• Tidak ada hasil yang ditemukan

askep trauma abdomen dan indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "askep trauma abdomen dan indonesia"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TRAUMA

ABDOMEN

Disusun oleh: kelompok V (kelas VA)

1. Rista aguskurdani 2. Ipa nurjanah 3. Muhajirin 4. Suciyati 5. Supriadi 6. Nurul jannah 7. Ahmad muhaji

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dan teman–teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur keperawatan gawat darurat I Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Mataram, 10 Oktober 2016.

Kelompok V

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar belakang...1

B. Tujuan penulisan ...2

Tujuan umum ...2

Tujuan khusus ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3

A. Definisi trauma abdomen...3

B. Klasifikasi trauma abdomen...4

C. Etologi trauma abdomen...5

D. Patofisiologi trauma abdomen...5

E. Manifestasi klinis trauma abdomen...8

F. komplikasi trauma abdomen...8

G. Pemeriksaan penunjang trauma abdomen...9

H. Penatalaksanaan trauma abdomen...10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN ...13

A. Pengkajian...13

B. Diagnosa...14

C. Intervensi...14

D. Evaluasi ...16

BAB IV PENUTUP...17

A. Kesimpulan ...17

B. Saran ...17

DAFTAR PUSTAKA...18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.

Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).

Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.

Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.

Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.

(5)

tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.

Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur keperawatan gawat darurat I dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang trauma abdomen dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari trauma abdomen. b. Untuk mengetahui klasifikasi trauma abdomen. c. Untuk mengetahui etiologi. trauma abdomen. d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen. e. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen. f. Untuk mengetahui komplikasi trauma abdomen.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

(7)

B. Klasifikasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari : 1. Kontusio dinding abdomen

Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

2. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:

a. Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.

b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

(8)

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

C. Etiologi

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.

Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.

Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu : 1. Paksaan /benda tumpul

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

2. Trauma tembus

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak..

D. Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.

(9)

yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

(10)

Pathway

Trauma benda tajam (Pisau, peluru, dll)

Trauma paksa (jatuh, benda tumpul, kompresi dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

(11)

E. Manifestasi klinis

Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.

Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya: 1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen

2. Terjadi perdarahan intra abdominal.

3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).

4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma. 5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding

abdomen.

Pada trauma penetrasi biasanya terdapat: 6. Terdapat luka robekan pada abdomen. 7. Luka tusuk sampai menembus abdomen.

8. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah keadaan.

9. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu : 1. Nyeri

2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas. 3. Darah dan cairan

4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.

5. Cairan atau udara dibawah diafragma

6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.

7. Mual dan muntah

8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

F. Komplikasi

Menurut smaltzer ( 2002), komplikasi dari trauma abdomen adalah : 1. Hemoragi

(12)

4. Infeksi

G. Pemeriksaan penunjang

1. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak. 2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar. 3. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.

4. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.

5. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal

6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut: Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya Trauma pada bagian bawah dari dada

Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)

Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)

(13)

b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut: Hamil

Pernah operasi abdominal Operator tidak berpengalaman

Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan 7. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus

a. Abdomonal Paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

b. Pemeriksaan Laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.

c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

H. Penatalaksanaan

Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :

1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi

2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen

3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi

4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.

5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan

6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri

(14)

Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001). penatalaksanaannya adalah : 1. Pre Hospital

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.

a. Airway

Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

b. Breathing

Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan). c. Circulation

Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).

d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul): Stop makanan dan minuman

Imobilisasi

Kirim kerumah sakit e. Penetrasi (trauma tajam)

Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.

Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.

(15)

Imobilisasi pasien.

Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.

Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang. Kirim ke rumah sakit.

2. Hospital

a. Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.

b. Skrinning pemeriksaan rontgen

Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum.

c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada

d. Uretrografi

Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra. e. Sistografi

Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada:

Fraktur pelvis

Trauma non – penetrasi

3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit: a. Pengambilan contoh darah dan urine

Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.

b. Pemeriksaan rontgen

(16)

peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.

c. Study kontras urologi dan gastrointestinal

(17)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN

A. Pengkajian

Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.

Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah : 1. Aktifitas/istirahat

Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,

Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)

2. Sirkulasi

Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).

3. Integritas ego

Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis) Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

4. Eliminasi

Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.

5. Makanan dan cairan

Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan. Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

6. Neurosensori.

Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan

Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.

(18)

Data Subyektif : Perubahan pola nafas. 9. Keamanan

Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

B. Diagnosa keperawatan

1. DX 1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

2. DX 2: Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen

3. DX 3: Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

4. DX 4: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.

(19)

No.Dx Tujuan Rencana Rasionl

1. Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan

diharapkan volume cairan tidak

mengalami kekurangan. Kriteria hasil:

 Intake dan output seimbang

 Turgor kulit baik

 Perdarahan (-)

Mandiri

— Kaji tanda-tanda vital.

— Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin

— Kaji tetesan infus. Kolaborasi :

— Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

— Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur.

— Pemberian tranfusi darah.

— untuk mengidentifikasi defisit volume cairan.

— mengidentifikasi keadaan perdarahan, serta Penurunan

sirkulasi volume cairan menyebabkan

kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera.

— awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.

— cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.

— Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

— menggantikan darah yang keluar.

2. Tujuan: setelah

diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat hilang atau terkontrol.

Kriteria hasil:

 Skala nyeri 0

 Ekspresi tenang

Mandiri

— Kaji karakteristik nyeri.

— Beri posisi semi fowler.

— Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi

— Managemant lingkungan yang nyaman.

— Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

— Mengetahui tingkat nyeri klien.

— Mengurngi kontraksi abdomen

— Membantu mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian

— lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

— analgetik membantu mengurangi rasa nyeri. 3. Tujuan: setelah

diberikan tindakan

— Kaji tanda-tanda infeksi.

— Kaji keadaan luka.

— Kaji tanda-tanda vital.

— Lakukan cuci tangan sebelum kntak dengan pasien.

— Lakukan pencukuran pada area operasi (perut kanan bawah

— Perawatan luka dengan prinsip

— Mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.

— Keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi.

— Suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi.

— Menurunkan resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme.

— Dengan pencukuran klien terhindar dari infeksi post operasi

(20)

D. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan trauma abdomen diharapkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan cairan terpenuhi. 2. nyeri dapat hilang atau terkontrol. 3. Tidak terjadinya infeksi

(21)

BAB IV

PENUTUP

A. Keimpulan

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada trauma abdomen untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

2. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC

3. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta 4. Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Lain halnya dengan organisasi besar yang berbentuk perusahaan, biasanya mereka memanfaatkan semua elemen dari bauran promosi (promotion mix) untuk meningkatkan jumlah

Salah satu metode yang bekerja dengan cara serupa yaitu penalaran berbasis kasus (case-based reasoning - CBR) melalui 4 tahapan yaitu retrieve yang dihitung

Obat tradisional yang digunakan pada praktek pengobat tradisional di wilayah Purwokerto paling banyak digunakan untuk terapi kelainan jantung dan pembuluh darah (20,30%),

Dalam penelitian ini, melihat pergeseran audiens, kebaruan IGTV dan teori, penulis akan meneliti bagaimana khalayak menggunakan fitur IGTV milik media berita BBC News dan

Pada garis belakang acuantentukan titik C, yaitu titik counter, sedang pada garis punggung tentukan titik Vamp (V) yaitu titik batas bidang vamp dasar dari penentuan titik C dan

Sutajaya & Gunamantha (2014) melaporkan bahwa melalui pemberdayaan pedagang kuliner mengakibatkan: (a) munculnya semangat baru bagi pedagang kuliner yang

Dengan menggunakan istilah “ pesantren” bagi nam a lembaganya, yang pada hakikatnya tidak berbeda dengan sistem m adrasah yang dikelola secara klasikal,

304 NUR HIDAYAH Bahasa Inggris - SMK KOTA PEKALONGAN SMK SMK Gatra Praja 305 EKO BUDI HARTANTO Penjaskes - SMK KOTA SEMARANG SMK SMK Cut Nya Dien 306 SITI KUSMARDJIANTI