• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kemitraan dalam Menyelesaikan Mas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Kemitraan dalam Menyelesaikan Mas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Kemitraan dalam Menyelesaikan Masalah Konflik

antara PT. Musi Hutan Persada dan Masyarakat

A. Pendahuluan

Terbentuknya suatu perusahaan merupakan dampak adanya indutrialisasi.

Industrialisasi ini mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dengan

memanfaatkan teknologi yang ada atau menciptakan suatu teknologi baru demi

mempermudah manusia dalam melakukan berbagai kegiatan. Berdirinya suatu perusahaan

tentu akan berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat, baik pengaruh positif maupun

pengaruh negatif. Pengaruh positif dari terbentuknya suatu perusahaan yaitu adanya

peningkatan ekonomi masyarakat, karena perusahaan membutuhkan tenaga kerja dalam

jumlah banyak selain itu juga pendapatan negara akan pajak juga meningkat. Dampak negatif

dari adanya perusahaan yaitu timbulnya kesenjangan masyarakat antara masyarakat kaya dan

masyarakat dengan keadaan miskin, hal ini disebabkan persaingan dalam mendapatkan suatu

pekerjaan terkait dengan produktivitas masyarakat. Selain itu, dampak dari adanya suatu

perusahaan yaitu menimbulkan kerusakan lingkungan baik di sekitar perusahaan seperti

pemadatan tanah, degradasi hutan, deforestasi, rusaknya air tanah, pencemaran sungai dan

lain-lain. Dampak lain terhadap lingkungan dalam sekala yang lebih luas yaitu pencemaran

udara.

Konflik-konflik yang ditimbulkan adanya perusahaan ini mendorong perusahaan untuk

melakukan tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR). CSR

merupakan suatu komitmen yang dibangun oleh perusahaan sebagai bentuk moral perusahaan

dalam memajukan masyarakat sehingga masyarakat dapat menuju ke arah kondisi yang lebih

baik. Program CSR ini merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan-perusahaan yang

memanfaatkan Suber Daya Alam (SDA) atau bersinggungan langsung dengan SDA, yang

diatur dalam UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2011. Dari peraturan tersebut perusahaan yang wajib

melakukan CSR adalah perusahaan yang memanfaatkan atau bersinggungan secara langsung

dengan SDA maka perusahaan juga diharuskan berkomitmen terhadap hilangnya SDA

tersebut yang hasilnya dipindahkan ke perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang tidak berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat

dalam hal komitmen perusahaan terhadap masyarakat akan berdapak pada

(2)

masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari proses produksi

perusahaan. Penolakan-penolakan ini akan berakibat pada proses produksi perusahaan,

sehingga perusahaan akan mengalami kerugian akibat adanya konflik yang terjadi.

Permasalahan yang teradi antara masyarakat Desa Merbau Kecamatan Lubuk Batang

Kabupaten OKU dengan PT. Musi Hutan Persada merupakan salah satu contoh konflik yang

terjadi akibat tidak adanya integrasi antara perusahaan dan stakeholder terkait. dari paparan

tersebut artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak pola kemitraan dalam

menyelesaikan konflik.

B. Pembahasan

Permasalahan yang terjadi antara masyarakat Desa Merbau Kecamatan Lubuk Batang

Kabupaten OKU dengan PT. Musi Hutan Persada yaitu karena adanya protes masyarakat

terhadap perusahaan. Protes masyarakat tersebut didasari oleh perebutan kawasan milik

masyarakat sebagai warisan leluhur mereka oleh perusahaan. Konflik ini berlansung sejak

tahun 1991, yang dimulai dengan penggusuran-penggusuran terhadap tanah rakyat. PT. Musi

Hutan Persada sejak tahun 1993 telah melakukan pematokan dan penggusuran terhadap areal

kelola rakyat yang telah menjadi areal pertanian dan perkebunan, juga pemukiman rakyat.

Akibat dari tindakan perusahaan tersebut masyarakat mengalami dilema mengenai

pemenuhan kebutuhan, karena lahan masyarakat yang digunakan sebagai mata pencaharian

masyarakat telah diakuisisi oleh perusahan.

Untuk menyelesaikan konflik tersebut maka PT. Musi Hutan Persada sudah seharusnya

melakukan tanggung jawab sosial (CSR) terhadap masyarakat. CSR merupakan suatu

program perusahaan yang dilakukan sebagai bentuk komitmen perusahaan terhadap

pembangunan masyarakat. Dalam pengaplikasian program CSR tentu terdapat aktor-aktor

pemangku kepentingan (Stakeholder). Sering kali, aktor-aktor tersebut tidah saling

berkoordinasi satu sama lain akibat dari adanya ego sektoral. Dalam hal ini aktor-aktor

pemangku kepentingan yang berperan yaitu pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.

Padahal, apabila perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap aktor dapat dipertemukan maka

setiap aktor akan memilki kontribusi satu sama-lain. Dampak dari adanya kontribusi antar

aktor tersebut yaitu satu aktor akan menutupi kekurangan aktor yang lain dan begitu juga

sebaliknya, sehingga setiap aktor mendapatkan manfaat dari suatu program tersebut.

Mekanisme ini tentu akan dapat dicapai apabila adanya sistem pengelolaan kelembagaan

(3)

dan tenaga dari lingkungannya dan sebaliknya memberi bahan dan tenaga kepada

lingkungannya.1 Oleh karena itu, dengan melakukan sistem kemitraan maka setiap aktor akan mendapatkan manfaat.

Dalam kemitraan hubungan aktor yang berperan harus dalam level yang sejajar dan

saling mengkontrol satu sama lain. Dal hal ini penguatan ketiga aktor merupakan suatu kunci

dalam mencapai keberhasilal Good Governance. Pada dasarya Good Governance ini

berkaitan dengan upaya dalam melakukan perbaikan kinerja sektor publik melalui

pengembangn dan penguatan hubungan yang harmonis antara ketiga aktor tersebut.

Terdapat tiga aktor sebagai pemangku kepentingan yang saling berhubungan antara

satu sama lain. Aktor-aktor tersebut yaitu: aktor pertama yaitu Pemerintah, dalam hal ini

pemerintah berfungsi sebagai pembuat kebijakan dan regulasi, sebagai badan pengendali dan

pengawas politik, memfasilitasi kepentingan negara dan politik, serta memberikan pelayanan

terhadap kepentingan publik. Aktor kedua yaitu pihak swasta, aktor ini berfungsi sebagai

penggerak yang memicu terjadinya aktivitas ekonomi, meyelenggarakan usaha-usaha

dibidang perindustrian dan perdagangan yang berdampak terhadap kesejahteraan bangsa, dan

memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Aktor ketiga yaitu masyarakat, dalam hal

ini masyarakat berfungsi sebagai subjek sekaligus juga sebagai objek dari penyelenggaraan

program-program pemerintah dan swasta, dan sebagai aktor pengontrol terhadap kinerja

pemerintah dan swasta.

Model kemitraan oleh Sulistyani (2004) diilhami dari fenomena biologis kehidupan

organisme dan mencoba mengangkat ke dalam pemahaman yang kemudian dibedakan

menjadi 3, yaitu: kemitraan semu (Pseudo partnership) merupakan kerjasama antara dua

pihak atau lebih namun tidak sesungguhnya melakukan kerjasama yang seimbang antara

yang satu dengan lainnya, kemitraan mutualistik (Mutualism partnership) merupakan

kerjasama dua pihak atau lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan

kemitraan yaitu untuk saling memberikan manfaat lebih sehingga tercapai tujuan secara

optimal, kemitraan melalui peleburan dan pengembangan (Conjungtion partnershi)

merupakan kemitraan yang dianalogikan dari kehidupan “paramecium”. Dalam proses

1

(4)

kehidupannya, “paramecium” melakukan konjungsi untuk mendapatkan energi dan kemudian

terpisah untuk selanjutnya dapat melakukan pembelahan diri.2

Dalam melakukan program kemitraan tersebut perusahaan dapat melakukan program

kemitraan dengan kelompok Tani atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) seperti

yang dilakukan oleh Perhutani dalam bentuk Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

(PHBM). Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat membuka kesempatan bagi masyarakat

desa di sekitar hutan untuk terlibat secara aktif dalam melakukan pengelolaan hutan.

Keterlibatan aktif ini dimulai yaitu dengan terjalinnya kerjasama antara Perhutani dengan

Lembaga Masyarakat Desa (LMDH). Program Pengelolan Hutan Berbasis Masyarakat

(PHBM) ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, meningkatkan

kemampuan masyrakat baik dalam hal teknologi maupun manajemen organisasi dalam

melaksanakan PHBM, Meningkatkan peran dan tanggung jawab Perum Perhutani,

masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumber daya

hutan, meningkatkan dan menjaga mutu sumber daya hutan, produktivitas dan keamanan

hutan, mendorong terjadinya keselarasan antara pengelolaan sumberdaya hutan dengan

dinamika sosial masyarakat desa hutan, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,

meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara, dan meningkatkan persediaan sumberdaya

kehutanan bagi pengembangan sektor kehutanan yang lebih luas, hal ini terbentuk sebagai

hasil akhir dari keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat.

Dalam sistem PHBM ini, proses Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan

ini dapat dapat dilihat dari segi teori, yaitu Teori Agency Theory. Teori kemitraan (Agency

Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan-hubungan hierarkies atau pertukaran hak

kepemilikan (property right) antar individu atau organisasi, (Eggertsson dalam Saptama:

2009, 221). Dilihat dari teori Agency Theory pertukaran hak yang terjadi antara KPH

perhutani dengan LMDH sudah terjadi dalam pengelolaan hutan, lahan yang dikelola

perhutani diberikan kepada masyarakat (hak masyarakat untuk mengelola lahan tersebut.

Masyarakat punya hak untuk menanami dan merawat dengan cara bagi hasil dengan yang

memberikan hak sebelumnya (Perhutani).3

2Kusumadewi, Tutut A., Hanafi, Imam., Prastyo, Wima Y.”

Kemitraan Bumn Dengan Umkm Sebagai Bentuk Corporate Social Responsbility (CSR) :(Studi Kemitraan PT. TELKOM Kandatel Malang dengan UMKM Olahan Apel di Kota Batu)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No 5,

http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/download/166/147. 01 November 2015

3 Nurzain, Mohamad R., Soeaidy, Saleh., Mindarti, Lely I. Kemitraan Antara KPH Perhutani dan LMDH dalam

(5)

Manfaat adanya program PHBM ini dapat dilihat dari manfaat ekologi, ekonomi dan

sosial. Manfaat ekologi dari adanya program PHBM ini yaitu adanya pola tanam yang sesuai

yaitu pola tanam tumpang sari. Pola tanam ini bermanfaat dalam menjaga keberlangsungan

tanaman kehutanan.Manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari adanya program PHBM yaitu

adanya hasil yang diperoleh masyarakat dari hasil tanaman palawija yang ditanam di lahan

milik kehutanan sebagai bagian lahan bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat. Manfaat sosial yng diperoleh dari program PHBM ini yaitu

menciptakan lapangan kerja serta peningkatan teknologi bagi masyarakat yang tergabung

dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

LMDH dibentuk berdasarkan adanya aspirasi dari warga Desa sendiri secara bottom up,

dan difasilitasi oleh pemerintah Desa. Didirikannya LMDH bertujuan untuk meningkatkan

aspirasi masyarakat dan mempermudah koordinasi sesama anggota LMDH. LMDH sangat

berperan dalam:

a. Memfasilitasi para penggarap lahan (pesanggem) dan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam proses penyusunan rencana, pelaksanaan program, pemantauan

dan evaluasi setiap kegiatan PHBM.

b. Menselaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sehingga sesuai dengan

kondisi serta karakteristik sosial para penggarap lahan sebagai tujuan untuk

mensejahterakan dan merubah taraf hidup mereka.

c. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan peranserta pesanggem dan pihak yang

berkepentingan terhadap pengelolaan dan keberlangsungan fungsi dan manfaat

sumberdaya hutan.

d. Meningkatkan pendapatan negara, desa, pesanggem (penggarap) dan pihak yang

berkepentingan secara bersamaan.

Dalam Partisipasi masyarakat terhadap program PHBM terdiri dari beberapa bentuk

partisipasi. Aspek partisipasi yang dilakuak dalam program PHBM yaitu terdiri dari aspek

perencanaan, aspek pelaksanaan, aspek pemanafatn serta aspek monitoring dan

pengevaluasian.

 Partisipasi Tahap Perencanaan

Aspek perencanaan ini merupakan awal dari seluruh rangkaian kegiatan PHBM.

Perencanaan PHBM disusun berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan hutan lestari

(6)

sehingga partisipasi dari masyarakat sangat dibutuhkan. Semua pihak bersama sama

mengadakan musyawarah, musyawarah tersebut tidak hanya membahas tentang

perjanjian tetapi juga pengenalan PHBM atau sosialisasi dan juga pembentukan forum

komunikasi. Kegiatan–kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi

penentuan jenis tanaman yang akan digunakan, pembagian dan penentuan luas lahan

andil.

 Partisipasi Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini pelaksaan dalam kegiatan PHBM merupakan pengimplementasi hasil

dari tahap perencanaan yang dilakukan sebelumnya. Pada tahap ini terdiri dari

kegiatan keamanan hutan, kegiatan penyuluhan, kegiatan penanaman serta kegiatan

pemeliharaan terhadap tanaman kehutanan.

 Partisipasi Tahap Pemanfaatan Hasil

Suatu program PHBM dapat dikatakan berhasil apabila masyarakat desa hutan juga

ikut menikmati manfaat dari pengelolaan hutan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Kegiatan dalam tahap pemanfaatan hasil diantaranya adalah manfaat kayu

dari Perum Perhutani, manfaat dari pola tanam tumpangsari serta keterlibatan dalam

pembagian kayu hasil dari proses penjarangan.

 Partisipasi dalam Tahap monitoring dan evaluasi.

Tahapan ini merupakan tahap yang penting dalam kegiatan PHBM. Pada tahap ini

dilakukan pengukuran atas keberhasilan program PHBM yang telah dilaksanakan.

kegiatan ini bertujuan untuk menilai pelaksanaan PHBM sehingga tujuannya dapat

tercapai secara optimal sekaligus merupakan pembelajaran bagi perbaikan dan atau

penyempurnaan lebih lanjut.

Proses pelaksanaan program kemitraan ini tentu ada Hak dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh masing – masing aktor. Hak dan kewajiban aktor dalam program PHBM

diatur sebagai berikut :

1. Hak masyarakat desa hutan terhadp program PHBM yaitu menyusun rencana

pelaksanaan kegiatan, melakukan monitoring dan evaluasi bersama Perum Perhutani,

memperoleh manfaat dari program yang dilakukan, dimana hasil tersebut sesuai

dengan nilai dan proporsi dari kontribusi masyarakat terhadap proses produksi, serta

memperoleh fasilitas dari Perum Perhutani dan atau pihak yang berkepentingan untuk

(7)

2. Kewajiban masyarakat terhadap program PHBM yaitu menjaga dan melindungi

sumberdaya hutan untuk keberlanjutan fungsi dan manfaatnya bersama Perum

Perhutani, berkontribusi terhadap proses produksi sesuai dengan kemampuannya, dan

mengoptimalkan fasilitasi yang diberikan oleh Perum Perhutani dan Pihak yang

berkepentingan.

3. Hak Perhutani dalam program PHBM yaitu menyusun rencana kegiatan, melakukan

monitoring dan evaluasi bersama masyarakat desa hutan, memperoleh manfaat dari

program yang dilakukan, dimana hasil tersebut sesuai dengan nilai dan proporsi dari

kontribusi masyarakat terhadap proses produksi, memperoleh dukungan dalam

melakukan perlindungan sumberdaya hutan untuk keberlanjutan fungsi dan

manfaatnya oleh masyarakat desa hutan.

4. Kewajiban Perhutani dalam program PHBM yaitu memberikan fasilitas kepada

masyarakat desa hutan dalam proses penyusunan rencana monitoring dan evaluasi,

berkontribusi dalam proses produksi sesuai dengan rencana Perum Perhutani,

mempersiapkan suatu sistem, struktur dan budaya yang ditentukan oleh Perum

Perhutani sehingga sistem tersebut menjadi lebih kondusif, berkerjasama dengan

pihak yang berkepentingan dalam rangka mendorong pengoptimalisasian dan

berkembangnya suatu kegiatan.

Melihat dari program yang dilakukan oleh Perhutani tersebut maka setiap pemangku

kepentingan akan mendapatkan manfaat sehingga potensi terjadinya konflik dapat

direduksi. Keuntungan yang diperoleh dari adanya program kemitraan ini yaitu tugas

pemerintah terhadap program pengentasan kemiskinan menjadi lebih ringan dengan

adanya bantuan dari perusahaan, keuntunga perusahaan yaitu mengurangi potensi

terjadinya konflik sehinga berdampak peningkatan citra perusahaan, serta keuntungan

yang di dapatkan oleh masyarakat yaitu adanya peningkatan pendapatan masyarakat dari

(8)

A. Kesimpulan

Dalam menyelesaikan konfflik yang terjadi antara PT. Musi Hutan Persada dan

masyarakat dapat dilakukan dengan penguatan peran masyararakat. Peningkatan peran

masyarkat tersebut dapat dilakukan dengan penerapan pola kemitraan antara perusahaan

dengan kelompok tani atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Pola-pola kemitraan

tersebut dapat dilakukan dengan mengadopsi pola kemitraan yang dilakukan oleh

Perhutani.

Pola kemitraan yang dilakukan oleh Perhutani yaitu dengan melakukan Pengelolaan

Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM), dimana masarakat dilibatkan secara aktif

dalamproses pengelolaan hutan. Sehingga dengan melakukan pola kemitraan ini, maka

setiap akor akan mendapatkan keuntungan dari setiap proses produksi perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh dari adanya program kemitraan ini yaitu tugas pemerintah

terhadap program pengentasan kemiskinan menjadi lebih ringan dengan adanya bantuan

dari perusahaan, keuntunga perusahaan yaitu mengurangi potensi terjadinya konflik

sehinga berdampak peningkatan citra perusahaan, serta keuntungan yang di dapatkan

oleh masyarakat yaitu adanya peningkatan pendapatan masyarakat dari hasil kemitraan

(9)

B. Daftar Pustaka

Awang, San Afri, dkk. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan

(LMDH). Jakarta: Harapan prima.

Kurniawan, Andri. 2011. Skripsi Implementasi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Kawasan KPH Telawa (Studi Kasus di LMDH Sumber

Rejeki, Makmur Sejati, Trubus Lestari Dan Yosowono). Fakultas Ekonomi.

Universitas Negeri Semarang.

Kusumadewi, Tutut A, dkk. Kemitraan BUMN dengan UMKM Sebagai Bentuk Corporate Social Resposibility (CSR) Studi Kemitraan PT. TELKOM Kandatel Malang

dengan UMKM Olahan Apel di Kota Batu. Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya. Malang.

Kusumadewi, Tutut A, dkk. Kemitraan BUMN dengan UMKM Sebagai Bentuk Corporate Social Resposibility (CSR) Studi Kemitraan PT. TELKOM Kandatel Malang

dengan UMKM Olahan Apel di Kota Batu. Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya. Malang.

Nugroho, Sigit S. 2011. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Melalui Penguatan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (Kajian Hukum Penguatan Kapasitas LMDH dan Peningkatan Efektivitas PHBM di Desa

Dampit, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi). Jurnal Fakultas Hukum

Vol.12 No. 2. Universitas Merdeka Madiun.

Nurzain, Mohamad R., dkk. Jurnal Kemitraan Antara KPH Perhutani dan LMDH dalam Menjaga Kelestarian Hutan (Studi pada Desa Jengglungharjo Kecamatan

Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung), Vol.2, No.2. Fakultas Ilmu

Administrasi, Universitas Brawijaya Malang.

Susetiawan. 2012. CSR: Komitmen Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Azzagrafika.

Theresia, Clara C. 2008. Skripsi Efektivitas Pengelolaan Hutan Kolaboratif antara Masyarakat dengan Perum Perhutani (Kasus PHBM di KPH Kuningan

dan KPH Majalengka Perum Perhutani Unit III Jawa Barat). Fakultas

Kehutanan. IPB

http://palembang.tribunnews.com/2014/04/17/warga-anggap-pt-mhp-serobot-tanah-ulayat

diakses pada 01 November pukul 14:04

Referensi

Dokumen terkait

Giriş bölümünde, “Tarih İçinde Yunanlılar” konusu işle­ necektir. Yunanca’nm gelişimi ve tarihi, çağdaş Yunanlılık’ın bir öğesini oluşturan Ortodoksluk ve

Yang dimaksud dengan isi wimba adalah objek yang digambar, cara wimba adalah bagaimana objek tersebut digambarkan (tampak samping atau tampak depan, besar atau kecil dan

Untuk mangatasi masalah diatas, pihak museum merasa perlu untuk membuat media baru yang dapat menyampaikan informasi tentang sejarah tanpa mengharuskan pengunjung untuk

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya sendiri dan untuk mempengaruhi individu dalam

(1) Untuk memiliki SPPT-SNI Minyak Goreng Sawit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Produsen dan/atau Pengemas mengajukan permohonan penerbitan SPPT-SNI Minyak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reputasi, biaya hutang, market to book ratio , tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan dan asset tangibility secara simultan

preceptor dan preseptee bertemu dan mendiskusikan tujuan – tujuan yang akan.. http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/index 55 dicapai, 2) mendiskusikan tentang

Kecepatan kompresi memang tidak dilakukan pengujian tetapi dari beberapa pengujian yang dilakukan tingkat kecepatan baik untuk proses kompresi dan dekompresi berbanding