• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR PK FULL POKOKE SIAP PRIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEMINAR PK FULL POKOKE SIAP PRIN"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. ( purba dkk, 2008).

Menurut stuart dan laria (2008) perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik ( menciderai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung,dan menentang), spiritual (merasa dirirnya sangat berkuasa, tidak bermoral ).

Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,2008).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa, menurut WHO memperkirakan ada 450 juta orang didunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umumnya terdapat 0,2-0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk dinegara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (maramis, 2004 dalam carolina, 2008).

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa secara komprehensif pada klien dengan gangguan resiko perilaku kekerasan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu memahami konsep dasar keperawatan jiwa dengan kasus gangguan resiko perilaku kekerasan.

b. Penulis mampu melaksanakan pengkajian keperawatan jiwa secara menyeluruh pada klien dengan kasus gangguan resiko perilaku kekerasan. c. Penulis mampu menentukan diagnosa keperawatan dari data hasil pengkajian

yang telah didapat.

(2)

e. Penulis mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan jiwa yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus gangguan resiko perilaku kekerasan sehingga komplikasi dapat dihindari.

(3)

BAB II KONSEP DASAR

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Patricia D. Barry (1998) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998).

Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006).

Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol (Yosep, 2007).

(4)

B. Rentang Respon Marah

Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK

Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.

Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.

Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.

Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.

Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.

C. Proses Terjadinya Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari – hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.

Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :

(5)

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut (Personal meaning).

Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat melakukan kegiatan secara positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega (Resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif (olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif (Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful symptom) (Yosep, 2007).

D. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi menurut (Stuart & Sundeen, 1995), berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :

Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak – kanak

yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau

(6)

tangan dikepal, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima (permissive).

Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadanya.

E. Stresor Prespitasi

Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama – sama mengidentifikasinya. Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal, contoh : stessor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, hingga adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.

Bila dilihat dari sudut perawat – klien, maka faktor yang menncetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yakni : 1) Klien : Kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri. 2) Lingkungan : Ribut, kehilangan orang/objek yang berharga, konflik interaksi sosial (Yosep, 2007).

F. Etiologi

(7)

kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku kekerasan.

G. Akibat

Akibat dari resiko perilaku kekerasan yaitu adanya kemungkinan mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungannya. Kondisi ini biasanya akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif .

H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Fokus

Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu :

Fisik : Muka merah, berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik, nafas pendek, tekanan darah meningkat, penyalahgunaan obat. Emosi : Tidak adekuat, rasa terganggu, tidak aman, marah / jengkel dan dendam. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor. Spiritual : Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebejatan, kebajikan / kebenaran diri dan kreatifitas terhambat karena tidak dapat dipilih secara rasional. Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan (Keliat B.A, 1996).

2. Diagnosa Keperawatan A. Masalah keperawatan :

 Perilaku kekerasan

Data – data yang mendukung menurut Towsend (1998) dan Depkes RI (2006) Data Subjektif :

a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

b. Klien membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

(8)

Data Objektif

a. Klien mengamuk, merusak dan melempar barang – barang. b. Melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

 Resiko perilaku kekerasan Data subjektif :

Klien menyatakan sering mengamuk, klien mengatakan tidak puas bila tidak memecahkan barang, klien mengungkapkan mengancam orang lain.

Data objektif :

Muka merah dan tegang, pandangan tajam, postur tubuh yang kaku, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar – mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit / berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, nafas pendek, menolak.

 Harga diri rendah Menurut Depkes RI (2006) Data subyektif:

Klien mengkritik diri, perasaan tidak mampu, klien merasa bersalah, klien merasa tidak berguna, klien merasa malu, pandangan hidup yang pesimis, penolakkan terhadap kemampuan diri.

Data objektif:

(9)

B. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

(Keliat B.A, 1999)

C. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan

(10)

D. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl

No Diagnosa

Rencanana Tindakan Keperawatan

Intervensi Tujuan Kriteria Evaluasi

DX Keperawatan

1 Resiko 1. Sp1p

perilaku a. Membina Tanda-tanda Bina hubungan saling percaya kekerasan. hubungan percaya kepada 1. Beri salam setiap

saling perawat: berinteraksi.

percaya. 1. Wajah cerah, 2. Perkenalkan nama, tersenyum. panggilan perawat, dan

2. Mau tujuan perawat

berkenalan. berinteraksi.

3. Ada kontak 3. Tanyakan dan panggil

mata. nama kesukaan klien.

4. Bersedia 4. Tunjukan sikap empati, menceritakan jujur dan menepati janji perasaan. setiap kali berinteraksi.

5. Tanyakan perasaan klien

dan masalah yang

dihadapi klien.

b. Mengiden 1. Klien dapat 1. Beri kesempatan

tifikasi mengungkap mengungkapkan

penyebab kan perasaannya.

perilaku perasaannya. 2. Bantu klien dapat

kekerasan. 2. Klien dapat mengungkapkan penyebab

mengungkap marah.

c. Mengiden Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk

tifikasi menyimpulkan mengungkapkan rasa

tanda dan tanda dan gejala jengkel/marah yang

gejala kesal/jengkel dialami.

perilaku yang dialami. 2. Simpulkan bersama klien

kekerasan tanda dan gejala marah.

d. Mengiden 1. Klien dapat 1. Tanyakan kebiasaan

tifikasi mengungkap perilaku kekerasan yang

perilaku kan perilaku dilakukan pasien.

kekerasan kekerasan 2. Beri kesempatan pada

yang yang klien untuk bermain peran

(11)

yang biasa dilakukan.

2. Klien dapat 3. Bicarakan dengan klien

bermain peran apakah perilaku kekerasan

dengan yang biasa dilakukan

perilaku dapat menyelesaikan

kekerasan masalah yang dihadapi

yang biasa klien.

dilakukan.

3. Klien dapat

mengetahui

perilaku

kekerasan

yang biasa

dilkukan dapat

menyelesaikan

masalah atau

tidak.

e. Mengiden Klien dapat 1. Bicarakan akibat/kerugian

tifikasi menjelaskan dari perilaku kekerasan

akibat akibat perilaku yang dilakukan.

perilaku kekerasan yang 2. Bersama klien simpulkan

kekerasan. biasa dilakukan akibat/kerugian dari

oleh klien. perilaku kekerasan yang

dilakukan klien.

3. Diskusikan dengan klien:

a) Apakah klien mau

mempelajari cara baru

mengungkapkan

marah yang sehat.

(12)

alternatif pilihan untuk

mengungkapkan

marah selain perilaku

kekerasan yang

diketahui klien.

f. Mengajar Klien dapat 1. Tanyakan pada klien

kan cara melakukan cara apakah klien ingin

mengon mengontrol mempelajari cara baru

trol perilaku mengontrol perilaku

perilaku kekerasan secara kekerasan secara

kekerasan konstruktif. konstruktif.

2. Berikan pujian jika klien

mengetahui cara yang lain

mengontrol perilaku

kekerasan secara

konstruktif.

3. Diskusikan dengan klien

cara mengontrol perilaku

kekerasan secara

konstruktif :

a. Secara fisik: tari nafas

dalam jika klien sedang

kesal/marah, memukul

bantal/kasur, olah raga

atau pekerjaan yang

memerlukan tenaga.

b. Secara verbal: katakan

bahwa anda sedang

(13)

tersinggung / jengkel.

c. Secara sosial: lakukan

dalam kelompok

cara-cara marah yang sehat,

latihan asertif, latihan

menejemen perilaku

kekerasan perilaku

kekerasan.

d. Secara spiritual:

anjurkan klien untuk

sembahyang, berdo’a/

ibadah lain: meminta

kepada Tuhan untuk

diberi kesabaran

g. Melatih Klien dapat 1. Berikan reinforcement

klien cara mendemonstrasi positif atas keberhasilan

mengon kan cara dan usaha klien dalam

trol mengontrol marah mencoba melakukan cara

perilaku dengan cara mengontrol marah dengan

kekerasan menarik nafas menarik nafas dalam.

fisik I dalam. 2. Motivasi klien untuk

(nafas melakukan tarik nafas

dalam) . dalam sebanyak 5x atau

lebih.

h. Membim Klien mau 1. Motivasi klien untuk

bing memasukan memasukan kegiatan yang

pasien kegiatan yang telah dilakukan ke dalam

memasuk telah dilakukan ke jadwal harian.

kan dalam jadwal 2. Beri reinforcement positif

(14)

ke dalam memasukan kegiatan yang

jadwal telah dilakukan ke dalam

harian. jadwal harian.

2. Sp2p

a. Mem Kilen dapat 1. Motivasi klien untuk

validasi menyebutkan dan menyebutkan dan

masalah mendemonstrasi mendemonstrasikan

dan kan latihan yang latihan sebelumnya.

latihan diajarkan 2. Beri pujian atas jawaban

sebelum sebelumnya. yang benar.

nya.

b. Melatih 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk

klien cara mendemons melakukan cara

mengon trasikan cara mengontrol marah dengan

trol marah mengontrol memukul bantal atau

dengan marah dengan kasur atau benda lunak

cara fisik cara memukul lainnya.

II bantal atau 2. Anjurkan klien untuk

kasur atau mengikuti lalu

benda lunak mempraktikan cara

lainnya. mengontrol marah

2. Klien merasa (memukul bantal).

lega. 3. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

c. Meng Klien bersedia 1. Motivasi klien untuk

anjurkan untuk memasukan memasukan kegiatan yang

klien kegiatan yang telah dilakukan ke dalam

(15)

memasuk dalam jadwal 2. Beri reinforcement positif

kan kegiatan harian. atas tindakan benar yang

kegiatan dilakukan klien.

yang telah

dilakukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian.

3. Sp3p

a. Mem 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk

validasi mengungkap mengungkapkan masalah

masalah kan apa yang dan mendemonstrasikan

dan dirasakan. kembali latihan

latihan 2. Klien dapat sebelumnya.

sebelum menyebutkan 2. Beri reinforcement positif

nya. dan mendemons atas tindakan yang

trasikan kembali dilakukan klien.

latihan

sebelumnya.

b. Melatih 1. Klien mau 1. Motivasi klien untuk

cara mengikuti dan mengikuti apa yang telah

mengon mempraktikan diajarkan.

trol marah apa yang telah 2. Berikan contoh cara

dengan diajarkan. mengontrol perilaku

cara 2. Klien merasa kekerasan dengan

verbal. lega. menolak, mengungkapkan

marah secara verbal. “saya

marah sama kamu”.

(16)

atas tindakan klien yang

benar.

c. Meminta Klien bersedia 1. Motivasi klien untuk

klien memasukan memasukan kegiatan yang

untuk kegiatan yang telah dilakukan ke dalam

memasuk telah dilakuakn ke jadwal kegiatan harian.

kan dalam jadwal 2. Beri reinforcement positif

kegiatan kegiatan harian. atas tindakan benar yang

yang telah dilakukan klien.

dilakukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian.

4. Sp4p

a. Mem 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk

validasi mengungkap mengungkapkan masalah

masalah kan apa yang dan mendemonstrasikan

dan dirasakan. kembali latihan

latihan 2. Klien dapat sebelumnya.

sebelum menyebutkan 2. Beri reinforcement positif

nya. dan atas tindakan yang

mendemonstra dilakukan klien.

sikan kembali

latihan

sebelumnya.

b. Melatih Klien dapat 1. Diskusikan kembali

pasien mengontrol bersama klien latihan yang

(17)

perilaku kekerasan dengan sebelumnya.

kekerasan salah satu cara 2. Bersama klien buat daftar

secara yang diajarkan. efektif yang dapat

spiritual Contoh: dilanjutkan

(berdoa, berwudhu. pelaksanaannya.

shalat, 3. Beri pujian atas usaha

wudhu). yang telah dilakukan.

c. Meminta Klien bersedia 1. Motivasi klien untuk

klien memasukan memasukan kegiatan yang

untuk kegiatan yang telah dilakukan ke dalam

memasuk telah dilakuakn ke jadwal kegiatan harian.

an dalam jadwal 2. Beri reinforcement positif

kegiatan kegiatan harian. atas tindakan benar yang

yang telah dilakukan klien.

dilakukan

ke dalam

jadwal

kegiatan

harian.

5. Sp5p

a. Mem 1. Klien dapat 1. Motivasi klien untuk

validasi mengungkap mengungkapkan masalah

masalah kan apa yang dan mendemonstrasikan

dan dirasakan. kembali latihan

latihan 2. Klien dapat sebelumnya.

sebelum menyebutkan 2. Beri reinforcement positif

nya. dan atas tindakan yang

mendemonstra dilakukan klien.

sikan kembali

(18)

sebelumnya

b. Menjelas Klien dapat 1. Memotivasi klien untuk

kan cara meminum obat menyebutkan kembali

mengon sesuai aturan dan latihan mengontrol

trol cara yang telah perilaku kekerasan yang

perilaku diajarkan. telah diajarkan.

kekerasan 2. Diskusikan bersama klien

dengan tentang latihan yang telah

minum diajarkan sebelumnaya.

obat. 3. Ajarkan klien untuk

meminum obat secara

teratur.

4. Beri reinforcement positif

atas tindakan benar yang

dilakukan klien.

c. Meminta Klien bersedia 1. Motivasi klien untuk

klien memasukan memasukan kegiatan yang

untuk kegiatan yang telah dilakukan ke dalam

memasuk telah dilakuakn ke jadwal kegiatan harian.

kan dalam jadwal 2. Beri reinforcement positif

kegiatan kegiatan harian. atas tindakan benar yang

yang telah dilakukan klien.

Dilakukan Kedalamjadwal kegiatan harian

6. Sp1k

a. Mendisku 1. Keluarga 1. Bina hubungan saling

sikan dapat: percaya dengan keluarga.

masalah - Menjelaskan - Salam perkenalan.

(19)

dirasakan - Menjelaskan - Buat kontrk.

keluarga cara merawat - Eksplorasi perasaan

dalam klien perilaku keluarga klien.

merawat kekerasan. 2. Motivasi keluarga klien

klien - Mendemonstra untuk menyetujui dan

dengan sikan cara mengikuti kontrak.

perilaku perawatan 3. Diskusikan dengan

kekerasan. klien perilaku anggota keluarga tentang:

b. Menjelas kekerasan. - Perilaku kekerasan.

kan - Berpartisipasi - Penyebab perilaku

pengertian dalam kekerasan.

perilaku perawatan - Akibat yang akan

kekerasan, klien perilaku terjadi jika perilaku

tanda dan kekerasan. kekerasan tidak di

gejala 2. Keluarga tangani.

serta mengerti dan - Cara keluarga

proses menyebutkan menghadapi perilaku

kejadian kembali kekerasan klien.

nya. pengertian, 4. Dorong anggota keluarga

c. Menjelas tanda dan untuk mengikuti cara

kan cara gejala, dan merawat klien perilaku

merawat proses kekerasan.

klien terjadinya 5. Beri reinforcment positif

perilaku perilaku pada keluarga.

kekerasan. kekerasan.

7. Sp2k

a. Melatih 1. Keluarga 1. Diskusikan bersama

keluarga mampu keluarga dalam

mempraktik mempraktikan mempraktikan cara

(20)

merawat klien perilaku kekerasan.

klien kekerasan. 2. Motivasi keluarga untuk

perilaku 2. Keluarga mempraktikan cara

kekerasan. mampu merawat klien perilaku

b. Melatih melakukan kekerasan.

keluarga cara merawat 3. Beri reinforcement positif

melakukan langsung klien pada keluarga untuk

cara perilaku respon baik dari anggota

merawat kekerasan. keluarga.

langsung pada klien perilaku kekerasan. 8. Sp3k

a. Membantu 1. Keluarga 1. Diskusikan bersama

keluarga mampu keluarga dalam membuat

membuat membuat jadwal aktivitas di rumah.

jadwal jadwal 2. Motivasi keluarga untuk

aktivitas di aktivitas di membuat dan memenuhi

rumah rumah jadwal aktivitas yang

termasuk termasuk dibuat.

minum minum obat 3. Beri reinforcement positif.

obat. secara 4. Motivasi keluarga untuk

(discharge mandiri. menerima klien.

planning). 2. Keluarga 5. Diskusikan follow up b. Menjelas mematuhi untuk keluarga.

kan follow jadwal yang

up klien telah dibuat

sebelum untuk

pulang. kesembuhan

klien. 3. Keluarga mengerti/ memahami

follow up

yang telah

diarahkan pada klien.

2 Harga Diri Sp1p Tanda-tanda 1. Bina hubungan saling

Rendah 1. Membina percaya kepada percaya dengan

(21)

saling Ekspresi wajah komunikasi terapeutik percaya. bersahabat, a. Sapa klien dengan ramah

menunjukan rasa baik verbal maupun non

senang, ada verbal.

kontak mata, mau b. Perkenalkan diri dengan berjabat tangan, sopan.

mau menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap

nama, mau dan nama panggilan

menjawab salam, kesukaan yang disukai klien mau duduk klien.

berdampingan d. Jelaskan tujuan

dengan perawat, pertemuan.

mau e. Jujur dan menepati janji. mengutarakan f. Tunjukkan sikap empati masalah yang dan menerima klien apa

dihadapi. adanya.

g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. Mengidentifi 1. Aspek positif 2.1. Diskusikan dengan klien kasi aspek dan kemampuan tentang:

positif dan yang dimiliki a) Aspek positif yang

kemampuan klien dimiliki klien,

yang dimiliki 2. Aspek positif keluarga,

keluarga lingkungan

3. Aspek positif b) Kemampuan yang lingkungan dimiliki klien

klien 2.2. Bersama klien buat daftar tentang :

a) Aspek positif yang

dimiliki klien,

keluarga, lingkungan

b) Kemampuan yang

dimiliki klien

2.3.Beri pujian yang realistis,

hindarkan memberi

penilaian negatif.

3. Membantu Klien 3.1. Diskusikan dengan klien klien menilai menyebutkan kemampuan yang dapat kemampuan kemampuan yang dilaksanakan.

yang dimiliki dapat 3.2. Diskusikan kemampuan

untuk dilaksanakan yang dapat dilanjutkan

dilakukan. pelaksanaanya.

4. Membantu Klien dapat 1.1.Rencanakan bersama klien

klien membuat rencana aktivitas yang dapat

merencana kegiatan harian dilakukan setiap hari

kan kegiatan sesuai kemampuan klien.

(22)

dengan sesuai kondisi klien

kemampuan 1.3.Beri contoh cara

yang pelaksanaan kegiatan

dimilikinya setelah pulang.

2. Membantu Klien dapat 2.1.Anjurkan klien untuk

Klien melakukan melaksanakan kegiatan

melakukan kegiatan sesuai yang sudah direncanakan. kegiatan jadwal yang 2.2.Pantau kegiatan yang

sesuai dibuat dilaksanakan klien.

rencana yang 2.3.Beri pujian atas usaha

dibuat yang dilakukan klien.

2.4.Diskusikan kemungkinan pelaksanakan kegiatan setelah pulang.

Sp2p

1.Memvalidasi Kilen dapat 1.1.Motivasi klien untuk masalah dan menyebutkan dan menyebutkan dan

latihan mendemonstrasi mendemonstrasikan

sebelumnya kan latihan yang latihan sebelumnya. diajarkan 1.2.Beri pujian atas jawaban sebelumnya. yang benar.

2. Melatih Klien dapat 2.1. Anjurkan klien untuk

kegiatan melakukan melaksanakan kegiatan

kedua (atau kegiatan selanjutnya yang sudah

selanjutnya) selanjutnya direncanakan.

yang dipilih sesuai jadwal 2.2. Pantau kegiatan yang sesuai yang dibuat. dilaksanakan klien.

kemampuan. 2.3. Beri pujian atas usaha

yang dilakukan klien. 2.4. Diskusikan kemungkinan

pelaksanakan kegiatan setelah pulang.

3. Membimbing Klien mau 3.1.Motivasi klien untuk

klien memasukan memasukan kegiatan yang

memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam dalam jadwal telah dilakukan ke jadwal harian.

kegiatan dalam jadwal 3.2.Beri reinforcement positif

harian harian. pada klien setelah

memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal harian.

Sp1k

1. Mendiskusik 1. Keluarga dapat: 1. Bina hubungan saling an masalah - Menjelaskan percaya dengan keluarga.

yang perasaannya. - Salam perkenalan.

dirasakan - Menjelaskan - Jelaskan tujuan.

keluarga cara merawat - Buat kontrak.

dalam klien harga - Eksplorasi perasaan

(23)

klien dengan - Mendemonstra 5. Motivasi keluarga klien harga diri sikan cara untuk menyetujui dan

rendah. perawatan mengikuti kontrak.

2. Menjelas kan harga diri 6. Diskusikan dengan pengertian rendah. anggota keluarga tentang:

harga diri - Harga diri rendah.

rendah., 3. Berpartisipasi - Penyebab harga diri

tanda dan dalam rendah.

gejala serta perawatan - Akibat yang akan

proses klien harga terjadi jika harga diri

kejadian nya. diri rendah. rendah tidak di tangani. 3. Menjelas kan 4. Keluarga 7. Cara keluarga menghadapi cara merawat mengerti dan harga diri rendah.

klien harga menyebutkan 8. Dorong anggota keluarga

diri rendah. kembali untuk mengikuti cara

pengertian, merawat klien harga diri

tanda dan rendah.

gejala, dan 9. Beri reinforcement positif

proses pada keluarga.

terjadinya

harga diri

rendah. Sp2k

1. Melatih 1. Keluarga 1. Diskusikan bersama

Keluarga mampu keluarga dalam

mempraktik mempraktikan mempraktikan cara

kan cara cara merawat merawat klien harga diri Merawat klien harga diri rendah.

klien harga rendah. 2. Motivasi keluarga untuk

diri rendah. 2. Keluarga mempraktikan cara

2. Melatih mampu merawat klien harga diri

Keluarga melakukan cara rendah.

Melakukan merawat 3. Beri reinforcement positif cara merawat langsung klien pada keluarga untuk respon Langsung harga diri baik dari anggota keluarga. pada Klien rendah.

harga Diri rendah. Sp3k

1. Membantu 1. Keluarga 1. Diskusikan bersama

Keluarga Mampu keluarga dalam membuat

Membuat membuat jadwal aktivitas di rumah. Jadwal Jadwal aktivitas 2. Motivasi keluarga untuk aktivitas di Di rumah membuat dan memenuhi

Rumah termasuk jadwal aktivitas yang

Termasuk Minum obat dibuat.

(24)

planning. Jadwal yang 5. Diskusikan follow up untuk 2. Menjelaskan Telah dibuat keluarga.

Untuk kesembu han klien sebelum pulang Follow up

klien .

(25)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA TN. Z

DIRUANG UPIP RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

I. PENGKAJIAN

Ruang Rawat : UPIP

Tanggal Dirawat : 13 Januari 2015

No. RM : 023460

Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2015

Identitas Pasien

Nama : Tn. Z

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Suku Bangsa : Jawa / Indonesia

Tanggal Lahir : 13 Januari 1982

Alamat : Rembang

Agama : Islam

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Rembang

Hub. Dengan Pasien : Paman

II. ALASAN MASUK

(26)

III. FAKTOR PREDISPOSISI

Keluarga mengatakan pasien sudah masuk rumah sakit jiwa yang ketiga kalinya, sebelumnya pernah dirawat juga, pada tahun 2004 dan 2006 pengobatan sebelumnya kurang berhasil atau putus obat. Didalam keluarga nenek juga mengalami gangguan jiwa. Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik, kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan kriminal. Pasien mengatakan sering ada masalah dalam keluarga, sering berantem sama istrinya karena dianggap selingkuh dengan tetangganya. Pasien sering terbawa emosi, emosinya meluap saat mengetahui istrinya selingkuh. Pasien mengatakan sudah berpisah dengan istrinya semenjak tahun 2006 sudah dibawa ke pengadilan tetapi saat panggilan pertama istrinya tidak datang sampai saat ini belum ada kejelasan dari pengadilan, awal mulanya terjadi keributan dalam keluarga pasien kurang lebih tahun 2004, pasien mengatakan istrinya pergi tanpa izin kabarnya pergi dengan laki-laki lain tetapi pasien tidak mengetahui secara langsung hanya mendapat informasi dari orang lain.

FISIK

1. Tanda – tanda vital TD : 130/70 mmHg N : 80 kali/menit S : 36 0c

RR : 18 kali/menit

2. Ukuran TB : 163 cm BB : 57 kg

IMT = BB/(TB)m2 =57/(1,63)2 =21,9 kg/m2

3. Keluhan fisik

(27)

IV. PSIKOSOSIAL 1. Genogram

Keterangan : : Laki- Laki

: Perempuan

: Pasien

--- : Tinggal Serumah

Pasien adalah kepala rumah tangga dengan mempunyai seorang istri dan seorang anak laki- laki. Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Dalam keluarga yang mempunyai keputusan adalah pasien.

2. Konsep diri 1) Gambaran diri

Pasien mengatakan dia menyukai semua anggota tubuhnya. 2) Identitas diri

Pasien seorang laki-laki, berusia 33 tahun, lulusan SMP, bekerja sebagai nelayan.

3) Peran diri

Pasien sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab terhadap istri dan anaknya

(28)

Pasie mengatan ingin cepat sembuh dan kembali pulang untuk keluarganya.

5) Harga diri

Pasie mengatakan malu dengan dirinya yang sakit jiwa.

3. Hubungan sosial

Pasien mengatakan saat ini orang yang paling mengerti adalah anaknya. Orang terdekat dengan pasien adalah pamannya. Pasien aktif dalam kegiatan dimasyarakat. Hubungan dengan tetangga baik. Pasien tidak malu dan minder jika berinteraksi dengan orang lain.

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Pasien beragama islam, rajin solat lima waktu b. Kegiatan ibadah

Sebelum dan saat sakit pasien rajin solat 5 waktu

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Penampilan cukup rapi, mandi setiap hari, serta memakai baju dari rumah sakit. 2. Pembicaraan

Pasien mampu menguasai pembicaraan, mengawali pembicaraan, dan suara jelas. 3. Aktivitas Motorik

Pasien terlihat agresif dan aktif, Pasien terlihat tegang, gelisah, kontak mata kurang pasien tidak malas dalam aktivitas, tidak ada keluhan atau masalah rentang gerak. 4. Alam Perasaan

Pasien mengatakan sedih dengan keadaan saat ini di RSJ. Karena tidak bisa bertemu keluarganya terkhusus anaknya.

5. Afek

Afek pasien labil kadang-kadang marah saat ada orang yang tidak mau diatur dan sedih jika ingat keluarganya, dan emosi cepat berubah.

(29)

Pasien tampak belum bisa membina hubungan saling percaya, kontak mata kurang, pandangan tajam, nada bicara cepat keras.

7. Proses Pikir

Pasien berbicara yang berbelit belit sampai pada tujuan pembicaraan (sirkumtansial). 8. Persepsi

Pasien mengatakan tidak ada halusinasi dan ilusi yang dirasakan. 9. Isi Pikir

Tidak ada pikiran fobia serta tidak waham. 10. Tingkat Kesadaran

Kesadaran klien tampak bingung dan tidak terfokus. 11. Memori

Pasien mampu mengingat dan tidak ada gangguan memori. 12. Kemampuan Penilaian

Pasien mampu menilai kapan dirinya harus menbantu orang saat membutuhkan bantuan klien, tidak mengalami gangguan dalam penilaian.

13. Daya Tarik Diri

Pasien tahu dan sadar bahwa dirinya di Rumah Sakit Jiwa dan mengalami gangguan jiwa.

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Pasien makan 3x dengan menu dari RSJD Amino Gondohutomo semarang. Pasien selalu makan lahap dan mandiri.

2. BAB/BAK

Pasien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri, pasien juga mampu membersuhkan diri setelah BAB dan BAK secara mandiri.

3. Mandi

Pasien mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore dan kadang lebih dari 2x sehari jika merasa panas, pasien dapat melakukannya sendiri.

4. Berpakaian/berhias

(30)

5. Kebersihan Diri

Pasien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri.

6. Istirahat dan Tidur

Pasien tidak ada keluhan dalam istirahat dan tidur. Pasien bisa tidur kurang lebih 7 jam per hari.

7. Penggunaan Obat

Pasien minum obat sendiri dan bantuan minimal. 8. Pemeliharaan Kesehatan

Pasien mengatakan bolak balik masuk RSJ demi kesembuhannya. 9. Kegiatan didalam Rumah

Semenjak sakit pasien banyak marah-marah, kluyuran, interaksi dengan orang berkurang, berbicara sendiri, tidak melakukan kegiatan apapun dirumah 10. Kegiatan di Luar Rumah

Pasien sering berlayar untuk mencari ikan, untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

VII. MEKANISME KOPING

Pasien mengatakan jika ada masalah dahulu sebelum masuk rumah sakit selalu dipendam dan ketika sudah tidak tahan pasien marah-marah dan mengamuk.

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah denga Dukungan Kelompok

Pasien mengatakan hubungan dengan temannya bik-baik saja dan tidak mempunyai musuh.

2. Masalah berhubungan dengan Lingkungan

Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga dan warga sekitar, lingkungan dimana pasien tinggal baik-baik saja.

3. Masalah denga Pendidikan

Pasien mengatakan sekolah hanya sampai tingkat SMP. 4. Masalah denga pekerjaan

Pasien mengatakan tidak ada masalah denga pekerjaannya dan sekarang selama sakit tidak bekerja lagi.

(31)

Pasien mengatakan tidak ada masalah denga lingkungan sekitar rumahnya.

6. Masalah Ekonomi

Pasien mengatakan dari keluarga yang kecukupan dan tidak ada masalah dalam kebutuhannya.

7. Masalah dengan Pelayan Kesehatan

Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah denga perawat, dokter, dan anggota kesehatan lainnya.

IX. PENGETAHUAN

Pasien mengatakan tahu kenapa dirinya dibawa ke RSJ karena sering marah-marah dan mengganggu orang lain.

X. ASPEK MEDIK

a. Diagnosa Medik Skizofren b. Terapi Medik

- Clozapine 2 x 25 mg

Indikasi : pengobatan penderita resisten skizofrenia - CPZ 2 x100 mg

Indikasi : pengobatan penderita psikosis, gangguan susunan saraf pusat yang membutuhkan sedasi, skizofrenia

- Inj. Zyprexa G 10mg (selama 2 hari)

Indikasi : terapi akut dan pemeliharaan untuk skizofrenia dan psikosis lain dengan gejala utama positif atau negatif

XI. ANALISA DATA

Hari, tanggal Data Problem

Rabu, 14 januari 2015

DS : Pasien mengatakan sering ada masalah dalam keluarga, sering berantem sama istrinya

(32)

karena dianggap selingkuh dengan tetangganya. DO : Pasien terlihat tegang,

gelisah, kontak mata kurang, pandangan tajam, nada bicara cepat keras, afek labil, emosi cepat berubah

Rabu, 14 januari 2015

DS : Pasien mengatakan jika ada masalah selalu dipendam dan ketika sudah tidak tahan pasien marah-marah dan mengamuk.

Pasien mengatakan pernah mau memukul tetangga karena menyinggung perasaannya saat bicara, pasien juga sering memukul-mukul benda atau tembok. DO : tampak gelisah, nada bicara

keras, pandangan mata tajam, afek labil,

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

Rabu, 14 januari 2015

DS : Pasien mengatakan malu dengan dirinya yang sakit jiwa

DO : - Kesadaran klien tampak bingung dan tidak terfokus - Tampak gelisah

Harga Diri Rendah

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

(33)

2. Resiko mengontrol diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 3. Harga diri rendah

XIII. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain Dan lingkungan

Harga Diri Rendah

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Reriko perilaku kekerasan. 2. Harga Diri Rendah

XV. RENCANA KEPERWATAN

Hari / tanggal

Keterangan Intervensi

Dignosa Tujuan Kriteria hasil

Rabu ,

Pasien dapat mensosialisasikan acara, mengendalikan perilaku kekerasan. TUK

1) Pasien dapat membina hubungan

Setelah 3x8 jam pasien dapat menentukan tanda-tanda percaya kepada perawat.

a. Wajah cerah, tersenyum. b. Ada kontak

mata.

(34)

saling percaya. c. Bersedia menceritakan penyebab marahnya.

interaksi. 3. Perkenalkan

nama, nama panggilan dan tujuan perawat berinteraksi. 4. Tanya nama

panggilan yang disukai pasien. 5. Jelaskan

tentang kontrak yang akan dibuat. 6. Beri rasa aman

dan sikap empati. 2) Pasien dapat

mengidentifika si penyebab perilaku kekerasan

1. Pasien dapat mengungkap akan

perasaannya. 2. Pasien dapat mengungkap kan

penyebab perasaan jengkel (dari diri sendiri, lingkungan 2. Bantu pasien

untuk

mengungkapk an penyebab jengkel/kesal.

3) Pasien dapat mengidentifika si tanda-tanda saat marah/

1. Pasien dapat mengungka pakan perasaan

(35)

jengkel saat marah / jengkel. 2. Pasien dapat

menyimpulk 2. Observasi

tanda perilaku kekerasan pada pasien 3. Simpulkan

bersama pasien tanda-tanda jengkel / marah yang dialami. 4) Pasien dapat

mengidentifika si perilaku kekerasan yang bisa dilakukan

1. Pasien dapat mengungka 2. Pasien dapat

bermain 3. Pasien dapat

mengetahui cara yang bisa dilakukan untuk

1. Anjurkan pasien untuk mengungkapk an perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. 2. Bantu pasien

untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. 3. Bicara dengan

(36)

menyesuaik an atau tidak. 5) Pasien dapat

mengidentifika si akibat perilaku kekerasan. .

1. Pasien dapat menjelaskan akibat cara yang digunakan pasien

1. Anjurkan pasien untuk mengungkapk an /

menjelaskan akibat perilaku kekerasan yang dialami. 2. Bantu klien

untuk menjelaskan akibat cara yang digunakan. 6) Pasien dapat

mendemonstra sikan cara fisik untuk tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal.

6.1 diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien. 6.2 beri pujian

atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien 6..3 Diskusikan

cara melakukan tarik napas dalam dengan klien.

(37)

klien cara menarik napas dalam.

7) Klien dapat mendemonstrasi kan cara social untuk mencegah perilaku kekerasan.

7.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara yang baik dengan baik · Menolak dengan baik ·

Mengungkapk an perasaan dengan baik 7.2 Klien dapat

mendemonstra sikan cara verbal yang baik.

7.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien 7.1. Beri contoh

cara bicara yang baik : · Meminta dengan baik · Menolak dengan baik ·

Mengungkapk an perasaan dengan baik 7.2 Minta klien

(38)

Mengungkapk an perasaan dengan baik : “Saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada suara yang rendah. 7.3. Minta klien

mengulang sendiri 7.4 Beri pujian atas

keberhasilan klien. 8) Klien dapat

mendemonstrasi kan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan.

8.1 Klien dapat menyebutkan kegiatan yang biasa

dilakukan 8.2 Klien dapat

mendemonstra sikan cara ibadah yang dipilih 8.3 Klien

mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah.

8.1 Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan 8.2 Bantu klien

menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang rawat 8.2Bantu klien

(39)

8.3 Minta klien mendemonstra sikan kegiatan ibadah yang dipilih. 8.4 Beri pujian atas

keberhasilan klien 8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan kegiatan ibadah.

9) Klien dapat mendemonstrasi kan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.

9.1Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu dan cara minum obat sesuai jadwal yang

ditetapkan.

9.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3x : pukul 07.00, 13.00, 19.00); cara minum obat. 9.1Diskusikan

(40)

sebelum minum obat dan sesudah minum obat · Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh dokter · Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya, penyakit kambuh 9.2 Diskusikan

(41)

10) Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi

10.1 Anjurkan klien untuk mengikuti 10.3 Diskusikan

dengan klien tentang kegiatan selama TAK 10.4 Fasilitasi

klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK da beri pujian atas keberhasilann ya.

(42)

10.6Masukkan jadwak TAK ke dalam jadwal kegiatan harian (self- evaluation). 11) Klien

mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan.

11.Keluarga dapat mendemonstra sikan cara merawat klien.

11.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini 11.2 Jelaskan

(43)

Membantu sikan cara merawat klien. Harga

Diri Rendah

TUM : klien memiliki konsep diri yang positif.

TUK :

1) klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

1. Klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat ,me nunjukan rasa senang, dan kontak mata, mau berjabat tangan ,mau menyebutkan nama , mau menjawab salam ,klien mau duduk berdampingan, dengan perawat , mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapiutik ; - Sapa klien dengan

ramah baik verbal maupun non verbal. - Perkenalkan diri

(44)

adanya.

-Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

1.Klien menyebutkan : - Aspek positif dan kemampuan klien yang dimiliki klien. - Apek Positif keluarga - Aspek positif lingkungan klien.

2.1 Diskusikan dengan klien tentang : -Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan lingkungan. - Kemampuan yang dimiliki klien

2.2 Bersama klien buat daftar tentang: -Aspek positif klien ,keluarga, lingkungan. - Kemampuan yang dimiliki klien.

2.3 Beri Pujian yang

realistis ,hindar kan member penilaian negative.

3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk

dilaksanakan

1 lien mampu menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.

Diskusikan denan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

4) klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan

Klien mampu rencana kegiatan harian.

(45)

yang dimiliki. sesuai kegiatan sesuai kondisi klien. 4.3. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.

5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat.

5.1. Anjurkan klien

melaksanakan kegiatan yang telah

direncanakan. 5.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.

5.3. Beri pujian atas usaha usaha yang dilakukan klien .

5.4. Diskusikan kemungkinan

Klien mampu

memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.

(46)

dukungan selama klien di rawat.

6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO. IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

Data Dx. Resiko perilaku kekerasan.

Ds : pasien mengatakan sering marah-marah jika merasa tersinggung atau diejek orang lain.

Do : pasien matanya merah dan pandangannya tajam jika tersinggung dan ada orang tidak mau diatur.

Tindakan keperawatan SP 1 Pasien

1. Menyapa pasien dngan ramah,sambil

memperkenalkan diri, serta berjabat tangan. 2. Mengidentifikasi

penyebab, tanda dan gejala RPK

3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibatnya.

4. Mengajarkan nafas dalam S :

- Pasien mengatakan “ nama saya Tn. Z “ penyebab marah saya karena istri saya selingkuh dengan

tetangga. jika marah saya memukul-mukul tembok Akibatnya tangan saya sakit.

- Pasien mengatakan mau diajarkan dan mengikuti instruksi “ pak... tarik napas dalam lewat hidung kemudian tahan 3 detik keluarkan lewat mulut pelan-pelan “

- Pasien mengatakan akan melakukan sesuai jadwal. O :

- Pasien tampak bingung - masih gelisah

(47)

5. Membimbing memasukkan dalam jadwal harian.

Rencana tindak lanjut. - Menganjurkan pasien

supaya melakukan nafas dalam secara mandiri sesuai jadwal.

- Akan mengajarkan mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan pukul bantal. Planing keperawatan - Melanjutkan ke SP 2 P - Memvalidasi masalah

pasien

- afek labil

- nada bicara tinggi. A :

- Pasien mampu membina hubungan saling percaya, menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang

dilakukan, akibat dari perilaku kekerasan, serta dapat mengontrol marah dengan cara nafas dalam. P :

- Perawat : lanjutkan SP 2 P ajarkan pukul bantal - Pasien : anjurkan pasien

untuk berlatih cara mengontrol marah dengan tarik napas dalam.

SP2 Pasien

1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

2. Melatih cara mengatur secara fisik dengan kedua tangan memukul bantal 3. Memasukkan kedalam

jadwal harian Rencana tindak lanjut

- Menganjurkan pasien supaya melakukan pukul bantal secara mandiri - Menganjurkan mengontrol

S : - Pasien mengatakan perasaannya mulai tenang dan sudah

melakukan latihan sesuai jadwal, pasien

mengatakan masih ingat nama perawat, dan apa yang diajarkan kemarin - Pasien mengatakan mau

melakukan latihan pukul bantal, caranya

(48)

Resiko perilaku kekerasan dengan menolak dan mengungkapkan masalah secara baik

Planning keperawatan

- Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

- Melanjutkan ke SP3 Pasien

sambil mengumpulkan tenaga kemudian hentakkan ke bantal ungkapkan semua emosi”

- Pasien mengatakan akan melakukan sesuai jadwal O : - Pasien terlihat tenang,

rileks

- Pasien mampu

melakukan latihan pukul bantal dengan baik - Pasien kooperatif

A : Pasien mampu melakukan pukul bantal

P : Lanjutkan SP3 P Ajarkan cara marah yang

kontruktif dengan sosial atau verbal

SP 3 Pasien

1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya, latihan fisik dan obat

2. Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan atau secara verbal

(mengungkapkan,

meminta, menolak dengan benar)

3. Memasukkan kedalam jadwal harian

S : - Pasien mengatakan perasaannya mulai tenang dan sudah

melakukan latihan sesuai jadwal, , dan apa yang diajarkan kemarin - Pasien mengatakan mau

(49)

Rencana tindak lanjut

- Menganjurkan pasien untuk melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan atau secara

verbal(mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)

- Menganjurkan mengontrol Resiko perilaku kekerasan dengan cara spiritual Planning keperawatan

- Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

- Melanjutkan ke SP4 Pasien

O : - Pasien terlihat tenang, rileks

- Pasien kooperatif

A : Pasien mampu melakukan latihan mengontrol marah secara verbal

(mengungkapkan,

meminta, menolak dengan benar).

(50)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pada pendekatan pasien gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan selain diperlukan komunikasi terupetik dalam menjalin hubungan saling percaya antara perawat dan pasien tetapi diperlukan antisipasi untuk pencegahan adanya

tindakan perilaku kekerasan dari pasien untuk keselamatan dan perawat jaga 2. Pasien dengan gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan memerlukan

pendidikan kesehatan tentang pencegahan perilaku kekerasan ( PKPPK ) untuk mencegah perilaku kekerasan.

3. Keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan pada gangguan jiwa sehingga penatalaksanaan regimen dan perawatan berkesinambungan sehingga angka kekambuhan dan lama inap bias turun.

B. SARAN

1. Perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pemberian asuhan keperawatan perilaku kekerasan dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang penatalaksanaan pasien dengan resiko perilaku kekerasan dengan tidak mengesampingkan savety ( keamanan ) baik bagi pasien, perawat dan lingkungan.

2. Rumah sakit harus meningkatkan sumber daya manusia atau perawat dalam penanganan pasien dengan resiko perilaku kekerasan dengan pelatihan atau support system sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Suliswati, Dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( Psychiatric Mental Health Nursing) . Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi 6. Alih Bahasa Yasmin Asih .Jakarta: EGC.

Keliat B. A, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC.

Stuart , Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Alih Bahasa Akhir Yani S. Jakarta : EGC.

Keliat, B. A, 1996. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Reflika Aditama.

Saleh, Ahmad. 2009. Konsep Dasar Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi. http://www.ahmadsalehyahya.blogspot.com/2009/12/halusinasi.html.

(52)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.Z DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG UPIP RSJD DR. AMINO GODOHUTOMO SEMARANG

Disusun Oleh :

Septya Sandy Pambuditama (2.12.107) Setyo Edi Nugroho (2.12.109) Tirta Kumalasari (2.12.114) Tisa Dwi Kristanti (2.12.115)

PRODI D III ILMU KEPERAWATAN

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen kualifikasi dan penawaran yang Saudara ajukan pada pekerjaan Pengadaan Jasa Konstruksi Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan

(1989) yang mengamati peranan vitamin C terhadap induk ikan trout mencatat bahwa pada saat vitelogenesis, kandungan kolesterol serum induk yang menerima pakan dengan

Meski secara umum semua sektor mengalami penurunan investasi riil, sektor Hotel dan Restoran yang merupakan pendorong peningkatan pertumbuhan Provinsi Jambi dari 5,89 persen

kami masih diberi h diberi kesempatan u kesempatan untuk ntuk menyelesaika menyelesaikan maka n makalah ini. dimana dimana makalah makalah ini ini merupakan salah

pengaruh karakteristik sosial ekonomi masyarakat terhadap keberhasilan pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM ) mandiri perkotaan adalah berhasil dengan

Pembelajaran ini dilaksanakan dalam upayanya mensinergiskan potensi fitrah insani yang meliputi IQ, EQ, AQ dan SQ, dirasa masih perlu adanya peningkatan wawasan

regresi yang akan digunakan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan. program SPSS versi 17.0. Adapun langkah-langkah dalam

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI) adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk