ruh dan jiwa, dan juga perhitungan waktu (penanggalan), sudah ada di sana. Sangat wajar jika kisah dua peradaban itu tersimpan rapi di Kitab Suci Semitik (Yahudi, Kristiani dan Islam). Kisah Adam, Ibrahim, dan Ya’qub melewati negeri-negeri Mesopotamia. Sementara kisah Yusuf dan Musa berlatar belakang Mesir.

(28)

Museum lah tempatnya, tidak lagi hidup di masyarakat, tidak diimani dan amalkan. Yunani mengambil alih obor peradaban, diteruskan dan disebarkan di Barat dan Timur. Yunani menjadi penanda globalisasi kuno, lewat penaklukan dan perang. Saat itu juga di India, Hinduisme (seusia dengan tradisi Semitik di Mesopotamia dan Mesir) dan Buddhisme (seusia dengan Yunani) merambah India, lalu juga dibawa ke Asia dan Asia Tenggara. Ketika Yunani turun, obor ini dibawa oleh kekuatan baru Romawi, yang juga sekaligus mengambil peran sebagai rumah bertemunya Semitik dan Hellenisme. Kristiani, sebagai pembaharu Yahudi, telah mendunia seiring dengan kejayaan Romawi. Ketika Romawi turun, Damaskus dan Baghdad mengambil alih kendali dunia. Kedua kota itu mewarisi berbagai tradisi yang ada di Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Semitik. Baghdad dan Damaskus melahirkan perpaduan ragam tradisi seni, pengetahuan, dan keagamaan dan mendorong melejitnya peradaban Islam, yang mengambil alih dunia, berkat watak terbukanya terhadap tradisi yang sudah ribuan tahun lebih tua. Tradisi ilmu pengetahuan Yunani diadopsi dan diadaptasi dengan kewahyuan Semitik, sebagaimana sebelumnya sudah terjadi dalam tradisi Yahudi-Yunani dan Kristiani-Yunani.

(29)

Kinnari. Ini cerminan dari hiasan-hiasan candi-candi tua. Ramuan kuno ini juga diteruskan oleh para peletak fondasi bangsa Indonesia modern, dengan menggabungkan unsur Eropa dan keagamaan: Marxisme, nasionalisme, dan agama. Kristiani dari Eropa menyatu juga dengan tradisi lokal Nusantara. Begitu juga tradisi China yang sering terlupakan dan tersisihkan. Dari situlah slogan Bhinneka Tunngal Ika dari Sutasoma Majapahit mendapatkan tempat, namun sudah saatnya dimaknai ulang dan diperluas.

Sejarah kuno dan klasik untuk releksi masa kini. Sejak zaman kuno pun tidak ada tradisi dan budaya yang murni dan mandiri. Relasi antar tradisi, karena manusia sejak zaman kuno sudah membangun kota dan negara, dan antar budaya sudah sedemikian kompleks. Sejarah manusia sudah sedemikian beragam, yang ditandai dengan persamaan dan perbedaan. Penyelarasan demi penyelarasan dilakukan banyak tradisi dan budaya, untuk menghindari tubrukan. Jika masa kuno dan klasik saja sudah sedemikian kompleks dan beragam, masa kini jauh lebih kompleks lagi. Itulah cerminan dan maksud kehadiran tamsil sejarah dalam buku ini. Saat ini apa yang melekat di tubuh dan yang kita konsumsi sehari-hari merupakan kerjasama dari semua pihak dan berasal dari berbagai ragam budaya dunia global dan pasar dunia: pakaian dan aksesoris tidak diproduksi sendiri, tetapi dibeli di mall yang pabriknya entah darimana (dengan nama-nama asing yang keren seperti Levis, Nike, Adidas, Rolex, Tissot, Samsung, Apple, Nokia); mobil dari Korea dan Jepang; alat tulis dari China; pizza dari Italia; McDonald dari Amerika; mie dari China dan Jepang; sup dari Vietnam; mesin cetak dari Jerman; keju dari Perancis: bahasa berbaur dengan Inggris; minyak zaitun dari Italia: kismis dan kurma dari Arab; pecel dari Madiun; coto dari Makasar; lagu dan tarian dari Ambon dan Manado; Pempek dari Palembang; dan lain-lain. Kalau dahulu kala hanya keramik dan tradisi agama (India, Arab, Eropa, dan China), kini semua barang dan sekitar kita sudah bercampur baur antara lokal dan asing. Jadi saat ini jauh lebih kompleks dan beragam. Penyeragaman atau pemurnian budaya sangat tidak mungkin. Zaman kuno dan klasik pun sudah kosmopolit dan metropolis, apalagi saat ini. Zaman kuno pun manusia sudah bijak dan luwes dalam perpaduan dan penyelarasan banyak unsur tradisi, zaman sekarang dituntut untul lebih lagi.

(30)

Daftar Pustaka

Aboebakar, H. 1955. Sedjarah mesdjid dan amal ibadah dalamnja.

Bandjarmasin: Toko buku “Adil.”

Abusch, Tzvi. 2001. “he Development and Meaning of the Epic of Gilgamesh: An Interpretive Essay.” Journal of the American Oriental Society 121 (4): 614–22. doi:10.2307/606502. Achenbach, Joel. 2008. “he God Particle.” National Geographic.

March. http://ngm.nationalgeographic.com/2008/03/god-particle/achenbach-text/2.

Acri, Andrea, and Roy Jordaan. 2012. “he Dikp̄las of Ancient Java Revisited A New Identiication for the 24 Directional Deities on the Śiva Temple of the Loro Jonggrang Complex.”

Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde 168 (2/3): 274–313.

al-Baghdadi, Abu Bakr Ahmad b. Ali al-Khatib. 2004. Tarikh Baghdad. Vol. 1. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

(31)

Al-Mantsur i al-Tafsir al-Ma’thur, Wa Huwa Mukhtasar Tafsir Tarjaman al-Quran. Vol. 6. Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah.

al-Ghazali. 1980. Deliverance from Error (Munqidh Min al-Dalal). Translated by Richard J. Mccarthy. Beirut: American University of Beirut. https://www.aub.edu.lb/fas/cvsp/ Documents/reading_selections/CVSP%20202/Al-ghazali. pdf.

Ali, A. K. M. Yaqub. 1984. “Muslim Calligraphy: Its Beginning and Major Styles.” Islamic Studies 23 (4): 373–79.

“Ancient Planetary Model Animations.” n.d. https://people.sc.fsu. edu/~dduke/models.

“Ancientegypt.co.uk.” 2015. Ancientegypt. Accessed September 14. http://www.ancientegypt.co.uk/gods/explore/main.html. Anderson, Benedict R. O’G. 1991. Imagined Communities:

Relections on the Origin and Spread of Nationalism. London; New York: Verso.

Andreasen, Niels-Erik. 1981. “Adam and Adapa: Two Anthropological Characters.” Andrews University Seminary Studies 19 (3): 179–94.

Aristotle. 2015. Aristotle Organon and Other Works. Translated by WD Ross. Accessed October 21. http://archive.org/details/ Aristotle Organon.

Armstrong, Karen. 1994. A History of God, the 4000 Year Quest of Judaism, Christianity and Islam. New York: Ballantine Books.

“Astronomy Picture of the Day.” 2014. NASA. September 10. http://apod.nasa.gov/apod/ap140910.html.

Babad Demak, Terjemahan Bahasa Jawa. 1997. Yogyakarta: Yayasan Kebudayaan Islam Indonesia and Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Balog, Paul. 1976. Umayyad, ̄bbasid, and T̄l̄nid Glass Weights and Vessel Stamps. New York: American Numismatic Society. “Birmingham Qur’an Manuscript Dated among the Oldest in the

(32)

birmingham.ac.uk/news/latest/2015/07/quran-manuscript-22-07-15.aspx.

Black, Deboral L. 1996. “Al-Farabi.” In History of Philosophy, edited by Seyyed Hossein Nasr and Oliver Leaman, 1:178–97. London: Routledge.

Bodine, Joshua J. 2009. “he Shabaka Stone: An Introduction.”

Studia Antiqua 7 (1): 1–21.

Budge, Wallis E. A., trans. 1895. “he Book of the Dead, the Papyrus of Ani.” In .http://www.sacred-texts.com/egy/ebod/ index.htm (1 of 3) [8/10/2001 11:21:28 AM].

Çaksu, Ali. 2007. “Ibn Khaldun and Hegel on Causality in History: Aristotelian Legacy Reconsidered.” Asian Journal of Social Science 35 (1): 47–83.

Campanini, Massimo. 1996. “Al-Ghazzali.” In History of Philosophy, edited by SeyyedHossein Nasr and Oliver Leaman, 1:258– 74. London: Routledge.

Caubet, Annie, and Patrick Pouyssegur. 2001. Der alte Orient: von 12000 bis 300 v. Christus. Frechen: Komet.

Clement. 1919. Clement of Alexandria. Translated by G. W Butterworth. London; New York: W. Heinemann ; G.P. Putnam’s Sons.

Cliford, Richard J. 1985. “he Hebrew Scriptures Adn the heology of Creation.”heological Studies 46: 507–23. Cory, I.P. 1828. he Fragments; Containing What Remains of the

Writings of Sanchoniatho, Berossus, Abydenus, Megasthenes, and Manetho, Also the Hermetic Creed, the Old Chronicle, the Laterculus of Eratosthenes, the Tyrian Annals, the Oracles of Zoroaster, and Teh Periplus of Hanno. London: William Pickering. http://www.arcive.org/details/ ancientfragments00coryouft.

“Creation Myth.” 2015. Bibliotecapleyades.net. Accessed September 5. http://www.bibliotecapleyades.net/mitos_creacion/esp_ mitoscreacion_0.htm.

Dalley, Stephanie. 1991. Myths from Mesopotamia Creation, the Flood, Gilgamesh, and Others. Oxford: Oxford University Press.

(33)

by H. A. R. Gibb, J H Kramers, E Levi-Provencal, J Schacht, Bernard Lewis, and Ch. Pellat, I:894–909. Leiden: Brill. Eliade, Mircea. 1959. he Sacred and the Profane: he Nature of

Religion. Translated by Willard R Trask. New York: Harcourt, Brace & World.

Eliade, Mircea. 2007. “Mythen und Mythologien.” In Die grossen Mythen der Menschheit, edited by Sergius Golowin, Mircea Eliade, and Joseph Campbell. Erftstadt: Hohe.

Elisseef N. 1983. “Dimashk.” In he Encyclopaedia of Islam, edited by Bernard Lewis, Pellat, and J Schacht, 277–91. Leiden: E.J. Brill. http://referenceworks.brillonline.com/browse/ encyclopaedia-of-islam-2.

Euclid. 1926. he hirteen Books of Euclid’s Elements. Translated by homas Little Heath and J. L Heiberg. Cambridge [England]: University Press.

Fackenheim, Emil L. 1946. “he Possibility of the Universe in Al-Farabi, IbnSina and Maimonides.” Proceedings of the American Academy for Jewish Research 16 (January): 39–70. doi:10.2307/3622267.

Fakhry, Majid. 1983. A History of Islamic Philosophy. New York: Columbia University Press.

Ferry, David. 1991. “Gilgamesh: Tablets X and XI.” Arion: A Journal of Humanities and the Classics, hird Series, 1 (3): 93–116. Fitzpatrick, Richard. 2015. A Modern Almagest An Updated Version

of Ptolemy’s Model of the Solar System. Accessed October 22. Foucault, Michel. 1989. he Archeology of Knowledge. London

[etc.]: Routledge.

Gascoigne, Bamber. 2001. “Creation Stories.” Historyworld. net. ongoing. http://www.historyworld.net/wrldhis/ PlainTextHistories.asp?historyid=ab83#ixzz3kqr7rOtr. Genequand, Charles. 1986. Ibn Rushd’s Metaphysics, A Translation

with Introduction of Ibn Rushd’s Commentary on Aristotles’s Metaphysics, Book Lam. Leiden: Brill.

(34)

George, Kenneth M. 2009. “Ethics, Iconoclasm, and Qur’anic Art in Indonesia.”CUAN Cultural Anthropology 24 (4): 589– 621.

———. 2010. Picturing Islam: Art and Ethics in a Muslim Lifeworld. Chichester, West Sussex, U.K.; Malden, MA: Wiley-Blackwell.

Ghazz̄l̄. 1980. Freedom and Fulillment: An Annotated Translation of Al-Ghaz̄l̄s Al-Munqidh Min Al-Dal̄l and Other Relevant Works of Al-Ghaz̄l̄. Translated by Richard Joseph McCarthy. Boston: Twayne Publishers.

“GHFBlog: Çatalhöyük Added to World Heritage List.” 2015.

Global Heritage Fund | Heritage on the Wire |Çatalhöyük Added to World Heritage List. Accessed September 14. http:// globalheritagefund.org/onthewire/blog/catalhoyuk_world_ heritage_list.

Gof, Matthew. 2009. “Gilgamesh the Giant: he Qumran Book of Giants’ Appropriation of ‘Gilgamesh’ Motifs.” Dead Sea Discoveries 16 (2): 221–53.

Goldschmidt, Arthur. 1983. A Concise History of the Middle East. Boulder: he American University in Cairo Press.

Golowin, Sergius. 2007. “Schopfer von Natur und Mensch.” In

Die grossen Mythen der Menschheit, edited by Mircea Eliade, Joseph Campbell, and Sergius Golowin. Erftstadt: Hohe. Golowin, Sergius, Mircea Eliade, and Joseph Campbell. 2007. Die

grossen Mythen der Menschheit. Erftstadt: Hohe.

Hamori, Esther J. 2011. “Echoes of Gilgamesh in the Jacob Story.”Journal of Biblical Literature 130 (4): 625–42.

Harari, Yuval Noah. 2014. Sapiens, A Brief History of Humankind. London: Harvill Secker.

Haryono, Teguh. 2013. “he Populer Legend of Rara Jonggrang.” In Magical Prambanan, edited by Veronique Degroot, 178– 83.

(35)

Hawking, Stephen. 1988. A Brief History of Time: From the Big Bang to Black Holes. Toronto; New York: Bantam Books. Heidel, Alexander. 1949. he Gilgamesh Epic and Old Testament

Parallels. Chicago: Univ. of Chicago Press.

———. 1951. he Babylonian Genesis, the Story of Creation. Chicago: he University of Chicago Press.

Herodotus. 1890. he History of Herodotus. Translated by G. C Macaulay. London; New York: Macmillan and Co.

Hitti, Philip K. 1953. History of the Arabs, from the Earliest Times to the Present. London: Macmillan and Co.

———. 1971. Makers of Arab History. New York; London: Harper & Row.

Hodgson, Marshall G. S. 1977. he Venture of Islam Conscience and History in a World Civilization.Vol 1. Chicago: University of Chicago Press. http://hdl.handle.net/2027/heb.00894. Hourani, Albert. 1991. A History of the Arab Peoples. Cambridge:

Harvard University Press.

Ibn Khaldun. 1978. he Muqaddimah, an Introduction to History. Translated by Franz Rosenthal. London: Routledge and Kegan Paul in association with Secker and Warburg. https:// asadullahali.iles.wordpress.com/2012/10/ibn_khaldun-al_ muqaddimah.pdf.

Ibn Rushd (Averroes). 2015. Tahafut al-Tahafut (he Incoherence of the Incoherence). Translated by Simon Van Den Bergh. Accessed February 2. http://www.newbanner.com/ Philosophy/IbnRushd/Tahafut_al-Tahafut_en.pdf.

———. 1954. Tahafut al-Tahafut (he Incoherence of the Incoherence). Translated by Simon van den Bergh. London: Luzac.

Inati, Shams. 1996. “IbnSina.” In History of Philosophy, edited by SeyyedHossein Nasr and Oliver Leaman, 1:231–57. London: Routledge.

Iqbal, Muhammad. 1965. he Reconstruction of Religious hought in Islam. [Lahore].

(36)

di Bologna. http://amsdottorato.unibo.it/1117/1/Tesi_ Herrero_de_Jauregui_Miguel.pdf.

Jefery, A., and I. Mendelsohn. 1942. “he Orthography of the Samarqand Qur’̄n Codex.” Journal of the American Oriental Society 62 (3): 175–95. doi:10.2307/594134.

Johnston, Gordon H. 2008. “Genesis 1 and Ancient Egyptian Creation of Myths.”Bibliotheca Sacra 165: 178–94.

Jordaan, Roy E. 1999. “he Śailendras, the Status of the Ksatriya heory, and the Development of Hindu-Javanese Temple Architecture.”Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde

155 (2): 210–43.

Khalidi, Muhammad Ali. 2003. “Al-F̄r̄b̄ on the Democratic City.” British Journal for the History of Philosophy 11 (3): 379–94.

Kh̄n, M. S. 1976. “Al-B̄rūn̄ and the Political History of India.”

Oriens 25/26 (January): 86–115. doi:10.2307/1580658. Klein-Franke, Felix. 1996. “Al-Kindi.” In History of Philosophy,

edited by Seyyed Hossein Nasr and Oliver Leaman, 1:165– 77. London: Routledge.

Knipe, David. 1993. “Hinduism, Experiments in the Sacred.” In

Religious Traditions of the World, A Journey through Africa, North America, Mesoamerica, Judaism, Christianity Islam, Hinduism, Buddhism, China, and Japan, edited by Byron H. Eaerhart, 715–846. New York: Harper-Collins.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Korkut, Şenol. 2008. “Ibn Khaldun’s Critique of the heory of

‘al-Siyâsah al-Madaniyyah.’” Asian Journal of Social Science 36 (3/4): 547–70.

Kriswanto, Agung, trans. 2009. Pararaton, Alih Aksara dan Terjemah. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Kruyt, Alb. C. 1906. Het animisme in den Indischenarchipel. ’s-Gravenhage: M. Nijhof.

Kusumobroto, Sri. 1969. “Preliminary Note on Tjandi Sambisari: A Recently Discovered Temple in Central Java.” Indonesia, no. 7 (April): 1–4.

(37)

Philosophy, edited by Seyyed Hossein Nasr and Oliver Leaman, 1:350–64. London: Routledge.

Lammens, H. 1993. “Mu’awiya.” In EJ Brill’s First Encyclopedia of Islam 1913-1936, edited by M. hHoutsma, A. J Wensinck, E Levi-Provencal, H. A. R. Gibb, and W Hefening, vi:617– 21. Leiden: Brill.

“Laniakea: Our Home Supercluster.” 2015. NASA. Accessed September 17. http://sservi.nasa.gov/articles/laniakea-our-home-supercluster/.

Lester, Robert C. 1993. “Buddhism, the Path to Nirvana.” In

Religious Traditions of the World, A Journey through Africa, North America, Mesoamerica, Judaism, Christianity Islam, Hinduism, Buddhism, China, and Japan, edited by Byron H. Eaerhart, 847–969. New York: Harper-Collins.

Lévi-Strauss, Claude. 1955. “he Structural Study of Myth.”

he Journal of American Folklore 68 (270): 428–44. doi:10.2307/536768.

Lombard, Denys. 2008a. Nusa Jawa: Silang Budaya, Jaringan Asia. Vol. 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

———. 2008b. Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. Vol. 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Makin, Al. 2010a. Representing the Enemy: Musaylima in Muslim Literature. Frankfurt am Main; New York: Peter Lang. ———. 2010b. “Re-hinking Other Claimants to Prophethood:

the Case of Umayya ibn Abi Salt.” Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 48 (1): 165.

———. 2013. “From Musaylima to the Kharijite Najdiyya.” Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 51 (1): 33–60.

———. 2014. “Sharing the Concept of God among Trading Prophets: Reading the Poems Attributed to Umayya B. Abi Salt.” In Religions and Trade: Religious Formation, Transformation and Cross-Cultural Exchange between East and West. Leiden: Brill.

(38)

Marr, Andrew. 2013. A History of the World. London: Pan Books. Miksic, John N. 1991. Borobudur: Golden Tales of the Buddhas.

Hongkong: Periplus.

Miksic, John N, and Slamet Pinardi. 2015. Kraton Ratu Boko: a Javanese site of enigmatic beauty. Yogyakarta: PT (Persero) Tamanwisata Candi Borobudur, Prambanan & RatuBoko. Moran, William L. 1971. “Atrahasis: he Babylonian Story of the

Flood.” Biblica 52 (1): 51–61.

Morewedge, Parviz. 1971. “he Logic of Emanationism and Sūism in the Philosophy of Ibn S̄n̄ (Avicenna), Part I.”

Journal of the American Oriental Society 91 (4): 467–76. doi:10.2307/598443.

———. 1972. “Philosophical Analysis and Ibn S̄n̄’s ‘Essence-Existence’ Distinction.” Journal of the American Oriental Society 92 (3): 425–35. doi:10.2307/600568.

Mostyn, Trevor, and Albert Hourani. 1988. he Cambridge Encyclopedia of the Middle East and North Africa. Cambridge [England]; New York: Cambridge University Press.

Muljana, Slamet. 2006. Tafsir Sejarah Negara Kretagama. Yogya-karta: LKis.

Multatuli. 1972. Max Havelar: atau, lelang kopi Maskapai Dagang Belanda. Jakarta: Djambatan.

Nadvi, Syed Sulaiman. 2012. “Muslims and Greek Schools of Philosophy.” Islamic Studies 51 (2): 213–21.

“Nanna/Suen/Sin (god).” 2015. Text. Accessed September 13. http://oracc.museum.upenn.edu/amgg/listofdeities/nanna-suen/.

Nehmé, Laïla. 2010. “A Glimpse of the Development of the Nabataean Script into Arabic Based on Old and New Epigraphic Material.” Proceedings of the Seminar for Arabian Studies 40 (January): 47–88.

Njozi, Hamza M. 1990. “he Flood Narrative in the Gilgamesh Epic, the Bible and the Qur’an: he Problem of Kinship and Historicy.” Islamic Studies 29 (3): 303–9.

(39)

Yogyakarta: Narasi.

Origen. 2001. Origen on Prayer. Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library. URL: http://www.ccel.org/ccel/ origen/prayer.html.

Philo. 1854. he Works of Philo Judaeus, the Contemporary of Josephus. Translated by Charles Duke Yonge. London: H.G. Bohn. Pliny the Elder. 1979. Natural History. I, I. Translated by Harris

Rackham. Cambridge (Mass.); London: Harvard university press ; W. Heinemann.

“Points of Similarity between the Babylonian and Noachian Flood Stories.” 2015. Religious Tolerance. Accessed September 12. http://www.religioustolerance.org/noah_com.htm.

Porphyry. 2003. Porphyry Introduction. Translated by Jonathan Barnes. Oxford; New York: Oxford University Press.

Porter, Joshua R. 2007. Die Bibel. Köln: Taschen.

Punika Sêrat Dewaruci Ingkang Sampun Mawi Wrêdi. 1928. Kediri: Tan Gun Swi Kêdhiri.

Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa, Dari Mataram Kuno Sampai Akhir Majapahit. Jakarta: Komunitas Bambu. Ranggasutrasna, Ngabei, Yasadipura II, and Sastradipura. 2008.

Centhini, Tambangraras-Amongraga. Edited by Darasuprapta. Vol. 2. Jakarta: Balai Pustaka.

Ratnagar, Shereen. 2009. he Compact Timeline History of Ancient Egypt. Cambridge: Worth Press.

Ratner, Brett. 2014. Hercules. 3d action fantasy. Paramount Pictures.

Reece, Spencer. 2010. “Gilgamesh.” Poetry 196 (1): 67–74.

Ricklefs, M. C. 1988. Sejarah Indonesia Modern. Translated by Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rose-Marie, and Rainer Hagen. 2002. Agypten, Menschen, Gotter, Pharaonen. Koln: Taschen.

(40)

Shamsi, F. A. 1984. “Ibn Sina’s Argument Against Atomicity of Space/Time.” Islamic Studies 23 (2): 83–102.

Shiraishi, Takashi. 1990. An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 1912-1926. Ithaca: Cornell University Press.

Sinaga, Anicetus B. 1981. he Toba-Batak High God: Transcendence and Immanence. St. Augustin, West Germany: Anthropos Institute.

Soekarno. 2005. “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.” In

Dibawah Bendera Revolusi. 1–22. Jakarta: Yayasan Bung Karno.

Soimah. 2015. “Lirik Lagu: Anoman Obong oleh Soimah :: Cari Lirik Lagu Di Wow Keren.com ?” LirikLagu: AnomanObongOlehSoimah ::CariLirikLagu Di WowKeren. com ?Accessed November 4. http://www.wowkeren.com/ lirik/soimah/anoman-obong.html.

Spittler, Gerd. 2002. “Ibn Khaldûn. Eine Ethnologische Lektüre.”

Paideuma 48 (January): 261–82.

Sundermann, Wilhelm Heinrich. 1905. Die Insel Nias und die Mission daselbst: eine Monographie. Barmen: Verlag des Missionshauses.

Tabari, Muhammad b. Jarir.1972. Jami Al-Bayan i Tafsir al-Quran. Vol. 30. Beirut: Dar al-Ma’rifah.

Tamtik, Svetlana. 2007. “Enuma Elish: he Origins of Its Creation.”

Studia Antiqua 5.1, Spring 2007 5 (1): 65–76.

Tantular, Mpu. 2009. Kakawin Sutasoma. Translated by Dwi Woro Retno Mastuti and Hastho Bramantyo. Jakarta: Komunitas Bambu.

“he Babylonian Calender.” 2015. Accessed September 13. http:// www.staf.science.uu.nl/~gent0113/babylon/babycal.htm. Tjokroaminoto, Umar Said. 1954. Islam dan sosialisme (tertulis di

Mataram dalam bulan November 1924). Djakarta: Bulan-Bintang.

Tomar, Cengiz. 2008. “Between Myth and Reality: Approaches to Ibn Khaldun in the Arab World.” Asian Journal of Social Science 36 (3/4): 590–611.

(41)

‘Muqaddimah’: Ibn Khaldun’s Individual Aptitudes heory.”

Asian Journal of Social Science 36 (3/4): 465–82.

Wajdi, Muhammad Farid. n.d. Da’irah Ma’arif Al-Qarn al-Isyrunal-Rabi’ Asyar-Isyrin. Vol. 2. Beirut: al-Maktabah al-Ulumiyyah al-Jadidah.

Warneck, Joh. 1909. Die Religion der Batak; ein Paradigmafür die animistischen Religionen des Indischen Archipels,. Göttingen; Leipzig: Vandenhoeck & Ruprecht; J.C. Hinrichs.

Wasilewska, Ewa. 2000. Creation Stories of the Middle East. London; Philadelphia, PA: Jessica Kingsley Publishers.

Welch, A T, R Paret, and J D Pearson. 2012. “Al-Kur’an.” In

Encyclopedia of Islam, Second Edition, edited by P Bearman, h Bianquis, T E Bosworth, van Donzel, and W P Heinrichs. Leiden.

Westermann, Claus. 1973. What Does the Old Testament Say About God? Edited by Friedmann Golka. Atlanta: John Knox Press.

Wiltshire, Katharine. 2005. Zeittafel Der Antike: Mesopotamien, Agepten, Griechenland, Rom. Translated by Jolana Ascherl. Nurnberg: Tesslof Verlag.

Wolf, Hope Nash. 1969. “Gilgamesh, Enkidu, and the Heroic Life.” Journal of the American Oriental Society 89 (2): 392– 98. doi:10.2307/596520.

Young, Warren L. 1973. “Ibn Khaldūn et L’état Islamique.” Cahiers Internationaux de Sociologie, nouvelle série, 55 (July): 315– 20.

̌abkar, Louis V. 1968. A Study of the Ba Concept in Ancient Egyptian Texts. Chicago: University of Chicago Press.

(42)

Tentang Penulis

(43)

akan terbit Challenging Islamic Orthodoxy: Lia Eden’s Prophetic Movements and Public Responses (Springer). Al Makin juga editor in chief of international Journal Al Jamiah dan Kepala Pusat Penelitian UIN Sunan Kalijaga. Dan ia telah menerbitkan sejumlah artikel di jurnal internasional ternama. Ia juga rutin menulis opini di Koran

he Jakarta Post.

(44)

A

Abbasiyah 3, 27, 35, 46, 50, 51, 107, 109, 115, 117, 126, 127, 129, 131, 132, 143, 151, 156, 159, 160, 163, 164, 166, 170, 192, 216, 226, 227, 237

Abdallah b. Abbas 108

Abdallah b. Muqaffa 164

Abdhidharma 22

Abd Malik b. Marwan 126

‘Abdullah b. Mas’ud 126

Abhayagirivihara 229

Abid b. Syuryah 155

Abissinia 153

Aborigin 46, 221

Abraham 110, 111, 112, 113, 114, 149, 182

Abu Abbas al-Saffah 160, 163

Abu ‘Amr ibn al-’Ala’ 126

Abu Aswad al-Duali 126, 131, 156

Abu Bakr 126, 137, 139, 144, 147, 153, 172, 255

Abu Bisyr Matta 192

Abu Ja’far 127

Abu Musa al-Asy’ari 108, 139

Abu Nuwas 164

Abu Sufyan 116, 150, 153

Abu Ubaydah 150

Abu Utsman al-Dimasyqi 167

Active cause 184

Adaba 46, 65, 66

Adad-nirari II 160

Adam ix, 15, 16, 25, 33, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 60, 65, 66, 67, 82, 102, 103, 110, 141, 252, 256, 263

Adidas 254

Ad ininitum 203

Afrika 2, 23, 25, 46, 47, 54, 90, 100, 102, 116, 120, 176, 216

(45)
(46)
(47)

170, 171, 173, 178, 180, 188,

(48)

213, 214, 216, 217, 218, 219,

Claude Levi Strauss 57

(49)
(50)

Facebook 89

Gaius Plinius Secundus 72

(51)
(52)
(53)

Jazirah Arab 12, 20, 24, 39, 50, 71,

Kalilah wa dimnah 164

Kalinga 22

Ki Hajar Dewantoro 243

(54)
(55)
(56)

240, 242, 243, 246, 264, 265

Modiikasi 110, 124, 137

(57)

Mu’jizat 99, 100

NU (Nahdlatul Ulama) 137

(58)

Orthodoks 150

Orthodoksi 107, 108, 109, 121, 155, 156, 158, 188, 199, 201, 204, 205

Ortodoksi Timur, Othodoks Timur

136

Paus Gregorius XIII 93

Pavo Indus 98

Pawon 223, 225

Penanggalan 92, 93, 94, 252

Penanggungan 224

Pendekatan studi Islam 7

(59)
(60)

Rudra 21

Salah al-Din al-Ayyubi 207

Salman al-Farisi 116

Santo Francis Xavier 218

Saraf 197

Sisingamangaraja 135, 247

(61)
(62)
(63)

171, 176, 183, 184, 191, 215

Yuhanna b. Masawaih 167

Yunani x, 1, 3, 4, 14, 15, 16, 17, 18,

Yusuf al-Hajjaj al-Tsaqai 126

(64)

SUKA-Press

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat ditarik satu simpulan bahwa budaya massa adalah sebentuk budaya yang tidak dilahirkan dari rahim tradisi agung sebagaimana yang melekat dalam seni kriya,

Busana yang tetap mengikuti pakem (aturan) salah satu budaya lokal yaitu Jawa tetapi tidak menyimpang dari aturan berbusana umat Islam tersebut dikonsumsi oleh para

Kenyataan ini adalah cara yang menarik, tetapi berhadapan dengan orang dari budaya berbeda membutuhkan pengetahuai keanekaragaman budaya: contoh, cara

Padahal dalam konteks Indonesia, budaya, tradisi, dan agama yang beragam telah menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan, dan dengan demikian mempertentangkan antara Islam

keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya

Busana yang tetap mengikuti pakem (aturan) salah satu budaya lokal yaitu Jawa tetapi tidak menyimpang dari aturan berbusana umat Islam tersebut dikonsumsi oleh para

Oleh karena itu, budaya matembang, magambel, dan masolah, tidak lagi bersifat lokal sebagai tradisi dan budaya masyarakat Hindu Bali, tetapi gaungnya menjadi lebih Nasional bahkan

Asal-usul dunia dalam tradisi Yunani, juga tidak mencakup belahan yang dulu dikira sudah terjawab tuntas menjadi terbatas dari sudut pandang dunia kita saat ini yang telah saling