• Tidak ada hasil yang ditemukan

PHP_2013 8 & 9 Recent site activity teeffendi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PHP_2013 8 & 9 Recent site activity teeffendi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perbandingan Hukum

Salah satu tujuan dalam perbandingan

hukum menurut Soerjono Soekanto adalah

dalam rangka pelaksanaan pembaharuan

hukum.

(3)

Prinsip dasar Perbandingan

Prinsip dasar untuk membandingkan

(4)

Perbandingan Hukum Pidana

Objek kajian di dalam perbandingan hukum

pidana adalah membandingkan hukum pidana

materiil serta hukum pidana formilnya.

Perbandingan hukum pidana materiil

membandingkan prinsip-prinsip dasar dari hukum

pidana materiil masing-masing negara, sedangkan

perbandingan hukum pidana formil

membandingkan tentang lembaga dan

(5)

Perbandingan Hukum Pidana

Formil

Hukum pidana formil adalah bentuk-bentuk dan

jangka waktu yang mengikat pemberlakuan hukum

pidana materiil.

(Lihat P.A.F. Lamintang, 1997: 10)

Dengan kata lain, hukum pidana formil adalah

pengaturan tentang prosedur dalam menjalankan

hukum pidana materiil.

Perbandingan hukum pidana tidak hanya

membandingkan prosedurnya melainkan juga

(6)

Perbandingan Hukum Pidana

Formil (lanjutan)

Di dalam kajian ini, yang akan dibandingkan adalah

hukum pidana formil Indonesia dengan Belanda,

Inggris dan Amerika.

Ada tiga hal yang menjadi kriteria pembanding yaitu:

1. Pengaturan hukum pidana formil;

2. Lembaga penegak hukum;

(7)

Kenapa Belanda, Inggris dan

Amerika?

Alasan untuk memilih Inggris, Belanda dan Amerika

sebagai objek perbandingan dalam sistem peradilan

pidana adalah:

1. Sistem hukum yang sama (Belanda);

2. Sistem hukum yang berbeda (Inggris dan Amerika);

3. Adanya kesamaan dalam lembaga penegak hukum

(Inggris, Belanda dan Amerika);

(8)
(9)

Persamaan Indonesia dan Belanda

Sebelum melihat perbedaan antara sistem peradilan pidana Indonesia dan Belanda, baiknya untuk mengetahui persamaan antara sistem peradilan pidana Indonesia dan Belanda.

1. Pengaturan hukum acara terkodifikasi dalam suatu kitab undang-undang, yaitu KUHAP dan Wetboek van

Strafvordering;

2. Pengaturan tentang kewenangan masing-masing lembaga juga diatur di dalam undang-undang tersendiri, misal di Indonesia dengan UU Kepolisian, UU Kejaksaan dll, di

(10)

Persamaan Indonesia dan Belanda

(lanjutan)

3. Adanya lembaga penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, kehakiman, pemasyarakatan dan

advokat;

4. Adanya pembagian daerah hukum seperti pengadilan negeri dan kejaksaan negeri;

5. Adanya kesamaan dalam proses penyidikan,

(11)

Perbedaan Indonesia dan Belanda

Perbedaan antara sistem peradilan pidana Indonesia

dan Belanda dalam pembahasan ini dilihat dari

kriteria kewenangan lembaga penegak hukumnya dan

proses dalam sistem peradilan pidananya.

Walaupun memiliki lembaga penegak hukum yang

sama, namun dalam kewenangannya memiliki

(12)

Perbedaan Kepolisian Indonesia

dan Belanda

Kepolisian Indonesia dibagi ke dalam 33 regional (sesuai dengan propinsi/ POLDA), kemudian masing-masing

regional dibagi lagi ke dalam satuan kabupaten/ kota

(POLRES) dan masing-masing POLRES dibagi lagi ke dalam satuan Kecamatan (POLSEK).

Kepolisian di Belanda dibagi ke dalam 25 (dua puluh lima) regional dan satu polisi nasional, dengan berbagai macam divisi pembantu. Pembagian wilayah tersebut tergantung banyak faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat

(13)

Perbedaan Kepolisian Indonesia

dan Belanda (lanjutan)

No

Variabel

Indonesia

Belanda

1.

Struktur

Organisasi

Non

departemen

dan langsung

berada di

bawah Presiden

Berada di bawah

kementrian

hubungan internal

dan kementrian

kehakiman

2.

Fungsi

utama

Penyelidikan

dan penyidikan

(14)

Perbedaan Kepolisian Indonesia

dan Belanda (lanjutan)

No

Variabel

Indonesia

Belanda

Berada di bawah

perintah kejaksaan

dalam melakukan

penyidikan

(15)

Perbedaan Kepolisian Indonesia

dan Belanda (lanjutan)

No Variabel Indonesia Belanda

4. Kewenangan

untuk

menghentikan penyidikan

Dibatasi oleh undang-undang

Tidak terbatas

5. Kewenangan

penyelesaian perkara di luar persidangan

(16)

Perbedaan Kejaksaan Indonesia

dan Belanda

Seperti halnya Kepolisian, Kejaksaan Indonesia dibagi ke dalam 33 regional (sesuai dengan propinsi/ KEJATI),

kemudian masing-masing regional dibagi lagi ke dalam satuan kabupaten/ kota (KEJARI) kecuali untuk wilayah-wilayah tertentu yang membutuhkan lebih dari satu

Kejaksaan Negeri.

(17)

Perbedaan Kejaksaan Indonesia

dan Belanda (lanjutan)

No Variabel Indonesia Belanda

1. Struktur

Organisasi

Non departemen dan langsung

berada di bawah Presiden

Berada di bawah

kementrian kehakiman

2. Fungsi utama Penuntutan,

penyidikan untuk perkara tertentu dan pelaksana eksekusi

Supervisi penyidikan, penuntutan dan

(18)

Perbedaan Kejaksaan Indonesia

dan Belanda (lanjutan)

No

Variabel

Indonesia

Belanda

3.

Kewenangan

untuk

menghentikan

penuntutan

Terbatas oleh

undang-undang

Tidak terbatas oleh

undang-undang

4.

Kewenangan

penghentian

perkara di luar

persidangan

Tidak ada

Dengan

menggunakan

(19)

Perbedaan Pengadilan Indonesia

dan Belanda

No Variabel Indonesia Belanda 1. Pengadilan

superior dan inferior

Mahkamah Agung Pengadilan Tinggi Pengadilan Negeri

Mahkamah Agung Pengadilan Tinggi

Pengadilan Magistraate

2. Lingkungan

peradilan

Peradilan Umum Peradilan Agama Peradilan Militer

Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan pidana/ perdata

Peradilan Pajak Peradilan Miiliter Peradilan Anak

(20)

Perbedaan Pengadilan Indonesia

dan Belanda

No Variabel Indonesia Belanda 1. Pengadilan

superior dan inferior

Mahkamah Agung Pengadilan Tinggi Pengadilan Negeri

Mahkamah Agung Pengadilan Tinggi

Pengadilan Magistraate

2. Lingkungan

peradilan

Peradilan Umum Peradilan Agama Peradilan Militer

Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan pidana/ perdata

Peradilan Pajak Peradilan Miiliter Peradilan Anak

(21)

Perbedaan Pengadilan Indonesia

dan Belanda

No Variabel Indonesia Belanda

3. Struktur

Organisasi

Berada di bawah Mahkamah Agung

Berada di bawah

(22)

Perbandingan Sistem Peradilan

Pidana Indonesia dan Belanda

Walapun memiliki lembaga penegak hukum

yang secara garis besarnya sama, namun

kewenangan yang dimiliki oleh

masing-masing lembaga penegak hukum tersebut

tidaklah sama. Perbedaan kewenangan

(23)
(24)
(25)

Penyidikan di Belanda

Sebagaimana diatur di dalam Pasal Menurut Pasal 141 Wetboek van Strafvordering (selanjutnya disebut KUHAP Belanda), dinyatakan

bahwa yang berwenang melakukan penyidikan (Opsporing) adalah: 1. Penuntut Umum;

2. Polisi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan c, dan anggota kedua sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Kepolisian Belanda tahun 1993;

3. Kepolisian Militer Kerajaan yang ditunjuk berdasarkan kerjasama antara Menteri Kehakiman dengan Menteri Pertahanan;

(26)

Penyidikan di Belanda (lanjutan)

Di dalam proses penyidikan tindak pidana, kepolisian

melakukan koordinasi dengan penuntut umum, atau

lebih tepatnya dapat dikatakan, kepolisian melakukan

penyidikan berdasarkan arahan dari penuntut umum.

Menurut

Wet Bijzondere Opsporingsbevoegdheden

(BOB)

atau yang juga dikenal dengan

The Special

Powers of Investigation Act

yang berlaku efektif tanggal

01 Februari 2000, Penuntut Umum adalah lembaga

(27)

Penuntutan di Belanda

Setelah penuntut umum menerima dokumen mengenai perkara tindak pidana dari kepolisian, penuntut umum memiliki

beberapa pilihan terhadap perkara tersebut, antara lain: a. Membebaskan perkara tersebut dengan dalih tidak

beralasan (kekuasaan untuk tidak menuntut/ non presekusi). Pembebasan perkara tersebut disebut juga dengan

penolakan (sepot) yang dapat dibedakan ke dalam dua bentuk:

a. Penolakan karena alasan tidak berwenang (bevoegdheidsspot).

(28)

Penuntutan di Belanda (lanjutan)

Setelah penuntut umum menerima dokumen mengenai perkara tindak pidana dari kepolisian, penuntut umum memiliki

beberapa pilihan terhadap perkara tersebut, antara lain: 1. Membebaskan perkara tersebut dengan dalih tidak

beralasan (kekuasaan untuk tidak menuntut/ non presekusi). Pembebasan perkara tersebut disebut juga dengan

penolakan (sepot) yang dapat dibedakan ke dalam dua bentuk:

a. Penolakan karena alasan tidak berwenang (bevoegdheidsspot).

(29)

Penuntutan di Belanda (lanjutan)

2. Apabila tindak pidananya ringan dan juga pada tindak pidana yang lebih serius dengan kriteria-kriteria tertentu, ia dapat mengadakan transaksi dengan pelaku tindak pidana, dengan catatan pelaku tindak pidana setuju untuk membayar

sejumlah uang tanpa penghukuman. Ketentuan ini diatur di dalam Pasal 74 Wetboek van Strafrecht (selanjutnya disebut dengan KUHPidana Belanda)

3. Penuntut Umum dapat membebaskan kasus tersebut setelah memanggil pelaku tindak pidana dan menegurnya karena

(30)

Penuntutan di Belanda (lanjutan)

4. Penuntut Umum dapat menetapkan untuk memberikan

pembebasan bersyarat (

voorwardelijksepot

) dengan

menggunakan syarat berupa penggantian kerugian kepada

korban, menyerahkan pelaku pada departemen sosial

(untuk dibina) atau pusat rehabilitasi medis atau

menempatkannya untuk masa percobaan/ probasi;

5. Penuntut Umum dapat meminta kepada polisi untuk

melengkapi atau menambah informasi mengenai kasus

tadi atau meminta laporan sosial atau kejiwaan dari

(31)

Penuntutan di Belanda (lanjutan)

6. Penuntut Umum dapat mengajukan perkara tersebut

ke hakim komisaris (

rechter-commisaris

) untuk

mengadakan pemeriksaan pendahuluan sebelum

mengambil keputusan;

7. Penuntut Umum dapat menangguhkan keputusannya

untuk menuntut dan tidak hingga batas waktu

penuntutan telah lewat;

(32)

Penuntutan di Belanda (lanjutan)

9. Penuntut umum juga memiliki kewenangan untuk meminta hakim komisaris untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan pendahuluan pada dasarnya hanya dapat dimulai atas permohonan penuntut umum. Setelah pemeriksaan

pendahuluan, penuntut umum hanya memiliki beberapa pilihan terhadap perkara yang diajukan kepadanya, yaitu:

a. Tidak melakukan penuntutan lebih lanjut dan menolak perkara;

b. Melakukan transaksi dengan pelaku tindak pidana sebagaimana telah diuraikan di atas;

(33)

Pemeriksaan Persidangan di

Belanda

Persidangan dilakukan dengan hakim tunggal,

kecuali untuk perkara-perkara tertentu yang

kompleks dan rumit. Hakim memainkan peranan

yang aktif dalam mengajukan

(34)

Pemeriksaan Persidangan di

Belanda (lanjutan)

Hakim tunggal diperuntukkan bagi perkara-perkara

antara lain:

1. Perkara berkaitan dengan pelaku di bawah umur.

Hakim pengadilan remaja (

kinder rechter

) dalam

perkara perdata dan pidana, yaitu hakim yang

memeriksa perkara yang menyangkut remaja usia di

bawah 18 tahun;

(35)

Pemeriksaan Persidangan di

Belanda (lanjutan)

Hakim tunggal dan majelis diperuntukkan bagi

perkara-perkara antara lain:

1. Perkara tindak pidana ekonomi. Hakim polisi ekonomi

(

economische politierechter

) memeriksa

perkara-perkara yang diatur oleh undang-undang pidana

ekonomi;

2. Perkara yang berhubungan dengan militer;

Referensi

Dokumen terkait

tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak pidananya, tetapi yang dipermasalahkan adalah

Kelemahan 10 karakter tindak pidana internasional yang disebutkan oleh Romli Atmasasmita tersebut membawa pada karakteristik baru dalam tindak pidana internasional,

tersebut, jabatan Asisten Residen dihapuskan, wewenang Asisten Residen di bidang hukum acara pidana dialihkan sepenuhnya kepada jaksa, dalam hal ini adalah Kepala Kejaksaan Negeri

tindak pidana, tetapi JPU ragu tentang tindak pidana apa yang paling tepat untuk didakwakan sehingga surat dakwaan yang dibuat merupakan alternatif bagi hakim untuk

Proses identifikasi manusia dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dari cara yang paling sederhana sampai cara yang

Dalam surat dakwaan alternatif, JPU ragu tentang jenis pidana yang akan didakwakan, akan tetapi dalam surat dakwaan subsidair JPU tidak ragu tentang jenis tindak. pidananya,

korban/ barang bukti telah terjadinya suatu tindak pidana, maka terdapat prosedur yang harus dilalui dalam1. mengamankan

Penyidikan Lanjutan pada perkara tindak pidana kehutanan dapat dimaknai bahwa apabila Penuntut Umum melakukan penyidikan namun, Penyidik baik kepolisian maupun PPNS belum melengkapi