• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI, KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

Escherichia coli) SECARA KUALITATIF DAN SEMI KUANTITATIF SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI,

KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pogram Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Leona Pantamareta (091434016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

Escherichia coli) SECARA KUALITATIF DAN SEMI KUANTITATIF SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI,

KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pogram Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Leona Pantamareta (091434016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

Skripsi dengan Judul :

ANALISA PENCEMARAN FISIK, KIMIA DAN BIOLOGIS (BAKTERI Escherichia coli) SECARA KUALITATIF DAN SEMI KUANTITATIF SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI,

KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

Oleh :

Leona Pantamareta

NIM : 091434016

Telah disetujui oleh

Pembimbing I

(Lucia Wiwid Wijayanti S.Si. M.Si ) Tanggal, 23 November 2013

Pembimbing II

(4)

iii

ANALISA PENCEMARAN FISIK, KIMIA DAN BIOLOGIS (BAKTERI Escherichia coli) SECARA KUALITATIF DAN SEMI KUANTITATIF SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI,

KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Leona Pantamareta

NIM : 091434016

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Pada tanggal 19 Desember 2013

Dan telah dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs. Aufridus. Atmadi, M.Si. ……… Sekretaris : Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. ……… Anggota : Drs. Sutardhi Sumartoatmodjo, M.Pd. ……… Anggota : Lucia Wiwid Wijayanti, S.Si. M.Si. ………

Anggota : Dr. Ir. P. Wiryono Proyotamtama, SJ ………

Yogyakarta, 19 Desember 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

iv

Suatu saat nanti ketika aku menjadi orang besar, bukan sekedar janji yang akan

aku utarakan. Namun lihatlah sahabat-sahabatku, ketika kalian datang kepadaku,

pintuku selalu ada dan terbuka untukmu. (Leon, 2010)

Kupersembahkan Karyaku Ini Untuk :

1. Ayah Bunda tercinta, yang tulus ikhlas, tiada henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, doa, dukungan, serta semangat agar aku mampu melangkah lebih baik dalam menjalani kehidupan ini.

2. Untuk semua sahabat-sahabatku

(6)

v

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisa Pencemaran Fisik, Kimia Dan Biologis (Bakteri Escherichia Coli) Secara Kualitatif Dan Semi Kuantitatif Sebagai Parameter Kualitas Air Minum Pada Air Sumur Warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu

persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada beberapa pihak atas bantuan dan dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, khususnya kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma, Rm. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. yang juga dosen Pendidikan Biologi.

2. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si selaku dosen pembimbing I, yang telah membimbing dengan kritik dan sarannya dengan penuh kesabaran, seperti seorang ibu yang selalu memberi semangat untuk tak pernah menyerah.

3. Bapak Drs. Sutardhi Sumartodwiatmodjo, M.Pd selaku dosen pembimbing II, yang telah membimbing dengan kesabaran, yang berjuang dari Semarang untuk tetap meluangkan waktu dalam memberikan kritik dan saran.

4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku dosen penguji yang mampu memberikan kritik dan saran untu membangun untuk menyempurnakan skripsi ini, dengan kebijakannya.

(7)

vi

Srandakan, Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan menerima kehadiran peneliti dengan tangan terbuka.

7. Ibu Catharina Retno, M.Biotech, Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc dan seluruh dosen Pendidikan Biologi yang memberi dukungan moril dan sumber pustaka untuk skripsi ini.

8. Penjaga perpustakaan Unversitas Gajah Mada Yogyakarta yang membantu melancarkan penyelesaian skripsi ini, dengan menunjukan letak buku-buku sumber pustaka.

9. Ibu Darwani selaku Kepala Laboratorium Balai Kesehatan, Mas Andi dan Bapak Sumadi yang turut membimbing dan menuntun dalam kinerja di Laboratorium. 10.Bapak Petrus Silam dan Ibu Yustina Rini selaku orang tua yang memberikan

dukungan dalam bentuk apapun, terlebih doa yang tak pernah ada henti.

11.Leoni Afikawati, Leonanda Nilam Putranti, Leonita Senwa Mayla selaku saudara tercinta yang selalu memberikan semangat dengan tawa canda.

12.Fransiska Apriyani, sebagai orang spesial dalam hidup. Tempat berkeluh kesah, atas doa, dukungan dan kesabarannya. “You are everything”

13.Widi Candra Bahtera, Haris Witantyo, Arvi Mahendra dan Mike selaku sahabat sekaligus keluarga baru yang memberikan dukugan dengan motivasi serta keyakinan yang mampu mewarnai semangat dalam hidup.

(8)

vii

Bayu, Jhon, Widi Angkringan, Neva Angkringan, Priyo, Komeng Burjo yang telah memberikan canda tawa penuh semangat.

16.Seluruh rekan-rekan di luar kampus atas kerjasama dan bantuannya serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Penulis

(9)

viii

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat hasil karya atau bagian karya orang lain, sebagaimana yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2013 Penulis,

(10)

ix

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Leona Pantamareta

Nomor Mahasiswa : 091434016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISA PENCEMARAN FISIK, KIMIA DAN BIOLOGIS (BAKTERI Escherichia coli) SECARA KUALITATIF DAN SEMI KUANTITATIF SEBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR MINUM PADA AIR SUMUR WARGA DASA WISMA RT 2, DUSUN NGENTAK, DESA PONCOSARI,

KECAMATAN SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Univeristas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang telah saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 19 Desember 2013 Yang Menyatakan,

(11)

x

Sumber air minum yang memenuhi syarat baku mutu air minum yang didapat dari sumur jumlahnya makin lama makin berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran fisik, pencemaran kimia dan pencemaran biologis bakteri Escherichia coli pada kasus air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Pengambilan 8 sampel dilakukan secara aseptis dengan metode stratified random sampling, yang dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2013. Setelah dilakukan pengamatan dan pengukuran berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologis, diperoleh hasil bahwa terjadi pencemaran pada air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Hasil pengamatan dan pengukuran parameter fisik pada semua sampel menunjukan bahwa air sumur masih berbau, berasa dan berwarna serta mempunyai tingkat kekeruhan yang melebihi batas baku mutu air minum. Hasil pengukuran parameter kimia pada semua sampel menunjukan bahwa air sumur mempunyai kandungan besi (Fe) yang sangat tinggi dengan nilai 1-3 mg/l. Nilai ini melebihi batas baku mutu air minum. Hasil pengamatan dan pengukuran parameter biologis dengan metode MPN (Most Probable Number) menunjukan bahwa terdapat dua sampel air sumur mengandung cemaran bakteri Escherichia coli. Berdasarkan analisa dari hasil yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul belum layak untuk dikonsumsi sebagai air minum menurut persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang baku mutu air minum.

(12)

xi

Water source which fulfills the requirements as the quality standard of drinking water is found from the wells which are decreasing day by day. The purpose of the research is to find out whether there are physical, chemical and biological pollutions which are caused by Escherichia coli at the well-water of the members of Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul or not. The taking over eight samples aseptically used stratified random sampling method, which was conducted on 20 August 2013. After doing observation and measurement based on physical, chemical and biological parameter, it is found that there is water pollution of the members’ wells. Based on the observation and the measurement of physical parameter to all samples, it shows that the water is still stinky, tasty, has color and turbidity level which surpasses the limit of the drinking water quality standard. The result of chemical parameter to all samples shows that the well-water has high-level of Ferum (Fe) with score 1-3 mg/l which surpasses the limit of the drinking water genuine quality. The result of the research and measurement of biological parameter using MPN (Most Probable Number) method shows two samples water contains pollutant of Escherichia coli. Based on analysis of the observed result, it can be concluded that the well-water of Dasa

Wisma’s members is not well-consumed as drinking water, according to the requirements of Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 about the drinking water quality standard.

(13)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

(14)

xiii

E. Uji Bakteriologis Air Minum... 18

1. Uji Pendugaan... ... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Sampel Penelitian ... 23

C. Waktu dan Tempat Penelitian. ... 24

D. Alat dan Bahan Penelitian.... ... 24

E. Prosedur Kerja. ... 25

1. Penelitian Pendahuluan ... 25

2. Sampling... ... 25

3. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia... 25

4. Pembuatan Media ... 29

5. Uji Parameter Biologis ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data... 32

(15)

xiv

3. Warna... ... 40

4. Kekeruhan... ... 41

5. Suhu... ... 42

6. Besi (Fe) ... ... 43

7. Kesadahan... ... 47

8. DO (Dissolved Oxygen) ... 48

9. Alkalinitas ... 49

10. pH ... 50

11. Amonia ... 52

12. Nitrit (NO2) ... 53

13. Nitrat (NO3) ... 55

14. Bakteri Escherichia coli ... 56

C. Aplikasi Penelitian Sebagai Sumber Pembelajaran Biologi... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(16)

xv

Tabel 2.1. Derajat Kesadahan Air Berdasarkan Kandungan CaCO3. ... 14

Tabel 2.2. Parameter Persyaratan Wajib ... 20

Tabel 3.1. Data Pengukuran Parameter Uji Air Sumur ... 34

Tabel 3.2. Agenda Penelitian ... 35

Tabel 4.1. Hasil Uji Parameter Fisik ... 36

Tabel 4.2. Hasil Uji Parameter Kimia ... 37

(17)

xvi

Gambar 2.1. Bakteri Escherichia coli ... 17

Gambar 4.1.4. Diagram Tingkat Kekeruhan ... 41

Gambar 4.1.5. Diagram Suhu ... 43

Gambar 4.2.1. Diagram Besi (Fe) ... 44

Gambar 4.2.2. Diagram Kesadahan ... 47

Gambar 4.2.5. Diagram pH ... 51

Gambar 4.2.7. Diagram Nitrit(NO2) ... 53

Gambar 4.1.8. Diagram Nitrat (NO3) ... 55

Gambar 4.3.2. Uji Pendugaan ... 56

Gambar 4.3.3. Uji Penegasan ... 57

Gambar 4.3.4. Sampel D dan Sampel F ... 57

Gambar 4.3.5. Uji Pelengkap ... 58

Gambar 4.3.6. Gambar E.coli (sampel D dan Sampel F) ... 58

(18)

xvii

Lampiran 1 Hasil Uji Parameter Fisika ... 67

Lampiran 2 Hasil Uji Parameter Kimia ... 68

Lampiran 3 Hasil Uji Parameter Biologis ... 69

Lampiran 4 Warna Air Sumur ... 70

Lampiran 5 Pengukuran Kekeruhan pada Sampel Air ... 71

Lampiran 6 Pengukuran Kadar Besi (Fe) pada Sampel Air ... 72

Lampiran 7 Pengukuran Kesadahan pada Sampel Air ... 73

Lampiran 8 Pengukuran Oksigen Terlarut pada Sampel Air ... 74

Lampiran 9 Pengukuran Alkalinitas pada Sampel Air ... 75

Lampiran 10 Pengukuran pH pada Sampel Air ... 76

Lampiran 11 Pengukuran Amonia pada Sampel Air ... 77

Lampiran 12 SILABUS ... 78

Lampiran 13 RPP ... 80

Lampiran 14 LKS ... 94

Lampiran 15 Lembar Pengamatan Diskusi dan Penilaian Laporan ... 96

Lampiran 16 Kisi-Kisi Soal Evaluasi dan Soal Evaluasi ... 98

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Air sebagai materi esensial dalam kehidupan sangat tampak dari kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk di dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan semakin meningkat jumlah kebutuhan air. Ketersediaan air bersih untuk kebutuhan air minum mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Selain itu, ketersediaan air bersih juga berperan dalam meningkatkan standar atau kualitas hidup masyarakat.

Masalah air bersih dan sanitasi tampaknya merupakan masalah klasik bagi Negara Indonesia. Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan, setiap orang dapat hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002). Data dari Kementerian Kesehatan yang dimuat dalam Harian KOMPAS tanggal 23 November 2011 menyatakan bahwa 60% sungai di Indonesia tercemar, mulai dari bahan organik sampai bakteri–bakteri penyebab penyakit. Air sungai yang seharusnya bisa menjadi sumber kehidupan warga sekitar, justru malah tercemar dan berubah warnanya menjadi hitam pekat, sehingga tidak layak menjadi air minum, mandi, serta mencuci. Kondisi ini tentunya menyebabkan pencemaran lingkungan dan berimbas pada buruknya kesehatan pada warga.

Hasil dari penelitian sebuah lembaga MDGs (Millenium Development Goals) Asia Pasifik atau yang sering dengan sebutan Tujuan Pembangunan

(20)

Millenium, menyatakan bahwa capaian Indonesia dalam penyediaan air bersih dan untuk sektor sanitasi rata-rata mencapai 80%. Hal ini berarti telah melampaui target dari ketentuan MDGs yang hanya 74%. Namun, prosentase capaian Indonesia tersebut baru sebatas kuantitas bukan kualitas. Hal itu dibuktikan melalui hasil penelitian dari Jim Woodcock, seorang konsultan masalah air dan sanitasi dari bank dunia, yang hasilnya adalah 100.000 bayi di Indonesia meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit diare, penyakit yang mematikan nomor dua setelah infeksi saluran pernapasan akut (dalam Harian KOMPAS 14 Januari 2013).

Beberapa penyebab utama penyakit diare di Indonesia adalah sanitasi yang buruk, pembuangan limbah rumah tangga yang tidak tepat, serta seringnya warga membuang sampah sembarangan yang menyebabkan semakin berkurangnya debit air bersih. Data terbaru yang dilansir MDGs menunjukkan bahwa hanya sekitar 51,02% keluarga di Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang memadai. Padahal sesuai hasil kesepakatan Kepala Negara dan perwakilan 189 Negara Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Deklarasi Millenium ditargetkan untuk tahun 2015, akses sanitasi dapat naik hingga mencapai angka 60% hingga 70%.

(21)

Banyak air tanah yang digunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan. Hal ini disebabkan seringkali ditemui air yang mengandung bibit penyakit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan sakit pada orang yang mengkonsumsinya. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai baku mutu air minum yang didapat dari sumur jumlahnya makin lama makin berkurang (Razif, 2001).

Salah satu keprihatinan yang layak untuk diperhatikan adalah kasus air sumur yang diduga tercemar yang terdapat di beberapa rumah warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat, air yang digunakan masih berbau dan berwarna, dan pengelolaan air untuk ketersediaan air bersih untuk minum tidak berhasil. Apabila dikaitkan dengan baku mutu air minum menurut persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010, air sumur warga belum layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh air sumur yang belum memenuhi persyaratan wajib dari parameter fisik yang ditentukan. Persyaratan tersebut yaitu air tidak berbau dan tidak berwarna. Selain persyaratan fisika, air sumur juga harus memenuhi persyaratan kimia dan biologis.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, maka perlu dilakukan pengukuran dan pengamatan untuk mengetahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan air minum tanpa menyebabkan akibat yang buruk berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologis. Kebutuhan air bagi setiap warga harus terpenuhi, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

(22)

sebuah proyek penelitian yang akan diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini difokuskan pada parameter biologis dalam menganalisa ada tidaknya bakteri Escherichia coli dan menghitung jumlah bakteri dalam skala yang ditentukan. Bakteri Escherichia coli ini, digunakan sebagai parameter pencemaran biologis. Untuk meperoleh hasil maksimal dalam menganalisa parameter biologis, maka disertakan analisa parameter fisik dan kimia dalam uji kualitas air minum sesuai dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

B. RUMUSAN MASALAH

Beberapa permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul memenuhi persyaratan kualitas air minum ditinjau dari parameter fisik, kimia dan biologis?

2. Apakah air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul mengandung cemaran biologis

Escherichia coli?

C. TUJUAN PENELITIAN

Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Tujuan-tujuan tersebut sebagai berikut.

(23)

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran biologis bakteri Escherichia coli

pada air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul sebagai salah satu parameter kualitas air minum.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini mempunyai beberapa manfaat. Manfaat tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang bersangkutan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan masyarakat untuk memperoleh informasi tentang pencemaran yang terdapat pada air sumur.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu Biologi, terutama dalam menganalisa pencemaran yang terjadi pada air sumur.

3. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat digunakan pemerintah untuk memperoleh informasi wilayah yang layak untuk diperhatikan dalam penyediaan air minum.

4. Bagi Guru Biologi

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan.

5. Bagi Siswa

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran Air

Pencemaran air diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alami sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan kegunaannya (Mahida, 1984). Pencemaran air sangat tergantung pada :

1. faktor alami 2. faktor buatan 1. Faktor Alami

Faktor alami yang dimaksudkan, seperti banyaknya populasi bakteri pada air, yang secara alami dihasilkan oleh kondisi lingkungan yang kemudian mempengaruhi kualitas air. Contohnya, seperti kondisi vegetasi, batuan dan tanah yang buruk.

Faktor alami dari pencemaran air dapat berlaku sebagai pembawa mikrobia patogen. Mikrobia patogen yang paling sering ditemukan pada air adalah mikrobia yang menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan. Salah satu organisme ini adalah Escherichia coli. Beberapa penyakit pada saluran pencernaan adalah demam typhoid, paratyphoid, disentri dan kolera. Organisme penyebab penyakit ini terdapat dalam tinja atau air seni orang yang menderita infeksi (Pelezar & Chan, 1988).

(25)

2. Faktor Buatan

Faktor buatan yang dimaksudkan, seperti banyaknya sampah yang dibuang sembarangan, banyaknya limbah-limbah yang tidak diolah dari sentra industri, maupun sistem irigasi yang buruk. Aliran dari pembuangan limbah rumah tangga, industri dan pertanian dapat menyebabkan perubahan secara fisik, kimia dan biologi terhadap kualitas air. Air yang terkontaminasi dan tidak higienis dapat menyebabkan berkembangbiaknya vektor dan bakteri yang potensial untuk menyebarkan wabah penyakit (Jeannin et al., 2005).

B. Kualitas Air Minum

Standar mutu air minum untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar Internasional yang dikeluarkan oleh WHO.

Adanya standar mutu kualitas air minum dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air untuk keperluan rumah tangga yang bertujuan untuk memelihara, melindungi, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam pengelolaan air atau kegiatan usaha mengolah dan mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum (Kusnaedi, 2010).

Persyaratan air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010, dapat ditinjau dari :

(26)

1. Parameter Fisika

Parameter fisika menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 umumnya meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Parameter ini dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air. Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer. Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/tawar dan suhu untuk air minum idealnya ± 30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter < 10 -6 dan koloid (diameter 10 -6 - 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).

2. Parameter Kimia

Parameter kimia menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer, Turbidimeter dan Test-KIT. Air yang baik idealnya tidak mengandung zat kimia anorganik yang berupa logam, zat-zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun. Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai penyebab kehadiran logam dalam air (Mulia, 2005). Air yang baik idealnya juga tidak mengandung zat kimia organik yang berupa insektisida dan herbisida.

3. Parameter Biologis

(27)

istilah total Coliform dan E. coli menunjukkan jumlah bakteri Coliform dan E. coli

yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas (Mulia, 2005).

C. Perubahan Kualitas Air

Dix (1981) menyatakan bahwa air alami tidak dapat didefinisikan, tetapi dapat ditentukan keadaannya dari segi fisik, kimia dan keberadaan kondisi biologisnya. Parameter yang perlu diperhatikan untuk menentukan kualitas perairan antara lain :

1. suhu

2. kekeruhan/turbiditas 3. warna, bau dan rasa 4. alkalinitas

5. pH

6. dissolved oxygen (Oksigen Terlarut) 7. unsur nitrogen (N)

8. kesadahan 9. besi (Fe) 10.mikrobiologis

1. Suhu

(28)

tegangan permukaan dan nilai-nilai penjenuhan dari benda-benda padat dan gas. Menurut Odum (1971) dalam Sundra (1997), fluktuasi suhu perairan diakibatkan oleh komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin dan reaksi-reaksi kimia dari penguraian sampah di dalam air.

2. Kekeruhan/Turbiditas

Kekeruhan air atau sering disebut turbiditas adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (nephelometer turbidity unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak lebih dari 5 NTU, secara visual kekeruhan air ini tidak akan terlihat oleh mata. Atas dasar pengalaman bahwa setelah melebihi dari 10 NTU kekeruhan air akan nampak secara visual. Kekeruhan terjadi disebabkan oleh kehadiran zat organik yang terurai secara halus, jasad-jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat koloid atau benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. (Yusup, 2012). Semakin jernih air maka akan menghambat perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada dalam air. Selain itu dalam air yang keruh akan sulit dilakukan desinfeksi karena mikroba akan terlindungi zat tersuspensi tersebut (Slamet, 1996).

3. Warna, Bau dan Rasa

(29)

yang dapat membahayakan kesehatan (Slamet, 1996). Adanya bau dan rasa pada air minum akan mengurangi daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk.

4. Alkalinitas

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts & Ir. S. Sumetri. S, 1987).

Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH.

5. pH

(30)

kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat akan menaikkan asam (Purnama, 1997).

6. Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)

Oksigen terlarut atau DO merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi yang menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan bahwa air memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air telah tercemar. Oksigen terlarut akan menentukan apakah perubahan biologi berlangsung secara aerob atau anaerob (Purnama, 1997).

DO juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan pencemaran limbah baik domestik maupun industri. Jika ditinjau dari segi air minum, kadar DO rendah tidak menimbulkan masalah, namun berdampak pada aktivitas bakteri pengurai bahan organik. Aktivitas bakteri dengan tingginya oksigen terlarut dapat berperan dalam menguraikan bahan-bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya lagi. Namun apabila oksigen terlarut rendah, maka bakteri tidak dapat bekerja dalam menguraikan bahan-bahan organik (Purnama, 1997).

7. Unsur (N)

(31)

Amonia (NH3), nitrit (NO2-) dan nitrat (NO3-) merupakan senyawa-senyawa yang mengandung unsur nitrogen (N). Unsur N sebagai salah satu unsur makro yang penting dibutuhkan untuk petumbuhan suatu organisme. Di dalam perairan, kebanyakan senyawa-senyawa nitrogen dijumpai dalam bentuk organik dan anorganik (Mahida, 1997).

8. Kesadahan

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah.

Air yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan karena dapat menimbulkan karatan (korosi) pada peralatan yang terbuat dari besi, sabun kurang membusa dan menimbulkan endapan atau kerak dalam wadah pengolah.

Berdasarkan jenisnya, tingkat kesadahan air dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. kesadahan sementara (temporer) b. kesadahan tetap (permanen)

a. Kesadahan Sementara

(32)

garam bikarbonat yang dapat dapat larut dalam air. Semakin tinggi kadar CO2 di udara maka semakin tinggi pula kelarutannya sehingga air semakin sadah.

b. Kesadahan Tetap

Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam klorida (Cl-) dan sulfat (SO42-) dari Ca dan Mg. Kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam tersebut bersifat tetap dan sangat sulit dihilangkan. Berdasarkan sifat kesadahannya, air dapat dibedakan menjadi 4 golongan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Derajat kesadahan air berdasarkan kandungan CaCO3 (Masudah, 2003) No Derajat Kesadahan Kandungan CaCO3 (mg/L)

1 Lunak 0-75

2 Agak Sadah 76-150

3 Sadah 151-300

4 Sangat Sadah > 300

9. Besi (Fe)

Besi (Fe) adalah elemen yang banyak di batuan dan merupakan salah satu elemen kimia yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologi dan semua badan air (Toth, 1984 dalam Kodoatie, 1996). Penampilan fisik yang buruk pada air mampu menggambarkan kualitas kimia maupun biologi yang tidak memenuhi standar. Contohnya pada air dengan kandungan besi (Fe) yang tinggi.

(33)

udara yang mengandung oksigen dengan air yang mengandung konsentrasi besi (Fe) tinggi akan menghasilkan endapan berwarna kekuning-kuningan (Degreemont, 1991).

Kadar besi (Fe) dalam air yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang baku mutu air minum sebesar 0,3 mg/l. Air yang mengandung kadar besi yang cukup tinggi dapat menyebabkan air tersebut tercemar sehingga dapat menimbulkan keracunan pada tubuh. Air yang mengandung zat besi melebihi batas toleransi akan menunjukkan warna merah kecoklatan, berbau dan rasa yang tidak normal.

10.Mikrobiologis

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan secara langsung melainkan dengan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, contohnya adalah mikroorganisme yang hidup dalam air.

(34)

Beberapa ciri penting suatu mikroorganisme atau bakteri sebagai indikator yang baik adalah terdapat dalam air yang tercemar dan tidak ditemukan dalam air yang tidak tercemar, terdapat di dalam air yang ada bakteri patogennya, jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar pencemar, mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih lama daripada bakteri yang patogen, mempunyai sifat yang seragam, tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada bakteri yang patogen, mudah didieteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana. Ada beberapa jenis mikroorganisme indikator dalam air yang dikategorikan dalam mikrorganisme indikator primer.

Mikroorganisme yang sering digunakan sebagai indikator primer adalah bakteri golongan Coliform, Streptococci, Enterococci dan Staphylococci. Bakteri Coliformbersifat aerobik dan fakultatif anaerobik, gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang dan mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas dan asam pada 350 C dalam waktu 24 – 48 jam. Bakteri Coliform termasuk Familia Enterobacteriaceae yang terdiri dari Genus Enterobacter, Klebsiella dan Citrobacter(Toranzos, 2002).

(35)

D. Bakteri Escherichi coli

Bakteri Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Beberapa jenis Escherichia coli dapat bersifat patogen. yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan Escherichia coli Enteropatogenik, Escherichia coli Enteroinvasif,

Escherichia coli Enterotoksigenik dan Escherichia coli Enterohemoragik. Jadi adanya Escherichia coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia. Klasifikasi Escherichia coli menurut Songer dan Post (2005) :

Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria O rdo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia Gambar 2.1. Escherichia coli

Spesies: Escherichia coli www.bacteriairphotos.com

Bakteri Escherichia coli digunakan secara efektif sebagai indikator kualitas air selama beberapa tahun di Eropa dan terakhir dalam peraturan air minum di Amerika sebagai indikator spesifik dalam kontaminasi fekal (Toranzos, 2002). Pelezar (1958) menyatakan bakteri Escherichia coli dan kelompok bakteri

(36)

Kelompok bakteri coli adalah bakteri pencemar yang hidup pada air kotordan dan digunakan sebagai jasad indikator di dalam substrat air yang banyak mempunyai persamaan sifat. Escherichia coli dapat dijadikan indikator adanya jasad patogen di dalam air (Suriawiria 1993). Bakteri E.coli juga paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi. Bakteri ini bersifat patogen karena dapat menyebabkan infeksi pada usus manusia dan hewan. Tingginya kandungan bakteri E.coli pada sumur terjadi karena jarak sumur dan septic tank berdekatan dengan jarak kurang dari 10 meter (Trisnawulan, 2007).

E. Uji Bakteriologis Air Minum

Uji bakteriologis Escherichia coli dalam sampel air digunakan metode tabung fermentasi MPN (Most Probable Number) yang meliputi tes pendugaan (presumptive test), tes penegasan (comfirmed test) dan tes pelengkap (completed test). MPN merupakan modifikasi dari metode presence absece.

Jika pada presence absence hanya digunakan satu sampel, maka pada MPN digunakan pada berbagai tabung dengan jumlah sampel yang diencerkan. Hasil positif dan negatif dari tiap tabung dapat digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme. Perhitungannya dapat digunakan tabel yang bisa didapatkan pada metode standard (Pelczar dan Chan, 2006). Selain itu dilakukan serangkaian uji identifikasi bakteri Escherichia coli menurut karakteristiknya. Uji identifikasi dilakukan dengan menggunakan beberapa reagen dan media khusus. Uji bakteri dalam perairan dilakukan dengan tahap-tahap uji bakteriologis, yakni :

(37)

1. Uji Pendugaan

Pada tahap uji pendugaan, dilakukan untuk menduga ada tidaknya bakteri dengan menggunakan tabung yang dapat menghasilkan gas dalam masa inkubasi. Uji dinyatakan positif bila terlihat gas dalam tabung Durham. Tabung yang memperlihatkan gas diuji lebih lanjut dengan uji penegasan. Uji pendugaan ini merupakan uji biokimia untuk menemukan bakteri dengan medium spesifik. Medium ini dapat membuktikan reaksi positif dalam bentuk gas apabila ada spora

Escherichia coli berdasarkan kontrol positif ATCC E.coli 25922 (Hansen, 1984).

2. Uji Penegasan

Pada uji penegasan dilakukan untuk menegaskan bahwa hasil dari uji pendugaan terbentuk disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan bukan disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji penegasan menggunakan media spesifik yang diinokulasikan dengan teknik pour plate dari setiap tabung pengenceran. Media ini dapat membuktikan reaksi positif apabila ditemukan koloni Escherichia coli dalam bentuk koloni yang berwarna hijau berdasarkan kontrol positif ATCC E.coli 25922 (Taylor, 1961).

3. Uji Pelengkap

Uji pelengkap dilakukan untuk membuktikan koloni yang menunjukkan ciri-ciri morfologi sebagai kelompok bakteri Escherichia coli. Hasil dari uji penegasan setelah diinkubasikan pada suhu 350 C selama 48 jam, kemudian diinokulasikan pada gelas benda dan dilakukan pengecatan gram, lalu diamati dibawah mikroskop. Untuk menentukan koloni bakteri Escherichia coli dengan menyatakan kebenaran hasil harus disesuaikan dengan kontrol positif ATCC

(38)

F. Persyaratan Kualitas Air Minum

Persyaratan kualitas air minum yang layak menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010.

Tabel 2.2. Parameter Persyaratan Wajib

No. Jenis Parameter Satuan Kadar

maksimum 1 Jenis parameter yang berhubungan

(39)

G. Kerangka Berpikir

Pencemaran dalam suatu lingkungan dapat terjadi akibat kondisi lingkungan yang buruk, misalnya dari aktivitas manusia di lingkungan tersebut. Bentuk aktivitas yang sering dijumpai yaitu seperti MCK (mandi, cuci dan kakus), mencuci baju, mencuci piring. Kegiatan semacam ini akan menghasilkan limbah yang sebagian besar bercampur dengan air tanah. Sehingga air tanah akan dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat biologi, kimia dan fisika yang akan menyebabkan tingginya zat-zat pencemar.

Tingginya zat-zat pencemar dapat mengindikasi hadirnya bakteri pencemar yang hidup pada air yang kotor, misalnya bakteri golongan coli. Golongan bakteri coli dapat digunakan sebagai jasad indikator di dalam substrat air. Menurut Suriawiria (1993), menyatakan bahwa Escherichia coli dapat dijadikan indikator adanya jasad patogen di dalam air. Sifat-sifat bakteri golongan

coli antara lain bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu memfermentasikan kaldu laktosa pada temperature 37◦C dengan membentuk asam dan gas di dalam waktu 48 jam.

Banyak sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul berwarna kuning dan menimbulkan bau khas yang “amis”. Hal ini diduga mengandung cemaran kimia berupa besi (Fe). Beberapa sumur warga juga berdekatan dengan septick tank denganjarak rata-rata 7 meter sampai 10 meter. Dengan jarak yang dekat seperti itu, diduga air sumur mengandung pencemaran biologis bakteri Escherichiacoli.

(40)

warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul ditemukan bakteri ini, maka bakteri Escherichia coli dapat dijadikan sebagai indikator adanya jasad-jasad patogen. Dasar pernyataan ini sesuai dengan Pelezar (1958) yang menyatakan, bahwa bakteri

Escherichia coli dan kelompok bakteri coli lainnya hampir memenuhi persyaratan sebagai indikator pencemaran tinja yang dapat diandalkan.

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang dikaitkan dengan landasan teori penelitian, air sumur warga Dusun Ngentak, Dasa Wisma RT 2, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul dapat dihipotesiskan sebagai berikut. 1. Air sumur yang berwarna kekuningan dan bau khas yang “amis” menunjukan

adanya bahaya pencemaran kimia yang berupa besi (Fe).

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian terdiri dari kata “methodolgy” yang berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Hatimah, 2007: 83). Beberapa aspek yang terdapat di dalamnya meliputi jenis penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, sampel penelitian, teknik pengolahan data serta analisis data. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus.

B. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil berupa air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Sampel air sumur diambil secara stratifiedrandom sampling. Metode pengambilan sampel ini memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi dan memberikan pada tiap-tiap sampel punya peluang sama untuk diambil secara acak pada tiap kuadran, sehingga dapat terpilih sebagai sampel. Setelah mendapatkan jumlah total sampel sumur, kemudian memberikan penomoran pada masing-masing sumur di setiap kuadran. Teknisnya membuat lintingan kertas yang berisi nomor-nomor yang berjumlah sama dengan jumlah total nomor yang ditempel pada masing-masing kuadran. Setelah itu secara acak diambil lintingan kertasnya. Nomor kertas yang terambil merupakan nomor sampel dari tiap kuadran.

Pengambilan air sampel dilakukan secara aseptis. Alat-alat seperti botol gelap, penutup botol, tali dan pemberat yang digunakan untuk mengambil sampel

(42)

air harus disterilkan terlebih dahulu. Pada saat pengambilan sampel, dengan membasahi alkohol 96 % terlebih dahulu di sekeliling mulut botol, lalu tutup botol dibuka, kemudian botol dimasukkan ke dalam sumur. Setelah itu, secepat mungkin botol kembali ditutup untuk mencegah kontaminasi dari luar.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2013 hingga 20 September 2013. Tempat penelitian in situ akan dilaksanakan di wilayah Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Penelitian pemeriksaan laboratorium akan dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Gading dan di Laboratorium Biologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Sleman.

D. Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa peralatan untuk memperoleh data. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. cawan petri 10. test-KIT

2. bunsen 11. pH meter

3. pipet ukur 12. spektrofotometer

4. tabung reaksi 13. turbidimeter

5. gelas benda 14. termometer

6. autoklaf 15. erlenmeyer

7. jarum ose 16. botol gelap

8. beker glass 17. mikroskop cahaya

(43)

Penelitian ini menggunakan beberapa bahan untuk memperoleh data. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. TBX (Trypton Bile-X Glucuronide) 6. cat gram B lugol’s iodine

2. aquades 7. cat garm C aceton-alkohol

3. alkohol 96% 8. cat gram D safranin

4. ECB (Escherichia coli Broth) 5. cat gram A Hucker’s cristal violet

E. Prosedur Kerja 1. Penelitian Pendahuluan

Observasi objek dilakukan untuk memperoleh informasi tentang sumur-sumur yang akan diambil sampel airnya dan keadaan lingkungan sekitar sumur-sumur.

2. Sampling

Pengambilan sampel air yang akan diteliti diambil dari 8 sumur. Jumlah sampel yang diambil dari jumlah total populasi sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.

3. Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia a. Suhu

Pengukuran suhu udara dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur suhu sebagai berikut.

1. Gantungkan termometer di udara selama 5 menit 2. Ambil 1 ember air sumur

(44)

b. Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan berdasarkan pada prinsip persebaran sinar. Cara kerja untuk mengukur kekeruhan sebagai berikut.

1. Standarkan turbidimeter

2. Siapkan satu buah botol sampel air

3. Masukan tabung kuvet yang berisi 25 ml air sampel 4. Amati skala dalam turbidimeternya

c. Bau, Rasa dan Warna

Untuk pengukuran bau, rasa dan warna dilakukan in situ. Dilakukan dengan pengambilan sampel dan pengukuran dilakukan secara fisiologis.

d. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur derajat pH sebagai berikut.

1. Ambil 1 ember air sumur

2. Celupkan alat pH meter elektrik ke dalam sampel air sumur 3. Biarkan selama ± 5 menit dan amati skala pH meternya

e. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/ DO)

Pengukuran DO dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur Oksigen Terlarut sebagai berikut.

1. Ambil 1 ember air sumur

2. Celupkan alat DO meter ke dalam sampel air sumur 3. Biarkan selama ± 5 menit

(45)

f. Ammonia

Pengukuran amonia dilakukan di Laboratorium Biologi. Cara kerja untuk mengukur amonia sebagai berikut.

1. Ambil 10 ml sampel

2. Masukkan ke dalam tabung reaksi Photometer Wastewater

3. Biarkan selama ± 5 menit dan amati skalanya

g. Nitrit (NO2)

Pengukuran nitrit dilakukan di Laboratorium Balai Kesehatan Gading. Cara kerja untuk mengukur nitrit sebagai berikut.

1. Ambil 50 ml sampel

2. Masukan ke dalam Erlenmeyer 100 ml 3. Tambahkan 2 ml reagen warna

4. Tunggu paling lama 10 menit dan tidak lebih dari 2 jam 5. Masukkan ke dalam kuvet pada spektrofotometer

6. Ukur serapannya pada panjang gelombang spektrum

h. Nitrat (NO3)

Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Balai Kesehatan Gading. Cara kerja untuk mengukur nitrat sebagai berikut.

1. Ambil 10 ml sampel dan masukan ke dalam gelas piala 100 ml 2. Tambahkan 2 ml NaCl 30% dan 10 ml H2SO4 95%

3. Dikocok hingga homogen

4. Tambahkan 0,5 larutan Brusin-Asam Sulfanilat 5. Rendam dalam air sampai temperatur kamar 6. Masukkan ke dalam kuvet pada Spektrofotometer

(46)

i. Alkalinitas

Pengukuran alkalinitas dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur alkalinitas sebagai berikut.

1. Ambil sampel sebanyak 5ml

2. Tetesi phnolftelein sebanyak 1 tetes

3. Campur perlahan sampai larutan berubah menjadi warna pink/merah 4. Suntikkan HI 3811-0 secara perlahan

5. Kocok sampai warna larutan menjadi pudar 6. Amati skala pada suntikan lalu hasil dikali 300

j. Iron (Fe)

Pengukuran iron dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur Iron (Fe) sebagai berikut.

1. Ambil 10 ml sampel

2. Beri HI 3834 kemudian dikocok

3. Masukkan dalam komprator selama 4 menit dan amati skalanya

k. Hardness (Kesadahan)

Pengukuran hardness dilakukan in situ. Cara kerja untuk mengukur kesadahan sebagai berikut.

1. Ambil 5 ml sampel dan tetesi buffer sebanyak 5 tetes

2. Campurkan perlahan dan tetesi calmagite indicator sebanyak 1 tetes hingga berwarna merah keunguan

3. Suntikkan HI 3812 secara perlahan sambil dikocok hingga berwarna biru

(47)

4. Pembuatan Media

Pembuatan media tanam untuk bakteri dilakukan di laboratorium Balai Kesehatan Gading. Pembuatan media dilakukan dengan cara aseptis. Media-media yang dibuat adalah :

a. Escherichia coli Broth (ECB). Cara pembuatannya sebagai berikut. 1. Masukkan sebanyak 40 g ECB dalam 1 liter aquadest

2. Larutkan tanpa pemanas

3. Masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml yang dilengkapi tabung Durham

4. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 100ºC selama 30 menit 5. Dinginkan segera sampai suhu 25 oC

b. TBX (Trypton Bile-X Glucuronide). Cara pembuatannya sebagai berikut. 1. Sebanyak 1 g TBX, masukkan dalam 1 liter aquadest

2. Larutkan dengan pemanas

3. Dinginkan segera sampai suhu 37 oC.

4. Siapkan cawan petri untuk teknik spread plate dan pour plate

5. Uji Parameter Biologis

Dalam pemeriksaan bakteri Escherichia coli ini menggunakan metode MPN (Most Probable Number). Tahapan-tahapan uji bakteriologis ini sebagai berikut, yakni :

(48)

a. Uji Pendugaan

Beberapa teknik dalam uji pendugaan dengan kontrol positif E.coli 25922 dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut, yakni :

1. Inokulasikan 1 ml sampel air ke dalam medium fermentasi laktosa

Escherichia coli Broth dengan pengenceran cair 10x secara aseptis 2. Inkubasikan pada temperatur 44o C selama 48 jam

3. Hasil positif adanya E.coli ditandai dengan kekeruhan pada medium pengenceran dan terbentuknya gas

b. Uji Penegasan

Cara mengetahui morfologi koloni bakteri pada cawan petri menggunakan teknik Streak Plate dengan kontrol positif ATCC E.coli 25922, dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Inokulasikan sampel pada cawan petri berisi medium TBX (Trypton Bile-X Glucuronide)

2. Inokulasi dengan teknik streak plate menggunakan jarum ose 3. Inkubasikan pada suhu 44oC selama 24 jam

4. Hasil positif ditandai dengan munculnya koloni hijau

Cara mengetahui morfologi koloni bakteri pada cawan petri menggunakan teknik Pour Plate, dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Masukan 1 ml sampel ke dalam cawan petri steril

2. Tuangkan medium TBX (Trypton Bile-XGlucuronide) pada cawan petri 3. Inokulasi dengan teknik poor plate

4. Inkubasikan pada suhu 44oC selama 24 jam

(49)

c. Uji Pelengkap

Teknik dalam uji pelengkap pada pengecatan gram dengan kontrol positif

E.coli 25922, dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut. 1. Siapkan gelas benda

2. Bersihkan dengan alkohol

3. Lewatkan di atas nyala lampu spritus

4. Ambil secara aseptik satu ose suspensi isolat bakteri 5. Letakkan pada gelas benda lalu dikering-anginkan

6. Isolat difiksasi dengan melewatkannya di atas nyala api lampu spritus 7. Tetesi dengan cat Gram A (Hucker’s crystal violet)

8. Diamkan selama 1 menit

9. Cuci preparat dengan air mengalir dan dikering-anginkan, 10.Tetesi preparat dengan larutan mordan Gram B (lugol’s iodine) 11.Diamkan selama 1 menit

12.Cuci preparat dengan air mengalir dan dikering-anginkan 13.Tetesi larutan peluntur Gram C (aceton-alcohol)

14.Diamkan 30 detik

15.Cuci preparat dengan air mengalir dan 16.Preparat dikering-anginkan

17.Beri cat penutup Gram D (safranin) selama 2 menit. 18.Cuci preparat dengan air mengalir dan dikering-anginkan. 19.Amati dengan mikroskop cahaya

(50)

d. Bagan Teknik Isolasi Bakteri Escherichia coli

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi. Observasi ini berupa wawancara secara langsung dengan pemilik objek penelitian dan melihat secara langsung kondisi lingkungan. Kemudian dalam mendapatkan validitas data dilanjutkan pada uji kualitas air secara fisik, kimia dan biologi. Uji kualitas air ini berupa pengukuran dan pengamatan berdasarkan tabel parameter kualitas air minum.

G. Analisis Data

Dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunakan 2 metode yang berbeda. Metode-metode yang digunakan sebagai berikut.

1. Analisis data untuk parameter biologis dengan metode MPN (Most Probable Number. Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat dalam sampel uji.

2. Analisis data pada uji parameter fisika dan parameter kimia dengan menggunakan metode pendekatan induktif dari hasil pengukuran dan pengamatan. Tujuan dari metode ini adalah mengambil kesimpulan dari

data-SAMPEL A SAMPEL B

PENGENCERAN 10x UJI PENDUGAAN

UJI PENEGASAN UJI PELENGKAP

SAMPEL C SAMPEL D

SAMPEL E SAMPEL F

(51)

data yang bersifat khusus, yang diperoleh dari fakta atau peristiwa yang konkrit (Sutrisno, 1986).

Data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran dibuat dalam bentuk diagram batang kemudian dibandingkan dengan baku mutu air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 serta dikaitkan dengan teori-teori, jurnal dan penemuan yang nyata yang disajikan secara dekriptif.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini yaitu Test-KIT, Photometer Wastewater, Turbidimeter, Spektrofotometer, Termometer air, Mikroskop Cahaya, pH meter, DO meter dan table data.

Instrument penelitian yang digunakan memiliki ketentuan sebagai berikut. 1. Test-KIT dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI3817

2. Photometer Wastewater dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI83214 3. Turbidimeter dengan merk HACH type 2100N

4. Spektrofotometer dengan merk ZIMADZU type 1700 5. Termometer air type 1 per 1 oC

6. pH meter dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI98107 7. DO meter dengan merk HANNA INSTRUMENT type HI9142

(52)

Tabel 3.1. Data Pengukuran Parameter Uji Air Sumur

Jenis Parameter Satuan Kadar

a) Parameter Fisik 1) Bau

2) Warna

3) Kekeruhan NTU

4) Rasa

5) Suhu oC

b) Parameter Kimiawi

1) Besi mg/l

2) Kesadahan mg/l

3) pH

4) Amonia mg/l

5) Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 6) Nitrit (sebagai NO2-) mg/l c) Parameter Biologis

(53)

I. Tabel 3.2 Agenda Pelaksanaan Penelitian

BULAN

1 2 3

MINGGU MINGGU MINGGU

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penelitian pendahuluan

Uji Parameter Fisik Dan Parameter Kimia

Pembuatan Media Agar

Uji Parameter Biologis

Pembuatan Tabel Parameter dan Pengambilan Data

Analisis Data

(54)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan pengukuran parameter fisik, kimia dan biologis dari sampel air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, diperoleh hasil pada tabel-tabel berikut.

Tabel 4.1. Hasil uji parameter fisik (lampiran 1)

(55)

Tabel 4.2. Hasil uji parameter kimia (lampiran 2)

No Parameter Kimia

Sampel

A B C D E F G H

1 Besi (mg/L) 2 1 3 3 2 1 1 1

2 Kesadahan

(mg/L) 180 270 960 120 150 360 180 60

3 DO (mg/L) 7 6 9 8 7 8 8 12

4 Alkalinitas

(mg/L) 300 900 600 450 300 600 600 150

5 pH 8,0 7,9 7,8 8,0 7,8 7,9 8,0 7,9

6 Amonia

(mg/L) - - - - - - - -

7 Nitrit(NO2)

(mg/L) 0,003 0,302 0,003 0,106 0,084 0,020 0,018 0,003

8 Nitrat(NO3 )

(mg/L) 1,418 3,380 0,022 3,444 1,285 0,084 0,138 1,368

(56)

Tabel 4.3. Hasil pengukuran uji parameter biologis (lampiran 3)

No Parameter Biologi

Jumlah bakteri Escherichia coli per 100ml sampel

A B C D E F G H

1 Replikasi 1 0 0 0 2 0 2 0 0

2 Replikasi 2 0 0 0 2 0 2 0 0

3 Replikasi 3 0 0 0 2 0 2 0 0

(57)

B. Pembahasan

Pengukuran parameter fisik, kimia dan biologis dari sampel A, sampel B, sampel C, sampel D, sampel E, sampel F, sampel G dan sampel H menunjukkan hasil dengan angka yang bervariasi. Hasil penelitian dapat dianalisa lebih lanjut secara deskriptif dengan mengacu pada baku mutu air minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

1. Bau

Bau merupakan parameter penting dalam kualitas air minum. Secara fisik, bau pada air dapat dirasakan dengan indera pembau. Dari hasil pengujian sampel air pada sumur A, sumur B, sumur C, sumur D, sumur E, sumur F, sumur G dan sumur H dapat dinyatakan bahwa air dari setiap sumur mempunyai bau yang khas seperti terlihat pada tabel 4.1 yang menunjukan tanda positif. Bau yang timbul dapat terjadi karena kadar besi (Fe) yang tinggi di dalam air sumur sehingga menimbulkan bau.

Hasil analisis secara langsung (in situ ) terhadap semua lokasi secara kualitatif berbau amis. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa pada setiap sumur, mempunyai bau yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu air minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

2. Rasa

(58)

intensitas bau dan rasa tergantung pada lingkungan, sehingga hasil yang diperoleh tidak mutlak (Sutrisno, 1991)

Secara fisik, air dapat dirasakan oleh lidah. Rasa pada air menandakan terjadinya percemaran tertentu dalam air, meski tidak ada satuan pengukurnya. Dari hasil pengujian sampel air pada sumur A, sumur B, sumur C, sumur D, sumur E, sumur F, sumur G dan sumur H diperoleh hasil positif, karena air sumur mempunyai rasa seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.1.

Menurut ketentuan tentang baku mutu air minum dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010, air sumur yang diteliti mempunyai rasa. Jadi, hal ini tidak memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

. 3. Warna

Air sumur yang berwarna kuning bening maupun berwarna kuning keruh dapat sebagai petunjuk, bahwa air sumur tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan yang sekaligus mempengaruhi nilai estetika pada air. Warna pada air biasanya dipengaruhi oleh masuknya zat terlarut yang datang dari asal sumber air baku seperti unsur kimia organik dan anorganik. Unsur kimia tersebut dapat diakibatkan oleh kadar besi (Fe) yang tinggi dalam air sumur, sehingga air dapat berwarna kuning (World Poultry, Vol 25 No. 3, 2009)

(59)

air sumur G berwarna kuning bening, dan pada air sumur H berwarna kuning keruh.

Hasil pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa warna pada air sumur diakibatkan oleh kadar besi yang tinggi dari lahan di sekitar sumur maupun dalam sumur. Sehingga ketika ada resapan air yang masuk ke dalam sumur, unsur besi (Fe) dapat ikut masuk dan bercampur dengan air yang ada di sumur. Dari data yang diperoleh, air pada sumur-sumur yang diteliti tidak memenuhi persyaratan baku mutu air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 karena mempunyai warna.

4. Kekeruhan

Kekeruhan pada air sumur menunjukkan bahwa air mempunyai kandungan partikel dan bahan tersuspensi yang tinggi, sehingga memberikan warna atau rupa air yang kotor (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi 2003).

Hasil pengukuran menggunakan alat turbidimeter di laboratorium (lampiran 5), menunjukan tingkat kekeruhan sampel A sebanyak 32,0 NTU, sampel B sebanyak 20,0 NTU, sampel C sebanyak 12,7 NTU, sampel D sebanyak 18,6 NTU, sampel E sebanyak 14,2 NTU, sampel F sebanyak 15,6 NTU sampel G sebanyak 10,0 NTU, dan sampel H sebanyak 6,4 NTU (lihat diagram 4.1.4).

(60)

Berdasarkan hasil yang ditunjukan diagram 4.1.4 semua sampel yang diuji mempunyai tingkat kekeruhan tidak memenuhi baku mutu air minum dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 karena melebihi batas persyaratan yang hanya 5 NTU. Hal ini disebabkan oleh sumbangan dari berbagai senyawa organik seperti bakteri dalam air sumur tersebut serta senyawa anorganik yang berasal dari pelapukan dan logam di dalam air sumur yang bercampur dengan air dan menyebabkan kepadatan partikel-partikel di dalam sumur semakin rapat.

5. Suhu

Menurut Odum (1971) dalam Sundra (1997), fluktuasi suhu perairan diakibatkan oleh komposisi substrat, kekeruhan, curah hujan, angin dan reaksi-reaksi kimia dari penguraian sampah di dalam air.

Hasil pengukuran suhu secara langsung di lapangan (in situ) menggunakan termometer, untuk semua sampel air tidak didapatkan hasil dengan perbedaan fluktasi suhu yang sangat mencolok dengan rentan perbedaan 0,5 oC – 1 oC seperti yang ditunjukan pada diagram 4.1.5. Suhu pada sampel A sebesar 29oC, sampel B

(61)

sebesar 28,5oC, sampel C sebesar 29oC, sampel D sebesar 28oC, sampel E sebesar 28oC, sampel F sebesar 29oC, sampel G sebesar 28,5oC, sampel H sebesar 29oC. Dari delapan sampel air sumur, didapatkan rata-rata suhu sebesar 28,6 oC.

Menurut persyaratan baku mutu air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010, derajat maksimun untuk suhu berkisar antara 26 oC - 30 oC. Jadi suhu dari setiap masing-masing sampel air sumur serta rata-rata suhunya dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan baku mutu air minum karena suhu tidak di bawah maupun di atas standar. Hal ini dapat disebabkan oleh musim, curah hujan dan iklim yang masih normal, sehingga tidak terjadi peningkatan maupun penurunan suhu yang signifikan.

6. Besi (Fe)

(62)

Hasil pemeriksaan in situ terhadap kandungan kadar besi (Fe) menggunakan test-KIT (iron test), pada air sumur di Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul (lampiran 6) menunjukkan kandungan besi (Fe) yang masih tinggi. Kadar besi (Fe) air sumur pada sampel A sebanyak 2 mg/l, kadar besi sampel B sebanyak 1 mg/l, kadar besi sampel C sebanyak 3 mg/l, kadar besi sampel D sebanyak 3 mg/l, kadar besi sampel E sebanyak 2 mg/l, kadar besi sampel F sebanyak 1 mg/l, kadar besi sampel G sebanyak 1 mg/l, kadar besi sampel H sebanyak 1 mg/l. (lihat diagram 4.2.1)

Tingginya kadar besi (Fe) yang larut dalam air sumur ini menimbulkan permasalahan seperti timbulnya noda pada pakaian putih. Pakaian yang berwarna putih akan mudah menjadi kekuning-kuningan apabila sering dicuci menggunakan air sumur tersebut. Kondisi ini terjadi karena pakaian yang telah dicuci yang kemudian di jemur masih memiliki kandungan air sumur yang masih menetes, sehingga konsentrasi besi (Fe) dari air tersebut akan mengalami kontak dengan udara sekitar. Menurut Degreemont (1991), menyatakan bahwa reaksi udara yang mengandung oksigen dengan air yang mengandung konsentrasi Fe tinggi akan

(63)

menghasilkan endapan berwarna kekuning-kuningan. Rumus kimia dari reaksi tersebut, yaitu 4 Fe2+ + O2 + 8 OH- + 2 H2O → 4 Fe (OH)3. Reaksi ini menunjukkan permasalahan hingga menimbulkan noda kuning pada pakaian. Hal ini dapat diantisipasi dan diminimalkan dengan cara memeras pakaian hingga benar-benar tidak ada sisa-sisa air yang menetes sebelum dijemur. Sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kontak antara udara dengan air saat dijemur.

Perubahan pada air sumur yang mengandung kadar besi (Fe) yang tinggi dan menjadi berwarna kuning bening maupun kuning keruh disebabkan oleh adanya kontak antara (Fe2+) dalam air dengan udara sekitar lingkungan. Hal ini sependapat dengan Said (2002), yang menyatakan bahwa perubahan kondisi air yang semula jernih menjadi keruh dan beberapa saat dibiarkan akan menjadi kekuning-kuningan merupakan pertanda bahwa air tanah mengandung besi (Fe) dengan konsentrasi yang tinggi. Pendapat ini diperkuat dari hasil pelatihan yang dikeluarkan oleh Akademi Teknik Thirta Wiyata (2003), yang menyatakan bahwa air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbondioksida yang tinggi yang dapat menyebabkan kondisi anaerobik sehingga menyebabkan konsentrasi besi dalam bentuk tidak larut akan tereduksi menjadi besi (Fe2+) yang larut dalam air. Hal ini menyebabkan kandungan besi (Fe) dalam air sumur menjadi tinggi. Apabila air diambil keluar dan terkena udara, lama-kelamaan akan bereaksi lalu menghasilkan endapan berwarna kuning.

(64)

Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, baik di sekeliling sumur dekat pipa serta pada saringan-saringan air dapat disebabkan oleh kumpulan bakteri besi jenis Crenotrix dan Galionella. Sehingga penurunan kualitas air yang meliputi bau, rasa dan warna pada air sumur juga dapat disebabkan oleh bakteri besi ini. Kondisi ini sesuai dengan hasil pelatihan yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan Tirta Dharma (2002), yang menyatakan bahwa timbulnya endapan kuning di dalam pipa disebabkan oleh kumpulan bakteri besi yang hidup di dalam pipa, sehingga mengurangi kualitas air pada bau dan rasa.

Permasalahan lain yang juga dijumpai adalah dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk minum. Berdasarkan diagram 4.2.1, diketahui bahwa kadar besi yang terkandung dalam sampel air sumur melebihi batas persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang baku mutu air minum yang hanya 0,3 mg/l. Masyarakat setempat yang menggunakan sumber air sumur untuk memenuhi kebutuhannya sering mengeluh dengan kondisi airnya, yakni air sumur yang ada apabila baru saja dipompa sangat jernih, tetapi setelah dibiarkan beberapa waktu akan berubah menjadi kuning keruh.

(65)

dirasakan ketika terjadi akumulasi kandungan besi dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slamet (1996) dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Lingkungan yang menyebutkan bahwa meskipun kadar besi (Fe) diperlukan bagi tubuh dengan dosis yang tinggi lalu terakumulasi di dalam tubuh dapat merusak dinding usus dan dinding kapiler darah yang dapat menyebabkan kematian.

7. Kesadahan

Kesadahan air disebabkan oleh adanya Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dari dalam air tersebut. Air yang mempunyai tingkat kesadahan tinggi sangat merugikan karena dapat menimbulkan korosi pada alat yang terbuat dari besi. Pada pengukuran kesadahan menggunakan test-KIT (hardness test).

Pengukuran pada air sumur warga Dasa Wisma RT 2, Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul (lampiran 7) mempunyai tingkat kesadahan yang bervareasi. Pada sampel A sebesar 180 mg/l, pada sampel B sebesar 270 mg/l, pada sampel C sebesar 960 mg/l, pada sampel D sebesar 120 mg/l, pada sampel E sebesar 150 mg/l, pada sampel F sebesar 360 mg/l, pada sampel G sebesar 180 mg/l, pada sampel H sebesar 60 mg/l(lihat diagram 4.2.2).

Gambar

Tabel 2.2. Parameter Persyaratan Wajib ..............................................................
Tabel 2.1 Derajat kesadahan air berdasarkan kandungan CaCO3 (Masudah, 2003)
Tabel 2.2. Parameter Persyaratan Wajib
tabel parameter kualitas air minum.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan adalah 8 langkah untuk perancangan sistem metrik pengukuran kinerja rantai pasok, identifikasi metriks kinerja dengan SCOR, dan dengan AHP diperoleh

Nannius, Johann Ramus, Erasmus, vagy éppen Zsámboky János is személyes kapcsolati hálójához tartozott. Mert – ismételjük – Oláh Miklós könyvtára első -. sorban

dilakukan pada penel hubung switchgear  yang memegang peranan penting dalam suatu gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dengan tujuan bahwa suatu panel

Setelah muatan jatuh ke sungai (+ 60 peti kemas), Tongkang kembali normal dengan draft yang sudah tinggi dan Tongkang segera ditarik ke Pelabuhan Talang Duku/Jambi untuk

Dalam lesson ini akan kita pelajari tentang MODES , yaitu bagaimana membentuk struktur chord yang sudah ada, kemudian kita modifikasi dengan chord progression

Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) telah dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat para peternak di wilayah bencana gempa melalui

Merupakan jalur penerimaan mahasiswa baru bagi para siswa SMU/SMA, SMK (bidang teknik) atau MA melalui Seleksi Masuk ITN Malang dengan materi Tes Potensi Akademik (TPA)

Hasil dari metode agregat planning dalam perencanaan produksi hollow dengan ukuran 15 mm x 35 mm x 0.30 mm di PT Mulcindo Steel Industry dengan