• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN BETON TULANGAN Job 3. Analisa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RANCANGAN BETON TULANGAN Job 3. Analisa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

16 I. REFERENSI

a. ASTM C.136-96a, test method for sieve analysis of fine and coarse aggregates. b. SNI 03-1968-1990, metode pengujian tentang analisa saringan agregat halus dan

kasar.

II. TUJUAN

 Menentukan distribusi atau prosentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar untuk digunakan dalam campuran beton.

 Untuk menentukan agregat halus dan agregat kasar masuk kedalam spesifikasi yang ditentukan.

 Dapat menentukan proporsi antara agregat halus dan agregat kasar yang didapat dari gabungan agregat.

III. DASAR TEORI

Agregat merupakan bahan utama dalam pembuatan beton yang jumlahnya antara 70 - 80 % dari semua pembentuk beton. Persyaratan agregat diantaranya harus bersih, keras dan mempunyai susunan butir (gradasi) yang baik. Gradasi agregat sangat berpengaruh pada kekuatan beton. Jika gradasi agregat sudah sesuai dengan spesifikasi, maka kualitas beton akan baik karena tidak ada rongga yang terdapat dalam beton. Sebaliknya jika gradasi agregat tidak sesuai dengan spesifikasi maka kualitas beton akan kurang baik karena akan terdapat rongga di dalam beton yang tidak terpenuhi satu atau beberapa ukuran agregat.

(2)

17  penentuan jumlah maksimum agregat

 penentuan ukuran ayakan yang digunakan

 penentuan persen (%) tertinggal dan lolos kumulatif  penentuan kurva gradasi

 penentuan angka kehalusan

Menurut PBI–1974, ukuran butir maksimum butir agregat yang dapat digunakan adalah :

 1/5 jarak cetakan  1/3 tebal plat beton

 3/4 jarak bersih antara tulangan

Dalam melakukan analisa ayakan ini dapat digunakan beberapa tipe ayakan dengan ukuran lubang dalam mm, menurut standar-standar yang telah ditetapkan untuk mutu beton dari suatu negara, diantaranya :

 ISO (International Standard Organization) dan PBI – 1971, adalah 31,5; 16; 8; 4; 2; 1; 0,5; 0,25; 0,125.

 ASTM (American Standard), adalah 50; 25; 19; 12,5; 9.5; 4,75; 2,36; 1,18; 0,6; 0,3; 0,15.

 Standard Belanda (N. 480), adalah 46; 23; 11,2; 5,6; 2,8; 1,4; 0,6; 0,3; 0,15.  British Standard (BS),adalah 50; 37,5; 20; 14; 10; 5; 2,36; 1,18; 0,6; 0,3; 0,15.

Besar agregat maksimum yang diperbolehkan menurut BS adalah 40 mm, sedangkan menurut PBI–1971 adalah 31,5 mm.

Gradasi agregat yang baik untuk beton adalah agregat dimana susunan butirnya (gradasi) terdiri dari butiran halus hingga kasar secara beraturan atau dari kasar hingga halus, karena butirannya akan saling mengisi sehingga akan diperoleh beton dengan kepadatan yang tinggi, mudah dikerjakan dan mudah dialirkan.

(3)

18 FM). Modulus Kehalusan adalah Jumlah persentase tertahan kumulatif untuk satu seri ukuran ayakan yang kelipatan dua, dimulai dari ukuran terkecil 0,15 mm dibagi 100.

ASTM C.33 dan SK SNI S-04-1989 F, mensyaratkan nilai FM agregat halus untuk aduk dan beton masing-masing: 2,3-3,1 dan 1,5-3,8. Sedangkan untuk agregat kasar SK SNI S-04-1989, mensayaratkan 6,0-7,1.

Minimum benda uji Analisa Ayak Agregat kasar dan halus diantaranya: a. Ukuran maks. 2,36 mm, berat minimum 100 gram

b. Ukuran maks. 4,75 mm, berat minimum 500 gram c. Ukuran maks. 3/8”, berat minimum 1000 gram d. Ukuran maks. 1/2”, berat minimum 2500 gram e. Ukuran maks. 3/4”, berat minimum 5000 gram f. Ukuran maks. 1”, berat minimum 10000 gram g. Ukuran maks. 1,5”, berat minimum 15000 gram h. Ukuran maks. 2”, berat minimum 20000 gram i. Ukuran maks. 2,5”, berat minimum 25000 gram j. Ukuran maks. 3”, berat minimum 30000 gram k. Ukuran maks. 3,5”, berat minimum 35000 gram

Tabel 1. Susunan butir agregat halus menurut British Standard (BS)

Ukuran

Ayakan % Tembus Kumulatif

(4)

19 Tabel 2. Susunan butir agregat halus menurut ASTM – 33

Ukuran Ayakan ( mm ) % Tembus Kumulatif

Tabel 3. Susunan butir agregat kasar menurut British Standard (BS)

Ukuran Ayakan (mm)

% Tembus Kumulatif

Nominal 40 mm Nominal 20 mm Nominal 14 mm Nominal 10 mm

(5)

20 IV. PERALATAN DAN BAHAN

PERALATAN

No. Alat Gambar Keterangan dan Spesifikasi

1. Timbangan Timbangan ini mampu menahan beban

maksimum 30 kg, dengan ketelitian 0,01 gr.

2. Ayakan Ayakan ini digunakan untuk mengayak agregat

kasar yang terdiri dari beberapa ukuran lubang ayakan. Ukuran Lubang ayakan: 75 mm; 63,5 mm; 50 mm; 37,5 mm; 25 mm; 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; s/d <0,15mm

3. Mesin Penggetar

Ayakan

Alat untuk menggetarkan susunan ayakan yang ada diatasnya sehingga diketahui agregat yang

tertahan dan lolos pada setiap ayakan.

4. Kuas Alat untuk membersihkan sisa agregat yang

(6)

21

6. Ember Alat untuk menampung agregat sementara.

8 Sendok Spesi

Alat yang terbuat dari logam dengan pegangan yang dilapisi kayu untuk mengambil agregat.

9 Pan Alat untuk menyimpan agregat

BAHAN

1. Agregat Kasar 2. Agregat Halus

V. PROSEDUR PELAKSANAAN PENGUJIAN

Pengujian Agregat Halus (ASTM)

1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan.

(7)

22 3. Letakan pada mesin penggetar, jalankan mesin selama 15 menit.

4. Keluarkan agregat yang tertahan di masing-masing ayakan dan timbang beratnya. Bersihkan masing-masing ayakan dimulai dari ayakan teratas dengan kuas cat yang lembut setiap agregat akan ditimbang.

5. Catat lalu hitung dan tentukan persentase tertahan dan lolos kumulatifnya serta fine modulusnya (FM), lalu plotkan kedalam bentuk kurva gradasi agregat.

Pengujian Agregat Kasar ( Metode ASTM)

1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan. 2. Masukan agregat kedalam saringan yang berukuran:

Agregat Kasar

19.00

12.50

4.75 9.50

(8)

23 3. Untuk melakukan pengayakan, dilakukan secara manual yakni dengan

menggoyangkan ayakan oleh dua orang selama 10 menit

4. Setelah itu agregat kasar yang tertahan di masing-masing ayakan, kita masukan kedalam pan yang berbeda menurut ukuran ayakannya masing-masing.

5. Timbang agregat kasar yang tertahan menurut ukuran ayakan tadi.

6. Hitung dan tentukan persentase tertahan dan lolos kumulatifnya serta fine modulusnya (FM), lalu plotkan kedalam bentuk kurva gradasi agregat.

VI. PERHITUNGAN

6.1 Data

Data dan grafik dalam formulir. 6.2 Perhitungan

BS 882-92

1. A. Agregat Halus BS

Agregat halus dalam kondisi asli terlalu kasar sehingga tidak masuk dalam persyaratan BS 882-92.

b. Agregat Halus BS (Treatment)

Setelah dilakukan treatment dengan cara tidak menggunakan agregat tertahan ayakan >5mm. Agregat halus dapat dipakai dalam campuran beton karena sudah memenuhi persyaratan BS 882-92.

2. Agregat kasar masuk dalam persyaratan BS 822-92 dengan nominal 20mm. 3. Gabungan Gradasi Agregat

(9)

24 ASTM C-33

Agregat halus dalam konsidi asli tidak memenuhi ASTM C-33 karena agregat terlalu kasar dan memiliki nilai FM yang tidak sesuai persyaratan.

Fine Modulus (FM) Agregat Halus ASTM =

4. Agregat yang sudah ditreatmnent dengan cara agregat >4,75mm harus di buang dapat dipakai karena sudah memenuhi ASTM C-33 dengan nilai FM Fine Modulus (FM) Agregat Halus ASTM (Treatment) =

5. Agregat kasar masuk dalam persyaratan ASTM C-33 dengan spesifikasi 19-9,5 dan dengan nilai FM

a. Memenuhi ASTM C-33 dengan menghilangkan agregat halus >4,75mm dengan FM = 2,735.

b. Memenuhi BS 882-92 dengan menghilangan agregat halus >5,00 mm. 2. Agregat Kasar

a. Memenuhi ASTM C-33 dengan spec 19-9,5 dengan FM = 7,071. b. Memenuhi BS 882-92 dengan Nominal 20mm.

3. Gabungan

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

Gambar

Tabel 1. Susunan butir agregat halus menurut British Standard (BS)
Tabel 3. Susunan butir agregat kasar menurut British Standard (BS)
Gambar Keterangan dan Spesifikasi

Referensi

Dokumen terkait

Fokus ini dipilih karena menarik untuk diteliti mengenai bagaimana dampak dari perangkapan jabatan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai Ayam Sentul berpengaruh nyata terhadap bobot (P&gt;0,01) dengan rataan Sa = 25,94 ± 5,36 g dan persentase gizzard (P&gt;0,05)

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena iradah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media animasi

Dalam skripsi ini secara garis besar membahas “ Persepsi Wisatawan Asing Terhadap Pusat Informasi Pariwisata Kota Surabaya (Surabaya Tourism Information Center”.. Hasil

 badan panas, panas, malaise malaise dan dan mual. Pada Pada folikulitis folikulitis superfisialis superfisialis gambaran gambaran klinisnya klinisnya di di tandai

H5 : Pengalaman merek secara positif mempengaruhi ekuitas pelanggan Pengujian pengaruh pengalaman merek terhadap keterikatan merek mempunyai nilai t hitung sebesar

1) Kolostrum yang disimpan pada suhu sedang (sekitar 20oC) dengan cara yang aseptis dapat bertahan selama 2 hari.. 3) Kolostrum yang dibekukan (-20°C) mampu bertahan selama 1 tahun.

Pada analisis pendapat para ahli perlu ditetapkan kriteria yang berkaitan dengan tingkat analisis teknis dan biaya dari pekerjaan struktur kolam limbah dengan bahan