• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Jaringan Instalasi Tenaga Listrik Smk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Jaringan Instalasi Tenaga Listrik Smk"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

MASDEA RAHMAT AINUN HUDA

Drs. HARI PUTRANTO

(2)

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga pengembang dapat menyelesaikan modul Workshop Instalasi Tenaga Listrik untuk prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Modul ini disusun dalam rangka melengkapi perangkat pembelajaran mata kuliah Workshop Instalasi Tenaga Listrik.

Pengembang mengembangkan modul ini dengan sajian dan isi materi yang lebih sederhana dan praktis karena disesuaikan dengan kondisi belajar di. prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Modul ini dirancang untuk menambah dan melatih kemampuan mahasiswa untuk melakukan praktikum Instalasi Tenaga Listrik dengan baik. Peneliti mengharapkan masukan dan kritikan semua pihak terutama dari para dosen yang mengajar mata Mata kuliah Workshop Instalasi Tenaga Listrik di prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Masukan dapat dikirim melalui e-mail ke alamat “masdear@ymail.com”.

Dengan selesainya modul ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dengan baik, kepada kedua orang tua yang telah mendoakan, kepada teman-teman yang telah memberi semangat dan motivasi serta kepada dosen ahli yang membantu dalam memvalidasi modul ini. Semoga modul ini dapat

bermanfaat dan dapat meningkatkan prestasi akademik prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.

Malang, Mei 2017

(3)

Halaman AWALAN MODUL

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Peta Modul ... v

Glosarium ... vi

PENDADULUAN Standar Kompetensi ... 1

Deskripsi Kompetensi dan Indikator ... 1

Waktu ... 2

Prasyarat ... 3

Petunjuk Penggunaan Modul ... 3

Tujuan Akhir ... 4

Cek Kemampuan Dasar ... 4

PEMBELAJARAN BAB1SYARAT-SYARAT INSTALASI TENAGA BERDASAR PUIL A. Kerangka Isi ... 6

B. Tujuan Pembelajaran ... 6

C. Materi ... 7

1. Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik ... 7

2. Syarat Motor Listrik ... 9

3. Syarat Pengawatan Perlengkapan Listrik ... 11

4. Syarat Proteksi Instalasi Listrik ... 11

D. Rangkuman... 16

(4)

F. Daftar Rujukan... 17

BAB 2 INSTALASI MOTOR 3 FASA DENGAN KENDALI MAGNETIK A. Kerangka Isi ... 18

B. Tujuan Pembelajaran ... 19

C. Materi ... 19

1. Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik ... 19

2. Sistem Pengendalian Motor Listrik ... 28

D. Rangkuman ... 33

E. Tugas ... 34

F. Daftar Rujukan... 34

BAB 3 INSTALASI PADA PANEL DAYA A. Kerangka Isi ... 35

B. Tujuan Pembelajaran ... 35

C. Materi ... 36

1. Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel ... 36

2. Pengelompokan Panel ... 40

3. Pengelompokan Beban pada Panel ... 41

4. Ketentuan Pengawatan Panel Daya ... 42

5. Merancang Tata Letak Instalasi Tenaga pada Panel Daya ... 43

D. Rangkuman ... 44

E. Tugas ... 45

F. Daftar Rujukan... 45

BAB 4 INSTALASI SISTEM PEMBUMIAN A. Kerangka Isi ... 46

B. Tujuan Pembelajaran ... 46

C. Materi ... 47

1. Sistem Pembumian ... 47

(5)

3. Jenis Sistem Pembumian ... 49 4. Contoh Rancangan Sistem Pembumian pada Instalasi Tenaga Listrik 52 D. Rangkuman... 54 E. Tugas ... 55 F. Daftar Rujukan ... 55

PRAKTIKUM

A. Kerangka Isi ... 56 B. Tujuan Praktikum ... 56 C. Tugas Praktikum ... 57

1. Praktikum 1: Hubungan Lampu Seri, Paralel, Seri Paralel, Star, dan Delta 57 2. Praktikum 2: Hubungan Seri Paralel Start Stop 1 Motor 3 Fasa ... 63 3. Praktikum 3: Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta,

1 arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT ... 65 4. Praktikum 4: Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, dua arah putaran

dioperasikan menggunakan sakelar TPDT ... 68 5. Praktikum 5: Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar dengan menggunakan 2

kontaktor ... 69 6. Praktikum 6: Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan

Menggunakan 2 Kontaktor ... 71 7. Praktikum 7: Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan ... 72 8. Praktikum 8: Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan

menggunakan Timer Delay Relay (TDR) ... 74 9. Praktikum 9: Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan

Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) ... 76 10.Praktikum 10: Kendali Star Delta Motor 3 Fasa dengan kendali manual,

semi-otomatis, dan otomatis ... 78 D. Daftar Rujukan ... ... 83

EVALUASI AKHIR

(6)

WORKSHOP

Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali

1) Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik

2) Syarat Motor Listrik

3) Pengawatan Perlengkapan Listrik 4) Proteksi Instalasi Listrik

1) Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik

2) Sistem Pengendalian Motor Listrik

1) Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel

2) Pengelompokan Panel

3) Pengelompokan Beban pada Panel 4) Ketentuan Pengawatan Panel Daya 5) Merancang Tata Letak Instalasi

Tenaga pada Panel Daya

1) Hubungan Lampu Seri, Paralel, Seri Paralel, Star, dan Delta 2) Hubungan Seri Paralel Start Stop 1 Motor 3 Fasa

3) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT

4) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, dua arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT

5) Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar dengan menggunakan 2 kontaktor

6) Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor 7) Kendali 3 Motor 3 Fasa bekerja Secara Berurutan

8) Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

9) Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

10) Kendali Star Delta Motor 3 Fasa dengan kendali manual, semi-otomatis, dan Instalasi pada Panel

Daya (BAB 3)

1) Sistem Pembumian

2) Ketentuan Pembumian Pada Panel 3) Jenis Sistem Pembumian

4) Contoh Rancangan Sistem Pembumian pada Instalasi Tenaga Listrik

(7)

A.

arus beban lebih:

arus lebih yang terjadi dalam sirkit pada waktu tidak ada gangguan listrik

arus hubung pendek:

arus lebih yang diakibatkan oleh gangguan atau hubungan yang salah pada sirkit listrik arus lebih:

Arus dengan nilai melebihi nilai pengenal tertinggi

arus pengenal:

arus operasi yang mendasari pembuatan perlengkapan listrik

arus sisa:

jumlah aljabar nilai arus sesaat yang mengalir melalui semua penghantar aktif suatu sirkit, pada suatu titik instalasi listrik

B.

bagian aktif:

penghantar atau bagian konduktif yang dimaksudkan untuk dilistriki pada pemakaian normal

Bagian Konduktif Terbuka (BKT) : bagian konduktif yang mudah tersentuh dan biasanya tak bertegangan, tetapi bisa bertegangan jika terjadi gangguan

beban lebih:

kelebihan beban actual melebihi beban penuh beban penuh:

nilai beban tertinggi yang ditetapkan untuk kondisi pengenal operasi

bumi:

massa konduktif bumi, yang potensial listriknya disetiap titik manapun menurut konvensi sama dengan nol.

G

gangguan:

kejadian yang tidak direncanakan, yang dapat mengakibatkan satu kegagalan atau lebih

perlengkapan listrik yang digunakan dalam kaitannya dengan atau sebagai pembantu pada perlengkapan listrik yang lain, misalnya: sakelar; thermostat; trafo pengukuran. Dls.

Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) :

gawai yang digunakan sebagai pemutus, yang peka terhadap arus sisa, yang dapat secara otomatis memutuskan sirkit termasuk penghantar netralnya, dalam waktu tertentu bila arus sisa yang timbul karena terjadinya kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu sehingga bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi dapat dicegah

H

hubung pendek:

hubungan antara dua titik atau lebih dalam suatu sirkit melalui impedans yang sangat kecil mendekati nol.

I.

instalasi listrik:

susunan perlengkapan listrikyang bertalian antara yang satu dengan yang lain, serta memiliki ciri terkoordinasi, untuk memenuhi satu atau sejumlah tujuan tertentu

K kendali:

satu atau sekelompok gawai pada sebuah aparat, yang dengan cara tertentu,

mengatur tenaga listrik yang mengalir ke aparat tersebut.

P

Panel Hubung Bagi:

(8)

dibagi-bagi menjadi petak-petak yang tersusun mendatar dan tegak dianggap sebagai satu panel hubung bagi.

perlengkapan listrik:

Istilah umum yang meliputi bahan, fiting, gawai, peranti, luminair, aparat, mesin, dan lain-lain yang digunakan sebagai bagian dari, atau dalam kaitan dengan instalasi listrik. penghantar proteksi (PE):

penghantar untuk proteksi dari kejut listrik yang menghubungkan bagian berikut: bagian konduktif terbuka, bagian konduktif ekstra, terminal pembumian utama, elektroda bumi, titik sumber yang dibumikan, atau netral buatan.

Penghantar pembumian:

a) penghantar berimpedans rendah yang dihubungkan ke bumi

b) penghantar proteksi yang menghubungkan terminal pembumi utama atau batang ke electrode bumi pengaman lebur (sekering):

gawai penyakelaran dengan peleburan satu komponen atau lebih yang dirancang khusus dan sebanding, yang memutuskan arus bila aliran arus tersebut melebihi nilai yang ditentukan dalam waktu yang sesuai.

pemutus sirkit (pemutus tenaga) :

sakelar mekanis yang mampu menghubungkan, mengalirkan dan memutuskan arus pada kondisi sirkit normal, dan juga mampu menghubungkan, mengalirkan untuk jangka waktu tertentu dan memutuskan secara otomatis arus pada kondisi sirkit tidak normal.

pemisah:

gawai untuk memisahkan atau menghubungkan sirkit dalam keadaan tidak atau hampir tidak berbeban.

R

rel pembumi:

batang penghantar tempat menghubungkan

rancangan instalasi listrik:

berkas gambar rancangan dan uraian teknis yang digunakan sebagai pegangan untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik

S sakelar

Gawai untuk menghubungkan dan memutuskan sirkit dan mengubahnya menjadi berbeban atau tidak

sirkit akhir

a) sirkit keluar dari PHB yang dilindungi oleh pengaman lebur dan atau pemutus sirkit, dan yang menghubungkan titik beban atau pemanfaat listrik

b) sirkit yang terhubung langsung ke perlengkapan pemanfaat arus listrik atau ke kotak kontak.

sirkit cabang

Sirkit keluar dari PHB yang dilindungi oleh pengaman lebur dan atau pemutus tenaga, dan yang menghubungkannya ke PHB lain sistem IT atau sistem Penghantar Pengaman (HP)

Sistem yang semua bagian aktifnya tidak dibumikan, atau titik netral dihubungkan ke bumi melalui impedans. BKT instalasi dibumikan secara independent atau kolektif, atau ke pembumian sistem.

sistem TN atau sistem Pembumian Netral Pengaman (PNP)

Sistem yang mempunyai titik netral yang dibumikan langsung, dan BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi.

sistem TT atau sistem Pembumi Pengaman (PP)

(9)

T

tegangan

klasifikasi sistem tegangan adalah sebagai berikut :

a) Tegangan ekstra rendah – tegangan dengan daya setinggi-tingginya 50 V a.b. atau 120 V a.s.

CATATAN : Tegangan ekstra rendah ialah sistem tegangan yang aman bagi manusia.

b) Tegangan rendah (TR) – tegangan dengan nilai setinggi-tingginya 1000 V a.b. atau 1500 V a.s. digunakan khususnya dalam sistem distribusi ;

2) Tegangan tinggi (TT), mengidentifikasi sistem atau gawai. b) (pada instalasi) – tegangan yang

diperuntukkan bagi instalasi atau bagian instalasi.

tegangan pengenal – (suatu perlengkapan atau gawai)

Tegangan yang disyaratkan oleh suatu instalasi atau oleh bagian daripadanya. tegangan sentuh

tegangan yang timbul selama gangguan isolasi antara dua bagian yan dapat terjangkau dengan serempak.

tegangan uji

tegangan yang diberikan kepada suatu obyek uji untuk menunjukkan sifat isolasi objek tersebut.

titik beban

(10)

Melakukan persiapan kerja , pelaksanaan kerja dan pengujian instalasi tenaga, serta melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerjanya.

No Deskripsi Kompetensi Indikator

1 Syarat-Syarat Instalasi Tenaga Berdasarkan PUIL

1.1 Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik 1.2 Syarat Motor Listrik

1.3 Pengawatan Perlengkapan Listrik 1.4 Proteksi Instalasi Listrik

2 Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali Magnetik

2.1 Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik

2.2 Sistem Pengendalian Motor Listrik

3 Instalasi pada Panel Daya 3.1 Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel 3.2 Pengelompokan Panel

3.3 Pengelompokan Beban pada Panel 3.4 Pengawatan Panel Daya

3.5 Merancang Tata Letak Instalasi Tenaga pada Panel Daya

4 Instalasi Sistem Pembumian 4.1 Sistem Pembumian

4.2 Ketentuan Pembumian Pada Panel 4.3 Jenis Sistem Pembumian

4.4. Contoh rancangan system pembumian pada instalasi tenaga

5 Praktikum 1) Hubungan Lampu Seri, Paralel, Seri Paralel, Star, dan Delta

2) Hubungan Seri Paralel Start Stop 1 Motor 3 Fasa

3) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan saklar TPDT

4) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, 2 arah putaran dioperasikan menggunakan saklar TPDT

5) Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar dengan menggunakan 2 Kontaktor

6) Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor

7) Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

8) Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

9) Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay

A. STANDAR KOMPETENSI

(11)

10) Kendali Star Delta Motor 3 Fasa

No Indikator Alokasi Waktu

BAB 1: Syarat-Syarat Instalasi Tenaga Berdasarkan PUIL 4 x 50 menit = 4JK

(1 x Pertemuan)

1 Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik 1 JK

2 Syarat Motor Listrik 1 JK

3 Pengawatan Perlengkapan Listrik 1 JK

4 Proteksi Instalasi Listrik 1 JK

BAB 2: Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali Magnetik 4 x 50 menit = 4JK

(1 x Pertemuan)

5 Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik 1 JK

6 Sistem Pengendalian Motor Listrik 3 JK

BAB 3: Instalasi pada Panel Daya 4 x 50 menit = 4JK

(1 x Pertemuan)

7 Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel 1 JK

8 Pengelompokan Panel 1 JK

9 Pengelompokan Beban pada Panel 1 JK

10 Ketentuan Pengawatan Panel daya 1 JK

11 Merancang Tata Letak Instalasi Tenaga pada Panel Daya

BAB 4: Instalasi Sistem Pembumian 4 x 50 menit = 4JK

(1 x Pertemuan)

12 Sistem Pembumian 1 JK

13 Ketentuan Pembumian pada Panel 1 JK

14 Jenis Sistem Pembumian 2 JK

15 Contoh Rancangan Sistem Pembumian pada Instalasi Tenaga

PRAKTIKUM 40 x 50 menit = 40 JK (10 x Pertemuan)

16 Hubungan lampu seri, paralel, seri paralel, Star, dan Delta 4 JK

17 Hubungan seri paralel start stop 1 motor 3 fasa 4 JK

18 Instalasi Motor 3 fasa hubungan star dan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan saklar TPDT

4 JK

19 Instalasi Motor 3 fasa hubungan delta, 2 arah putaran dioperasikan menggunakan saklar TPDT

4 JK

20 Kendali motor 3 fasa 2 arah putar dengan menggunakan 2 kontaktor

4 JK

21 Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor

4 JK

22 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan 4 JK

23 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

4 JK

(12)

Modul Workshop Instalasi Tenaga Listrik ini memerlukan prasyarat yang harus dimiliki oleh Mahasiswa, yaitu telah menguasai atau telah lulus matakuliah Dasar Instalasi Listrik PUIL, Pengukuran Listrik, Teknik Tenaga Listrik, Rangkaian Listrik AC, Instalasi Penerangan Listrik, dan Motor-Motor Listrik

Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan sumber belajar yang mendukungnya. Berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan agar dapat

menguasai isi modul:

1) Bacalah doa sebelum memulai pembelajaran.

2) Bacalah dengan baik standar kompetensi, deskripsi, waktu, dan prasyarat untuk menggunakan modul ini.

3) Bacalah dengan baik dan pahami kerangka isi dalam modul

4) Bacalah dengan baik dan pahami tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari modul ini.

5) Bacalah dengan cermat dan pahami daftar pertanyaan pada cek kemampuan sebagai tolak ukur kompetensi yang harus dikuasai dalam modul ini.

6) Dianjurkan mempelajari materi urut sesuai BAB

7) Pelajari materi pada BAB 1 mengenai syarat-syarat instalasi tenaga berdasarkan PUIL

8) Pelajari materi pada BAB 2 mengenai instalasi motor 3 fasa dengan kendali magnetik

9) Pelajari materi pada BAB 3 mengenai instalasi pada panel daya 10) Pelajari materi pada BAB 4 mengenai instalasi sistem pembumian 11) Pelajari dan Kerjakan tugas Praktikum secara kelompok

12) Bertanyalah kepada dosen atau asisten praktikum jika ada materi yang belum paham

25 Kendali star delta motor 3 fasa dengan kendali manual, semi-otomatis, dan otomatis

4 JK

Tes Akhir 4 JK

Tugas Proyek Akhir 4 JK

ALOKASI WAKTU TOTAL 64 x 50 menit = 64 JK

(16 Pertemuan)

D. PRASYARAT

(13)

13) Kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik secara individu maupun kelompok

14) Cermati setiap langkah kerja pada setiap kegiatan belajar

15) Sebaiknya jangan melanjutkan ke materi selanjutnya apabila materi sebelumnya belum menguasai.

16) Senantiasa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa agar ilmu yang diperoleh bisa bermanfaat.

Setelah mempelajari modul Workshop Instalasi Tenaga Listrik, diharapkan:

1) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat instalasi tenaga berdasarkan PUIL 2) Mahasiswa mampu menjelaskan instalasi motor 3 fasa dengan kendali magnetik 3) Mahasiswa mampu menjelaskan instalasi pada panel daya

4) Mahasiswa mampu menjelaskan instalasi sistem pembumian

5) Mahasiswa mampu mengerjakan tugas praktikum Instalasi Motor Listrik

No Indikator Ya Tidak Bila jawaban “tidak”

maka:

BAB 1

1 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan umum perlengkapan listrik

Pelajari materi 1 pada BAB 1

2 Dapatkah anda menjelaskan syarat motor listrik Pelajari materi 2 pada BAB 1 3 Dapatkah anda menjelaskan pengawatan

perlengkapan listrik

Pelajari materi 3 pada BAB 1

4 Dapatkah anda menjelaskan proteksi instalasi listrik

Pelajari materi 4 pada BAB 1

BAB 2

5 Dapatkah anda menjelaskan perlengkapan pendukung instalasi motor listrik

Pelajari materi 1 pada BAB 2

6 Dapatkah anda menjelaskan sistem pengendaian motor listrik

Pelajari materi 2 pada BAB 2

BAB 3

7 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan pemasangan instalasi pada panel

Pelajari materi 1 pada BAB 3

8 Dapatkah anda menjelaskan pengelompokan Pelajari materi 2 pada BAB 3

F. TUJUAN AKHIR

(14)

beban pada panel

10 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan Pengawatan panel daya

Pelajari materi 4 pada BAB 3

11 Dapatkah anda menjelaskan rancangan tata letak instalasi tenaga pada panel daya

Pelajari materi 5 pada BAB 3

BAB 4 12 Dapatkah anda menjelaskan arti sistem

pembumian

Pelajari materi 1 pada BAB 4

13 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan pembumian pada panel

Pelajari materi 2 pada BAB 4

14 Dapatkah anda menyebutkan jenis sistem pembumian

Pelajari materi 3 pada BAB 4

15 Dapatkah anda menggambarkan contoh rancangan system pembumian pada instalasi tenaga

Pelajari materi 4 pada BAB 4

PRAKTIKUM

16 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum hubungan lampu seri paralel, star dan delta

Pelajari praktikum 1

17 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum hubungan seri paralel start stop 1 motor 3 fasa

Pelajari praktikum 2

18 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT

Pelajari praktikum 3

19 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, dua arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT

Pelajari praktikum 4

20 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum kendali motor 3 fasa 2 arah putar

Pelajari praktikum 5

21 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor

Pelajari praktikum 6

22 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Pelajari praktikum 7

23 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Pelajari praktikum 8

24 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Pelajari praktikum 9

25 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Kendali star delta motor 3 fasa

(15)

1) Mahasiswa mampu menjelaskan ketentuan umum perlengkapan listrik 2) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat motor listrik

3) Mahasiswa mampu menjelaskan pengawatan perlengkapan listrik 4) Mahasiswa mampu menjelaskan proteksi instalasi listrik

SYARAT-SYARAT INSTALASI TENAGA

BERDASAR PUIL

BAB 1

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. KERANGKA ISI

BAB 1

Syarat-Syarat Instalasi Tenaga Berdasar PUIL

Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik

Syarat Motor Listrik

Syarat Pengawatan Perlengkapan Listrik

(16)

Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan lingkungan. Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua pengusahaan instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik sampai dengan 1000 V, arus searah 1500 V dan tegangan menengah sampai dengan 35 kV dalam bangunan dan sekitarnya baik

perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya dengan memperhatikan ketentuan yang terkait. (PUIL 2000)

Dalam melakukan instalasi tenaga listrik, diperlukan perlengkapan listrik yang harus memiliki ketentuan-ketentuan tertentu. Prihanto (2013) menjelaskan ketentuan umum perlengkapan listrik mengisyaratkan agar pelaksana lapangan dalam membuat suatu perancangan dan pelaksanaan instalasi listrik dapat memperoleh keandalan dan keamanan dalam pemakaiannya. Ketentuan perlengkapan listrik telah diatur oleh PUIL. Ketentuan umum perlengkapan listrik sesuai PUIL diantaranya:

(1) Disyaratkan perlengkapan listrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga dalam kerja normal tidak membahayakan atau merusak, dipasang secara baik dan harus tahan terhadap kerusakan mekanis, termal dan kimiawi. (5111, puil 2000) (2) Perlengkapan listrik harus dipasang, dihubungkan dan diproteksi sedemikian

rupa sehingga pelayanan dan pemeliharaannya dalam keadaan kerja tidak menyebabkan bahan yang mudah terbakar menyala. (5121, puil 2000) (3) Perlengkapan listrik harus disusun dan dipasang sedemikian rupa sehingga

pelayanan, pemeliharaan dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan aman (5131, puil 2000)

C. MATERI PEMBELAJARAN

(17)

(4) Bagian aktif perlengkapan listrik disyaratkan isolasi bagian aktif atau bagian yang mengalirkan arus harus tahan lembab dan tidak mudah terbakar. (5141, puil 2000)

(5) Selungkup logam dan rangka logam perlengkapan listrik yang bertegangan ke bumi di atas 50 v, harus dibumikan secara baik dan tepat, dan harus dilengkapi dengan sekrup atau terminal untuk pembumian (5151, puil 2000)

(6) Agar tahan terhadap tegangan lebih, perlengkapan listrik harus mempunyai ketahanan terhadap tegangan impuls pengenal yang tidak lebih kecil dari tingkat tegangan lebih yang berlaku di tempat instalasi sebagai yang dirinci dalam tabel 1.1 di bawah ini.

(7) Untuk melayani perlengkapan listrik, setiap peranti yang mempunyai daya minimal 1,5 KW harus dapat dihubungkan dan diputuskan dengan sakelar. Perlengkapan untuk melayani sakelar motor dan mesin lain yang digerakkan dengan listrik, harus dipasang sedekat mungkin dengan mesin yang

bersangkutan. (518, puil 2000)

Tabel 1.1 Tingkat Ketahanan Perlengkapan Listrik tehadap Tegangan Impuls

Tegangan pengenal

Tegangan operasi maks fase ke netral instalasi a.b atau a.s

Tingkat tegangan lebih transient yang diasumsikan untuk perlengkapan yang dipakai dalam bagian

instalasi, berbagai kategori Sistem

Keterangan Tabel 1.1:

(a) Kategori 1: ialah perlengkapan listrik yang dipasang dalam berbagai bagian instalasi atau dalam perakitan yang keadaan tegangan lebih transiennya dibatasi sampai tingkat rendah tertentu.

(18)

(b) Kategori 2: ialah perlengkapan yang dihubungkan ke instalasi tetap.

Contoh: pemanfaat atau peranti randah (portable), dan piranti rumah tangga (c) Kategori 3: ialah perlengkapan yang dihubungkan dengan instalasi tetap dan

pada keadaan dimana keandalan dan ketersediaan perlengkapan memenuhi berbagai persyaratan tertentu.

Contoh: Sakelar untuk instalasi tetap dan perlengkapan untuk pemakaian di industri, yang dihubungkan permanent pada instalasi tetap, seperti kapasitor, reactor, dll.

(d) Kategori 4: ialah perlengkapan yang dipakai pada awal/hulu instalasi (misalnya kwh meter dan perlengkapan gawai proteksi di PHB induk)

Contoh: Perlengkapan meter listrik dan perlengkapan untuk proteksi dari arus lebih.

(8) Pada perlengkapan listrik harus dicantumkan keterangan teknis (pemberian tanda) yang perlu (5191, puil 2000).

Syarat motor listrik (551 puil 2000) menyebutkan bahwa :

(1) Pada pelat nama setiap motor harus terdapat keterangan atau tanda mengenai hal berikut:

a) Nama pembuat; b) Tegangan pengenal; c) Arus beban pengenal; d) Daya pengenal;

e) Frekuensi pengenal dan jumlah fase untuk motor arus bolak-balik; f) Putaran per menit pengenal;

g) Suhu lingkungan pengenal dan kenaikan suhu pengenal; h) Kelas isolasi;

i) Tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder untuk motor induksi rotor lilit;

(19)

j) Jenis lilitan : shunt, kompon, atau seri untuk motor arus searah; k) Daur kerja.

(2) Setiap motor dan lengkapannya yang hendak dipasang harus dalam keadaan baik serta dirancang dengan tepat untuk maksud penggunaannya dan sesuai dengan keadaan lingkungan tempat motor dan lengkapan tersebut akan digunakan. ( 5512, puil 2000)

(3) motor harus tahan tetes, tahan percikan air, tahan hujan, kedap air, atau memiliki kualitas lain yang sesuai dengan keadaan lingkungan tempat motor itu hendak dipasang. (5513, puil 2000)

(4) Motor terbuka yang mempunyai komutator atau cincin pengumpul, harus ditempatkan atau dilindungi sedemikian rupa sehingga bunga api tidak dapat mencapai bahan yang mudah terbakar di sekitarnya. (5514, puil 2000) (5) Motor harus dipasang sedemikian rupa sehingga pertukaran udara sebagai

pendinginnya cukup terjamin.(5515, puil 2000)

Syarat pengendalian:

(1) Motor harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dijalankan, diperiksa, dan dipelihara dengan mudah dan aman. (55161, puil 2000)

(2) Pemasangan motor harus diusahakan sedemikian rupa sehingga pelat nama motor mudah terbaca. (55162, puil 2000)

(3) Lengkapan pengatur dan perlengkapan kendali harus dapat dijalankan, diperiksa, dan dipelihara dengan mudah dan aman.( 55163, puil 2000)

(4) Motor yang dipasang magun harus dikukuhkan dengan sekrup, baut ataupengukuh lain yang setaraf.(5517, puil 2000)

(20)

Dalam melakukan kegiatan pengawatan perlengkapan listrik harus

memperhatikan syarat-syarat tertentu agar proses pengawatan berjalan dengan baik, aman dan lancar. Sesuai PUIL, syarat pengawatan perlengkapan listrik yaitu:

(1) Pengawatan perlengkapan listrik dengan menggunakan kabel fleksibel harus sesuai dengan maksud dan daerah penggunaannya. Kabel fleksibel hanya dapat digunakan untuk: (a) pengkawatan lampu gantung, (b) pengkawatan armature penerangan, (c) pengkawatan lif, (d) pengkawatan Derek atau kran

jalan.pengkawatan lampu dan piranti randah. (5212, puil 2000) (2) Kabel fleksibel tidak boleh digunakan dalam hal: (5213, puil 2000)

(a) sebagai pengganti perkawatan pasangan tetap suatu bangunan (b) melewati lubang pada dinding, langit-langit atau lantai. (c) Melalui lubang pada pintu, candela dan semacamnya.

(d) kabel fleksibel sedapat mungkin digunakan dalam satu potongan yang utuh

Selain memperhatikan ketentuan instalasi listrik yang sesuai PUIL, dalam praktik instalasi tenaga listrik juga harus memperhatikan system proteksinya. Tujuan adanya proteksi adalah untuk melindungi dan mengamankan komponen instalasi tenaga listrik.

1) Proteksi Beban Lebih

Proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor, dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih, atau sebagai akibat motor tak dapat diasut.(5541, puil 2000)

Syarat Proteksi Instalasi Listrik

4

(21)

Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi, bila bertahan cukup lama, akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut.

Penggunaan proteksi beban lebih

 Dalam lingkungan dengan gas, uap, atau debu yang mudah terbakar atau mudah

meledak, setiap motor yang dipasang tetap, harus diproteksi terhadap beban lebih.(55421, puil 2000)

 Setiap motor fase tiga atau motor berdaya pengenal 1 PK atau lebih yang

dipasang tetap dan dijalankan tanpa pengawasan, harus diproteksi terhadap beban lebih. (55422, puil 2000)

 Gawai proteksi yang dimaksud di atas (3) & (4) tidak boleh mempunyai nilai

pengenal, atau disetel pada nilai yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk mengasutmotor pada beban penuh. Waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan untuk memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh. (5543, puil 2000)

Penempatan unsur sensor

 Jika pengaman lebur digunakan sebagai proteksi beban lebih, pengaman lebur itu

harus dipasang pada setiap penghantar fase. (55441, puil 2000)

 Jika digunakan gawai proteksi yang bukan pengaman lebur, tabel berikut

menentukan penempatan dan jumlah minimum unsur pengindera seperti kumparan trip, relai, dan pemutus termis. (55442, puil 2000)

 Gawai proteksi beban lebih yang bukan pengaman lebur, pemutus termis atau

proteksi termis, harus memutuskan sejumlah penghantar fase yang tak dibumikan secara cukup serta menghentikan arus ke motor. (5545, puil 2000)

Tabel 1.2 Penempatan Unsur Sensor Pengindera Proteksi Beban Lebih

Jenis Motor Sistem Suplai Jumlah dan tempat Unsure Pengindera

Fase satu a.b atau

(22)

dibumikan penghantar.

Fase satu a.b

Dua kawat fase satu a.b atau a.s, 1 Penghantar dibumikan

1 (satu) pengindera, tem-pat: pada penghantar yang tak dibumikan

Fase tiga a.b Setiap sistem fase tiga 2 (dua) pengindera, di-tempatkan pada peng-hantar fase.

Sumber: PUIL 2000, hal 181

 Pemutus termis, relai arus lebih, atau gawai proteksi beban lebih lainnya,

yang tidak mampu memutuskan arus hubung pendek, harus diproteksi secukupnya dengan gawai proteksi hubung pendek. (5546, puil 2000)

Proteksi arus lebih untuk motor yang digunakan pada sirkit cabang serbaguna

harus diselenggarakan sebagai berikut: (5547, puil 2000)

 Satu motor atau lebih tanpa proteksi beban lebih dapat dihubungkan pada sirkit

cabang sebaguna, hanya apabila syarat yang ditentukan untuk setiap dua motor atau lebih dalam syarat “proteksi hubung pendek sirkit cabang” dipenuhi

 Motor dengan nilai pengenal lebih dari yang ditentukan dalam syarat “proteksi hubung pendek sirkit cabang” dapat dihubungkan pada sirkit cabang serbaguna, hanya apabila tiap motor diproteksi beban lebih.

 Jika motor dihubungkan pada sirkit akhir serbaguna dengan kontak tusuk, dan

setiap proteksi beban lebih ditiadakan menurut butir 1) di atas, nilai pengenal kontak tusuk tidak boleh lebih dari 16 A pada 125 V, atau 10 A pada 250 V. Jika proteksi beban lebih tersendiri, butir 2) di atas mensyaratkan proteksi

tersebutharus merupakan bagian dari motor atau peranti bermotor yang dilengkapi tusuk kontak.

 Gawai proteksi beban lebih yang melindungi sirkit akhir tempat motor atau

peranti bermotor dihubungkan, harus mempunyai waktu tunda yang

memungkinkan motor diasut dan mencapai putaran penuh. (no. 5547, puil 2000)

 Gawai proteksi beban lebih yang dapat mengulang asut secara otomatis setelah

(23)

untuk motor yang diproteksi. Motor yang setelah berhenti dapat diasut secara otomatis, tidak boleh dipasang bila ulang asut otomatis itu dapat mengakibatkan kecelakaan. (5548, puil 2000)

2) Proteksi Hubung Pendek Sirkit Motor

Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus lebih yang diakibatkan oleh hubung pendek, kecuali untuk motor berikut ini:

 Motor yang terhubung pada sirkit akhir, yang diproteksi oleh proteksi arus

hubung pendek yang mempunyai nilai pengenal atau setelan tidak lebih dari 16A

 Gabungan motor yang merupakan bagian daripada mesin atau perlengkapan, asal

setiap motor diproteksi oleh satu atau lebih relai arus lebih, yang mempunyai nilai pengenal lebih tinggi dari yang diperlukan, dan dapat menggerakkan sebuah sakelar untuk menghentikan semua motor sekaligus. (5551, puil 2000)

Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi

 Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi arus hubung pendek harus dipilih

sehingga motor dapat diasut, sedangkan penghantar sirkit akhir, gawai kendali, dan motor, tetap diproteksi terhadap arus hubung pendek.

 Untuk sirkit akhir yang mensuplai motor tunggal, nilai pengenal atau setelan

proteksi arus hubung pendek tidak boleh melebihi nilai yang bersangkutan dalam tabel 1.3 di bawah ini.

 Untuk sirkit akhir yang mensuplai beberapa motor, nilai pengenal atau setelan

gawai proteksi hubung pendek, tidak boleh melebihi nilai terbesar dihitung menurut tabel 1.3 untuk masing-masing motor, ditambah dengan jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit akhir itu.

 Jumlah dan penempatan unsur pengindera gawai proteksi hubung pendek harus

sesuai dengan ketentuan mengenai gawai proteksi beban lebih

 Gawai proteksi hubung pendek harus dengan serentak memutuskan penghantar

(24)

Tabel 1.3 Nilai Pengenal atau Setelan Tertinggi Gawai Proteksi sirkit Motor terhadap

Hubung Pendek

JENIS MOTOR

Prosentase Arus Beban Penuh

Pemutus Sirkit (%)

Pengaman Lebur ( % )

Motor sangkar atau serempak, dengan pengasutan star-delta, langsung pada jaringan, dengan reactor atau resistor, dan motor fase tunggal reaktans tinggi

250 400

Motor sangkar atau serempak , dengan pengasutan autotrafo, atau motor sangkar

200 400

Motor rotor lilit atau arus searah 150 400

 Jika tempat hubungan suatu cabang ke saluran utama tak dapat dicapai, proteksi

arus lebih sirkit motor boleh dipasang ditempat yang dapat dicapai, asal penghantar antara sambungan dan proteksi mempunyai KHA

sekurang-kurangnya 1/3 KHA saluran utama, tetapi panjangnya tidak boleh lebih dari 10 m, dan dilindungi terhadap kerusakan mekanik. (5552, puil 2000)

3) Proteksi Hubung Pendek Sirkit Cabang

a. Suatu sirkit cabang yang mensuplai beberapa motor dan terdiri atas

penghantar dengan ukuran yang sesuai, harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih yang tidak melebihi nilai pengenal atau setelan gawai proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi, ditambah dengan jumlah arus beban penuh semua motor lain yang disuplai oleh sirkit tersebut.

(25)

c. Untuk instalasi besar yang dipasangi sirkit yang besar sebagai persediaan bagi perluasan atau perubahan di masa datang, proteksi arus lebih dapat didasarkan pada KHA penghantar sirkit tersebut. (556, puil 2000)

1) Ketentuan umum perlengkapan listrik mengisyaratkan agar pelaksana lapangan dalam membuat suatu perancangan dan pelaksanaan instalasi listrik dapat memperoleh keandalan dan keamanan dalam pemakaiannya

2) Syarat motor lstrik diantaranya: ada pelat nama, tahan tetes, tahan percikan air, tahan hujan, kedap air, atau memiliki kualitas lain yang sesuai dengan keadaan lingkungan, Motor terbuka yang mempunyai komutator atau cincin pengumpul, harus ditempatkan atau dilindungi sedemikian rupa

3) Pengawatan perlengkapan listrik dengan menggunakan kabel fleksibel harus sesuai dengan maksud dan daerah penggunaannya

4) Tujuan adanya proteksi adalah untuk melindungi dan mengamankan komponen instalasi tenaga listrik.

5) Proteksi instalasi listrik sesuai PUIL terdiri dari proteksi beban lebih, proteksi hubung pendek sirkit motor, dan hubung pendek sirkit cabang

(26)

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!

1. Jelaskan apa saja ketentuan umum perlengkapan listrik sesuai PUIL

2000!

2. Jelaskan syarat motor listrik sesuai PUIL 2000!

3. Jelaskan syarat pengawatan perlengkapan listrik sesuai PUIL 2000!

4. Sebutkan dan jelaskan macam proteksi instalasi listrik sesuai PUIL

2000!

Badan Standardisasi Nasional, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta : Yayasan PUIL

Prihanto, Dwi. 2013. Workshop Instalasi Tenaga Listrik. Malang. TE-UM

E. TUGAS

(27)

INSTALASI MOTOR 3 FASA DENGAN

KENDALI MAGNETIK

BAB 2

A. KERANGKA ISI

Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik

Sistem Pengendalian Motor Listrik BAB 2

Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali Magnetik

1. Thermal Over-Load Relay 2. Miniatur Circuit Breaker

(MCB)

3. Kontaktor Magnit 4. Relay Penunda Waktu 5. Push Button

6. Panel Box

7. Penghantar Listrik 8. Bahan-bahan lain

Pengendalian Manual

Pengendalian Semi Otomatis Saklar ON-OFF

Saklar TPST dan TPDT Saklar Pisau

Kontaktor Magnit Overload Load Timer

Push Button ON-OFF

(28)

1) Mahasiswa mampu menjelaskan Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik 2) Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem Pengendalian Motor Listrik

Dalam melakukan praktik instalasi tenaga listrik, tentunya harus ada peralatan pendukungnya. Peralatan yang digunakan untuk instalasi tenaga/motor listrik di antaranya adalah:

1) Thermal Over-load Relay

Dalam instalasi motor listrik, dibutuhkan pengaman terhadap beban lebih dengan tujuan untuk menjaga dan melindungi motor listrik dari kerusakan yang fatal akibat gangguan beban lebih. Thermal Over-load Relay biasanya dipasang didekat sakelar magnet. Gambar 2.1 menunjukkan diagram kontak dan bentuk fisik Thermal Overload Relay (TOR):

Gambar 2.1. Diagram kontak dan bentuk fisik Thermal Overload Relay (TOR) (Sumber: Setiawan, 1995)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

C. MATERI PEMBELAJARAN

(29)

Djemari Mardapi (1980) menjelaskan Thermal Overload Relay (TOR) adalah salah satu pengaman motor listrik dari arus yang berlebihan. Bila Arus yang melewati motor listrik terlalu besar maka akan merusak beban, oleh sebab itu TOR akan memutuskan rangkaian apabila ada arus listrik yang melebihi batas beban. Cara kerjanya seperti azas bimetal, yaitu ada dua buah logam yang koefisien muainya berbeda digandeng jadi satu, sehingga kalau panas akan melengkung. Pemuaian ini didesain untuk memutus rangkaian bila motor terlalu panas.

Relay ini dihubungkan dengan kontaktor pada kontak utama 2, 4, 6 sebelum ke beban (motor listrik). Gunanya untuk mengamankan motor listrik atau memberi

perlindungan kepada motor listrik dari kerusakan akibat beban lebih. Beberapa penyebab terjadinya beban lebih antara lain:

 Terlalu besarnya beban mekanik dari motor listrik

 Arus start yang tertalu besar atau motor listrik berhenti secara mendadak  Terjadinya hubung singkat

 Terbukanya salah satu fasa dari motor listrik 3 fasa.

Gambar 2.2 berikut merupakan penyambungan TOR pada Kontaktor Magnet:

Gambar 2.2. Pnyambungan TOR pada Kontaktor Magnet

(Sumber: Situmorang, 2016)

2) Miniatur Circuit Breaker (MCB)

(30)

menjadi panas dan melengkung memutuskan kontak listrik untuk mengamankan

rangkaian. Dalam suatu instalasi motor dengan kapasitas arus beban besar yaitu di atas 100 Ampere, MCB harus dipasang berdekatan dengan pengaman lebur (Kismet

Fadillah:1997). Simbol dan bentuk fisik MCB ditunjukkan pada gambar 2.3:

(a) (b) (c)

Gambar 2.3 (a) Simbol MCB, (b) MCB 3 Fasa, (c) MCB 1 Fasa Sumber: Laras (2016: 15)

Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas dari MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ). Beberapa kegunaan MCB:

 Membatasi Penggunaan Listrik

 Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet )  Mengamankan Instalasi Listrik

 Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk

mendeteksi kerusakan instalasi listrik.

3) Kontaktor Magnit

(31)

relay, kontaktor dirancang untuk menyambung dan membuka rangkaian daya listrik tanpa merusak. Beban-beban tersebut meliputi lampu, pemanas, transformator, kapasitor, dan motor listrik.Umumnya terdiri dari 3 pole kontak utama dan kontak bantu (aux. contact). Lambang dan bentuk fisik kontaktor ditunjukkan pada Gambar 2.4:

(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Simbol Kontaktor, (b) Bentuk fisik Kontaktor Magnet

Sumber: Laras (2016: 14)

Sumarlan (1980) menjelaskan kontaktor akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85 % dari tegangan kerja, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar. Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close = NC). Kontak No berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/ menghubung. Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

4) Relay Penunda Waktu (Timer)

(32)

(a) (b)

Gambar 2.5. (a) Time Delay Relay, (b) Soket Time Delay Relay

Sumber: needly.multiply.com

Theraja (1978) menjelaskan tegangan kerja yang banyak digunakan untuk sarana kendali instalasi misalnya 220 VAC, jumlah kaki yang banyak digunakan adalah 8 pin. Nomor kaki 2 – 7 ditempati ujung-ujung coil, nomor 1 – 8 sebagai kontak induk, dan yang lain sebagai penghubung yang terdiri atas 2 kontak NC (no.4 & 5) dan 2 kontak NO (no 3 & 6). Operasionalnya komponen ini juga ditancapkan pada soket sebagai media untuk menyambung kontak-kontak timer menuju ke rangkaian luar. Komponen ini biasanya digunakan untuk: (a) mengubah hubungan star-delta secara otomatis, (b) mengubah arah putar motor secara otomatis, (c) mengubah kecepatan putaran motor secara otomatis, dan lain sebagainya. Kontruksi dan simbol TDR ditunjukkan pada Gambar 2.6:

(33)

5) Tombol Tekan (Push Button Stater)

Tombol untuk menjalankan motor dinamakan tombol tekan on, sedangkan untuk menghentikan motor dinamakan tombol tekan off. Tombol ini bekerja kalau ditekan dengan tangan, bila kita lepas maka kedudukannya akan kembali ke posisi semula karena ada pegas pendorong, jadi proses hubung-putusnya hanya sesaat ada perlakuan penekanan terhadap tombol tersebut. Di perdagangan disiapkan:

(a) Tombol tekan: ON-OFF, pada tombol ON, posisi kontaknya adalah normally open (NO) , sedangkan pada tombol OFF, posisi kontaknya adalah normally close (NC)

(b) Tombol OFF-REF-FWD: dalam hal ini posisi kontak pada tombol FWD dan REF ada dua macam, yaitu NC & NO, sedan pada tombol OFF adalah NC. (c) Tombol Engkel : OFF

(d) Tombol engkel: ON (e) Tombol engkel : NO-NC

Gambar 2.7 menunjukkan bentuk fisik dari tombol tekan:

Gambar 2.7. bentuk fisik tombol tekan

(34)

6) Bahan-Bahan

a) Kanal Sirip & Pipa Instalasi

Kanal sirip disebut juga dak kabel. Sarana ini biasanya digunakan untuk me-nempatkan kabel di dalam panel agar rapi. Sedang pipa instalasi digunakan untuk menempatkan kabel yang ke luar dari panel, sehingga kelihatan rapi dan terlindung dari gangguan mekanik.

b) Terminal Kabel / Terminal Rangkai

Untuk persiapan penyambungan kabel kerangkaian luar dari suatu panel, perlu disiapkan terminal kabel. Terminal kabel disini ada dua macam, yaitu (a) terminal plastic, (b) terminal rangkai. Jenis terminal rangkai dapat dirangkai dalam suatu rel omega, banyak digunakan untuk pelayanan sambungan pada panel

kelasifikasi besar. c) Rel Omega

Rel omega adalah suatu rel yang digunakan untuk dudukan komponen di dalam panel, seperti MCB, Kontaktor, Relay, terminal rangkai, dan lain sebagainya. d) Rel Tembaga

Rel tembaga digunakan sebagai sarana pengumpul tenaga listrik, yang diletak-kan didalam panel tenaga. Ukuran rel tembaga yang ada di perdagangan ditunjukkan pada tabel 2.2 di bawah ini

Tabel 2.1. Ukuran Rel Tembaga

REL TEMBAGA

Arus dalam Ampere yang diijinkan untuk kenaikan suhu:

(35)

50 50

6 8

300 400

630A 730A

450A 520A

e) Lampu Indikator

Adalah lampu tanda misalnya untuk menunjukkan jala-jala On (bertegangan), lampu tanda motor run, lampu tanda motor putar kiri, lampu tanda motor putar kanan, lampu tangda motor off, lampu tanda olerload sedang OFF, dan lain sebagainya. Lampu indicator ditunjukkan pada gambar 2.8:

Gambar 2.8. Lampu Indikator

Sumber: Situmorang (2016)

7) Panel Box

Panel box adalah kotak yang berfungsi untuk meletakkan dan pelindungi perlengkapan pendistribusian atau perlengkapan pengendalian tenaga listrik.

(36)

8) Penghantar Listrik

Penghantar listrik (konduktor) adalah bahan yang memiliki konduktifitas baik untuk menyalurkan tenaga listrik. Bahan yang banyak digunakan adalah tembaga atau aluminium. Bila penghantar listrik tersebut sudah dilindungi oleh suatu isolasi biasa disebut “kabel” Jenis kabel di perdagangan banyak sekali ragamnya, dan selalu ada saja tambahan jenis kabel baru di pasaran.

Rida Ismu (1979) menjelaskan jenis-jenis kabel dinyatakan dengan istilah-istilah yang terdiri dari sejumlah huruf dan terkadang juga angka. Karena banyaknya jenis kabel yang ada di perdagangan, sering tidak mudah untuk mengenali konstruksi suatu kabel hanya berpijak dari nomenklaturnya saja, tanpa adanya keterangan tambahan.

Contoh jenis kabel, lampiran C PUIL 2000, sebagai berikut: N : kabel standart penghantar tembaga

Y : Selubung isolasi dari PVC

A ; Selubung atau lapisan pelindung luar bahan serat Contoh kabel di pasaran: NYA; NYY

Identifikasi rel atau inti penghantar dengan Warna ditunjukkan pada tabel 2.3: Tabel 2.2 Identifikasi rel atau inti penghantar dengan Warna

INTI ATAU REL A. Instalasi Arus bolak-balik

Fasa I (satu) B. Instalasi Perlengkapan Listrik

Fasa I (satu)

D. Penghantar Pembumian PE hijau-kuning Hijau E. Instalasi Arus Searah

(37)

Sistem Pengendalian Motor Listrik adalah adalah sejumlah kegiatan mulai dari memasang, merakit, mengamankan, dan mengoperasikan motor hingga pesawat tersebut dapat bekerja dengan aman. Pengawatan motor listrik adalah kegiatan merakit atau

menghubungkan motor listrik dengan pelengkapan-perlengkapannya sehingga membentuk suatu sistem instalasi motor listrik. Sistem pengendalian motor listrik bisa dilakukan secara manual, semi otomatis dan otomatis.

1) Sistem Pengendalian Motor Listrik Secara Manual

Sistem pengendalian motor listrik secara manual adalah sistem pengawatan, pengamanan, dan pengoperasian motor listrik dengan menggunakan peralatan mekanik yang dilakukan oleh manusia.

a. Pengendalian Motor Listrik dengan Saklar ON/OFF

Dengan sakelar ON/OFF motor dapat dihubungkan langsung dengan tegangan jala-jala. Biasanya sakelar ON-OFF digunakan untuk mengoperasikan motor yang berdaya kecil, misalnya: motor gergaji; motor gerida; motor bor; dan lain sebagainya. Contoh Rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 2.10:

:

Gambar 2.10. Pengawatan Motor Listrik menggunakan Sakelar ON/OFF

Sistem Pengendalian Motor Listrik

(38)

b. Pengendalian Motor dengan Saklar TPST dan TPDT

Motor 3 fasa banyak digunakan pada semua mesin industri, baik untuk daya kecil maupun untuk daya besar. Untuk motor 3 fasa yang berdaya kecil dapat

dioperasikan secara manual dengan menggunakan sakelar TPST atau TPDT.

Gambar 2.11. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPST

(Sumber: Prihanto, 2013: 117)

Sakelar TPDT dapat dijadikan sebagai sakelar bintang segitiga (start delta) dengan cara seperti diperlihatkan pada gambar 2.12:

Gambar 2.12. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPDT

(39)

c. Pengendalian Motor dengan Saklar Pisau

Untuk membalik putaran motor 3 fasa, kontak-kontaknya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dalam perpindahan posisi sakelar dapat menukar

hubungan kedua hantaran fasa, sehingga putaran motor akan terbalik. Lihat gambar skema di bawah ini. Pada gambar dibawah ini digunakan pengaman hubung

singkat berupa patrun lebur. Sebagai proteksi terhadap beban lebih digunakan sensor bimetal atau MCB

Gambar 2.13. Membalik Putaran Motor 3 Fasa dengan Sakelar Pisau

(Sumber: Prihanto, 2013: 119)

2) Sistem Pengendalian Motor Listrik Secara Semi Otomatis

Sistem pengendalian motor listrik secara semi otomatis pada umumnya digunakan kontaktor. Penggunaan sarana ini di dalam sistem instalasi motor listrik, banyak diperoleh keuntungan, di ataranya adalah: (a) pelayanan menjadi mudah; (b) memungkinkan

(40)

tegangan kerja belitan magnet dari kontaktor tersebut. Pada umumnya tegangan kerjanya adalah 220 V, tetapi ada juga yang bertegangan 110 volt, 380 Volt, dan tegangan ekstra rendah. Dalam pengawatannya harus hati-hati jangan sampai tegangan yang dihubungkan melebihi kapasitas tegangan kerja coil kontaktor, hal ini akan berakibat fatal, yaitu coil langsung terbakar. Komponen utama dalam pengendalian motor secara semi otomatis diantaranya Kontaktor Magnit, Overload Load, Timer, Push Button ON-OFF, Push Button dan OFF-REF-FWD

Contoh Gambar rangkaian kendali semi-otomatis:

1) Rangkaian Motor 3 fasa yang dilayani dari dua tempat dengan kontraktor magnit

Gambar 2.14. Motor 3 fasa yang dilayani dari dua tempat dengan kontraktor magnit

(41)

2) Rangkaian Dua Motor dengan Kerja Bergantian (Interlocking)

Gambar 2.15. Dua Motor dengan Kerja Bergantian (Interlocking)

(Sumber: Prihanto, 2013: 131)

3) Rangkaian Dua motor yang Operasionalnya secara berurutan

Gambar 2.16. Dua motor yang Operasionalnya secara berurutan

(42)

1. Perlengkapan pendukung instalasi tenaga listrik terdiri dari: 1) thermal overload relay, 2) MCB, 3) Kontaktor, 4) Relay penunda waktu, 5) Tombol tekan, 6) Bahan-bahan lain (pipa, terminal kabel, rel omega, rel tembaga, lampu indicator), 7) panel box dan 8) penghantar listrik

2. Sistem Pengendalian Motor Listrik adalah adalah sejumlah kegiatan mulai dari memasang, merakit, mengamankan, dan mengoperasikan motor hingga pesawat tersebut dapat bekerja dengan aman.

3. Pengawatan motor listrik adalah kegiatan merakit atau menghubungkan motor listrik dengan pelengkapan-perlengkapannya sehingga membentuk suatu sistem instalasi motor listrik.

4. Pengendalian manual adalah adalah suatu proses menjalankan atau menghentikan operasional motor dengan menggunakan alat kendali berupa sakelar mekanik. 5. Pengendalian semi otomatis pada umumnya digunakan kontaktor. Instalasinya

terdiri atas: rangkaian utama dan rangkaian kendali. Keuntungan sistem ini adalah: (a) pelayanan menjadi mudah; (b) memungkinkan pelayanan dari jarak yang jauh; (c) keamanan motor lebih terjamin.

(43)

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat

1. Sebutkan perlengkapan pendukung instalasi tenaga listrik!

2. Jelaskan fungsi dan cara kerja Thermal Overload Relay!

3. Jelaskan pengertian Time Delay Relay!

4. Jelaskan dan sebutkan macam-macam Sistem Pengendalian Motor Listrik!

B.L. Theraja., 1978. Electrical Technology. New Delhi: S.Chand & Company Ltd

Djemari Mardapi, 1980. Sistem Pengendali Motor Listrik. Yogyakarta: FKT IKIP

Darsono.,Agus Ponidjo, 1981. Petunjuk Praktek Listrik 2. Jakarta: Depdikbud.

(Hasil foto), 2017. Laboratorium Teknik Elektro. Univerversitas Negeri

Malang.

Laras, Djoko. 2016. Komponen Instalasi Motor, (djoko_laras@yahoo.com)

Prihanto, Dwi. 2013. Workshop Instalasi Tenaga Listrik. Malang. TE-UM

(online) needly.multiply.com

Setiawan ,E, & Harten, VP., 1995. Instalasi Listrik Arus Kuat 3. Jakarta:

Binacipta.

Situmorang, Sehat P. 2016. Modul Instalasi Motor. ACADEMIA

E. TUGAS

(44)

1) Mahasiswa mampu menjelaskan Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel 2) Mahasiswa mampu menjelaskan Pengelompokan Panel

3) Mahasiswa mampu menjelaskan Pengelompokan Beban pada Panel 4) Mahasiswa mampu menjelaskan Ketentuan Pengawatan Panel Daya

5) Mahasiswa mampu menjelaskan Rancangan Tata Letak Instalasi Tenaga pada

INSTALASI PADA PANEL DAYA

BAB 3

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. KERANGKA ISI

BAB 3

Instalasi pada Panel Daya

Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel

Pengelompokan Panel

Pengelompokan Beban pada Panel

Ketentuan Pengawatan Panel Daya

(45)

Pemasangan instalasi dalam panel harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Nomor 621 PUIL 2000 tentang ketentuan umum PHB, di antaranya:

(1) PHB harus ditata dan dipasang dengan rapi dan teratur, dan di tempatkan di ruang yang cukup leluasa.

(2) Pemeliharaan dan pelayanan PHB dapat dilaksanakan dengan mudah , aman, dan bagian-bagian yang penting mudah dicapai

(3) Instrumen ukur, tombol, dan sakelar harus dapat dilayani dengan mudah dan aman tanpa bantuan sarana apapun.

(4) Penyambungan saluran masuk dan keluar pada PHB harus menggunakan terminal sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman.

(5) Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari terminal saluran daya. (6) Semua sambungan dan hubungan penghantar/kabel harus disusun rapi dan aman (7) Tiap penghantar fase, penghantar netral, dan penghantar pembumi harus dapat

dibedakan secara mudah dengan warna atau tanda yang sesuai.6232, puil 2000) (8) Terminal gawai kendali harus diberi tanda atau lambing yang jelas dan mudah

dilihat, sehingga memudahkan pemeriksaan. (6234, puil 2000)

(9) Pada sisi penghantar masuk dari PHB yang berdiri sendiri harus dipasang satu sakelar, pada setiap hantaran keluar dipasang satu proteksi arus.(6241, puil 2000) (10) Sakelar masuk untuk memutuskan aliran suplai PHB tegangan rendah harus

mempunyai batas kemampuan minimum 10A, dan arus minimum sama besar dengan arus nominal penghantar masuk tersebut. (6242, puil 2000). Lihat contoh pada gambar 3.1:

C. MATERI PEMBELAJARAN

(46)

Gambar 3.1. Sakelar masuk untuk memutuskan aliran suplai PHB

(Sumber: Buku PUIL 2000)

Sakelar yang dimaksud dalam 6241 & 6242 (PUIL) di atas tidak diperlukan dalam hal sebagai berikut:

(1) jika PHB mendapat suplai dari saluran keluar suatu PHB lain, yang pada saluran keluarnya dipasang sakelar yang mudah dicapai dan kedua PHB itu terletak dalam ruang yang sama, serta jarak antara keduanya tidak lebih dari 5 meter.

(2) Jika dengan cara tertentu dapat dilaksanakan pemutusan dan penyambungan suplai ke PHB tersebut melalui suatu sakelar pembantu, sakelar pembantu ini harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai.

(3) Jika sakelar itu diganti dengan pemisah, asalkan pada setiap sirkit keluar dipasang sakelar keluar. (6243, puil 2000)

(4) Sakelar masuk harus dipasang dengan ketentuan tidak ada pengaman lebur dan gawai lainnya yang menjadi bertegangan, kecuali volt meter, lampu indicator, dan pengaman lebur utama yang dipasang sebelum sakelar masuk, jika sakelar masuk tersebut dalam keadaan terbuka. (6244, puil 2000).

(5) Pada sirkit keluar PHB harus dipasang sakelar keluar, jika sirkit tersebut: (a) mensuplai tiga buah atau lebih PHB yang lain.

(b) Dihubungkan ke tiga buah atau lebih motor atau perlengkapan listrik yang lain. Hal ini tidak berlaku jika motor tersebut dayanya masing-masing < 1,5 KW dan letaknya dalam ruangan yang sama.

(c) Dihubunghkan ke tiga buah atau lebih kotak-kontak yang masing-masing mempunyai arus nominal lebih dari 16A.

(47)

(6) Ketentuan lain yang harus diperhatikan misalnya : Jika terjadi gangguan tidak akan meluas; Mudah diperluas bila diperlukan; Mempunyai keandalan yang tinggi; Konstruksi panel harus kuat, dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tahan terhadap pengaruh kelembaban.

Contoh Gambar Instalasi pada Panel:

1) PHB “B & D” tanpa Pemasangan Sakelar Masuk

Gambar 3.2. PHB “B & D” tanpa Pemasangan Sakelar Masuk

(48)

2) Pemasangan Sakelar keluar dilengkapi Pengaman Lebur

Gambar 3.3. Pemasangan Sakelar keluar dilengkapi Pengaman Lebur

(sumber: Prihanto, 2013: 66)

3) Pemasangan MCB Sebagai Sakelar Keluar

Gambar 3.4. Pemasangan MCB Sebagai Sakelar Keluar

(49)

Menurut Prihanto (2013: 67) panel berfungsi sebagai pembagi daya instalasi. Di suatu industri biasanya pendistribusian tenaga listrik dibagi atas panel untuk penerangan dan panel untuk tenaga (motor-motor). Biasanya pada panel tenaga diberi pengaman tegangan nol. Dengan terpisahnya panel penerangan dan panel tenaga, maka jika terjadi gangguan pada panel tenaga (pada saat pengaman tegangan nol bekerja) instalasi penerangan tidak terganggu.

Gambar 3.5. Pengelompokan antara Panel Tenaga & Panel Penerangan

(sumber: Prihanto, 2013: 67)

Untuk instalasi yang lebih besar dipasang perlengkapan hubungan bagi (panel) utama yang memberi suplai kepada dua panel utama lainnya, yaitu tenaga dan penerangan. Perlengkapan panel-panel terakhir dilengkapi juga dengan saklar utama.

Dalam menentukan perlengkapan-perlengkapan ( komponen-komponen) panel, seperti sakelar, alat pengaman, penghantar dan lainnya, selain harus dianalisa juga disesuaikan dengan PUIL yang berlaku. Adapun syarat umum tentang komponen yang dipasang pada PHB menurut 661 PUIL 2000, di antaranya adalah sebagai berikut:

(1) komponen yang dipasang pada PHB harus dari jenis yang sesuai dengan syarat penggunaannya. (6611, puil 2000)

(2) Kemampuan komponen yang dipasang pada PHB harus sesuai dengan keperluan. (6612, puil 2000)

(50)

(3) Sakelar, pemisah dan pemutus yang dipasang pada PHB harus mempunyai kutub yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan banyaknya fase yang digunakan. Semua kutub harus dapat dibuka atau ditutup secara serentak. (6621, puil 2000)

Prihanto (2013: 67) mengatakan pada sebuah industri besar yang mempunyai banyak ruang kerja listrik, tentunya untuk memfasilitasi penyaluran tenaga listrik, diperlukan bebarapa panel daya dan panel distribusi daya untuk melayani beban-beban listrik penerangan berupa lampu-lampu penerangan maupun beban-beban listrik tenaga berupa motor-motor listrik sebagai penggerak mesin. Untuk melaksanakan maksud

tersebut, pengelompokan perlengkapan sirkit, menurut 626, PUIL 2000 dijelaskan sebagai berikut:

Pada PHB yang mempunyai banyak sirkit keluar fase tunggal dan fase tiga, baik untuk instalasi tenaga maupun untuk instalasi penerangan, gawai proteksi, sakelar, dan terminal yang serupa harus dikelompokkan sehingga:

(a) tiap kelompok melayani sebanyak-banyaknya enam buah sirkit;

(b) kelompok perlengkapan instalasi tenaga terpisah dari kelompok perlengkapan instalasi penerangan.

(c) kelompok perlengkapan fase tunggal, fase dua, dan fase tiga merupakan kelompok sendiri-sendiri yang terpisah

Sebaiknya dalam satu panel yang melayani instansi penarangan dan instalasi tenaga terdapat pemisah saluran. Hal ini dimaksud agar gangguan pada mesin-mesin tidak

(51)

Dalam melakukan suatu pengawatan panel daya, maka harus diperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh PUIL. Kabel untuk pengawatan suatu panel biasanya digunakan jenis NYA. Sedangkan ukurannya harus dipilih sedemikian rupa hingga penghantar tersebut mampu dialiri arus listrik minimum 125% kali arus beban penuh. Penghantar cabang /pengisi ukuran penampangnya harus mampu melewatkan arus 125% dari arus beban penuh dari salah satu beban yang terbesar ditambah arus beban penuh beban-beban yang lainnya. Demikian juga berlaku untuk komponen lainnya, pengaman maupun penghubung.

Contoh : Data suatu instalasi tenaga diketahui sesuai tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1. Data suatu instalasi tenaga

Daya (HP) Tegangan (Volt) Arus beban (Ampere)

M1 30 380 38,4

M2 15 380 20

M3 15 380 20

M4 20 380 27,4

M5 10 380 14

Sumber : Prihanto (2013: 76)

Dari ketentuan di atas maka ukuran minimum alat-alat pengaman maupun

penghantar harus dipilih hingga mempunyai kemampuan dapat melewatkan arus 125% kali arus beban sehingga setelah dianalisa :

 M1 Penampang penghantarnya 16 mm² alat pengaman/penghubung 60 A

 M2 Penampang penghantarnya 6 mm² alat pengaman/penghubung 25 A

 M3 Penampang penghantarnya 6 mm² alat pengaman/penghubung 25 A

 M4 Penampang penghantarnya 10 mm² alat pengaman/penghubung 35 A

 M5 Penampang penghantarnya 4 mm² alat pengaman/penghubung 20 A

Ketentuan Pengawatan Panel Daya

(52)

Panel Daya merupakan komponen yang berfungsi sebagai wadah instalasi tenaga listrik. Dari data pada Tabel 3.1, dapat dibuat gambar bagan tata letak komponen dalam panel sesuai gambar 3.6:

Gambar 3.6. Tata Letak Komponen dalam Panel Daya

(sumber: Prihanto, 2013: 78)

M1 M2 M3 M4 M5

(53)

 Pemasangan instalasi dalam panel harus memenuhi persyaratan sesuai dengan

Nomor 621 PUIL 2000 tentang ketentuan umum PHB

 Dengan terpisahnya panel penerangan dan panel tenaga, maka jika terjadi gangguan

pada panel tenaga (pada saat pengaman tegangan nol bekerja) instalasi penerangan tidak terganggu.

 Pada PHB yang mempunyai banyak sirkit keluar fase tunggal dan fase tiga, baik

untuk instalasi tenaga maupun untuk instalasi penerangan, gawai proteksi, sakelar, dan terminal yang serupa harus dikelompokkan

 Sebaiknya dalam satu panel yang melayani instansi penarangan dan instalasi tenaga

terdapat pemisah saluran. Hal ini dimaksud agar gangguan pada mesin-mesin tidak mempengaruhi penerangan di tempat itu atau sebaliknya.

 Dalam melakukan suatu pengawatan panel daya, maka harus diperhatikan

ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh PUIL.

(54)

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat.

1. Jelaskan ketentuan pemasangan instalasi pada Panel yang diatur oleh

PUIL!

2. Gambarkan bagaimana pengelompokan Panel!

3. Jelaskan bagaimana ketentuan pengelompokan beban pada Panel

4. Jelaskan ketentuan pengawatan Panel Daya!

5. Gambarkan contoh tata letak komponen dalam panel!

Badan Standardisasi Nasional, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000.

Jakarta : Yayasan PUIL

Prihanto, Dwi. 2013. Workshop Instalasi Tenaga Listrik. Malang. TE-UM

E. TUGAS

(55)

1) Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pembumian

2) Mahasiswa mampu menjelaskan ketentuan pembumian pada Panel 3) Mahasiswa mampu menjelaskan jenis sistem pembumian

4) Mahasiswa mampu menjelaskan rancangan Sistem Pembumian pada Instalasi Tenaga Listrik

INSTALASI SISTEM PEMBUMIAN

BAB 4

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. KERANGKA ISI

BAB 4

Instalasi Sistem Pembunian

Sistem Pembumian

Ketentuan Pembumian pada Panel

Jenis Sistem Pembumian

(56)

Sistem pembumian adalah suatu rangkaian/jaringan mulai dari kutub pembumian/ elektroda, hantaran penghubung/conductor sampai terminal pembumian yang berfungsi untuk menyalurkan arus lebih ke Bumi sehingga dapat memberikan proteksi terhadap manusia dari sengatan listrik dan mengamankan komponen instalasi agar dapat terhindar dari bahaya arus dan tegangan asing serta perangkat dapat beroperasi sesuai dengan ketentuan teknis yang semestinya.

Pembumian merupakan salah satu factor utama dalam setiap pengamanan perlatan atau rangkaian listrik. Untuk melakukan pengamanan tersebut diperlukan perancangan pembumian sesuai standar yang berlaku seperti:

 Tahanan pembumian harus memenuhi syarat yang diinginkan untuk suatu

keperluan pemakaian

 Elektroda yang ditanam dalam tanah harus bahan konduktor yang baik, tahan

korosi, dan cukup kuat

 Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya  Tahanan pembumian harus baik untuk berbagai musim

 Biaya pemasangan serendah mungkin

Pembumian peralatan adalah penghubungan badan atau rangka peralatan listrik (motor, generator, transformator, pemutus daya dan bagian-bagian logam lainnya yang dalam keadaan normal tidak dialiri arus) dengan tanah. Maksud dari pembumian peralatan adalah:

- Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang dalam daerah tertentu

Sistem Pembumian

1

(57)

- Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.

- Untuk memperbaiki penampilan dari system (Hutauruk, 1987: 125)

Oleh karena itu, secara umum sistem pembumian berperan sebagai Proteksi dengan tujuan pemasangan:

a. Menjamin kerja peralatan listrik atau elektronik b. Mencegah kerusakan peralatan listrik atau elektronik c. Menyalurkan energy serangan petir ke tanah

d. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal maupun dari tegangan sentuh dan tegangan langkah.

Sesuai aturan PUIL dalam Prihanto (2013: 17), Ketentuan pembumian adalah sebagai berikut:

(1) BKT motor pegun harus dibumikan jika terdapat salah satu keadaan berikut : a) Motor disuplai dengan penghantar terbungkus logam ;

b) Motor ditempatkan di tempat basah dan tidak terpencil atau dilindungi ; c) Motor ditempatkan dalam lingkungan berbahaya ;

d) Motor bekerja pada tegangan ke bumi di atas 50 V

(2) BKT motor pegun, yang bekerja pada tegangan di atas 50 V ke bumi, harus dibumikan atau dilindungi dengan cara isolasi ganda yang disahkan, atau dengan cara lain yang setaraf.

(3) Sebagai pengaman lainnya panel harus dihubungtanahkan yang fungsinya untuk memperkecil tegangan sentuh listrik bila terjadi kebocoran isolasi. Besar penampang pentanahan disesuaikan dengan peraturan yang ada. Adapun aturan pembumian pada PHB menurut 62131 PUIL 2000, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. bila pada PHB utama, rel proteksi dipakai juga sebagai rel netral (sistem TNC),

Ketentuan Pembumian

Gambar

Tabel 1.3 Nilai Pengenal atau Setelan Tertinggi Gawai Proteksi sirkit Motor terhadap
Gambar 2.8. Lampu Indikator
Gambar 2.10. Pengawatan Motor Listrik menggunakan Sakelar ON/OFF
Gambar 2.12. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPDT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis daya listrik arus bolak balik Menganalisis energi listrik arus bolak balik 2 Menggunakan hasil pengukuran Menentukan hasil pengukuran

Memahami prinsip- prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Teknik Instalasi tenaga Listrik.. 8.1.1 Guru dapat

Adalah jika dihubungkan beban di terminal mesin, dan arus mengalir di armature winding arus yang mengalir itu akan memproduksi medan magnet nya sendiri sehingga akan mendistorsi

Kubikel 20 KV merupakan seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada Gardu Distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung pengontrol dan

Konduktor atau penghantar , adalah material listrik yang berfungsi untuk mengalirkan arus listrik, biasanya terbuat dari logam (tembaga, aluminium, dan

Dengan adanya 3 kaki elektroda tersebut, tegangan atau arus yang mengalir pada satu kaki akan mengatur arus yang lebih besar untuk melalui 2 terminal lainnya..

Pentanahan tower adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi yang berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari tiang SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) maupun SUTET

Fungsi pembumian atau pentanahan adalah untuk mengalirkan arus gangguan kedalam tanah melalui suatu elektroda pentanahan yang ditanam dalam tanah bila terjadi gangguan, disamping itu