• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN REAKTIVITAS SORBEN KALSIUM HIDROKSIDA DAN TANAH DIATOME (DE) ENHANCEMENT OF CALCIUM HYDROXYDE REACTIVITY USING DIATOMACEOUS EARTH (DE) SORBENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN REAKTIVITAS SORBEN KALSIUM HIDROKSIDA DAN TANAH DIATOME (DE) ENHANCEMENT OF CALCIUM HYDROXYDE REACTIVITY USING DIATOMACEOUS EARTH (DE) SORBENT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN REAKTIVITAS SORBEN KALSIUM

HIDROKSIDA DAN TANAH DIATOME (DE)

ENHANCEMENT OF CALCIUM HYDROXYDE REACTIVITY

USING DIATOMACEOUS EARTH (DE) SORBENT

Mariana

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas SyiahKuala,

Jl. T. Nyak Arief, Darussalam, Banda Aceh 23111 e-mail: mariana_hasyim@yahoo.com

Abstrak

Gas hasil pembakaran sampah terdiri dari gas-gas yang berbahaya seperti SO2, HCL, CO, dan sebagainya. Teknologi penghilangan gas-gas berbahaya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kering dan proses basah. Proses kering lebih ekonomis bila dibandingkan dengan proses basah. Kelemahan proses kering adalah konversi absorpsi dan efisiensi penyisihan gas relatif rendah. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan sorbent yang mempunyai reaktivitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan reaktivitas sorbent Ca(OH)2 dengan menggunakan tanah diatome (DE) sebagai sumber silika. Reaksi antara SiO2 dengan Ca(OH)2 membentuk kalsium silikat hidrat (CaO.SiO2.2H2O) yang mempunyai porositas dan reaktivitas tinggi. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan sorbent dan tahap uji reaktivitas sorbent. Persiapan sorbent dilakukan dalam reaktor batch dengan mereaksikan Ca(OH)2 dan DE dengan 100 g air pada berbagai variasi rasio Ca(OH)2/DE dengan rasio berat fasa air/padatan sebesar 10. Uji reaktivitas sorbent dilakukan dengan menentukan daya serap sorbent terhadap methylene blue. Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas slurry dan berat sampel padat meningkat setelah reaksi. Konversi reaksi meningkat dengan kenaikan temperatur reaksi, kecepatan pengaduk dan waktu reaksi. Konversi reaksi konstan setelah 20 menit. Temperatur reaksi 65oC menghasilkan konversi reaksi tertinggi dari variabel yang dilakukan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa reaktifitas sorbent Ca(OH)2/DE lebih tinggi dari sorbent Ca(OH)2.

Kata kunci: sorbent Ca(OH)2, tanah diatome, konversi, reaktivitas.

Abstract

Gas emission from solid waste incineration contains dangerous gases such as sulfur oxides, hydrochloric acid, carbon monoxide, and others. Acid gas removal technology can be done by using dry and wet processes. The dry process is more economical than the wet process. However, the dry process has low efficiency in gas removal and sorbent utilization. One way to overcome this problem is to use a sorbent which has high reactivity. The aim of this research was to increase the reactivity of calcium hydroxide sorbent by using diatomaceous earth as silica source. The reaction between sulfur dioxide with calcium hydroxideto form calcium silicate hydrates (CaO.SiO2.2H2O), which has high porosity and reactivity. The experiment was carried out in two work phases. The first was preparation of sorbent and sorbent reactivity test. The sorbent preparation was done in a batch reactor by reacting calcium hydroxideand DE together with 100 g of water at various ratios of calcium hydroxide/DE with a weight ratio of water phase/solids of 10. The sorbent reactivity test was performed by determining methylene blue absorption by the sorbent. The results showed that the solid density and the weight of solid sample increased after the reaction. The conversion reaction increased with the increasing reaction temperature, mixing rate, and reaction time. The conversion rate was constant after 20 minutes. The highest conversion rate was obtained at 65oC. The experimental results also showed that the reactivity of combined Ca(OH)2/DE sorbent was higher than that of Ca(OH)2 only.

(2)

32 Jurnal Purifikasi, Vol. 12, No. 2, Juli 2011: 31-42

1. PENDAHULUAN

Emisi gas dari hasil insinerasi sampah dalam mengandung berbagai komponen yang berbahaya, yaitu: (1) debu; (2) sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), karbon

monok-sida (CO), asam klorida; dan (3) logam lo-gam. Gas-gas tersebut tersebut dapat bereaksi dengan radikal bebas di udara membentuk asam yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam dan penipisan lapisan ozon yang mengakibatkan pemanasan global, timbulnya berbagai penyakit seperti iritasi pernapasan dan batuk, serta peningkatan angka kematian (Pearlman et al., 1971; Goldstein et al., 1973; Bates, 1972; Fairchild et al., 1972).

Berbagai teknologi proses penyisihan gas-gas yang berbahaya telah dikembangkan. Proses yang umum digunakan adalah proses kering dan proses basah. Beberapa keunggulan pro-ses kering dibandingkan dengan propro-ses basah antara lain: murah, mudah penanganan, dan tidak menghasilkan limbah cair. Salah satu proses pemisahan gas secara kering yang efektif dan ekonomis adalah menggunakan reaktor dengan absorbent Ca(OH)2. Namun

proses ini juga mempunyai kelemahan, seperti rendahnya konversi sorbent dan efisiensi pe-misahan gas (Mariana et al., 2003; Seno et al., 1996; Uchida et al., 1979).

Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan gas dan reaktivitas sorbent (konversi kalsium), berbagai variasi bahan aditif dapat ditambah-kan. Sorbent yang diperoleh dari campuran larutan Ca(OH)2 dengan bahan mengandung

silika dapat meningkatkan konversi kalsium dibandingkan dengan bahan tanpa campuran aditif (Garea et al., 1996).

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, reaksi pozzolanic antara silika dengan Ca(OH)2 di dalam slurry membentuk kalsium

silikat hidrat (CSHs) dan kalsium alumina (CAHs) yang dapat meningkatkan reaktivitas dari sorbent Ca(OH)2 (Liu et al., 2002; Ho

dan Shih, 1992; Ishizuka et al., 2000). Reaktivitas sorbent juga sangat tergantung pada luas permukaan kontak sorbent (Klins-por et al., 1983; 1984).

Tsuchiai et al. (1995) menyebutkan bahwa penghilangan gas maksimum diperoleh ketika pada waktu sebuah sorbent mencapai diame-ter pori rata-rata maksimum, tetapi pada saat itu luas permukaan kontak spesifik belum mencapai maksimum. Penelitian Renado et al. (1999) menunjukkan bahwa volume mesopore dan macropore merupakan komponen paling utama yang berhubungan dengan reaktivitas sorbent dan konversi penyisihan gas.

Gambar 1. Model Reaksi Pozzolanic Ca(OH)2 dengan Silika pada DE (Mariana, 2003).

DE

Ca(OH)2

Slurring

(3)

Mariana, Peningkatan Reaktivitas Sorben Kalsium Hidroksida 33

Tanah diatome (DE) atau fly ash (FA) merupakan material pozzolanic yang mengan-dung SiO2, Al2O3, dan CaO (Jozewicz et

al.,1988a). Penelitian FA sebagai sumber silika telah banyak dilakukan, tetapi penelitian DE sebagai sumber silika hampir tidak ada. Penelitian ini difokuskan pada persiapan absorbent Ca(OH)2 yang

mempunyai reaktivitas yang tinggi dengan penambahan aditif DE.

2. METODA

Persiapan bahan yang diperlukan meliputi pe-ngadaan bahan-bahan berupa Ca(OH)2, DE,

dan akuades. DE dihaluskan dan diayak sesu-ai dengan variabel proses yang dilakukan. Peralatan yang dipersiapkan meliputi: erleme-nyer, pipet volumetrik, aluminium foil, co-rong pemisah, gelas ukur, magnetic sti-rrer/water batch, dan termometer. Kapur hi-drat (hydrated lime) yang digunakan dalam percobaan ini adalah Ca(OH)2 murni

(99,9%-Ca(OH)2), sedangkan tanah diatome yang

digunakan berasal dari NAD. Persiapan sorbent ditunjukkan pada Gambar 2. Kapur

hidrat dan aditif DE, bersama-sama dengan 100 g air dimasukkan ke dalam beaker polypropylene conical pada berbagai variasi rasio Ca(OH)2/DE dengan rasio berat

air/padatan (Ca(OH)2+additives) adalah 10.

Beaker kemudian ditutup dan dimasukkan ke dalam water bath pada berbagai variasi temperatur. Kemudian diaduk dengan magne-tic stirrer selama 2 jam. Setelah diaduk, slurry dikeringkan selama 24 jam pada temperatur 120oC dan solid dikalsinasi pada berbagai variasi temperatur selama 2 jam. Adonan hasil pengeringan dihaluskan dan kemudian dilakukan analisis spesifik surface area (SBET). Komposisi sorbent dianalisis dengan menggunakan XRD sistem Rint 2000, Rigaku Co. Japan. SEM, Hitachi S-3000N digunakan untuk melihat marfologi sorbent. Padatan sorbent dianalisis menggunakan ana-lisis thermogravimetric. Uji reaktivitas sor-bent dilakukan dengan menentukan daya serap sorbent terhadap methylene blue. Ada-pun diagram alir keseluruhan penelitian yang dilakukan pada proses batchditunjukkan pada Gambar 3.

(4)
(5)

34 Jurnal Purifikasi, Vol. 12, No. 2, Juli 2011: 31-42

Gambar 3. Diagram Alir Keseluruhan Penelitian yang Dilakukan

Konversi reaksi ditentukan dengan menggu-nakan perbandingan antara konsentrasi reak-tan yang bereaksi dengan konsentrasi reakreak-tan mula-mula. Sedangkan penentuan daya serap methylene blue dilakukan dengan mengguna-kan cara agitasi sebagai berikut:

1. Sebanyak 1 g sorbent Ca(OH)2/DE

dima-sukkan ke dalam 50 ml larutan methylene blue 250 ppm.

2. Erlenmeyer ditutup dan digoyang pada skala 150 rpm selama 1 jam.

3. Isi erlenmeyer selanjutnya disaring de-ngan menggunakan kertas saring What-man No. 542.

4. Konsentrasi methylene blue pada filtrat ditentukan dengan menggunakan kurva

kalibrasi absorbansi methylene blue yang diukur menggunakan spectrofotometer. 5.

6. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Tanah Diatom

Adapun tanah diatome yang digunakan berasal dari Desa Ujung Batee, Aceh Besar (Gambar 4). Komposisi hasil analisa tanah diatome tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan SiO2 di dalam tanah diatome adalah sebesar

33,94%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah diatome dari Kreung Raya Aceh Besar ini layak digunakan sebagai sumber silika untuk meningkatkan reaktivitas sorbent Ca(OH)2.

Gambar 4. Tanah Diatome dari Desa Ujung Batee, Aceh Besar

Diaduk Dikeringkan Dihaluskan

Air

Analisa Tes daya serap Analisa TG-DTA

Ca(OH)2 DE

(6)

Mariana, Peningkatan Reaktivitas Sorben Kalsium Hidroksida 35

Tabel 1 Analisis Hasil Tanah Diatome Ujung Batee, Aceh Besar

No Parameter Uji Metode Uji Satuan Hasil Uji

1 SiO2 Gravimetri % 33.94

2 CaO Titrimetri % T.T

3 Al2O3 Gravimetri % 4.89

Sumber: Baristan, NAD, 22 Mei 2009

Gambar 5. Hasil Analisis Densitas Slurry Awal dan Densitas Slurry Akhir Hasil Percobaan Menggunakan Sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1, Ukuran Partikel 350 mesh dan t = 2 jam.

Pengaruh Reaksi terhadap Densitas Slurry

Komposisi suatu slurry sangat mempengaruhi terhadap densitas slurry. Adapun hasil analisis densitas slurry awal dan akhir setelah reaksi antara Ca(OH)2 dan tanah diatome (DE) pada

sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1 dan ukuran

partikel 350 mesh hasil percobaan diperlihat-kan pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan bahwa hasil analisis densitas slurry akhir setelah reaksi sedikit lebih tinggi dari densitas slurry awal. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam padatan sudah terkandung calcium silicate hydrates (CSHs) yang mempunyai densitas lebih tinggi dari Ca(OH)2 melalui reaksi yang ditunjukkan

pada persamaan 1.

Fenomena pada persamaan 1 sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ishizuka et al., (2000) yang menyatakan bahwa calcium silicate hydrates (CSHs) akan terbentuk bila dilakukan reaksi antara Ca(OH)2 dan SiO2 di

dalam kondisi slurry.

Pengaruh Reaksi terhadap Berat Sampel Padat

Komposisi suatu slurry sangat mempenga-ruhi terhadap berat sampel padat yang dihasilkan. Adapun hasil analisis berat sam-pel padat awal dan akhir setelah reaksi antara Ca(OH)2 dan tanah diatome (DE) pada

sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1 dan ukuran

parti-kel 350 mesh hasil percobaan diperlihatkan pada Gambar 6. Berat sampel padat akhir setelah reaksi sedikit lebih rendah dari berat sampel padat awal. Hal ini membuktikan bahwa terbentuknya hasil reaksi antara Ca(OH)2 dengan SiO2 membentuk

CaO.SiO2.2H2O yang lebih ringan karena

berbentuk hidrate.

Pengaruh Temperatur terhadap Konversi Pengaruh temperatur terhadap konversi reaksi menggunakan sorbent Ca(OH)2/DE =

(7)

36 Jurnal Purifikasi, Vol. 12, No. 2, Juli 2011: 31-42

Ca(OH)2 + SiO2 + H2O CaO.SiO2.2H2O (Kalsium silikat hidrat) (1)

Temperatur reaksi 65oC menghasilkan konversi tertinggi dalam range variabel tem-peratur yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ma-riana et al.,

(2004) yang menyatakan bahwa temperatur 65oC merupakan temperatur opti-mum untuk reaksi Ca(OH)2 dengan SiO2 da-lam DE.

Gambar 6. Hasil Analisis Berat Padatan Sampel Awal dan Akhir Hasil Percobaan Menggunakan Sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1, Ukuran Partikel 350 mesh dan t= 2 jam.

Gambar 7. Pengaruh Temperatur Terhadap Konsentrasi Ca(OH)2 Pada Sorbent Ca(OH)2/DE =

(8)

Mariana, Peningkatan Reaktivitas Sorben Kalsium Hidroksida 37

Gambar 8. Pengaruh Kecepatan Pengaduk Terhadap Konversi Pada Sorbent Ca(OH)2/DE = 3:1,

Ukuran Partikel 350 mesh, Temperatur Reaksi 56oC dan t= 2 jam

Gambar 9. Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Konversi Pada Sorbent Ca(OH)2/DE = 3:1, Ukuran

Partikel 350 mesh, 350 mesh dan T = 65oC

Pengaruh Kecepatan Pengaduk Terhadap Konversi

Pengaruh kecepatan pengaduk terhadap kon-versi menggunakan sorbent Ca(OH)2/DE =

3:1, ukuran partikel 350 mesh dan temperatur

reaksi 65oC ditunjukkan pada Gambar 8. Semakin besar kecepatan pengaduk, maka konversi Ca(OH)2 yang bereaksi semakin

(9)

38 Jurnal Purifikasi, Vol. 12, No. 2, Juli 2011: 31-42

tan semakin tinggi sehingga dapat menyebabkan luas permukaan kontak antara Ca(OH)2 dengan SiO2 semakin besar.

Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Kon-versi

Pengaruh waktu reaksi terhadap konversi menggunakan sorbent Ca(OH)2/DE = 3:1,

ukuran partikel 350 mesh dan 350 rpm ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9 me-nunjukkan bahwa waktu reaksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konversi. Hal ini disebabkan karena konversi berban-ding lurus dengan konsentrasi reaktan yang bereaksi (Persamaan 2), sementara konsen-trasi reaktan yang bereaksi berbanding lurus dengan waktu reaksi (Persamaan 3). Sehingga dapat disimpulkan bahwa konversi berban-ding lurus dengan waktu reaksi.

0

Konversi semakin meningkat terhadap waktu reaksi sampai 20 menit, selanjutnya setelah 20 menit konversi mempunyai harga yang kons-tan. Hal ini menunjukkan bahwa waktu reaksi optimum antara Ca(OH)2 dengan SiO2 adalah

20 menit dalam range variabel percobaan yang dilakukan. Temperatur reaksi 65oC mempunyai konversi reaksi yang lebih tinggi pada berbagai waktu reaksi dalam variabel range temperatur yang dilakukan.

Analisis TG-DTA

Analisis TG-DTA dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Fisi-ka Komplek PUSPIPTEK Serpong. Analisis TG-DTA menggunakan sorbent Ca(OH)2/DE

= 10:1 dan ukuran partikel 200 mesh pada temperatur 65oC ditunjukkan pada Gambar 11. Hasil analisis TG-DTA menunjukkan bahwa sorbent terdiri dari Ca(OH)2, SiO2 dan

CaO.SiO2.2H2O. Hal ini menunjukkan bahwa

reaksi antara SiO2 dengan Ca(OH)2

mengha-silkan CaO.SiO2.2H2O, sehingga sorbent

Ca(OH)2/DE lebih porous dan lebih reaktif

dari sorbent Ca(OH)2. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mariana et al. (2003) untuk Ca(OH)2/FA.

Gambar 10. Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Konversi pada Sorbent Ca(OH)2/DE = 3:1, Ukuran

(10)

Mariana, Peningkatan Reaktivitas Sorben Kalsium Hidroksida 39

CaO.SiO2.2H2O

Ca(OH)2

Gambar 11. TG-DTA Sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1 dan Ukuran Partikel 200 mesh Pada

Temperatur Reaksi 65oC

Gambar 12. Profil XRD untuk Sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1 dan Ukuran Partikel 200 mesh pada

Temperatur reaksi 65o 32

,5

23,5

14,5

5,5

-3,5

30 160 290 420 550

100

75

5

2

0

0,5 sec

Temp. oC 5

2,5

0

-2,5

-5

D

IC

%/

m

in

TS

(11)

40 Jurnal Purifikasi, Vol. 12, No. 2. Juli 2011: 31-42

Analisis XRD (X-ray Diffraction Patterns) Untuk melihat produk CaO.SiO2.2H2O hasil

reaksi dapat dilihat dari analisis XRD. Analisis XRD dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Fisika Komplek PUSPIPTEK Serpong. Gambar 12 menunjukkan analisa XRD sorbent Ca(OH)2/DE = 10:1 dan ukuran partikel 200

mesh pada temperatur reaksi 65oC. Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa hasil reaksi antara Ca(OH)2 dengan SiO2 menghasilkan

CSHs (CaO.SiO2.2H2O).

Pengujian Reaktivitas Sorbent.

Hasil pengetesan daya serap sorbent terhadap methylene blue ditunjukkan pada Gambar 13. Daya serap sorbent Ca(OH)2/DE terhadap

methylene blue meningkat dengan mening-katnya waktu penyerapan. Temperatur kalsi-nasi sorbent mempengaruhi terhadap daya serap sorbent. Artinya daya serap sorbent me-ningkat dengan meme-ningkatnya temperatur

kalsinasi. Pada temperatur kalsinasi 800oC menunjukkan daya serap sorbent terhadap methylene blue sudah mencapai maksimum dalam waktu penyerapan yang relatif pendek yaitu mulai waktu penyerapan 1 jam. Sedang-kan untuk sorbent dengan waktu kalsinasi 500oC, daya serap mencapai maksimum da-lam waktu yang relatif lama yaitu pada waktu penyerapan 10 jam. Hasil penelitian juga me-nunjukkan bahwa penyerapan methylene blue menggunakan sorbent Ca(OH)/DE lebih ting-gi jika dibandingkan dengan hanya menggu-nakan sorbent Ca(OH)2. Hal ini

disebabkan karena terbentuknya calcium silicate hydrates (CSHS) yang lebih porous di dalam sorbent Ca(OH)2/DE

(Gambar 14 dan Gambar 15). Gambar 14 dan 15 menunjukkan bahwa total prositas sorbent Ca(OH)2 lebih kecil

diban-dingkan dengan sorbent Ca(OH)2/DE.

Gambar 13. Pengaruh Kalsinasi terhadap Daya Serap Sorbent Ca(OH)2/DE

(12)

Mariana, Peningkatan Reaktivitas Sorben Kalsium Hidroksida 41

Gambar 15. Gambar SEM untuk Sorbent Ca(OH)2/DE {(a) DE dan (b) Ca(OH)2/DE = 70:30}

4. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa temperatur, kecepatan pengaduk, dan waktu reaksi mempunyai pe-ranan yang penting terhadap konversi reaksi antara SiO2 dengan Ca(OH)2. Temperatur

reaksi 65oC menghasilkan konversi tertinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa tempera-tur reaksi 65oC merupakan temperatur opti-mum untuk reaksi Ca(OH)2 dengan SiO2.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konversi mencapai konstan pada waktu reak-si 20 menit. Daya serap sorbent Ca(OH)2/DE

terhadap methylene blue lebih besar dari daya serap sorbent Ca(OH)2 saja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Ke-menterian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian ini sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompe-titif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Nomor:157/SP2H/PP/DP2M/III/2010, tang-gal 1 Maret 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Bates D.V. (1972). Air Pollutants and Human Lung: The James Waring Me-morial Lecture. Am. Rev Respir Dis. 105. 111-13.

Fairchild, G.A., J. Roan, and J. McCarroll, (1972). Atmospheric Pollutants and the Pa-thogenesis of Viral Respiratory Infection, Arch Environ Health. 25 September. 174-182.

Garea, A., J.R. Viguri, and A. Irabien (1996). Fly-Ash/Calcium Hydroxide Mixtu-res for SO2 Removal: Structural Properties

and Maximum Yield. Chem. Eng. J. 66. 171-179.

Goldstein, E., M.E. Carroll, and P.D. Hoeprich (1973). Effect of Nitrogen Dioxide on Pulmonary Bacterial Defense Mecha-nism. Erch Environ Health. 26. 202-204. Desulfurization at Low Temperatutes: Nonideal Surface Ad-sorption Model. Chem. Eng. Sci. 47. 1533-1543.

Ishizuka, T., H. Tsuchiai, T. Murayama, T. Tanaka, and H. Hattori (2000). Preparation of Active Absorbent for Dry-Type Flue Gas Desulfurization

(13)

42 al Purifikasi, Vol. 12, No. 2. Juli 2011: 31-42

from Calcium Oxide, Coal Fly Ash, and Gypsum. Ind. Eng. Chem. Res. 39. 1390-1396.

Jozewicz, W., J.C.S. Chang, C.B. Sedman, and T.G. Brna (1988a). Silica-Enhanced Sor-bents for Dry Injection Removal of SO2 From Flue Gas. J. Air Pol. Cont.

Ass., 38, 1027-1034.

Jozewicz, W., Jorgensen, J.C.S., Chang, C.B., Sedman, and Brna, T.G..(1988b). De-velopment and Pilot Plant Evalua-tion of Silica-Enhanced Lime Sorbents for Dry Flue Gas Desulfurization. J. Air Pol. Cont. Ass. 38. 796-805.

Klinspor, J., H. Karlsson, I. Bjerle (1983). A Kinetic Study of the Dry SO2-Limestone

Reaction at Low Temperature. Chem. Eng. Co mmun. 22. 81-103.

Klinspor, J., A. Stromberg, and I. Bjerle (1984). Similarities Between Lime and Limestone in Wet-Dry Scrubbing. Chem. Eng. Process., 239-247.

Lin, R.B. and S.M. Shih (2003). Characterization of Ca(OH)2/Fly Ash

Sorbents for Flue Gas Desulfurization. Powder Tech. 131. 212-222.

Liu, C.F., S.M. Shih, and R.B. Lin (2002). (2004). Ca(OH)2/Diatomaceous Earth

Sor-bents for HCl Removal in a Bag Filter Reactor. J. Chin. Inst. Chem. Engrs. 35(4). 285-288.

Ortiz, I., F. Cortabitarte, A. Garea, and A. Irabien (1993). Flue Gas Desulfurization at Low Temperatures: Characterization of the Structural Changes in the Solid Sorbent. Powder Technol. 75. 167-172.

Pearlman, M.E., J.F. Finklea, J.P. Creason, C.M. Shy, M.M. Young, and J.M. Horton (1971). Nitrogen Dioxide and Lower Respi-ratory Illness. Pediatrics. 47(2). 391-398.

Renedo, M.J., J. Fernandez, A. Garea, A., A. Ayerbe, and J.A. Irabien, (1999). Micro-structural Changes in the Desulfuri-zation Reaction at Low Temperature. Ind. Eng. Chem. Res. 38. 1384-1390.

Seno, T., A. Maezawa, T. Fujiwara, and S. Uchida (1996). Simultaneous Absorp-tion of Acid Gases by Slaked Lime in Bag Filter System. The Fourth Japan-Korea Sympo-sium on Separation Technology. Tokyo, Japan. 263-266.

Tsuchiai, H, T. Ishizuka, T. Ueno, H. Hattori, and H. Kita (1995). Highly Active Sorbent for SO2 Removal Prepared

From Coal Fly Ash. Ind. Eng. Chem. Res. 34. 1404-1411.

Gambar

Gambar 1. Model Reaksi Pozzolanic Ca(OH)2 dengan Silika pada DE (Mariana, 2003).
Gambar 2. Skema Persiapan Sorbent
Gambar 3. Diagram Alir Keseluruhan Penelitian yang Dilakukan
Tabel 1 Analisis Hasil Tanah Diatome Ujung Batee, Aceh Besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi juga diberikan untuk melengkapi laporan-laporan yang belum ada saat ini, antara la in adalah Kurva-S yang dapat memberikan pengendalian biaya pada saat

Diperkuat lagi dari hasil penelitian Sari, (2013) yang menyatakan penggunaan alat peraga praktikum beserta LKS mencapai tujuan pembelajaran baik dari aspek

Tingkat pendapatan rumahtangga (household income) merupakan indikator yang tidak bisa diandalkan untuk mengukur tinggi atau rendahnya kesejahteraan seseorang karena

 Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,

Sebagai sastra lisan seloko adat Jambi mempunyai fungsi informasional karena muncul dan berkaitan dengan pemanfaatan seloko adat Jambi itu sendiri yang digunakan untuk penyampaian

Nilai budaya memberi nasihat terdapat pada semua baris data (21).Gurindam tersebut bermakna memberikan nasihat berupa anjuran, petunjuk, teguran maupun peringatan

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja KUP Pasuruan berada pada kategori kuning yang berarti kinerja belum mencapai target baik walaupun nilai sudah

Analisis data yang penulis lakukan adalah Mentranskrip teks mantra tetomeh kemudian member tanda tertentu terhadap objek kajian , memilah dan menelaah teks mantra sesuai