• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak Usia 4-5 Tahun pada Anak Kelompok “A” Tahun Ajaran 2016-201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak Usia 4-5 Tahun pada Anak Kelompok “A” Tahun Ajaran 2016-201"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dunia anak berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan. Anak terlahir

sebagai manusia yang memiliki hak untuk hidup, mendapatkan kasih sayang dan

mendapat pendidikan karena anak merupakan karunia sang maha pencipta yang

harus dilindungi, dipenuhi setiap kebutuhan yang diperlukannya dan sebagainya.

Proses tumbuh dan berkembangnya anak dimulai sejak usia dini. Di dalam proses

tumbuh dan berkembang anak usia dini peran lembaga pendidikan sangatlah

penting untuk menunjang perkembangannya.

Trianto dalam Fauzia (2014) mengemukakan anak usia dini merupakan

individu yang berbeda, unik dan memiliki karakter yang khas sesuai dengan

tahapan usianya. Pada enam tahun pertama merupakan masa keemasan (golden

age) dimana anak harus mendapatkan stimulasi seluruh aspek perkembangan

dalam masa tumbuh kembang. Berkaitan dengan itu maka pendidikan anak usia

dini bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat

berkembang secara optimal, sesuai dengan tipe kecerdasannya. Dengan demikian

pendidikan anak usia dini harus dapat merangsang semua aspek perkembangan

anak baik perkembangan bahasa, sosial, fisik motorik dan kognitif.

Salah satu aspek yang penting bagi anak usia dini ialah aspek perkembangan

kognitif karena perkembangan kognitif ini merupakan aspek yang dibutuhkan

dalam kehidupan sehari-hari. Didalam kehidupan bermasyarakat perkembangan

kognitif ini dibutuhkan dalam beberapa kegiatan contohnya seperti menghitung

jumlah belanjaan, berpikir berapa harga untuk setiap satuan benda dan di dalam

pemecahanan masalahan lainnya.

Belajar berhitung merupakan salah satu pelajaran yang memang harus

diberikan kepada anak usia dini akan tetapi pelajaran anak usia dini berbeda

dengan pelajaran anak di sekolah dasar, misalnya pembelajaran anak usia dini

(2)

digunakan untuk bermain atau menghitung jumlah balok yang didapat setiap anak

dan lain sebagainya. Kemampuan mengenal konsep bilangan dapat dilakukan

dengan berbagai cara yang dikemas secara menarik, inovatif dan sesuai dengan

tahapan perkembangan anak usia dini.

Perkembangan Anak usia 4-5 tahun masuk pada tahapan praoprasional

dengan rentang usia 4-7 tahun, Piaget dalam Suparno (2001) membagi

perkembangan kognitif tahapan praoprasional dalam 2 bagian yaitu umur 2-4

tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis, umur 4-7 tahun dicirikan

oleh perkembangan pemikiran intuitif. Menurut piaget dalam Suparno (2001)

pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun berkembang pesat secara bertahap

kearah konseptualisasi, ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual

kepermulaan operasional. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak

masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang

semi-simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis.

Saat mereka berinteraksi dengan benda dan orang di lingkungannya, anak

menguasai pengetahuan fisik dan pengetahuan logis-matematis serentak. Menurut

Charlesworth dalam Beaty (2013) saat ciri fisik objek dipelajari kategori

logis-matematis disusun untuk menata informasi, maka konsep kognitif pun terbentuk

sehingga pembelajaran anak usia dini haruslah bersifat konkrit yang berasal dari

lingkungannya agar anak tidak menjadi terbebani dan bosan.

Bruner dalam Suyanto (2005) juga menyatakan sebaiknya anak yang sedang

belajar angka dimulai dari benda yang nyata sebelum anak mengenal angka, anak

dapat belajar dengan tahapan enaktif yaitu dengan benda konkrit, ikonik dengan

gambar dan simbol dengan kata atau simbol. Berdasarkan teori tersebut maka

seharusnya dalam proses pembelajaran berhitung pendidik mengenalkan secara

langsung dalam mengenal angka 1-10 melalui benda-benda konkrit agar anak

dapat melihat dan memegang secara langsung, tentunya proses tersebut

memerlukan waktu yang lama dan melalui proses yang bertahap.

Kemampuan kognitif pada anak usia 4-5 tahun berdasarkan

(3)

perkembangan kognitif anak meliputi: A. Belajar dan Pemecahan Masalah B.

Berfikir Logis C. Berfikir Simbolik Membilang banyak benda satu sampai

sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan dan standar

tingkat pencapaian perkembangan kognitif berdasarkan PERMENDIKNAS

No.146 tentang kompetensi dasar pengetahuan anak yang didalamnya tercantum

tentang menghubungkan benda-benda konkrit dengan lambang bilangan 1-10.

Dijelaskan oleh Sudaryanti dalam Rejeki (2015) untuk mengajarkan anak

belajar berhitung dapat melalui (1) anak mampu dalam membilang misalnya

melalui sebuah nyanyian dengan jari anak, benda-benda sambil berolahraga. (2)

dapat dikenalkan bentuk angka 1-10 terlebih dahulu agar anak mengenal bentuk

angka dari angka-angka yang sering anak ucapkan. (3) anak diajak untuk

mengurutkan angka yang sudah diacak oleh guru supaya diurutkan sesuai angka

yang benar, anak yang sudah paham akan urutan angka tentu dapat mengurutkan

dengan benar contohnya dengan angka pada kalender yang sudah

dipotong-potong dan dipersiapkan. (4) mengurutkan adalah memasangkan angka yang ada

tersebut dengan bendanya, hal ini dapat melalui gambar yang sudah disusun

dalam lembar kerja anak dan anak cukup menarik garis saja. (5) tahapan yang

terakhir dalam mengenal angka yaitu menuliskan angka sebagai lambang

banyaknya benda.

Berdasarkan dari PERMENDIKNAS No.137 dan 147 yang menyatakan

bahwa pengenalan konsep bilangan 1-10 kepada anak usia 4-5 tahun yang

ditujukan untuk 1 program semester pembelajaran, sedangkan pada penelitian ini

peneliti hanya mengenalkan konsep bilangan 1-5 karena penelitian ini

dilaksanakan hanya setengah semester.

Kenyataan kondisi yang didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan

peneliti dari tanggal 25 Juli sampai dengan tanggal 15 Agustus tahun 2016di TK

SINAR NYATA SALATIGA, ditemukan permasalahan mengenai berfikir

simbolik yaitu konsep angka pada anak usia 4-5 tahun di TK SINAR NYATA

SALATIGA, dari 15 yang terdiri dari 6 anak perempuan dan 9 anak laki-laki

hanya ada 2 anak yang masuk dalam kategori cukup mampu mengenal konsep

(4)

Ini terlihat ketika beberapa anak dapat menyebutkan atau berhitung angka

1-10 dengan benar tetapi pada saat guru menunjukkan bilangan yang ada dipapan

tulis beberapa anak belum tepat menyebutkannya dan beberapa anak ketika diajak

untuk menghitung gambar atau media pembelajaran yang disediakan oleh guru

belum dapat menyebutkannya sehingga sesekali guru membantu dengan mengeja

angka atau hitungannya.

Ada beberapa anak juga yang belum bisa berhitung dengan tepat apabila

guru meminta anak-anak berhitung bersama-sama anak ini mengikuti suara dari

teman-teman yang lain dan suara dari anak tersebut sangat keras sehingga peneliti

dengan sangat jelas untuk mendengarkan jawaban dari anak tersebut, namun

ketika guru menunjuk perindividu maka anak tersebut menjawab dengan salah

dan teman-teman yang lain membatunya sehingga anak ini langsung memperbaiki

jawaban yang sebelumnya.

Contoh lain adalah ketika guru akan mengenalkan konsep angka 1, pada

sebuah kertas yang telah terdapat gambar angka 1 anak diajak untuk mewarnainya

dan mereka diajak untuk menggambar 1 buah lilin. Di sini beberapa anak sudah

dapat mengerti akan contoh pekerjaan atau perintah yang telah guru berikan

namun beberapa anak masih ada yang belum mengerti sehingga dia menggambar

lilin lebih dari satu.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti mencoba menggunakan media

bermain dengan bowling untuk mengatasi masalah yang ada, bermain dengan

bowling merupakan salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk

membantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir simbolik pada anak.

Permainan bowling ini bukan hanya dapat meningkatkan perkembangan kognitif

namun melalui permainan bowling ini dapat juga meningkatkan kemampuan

motorik kasar dan halus.

Menurut Kayvan (2009) menemukan bahwa melalui permainan bowling

anak-anak dapat belajar untuk mengkoordinasikan mata dan tangan, mengukur

(5)

bowling dan Anak usia dini juga dapat belajar menghitung berapa jumlah pin

bowling yang jatuh.

Berdasarkan masalah yang ditemui di TK SINAR NYATA SALATIGA dan

metode yang peneliti tawarkan untuk menjawab masalah-masalah tersebut, maka

judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Permainan Media Bowling Terhadap

Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak Usia 4-5 Tahun di TK SINAR

NYATA SALATIGA Tahun Ajaran 2016-2017”

1.2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, dalam penelitian ini

peneliti hanya memfokuskan pada pemahaman konsep bilangan anak masih

sebatas pemahaman anak tentang pengambilan jumlah benda konkrit sesuai

dengan jumlah pin yang terjatuh.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

dijawab dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui media bermain bowling efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 anak usia

4-5 tahun di TK SINAR NYATA SALATIGA?

1.4. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas media permainan

bowling terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 pada anak usia 4-5

tahun di TK SINAR NYATA SALATIGA

1.5. Manfaat Penelitian

Untuk mengembangkan pengetahuan bidang pengajaran, khususnya dalam

(6)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan metode pembelajaran

bagi perkembangan kognitif pada umumnya terutama bagi mereka yang

berhubungan langsung dengan dunia anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi anak didik

1) Dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan konsep bilangan

dengan melalui bermain bowling

2) Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

b. Bagi Guru

1) Guru mendapatkan gambaran metode pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan konsep bilangan pada anak melalui bermain bowling

2) Dapat menjadi masukan bagi guru untuk menciptakan metode

pembelajaran yang menarik bagi anak.

c. Bagi sekolah

1) Dapat memberikan masukan kepada sekolah agar memfasilitasi semua

perlengkapan keperluan guru untuk media pembelajaran bagi anak

1.6. Kajian yang Relevan

Berikut ini merupakan penelitian yang relevan dengan judul “pengaruh

permainan bowling terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 pada

anak usia 4-5 tahun di TK SINAR NYATA SALATIGA”:

Nonik Rose Sodikir, Satinigsih (2015) dengan judul ” Pengaruh Permainan

Bowling Modifikasi Terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak

Kelompok A TK PGRI Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding

Kabupaten Tuba” menyatakan bahwa penelitian ini menggunakan One Group

Pretest-Postest dengan hasil penelitian bahwa permainan bowling

berpengaruh terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok

A TK PGRI Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten

(7)

1.7. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

(Arikunto, 2013). Dalam penelitian ini, hipotesis kerjanya (Ha) menyatakan ada

pengaruh peningkatan hasil antara penggunaan media bermain bowling dan yang

tidak menggunakan media bermain bowling terhadap kemampuan mengenal

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa pencitraan pada level kosakata dan mendeskripsikan level gramatika dalam wacana iklan Pilkada Kabupaten Tuban

[r]

Namun, para fuqaha telah menggariskan beberapa syarat yang perlu dipatuhi bagi membolehkan harta hibah ditarik balik seperti harta tidak berpindah milik, tidak berubah sifat

Hasil penelitian diperoleh: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick dengan siswa

[r]

a) Pelajar yang menggunakan komputer dalam matematik mempunyai sikap yang lebih positif terhadap dirinya sebagai ahli matematik dan berkeupayaan menyelesaikan masalah yang

Hal tersebut dapat mempermudah investor mendapatkan informasi mengenai perencanaan kebutuhan, perencanaan biaya, perhitungan rencana pendapatan, perhitungan

Adapun saran oleh peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) Media pembelajaran yang dikembangkan ini diharapkan bisa disempurnakan, sehingga