• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT THE CRIMINOLOGICAL RESEARCH OF THE RAILROADS THEFT CRIME IN LAMPUNG PROVINCE By Alfinicko Charisma Alba, Erna Dewi, Firganefi (Email: alfinickocyahoo.com)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ABSTRACT THE CRIMINOLOGICAL RESEARCH OF THE RAILROADS THEFT CRIME IN LAMPUNG PROVINCE By Alfinicko Charisma Alba, Erna Dewi, Firganefi (Email: alfinickocyahoo.com)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh

Alfinicko Charisma Alba, Erna Dewi, Firganefi (Email:alfi.nicko@yahoo.com)

Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Kejahatan pencurian yang saat ini terjadi adalah kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di propinsi lampung. (2) Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian rel kereta api di propinsi lampung. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dengan data primer dan data sekunder dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan di lapangan. Data penelitian dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan : (1) Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di propinsi lampung bersumber dari faktor internal yaitu faktor tekanan ekonomi dan faktor eksternal yaitu faktor pendidikan, faktor lingkungan pergaulan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat. (2) Upaya dalam penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api terbagi menjadi dua yaitu upaya penal dan upaya non penal. Upaya penal bersifat represif (penindakan) yaitu menangkap langsung pelaku dan memberikan hukuman sesuai KUHP dan upaya non penal bersifat preventif (pencegahan) yaitu penyuluhan, pembinaan pada generasi muda, membentuk sistem keamanan dan mengadakan patroli rutin.

(2)

ABSTRACT

THE CRIMINOLOGICAL RESEARCH OF THE RAILROADS THEFT CRIME IN LAMPUNG PROVINCE

By

Alfinicko Charisma Alba, Erna Dewi, Firganefi (Email: alfinickoc@yahoo.com)

The crime that often happens nowadays is properly crime such as the theft crime. The theft crime that happened is about the theft crime of railroads in Lampung Province. The problem of this research are : 1. What is the causes of the theft crime of railroads in Lampung province. 2. How is the response of the theft crime of railroads in Lampung province. This research was conducted using the problem approach through juridical normative and empirical approach with primary data and secondary data in which each data is obtained from the research by using the literature and in the field. This research is descriptive-qualitative research. Based on the results of research and discussion, we conclude that: (1) The factors that causes the theft crime of railroads in Lampung province from internal factors is the economic pressures factors and the external factors are factors of education, social environment factors, occupational factors, and factors of security weakness systems community. (2) The prevention efforts of the theft crime of the railroad is divided into two, they are the efforts penal and the efforts of non penal. The efforts of penal are repressive (action) that captures the direct perpetrators and provide appropriate punishment based on the KUHP and non penal preventive efforts (prevention) by counseling, coaching the younger generation, forming a security system and conducting routine patrols.

(3)

I. PENDAHULUAN

Kejahatan dalam kehidupan manusia tidak dapat dihilangkan tetapi hanya akan bisa dikurangi, karena jika masalah-masalah ekonomi sosial itu masih ada dan pemerintah tidak dapat untuk mengatasinya, maka dalam kehidupan manusia niat jahat itu akan selalu muncul. Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Pada Pasal 362- 367 kitab undang – undang hukum pidana tentang pencurian, sesuai Pasal tersebut pencurian hanya dapat dijatuhkan pidana sesuai dengan undang- undang tersebut. Salah satu bentuk kejahatan pencurian yang saat ini terjadi adalah kejahatan pencurian rel kereta api. Pencurian tersebut membuat banyak kekhawatiran kepada petugas petugas PT. KAI dan masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan laju lalu lintas kereta api.

Pencurian jika dipandang dari segi

kriminologi maksudnya mencakup hal-hal sebagai berikut yaitu1: 1) maksud pencurian, 2) sebab- sebab

pencurian, 3) bagaimana

dilakukannya pencurian, 4) akibat pencurian dan 5) tipe- tipe pelaku pencurian.

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan

1

Sinaga .R. 2011. Penerapan Hukum Pidana terhadap pencurian dalam keluarga kajian aspek hukum pidana dan kriminologi dalam kasus no

(.490/Pid.b/2007/PN).http://repository.usu. ac.id/bitstream/123456789/30176/4/Chapt er%20I di unduh pukul 00.24 Wib.

suatu tindakan pencurian yang mana hal tersebut sangatlah merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan orang lain yakni :2

1) Motivasi Intrinsik (Intern) yang meliputi : (a) Faktor intelegensia, (b) Faktor usia, (c) Faktor jenis kelamin, (d) Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern) meliputi (a) Faktor pendidikan, (b) Faktor pergaulan dan (c) Faktor lingkungan.

Upaya atau kebijakan untuk

melakukan Pencegahan dan

Penanggulangan Kejahatan (PPK)

termaksuk bidang “kebijakan kriminal” (“criminal policy”).

Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” (“social

policy”) yang terdiri dari “ kebijakan

atau upaya-upaya untuk kesejateraan

sosial (“social-walfare policy”) dan

kebijakan atau upaya-upaya untuk

perlindungan masyarakat (“ social-defance policy”).2

Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan (politik criminal) dilakukan

dengan menggunakan sarana “penal”

(hukum pidana). Maka kebijakan hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan yudikatif atau aplikatif harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari

kebijakan social itu, berupa “social welfare” dan “social defence”.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakaukan dengan

2Nawawi, Arif, Barda. 2011. Masalah

(4)

pendekatan integral, ada keseimbangan“sarana penal” dan

sarana “non penal”. Dilihat dari sudut politik kriminal kebijakan paling strategis melalui sarana non penal karena lebih bersifat preventif dan

kebijakan penal memiliki

keterbatasan atau kelmahan yaitu bersifat fragmentaris/simplistic/tidak struktural/fungsional.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal

merupakan “penal policy” atau “penal law enforcement policy” yang

funsionalisasi/ operasionalisasi melelui tahap:

1) Formulasi( kebijakan legislatif) Tahap formulasi merupakan tahap penegakan/pelaksanaan politik hukum pidana inabstracto oleh badan pembuat undang-undang. Tahap ini disebut juga tahap kebijakan legislatif.

2) Aplikasi (kebijakan yudikatif atau yudisial)

Tahap aplikasi merupakan tahap penerapan politik hukum pidana oleh para penegak hukum, mulai dari kepolisian sampai dengan pengadilan. Tahap ini disebut juga tahap kebijakan yudikatif.

3) Eksekusi (kebijakan eksekutif/ administratif)

Tahap eksekusi adalah tahap pelaksanaan politik hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Tahap ini disebut juga tahap kebijakan eksekutif atau administrasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi

dengan judul “Tinjauan Kriminologis

Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api Di Propinsi Lampung”. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1) Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di Propinsi Lampung ? 2) Bagaimanakah upaya penanggula- ngan terhadap kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung?

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris3.

II. PEMBAHASAN

A.Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian (penjarahan) dimana hal ini dapat merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan pada orang lain. Faktor penyebab pencurian yaitu4:

1. Motivasi Intrinsik (Intern) a. Faktor intelegensia b. Faktor usia

c. Faktor jenis kelamin

d.Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak

2. Motivasi Ekstrinsik (Ekstern) a. Faktor pendidikan

b. Faktor pergaulan c. Faktor lingkungan

Kejahatan pencurian rel kereta api berdasarkan KUHP masuk kedalam

3

Soekanto, S. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta.hlm.127 4

(5)

Pasal 363 KUHP yaitu pencurian dengan pemberatan atau pencurian dengan kualifikasi dan ancaman yang lebih berat yaitu penjara selama-lamanya tujuh tahun. Adapun faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yaitu :

1. Faktor Intrinsik (Intern)

Faktor interinsik (intern) pada kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung adalah faktor tekanan ekonomi.

Berdasarkan wawancara penulis kepada Sunarto5, hal yang melatarbelakangi seseorang melakukan pencurian salah satunya adalah faktor ekonomi. Penduduk Propinsi Lampung memiliki tingkat pendapatan penduduk yang masih tergolong rendah dengan kebutuhan yang semakin tinggi dan harga bahan pangan yang melonjak naik mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Seseorang yang memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang rendah lebih sangat rentan terhadap kasus pencurian.

Pernyataan Sunarto di benarkan oleh Yesi Herwansyah6 yang mengatakan bahwa sebagian besar faktor yang menyebabkan adanya kejahatan pencurian rel kereta api adalah kebutuhan ekonomi yang mendesak yang memaksakan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sehingga

5

Hasil wawancara dengan AIPTU Sunarto Kanit Jatanras Polresta Bandar Lampung pada 5 Desember 2014, pukul 10.00 wib 6

Hasil wawancara dengan Yesi

Herwansyah, Komandan Regu Kepolisian Khusus Kereta Api (Polsuska) Bandar Lampung pada 4 Desember 2014, pukul 10.00 wib

melakukan perbuatan melawan hukum5. Sedangkan menurut Heni Siswanto7, faktor penyebab pencurian rel kereta api yaitu adalah ketidaktahuan masyarakat apakah rel kereta api yang berada ditempat kejadian khususnya rel kereta api yang tidak aktif masih berguna atau sudah tidak lagi digunakan, sehingga masyarakat beranggapan bahwa barang tersebut dapat dimanfaatkan karena memiliki nilai jual.

Penulis sependapat dengan pernyataan responden bahwa faktor penyebab terjadinya pencurian rel kereta api dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di lingkungan perlintasan perkeretapian yang tergolong rendah. Pada fase ini sangatlah berpengaruh terhadap seseorang atau pelaku pencurian karena mereka akan memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mendorong seseorang melakukan pencurian.

2. Faktor Ekstrinsik (Ekstern), meliputi :

a) Faktor Pendidikan

Permasalahan Kejahatan yang timbul dimasyarakat dapat disebabkan karena rendahnya mutu pendidikan yang ada di masyarakat tersebut. Menurut Sunarto8, hal yang melatarbelakangi seseorang melakukan pencurian salah satunya adalah faktor pendidikan rendahnya

7

Hasil wawancara dengan Heni Siswanto, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung, pada 9 Januari 2015, pukul 11.00 wib.

8

(6)

tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor yang sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap tingkah laku dan pola pikir seseorang, baik dalam keluarga maupun didalam masyarakat. Faktor pendidikan bila dihubungkan dengan kejahatan maka akan didapatkan suatu kenyataan bahwa faktor pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan.

Joni Salman berpendapat9 bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian pencurian rel kereta api sebagian besar dikarenakan oleh faktor pendidikan, menurutnya para pelaku pencurian rel kereta tersebut tingkat pendidikanya rendah yang membuat mereka sulit bersaing mencari pekerja dan membuat mereka kesulitan mencari penghidupan sehari- hari sehingga mendorong mereka untuk mencuri. Sedangkan menurut Heni Siswanto10, bahwa faktor pendidikan sangat menentukan perkembangan jiwa dan kepribadiaan seseorang, dengan kurangnya pendidikan maka mempengaruhi prilaku dan kepribadiaan seseorang, sehingga menjerumuskan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma dan aturan hukum yang berlaku.

Penulis sepakat pernyataan responden mengenai salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pencurian rel kereta api adalah faktor pendidikan, karena pendidikan adalah wadah yang sangat baik untuk

9

Hasil wawancra dengan Brigpol Joni Salman Polres Kotabumi Lampung Utara pada 22 Desember 2014, pukul 10.30 wib. 10

Hasil wawancara dengan Heni Siswanto, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung, pada 9 Januari 2015, pukul 11.00 wib.

membentuk watak dan moral seseorang.

b) Faktor Lingkungan Pergaulan

Menurut Sunarto11, faktor lingkungan pergaulan adalah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak kejahatan pencurian. Hal itu menunjukkan bahwa dalam memilih teman harus memperhatikan sifat, watak, serta kepribadian seseorang. Faktor kenakalan tidak terkontrol juga dapat menyebabkan seseorang mencoba-coba untuk melakukan kejahatan.

Kemudian seseorang yang

dipengaruhi oleh teman-temannya yang menganggap bahwa mereka memiliki nasib yang sama, memiliki keinginan untuk hidup mewah dan berkecukupan, kemudian pelaku beranggapan bahwa mencuri merupakan jalan yang mudah untuk mendapatkan uang atau materi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya dan yang terakhir yaitu memiliki iman yang lemah dan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Beberapa unsur tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara satu dan lainnya, sehinnga mendorong pelaku untuk melakukan kejahatan pencurian khususnya pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung. Muhaimin12 dan Edy Sunaryo13 sependapat dengan Pernyataan

11

Hasil wawancara dengan AIPTU Sunarto Kanit Jatanras Polresta Bandar Lampung pada 5 Desember 2014, pukul 10.00 wib. 12

Hasil wawancara dengan Muhaimin, Manager Humas PT-KAI Bandar Lampung pada 8 Desember 2014, pukul 10.00 wib. 13

(7)

Sunarto dibenarkan oleh , mereka sependapat bahwa faktor yang mendukung seseorang melakukan tindak kejahatan pencurian rel kereta api adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan cukup berpengaruh terhadap diri dan kepribadian seseorang dalam berkehidupan ditengah-tengah masyarakat. Sebagai contoh di dalam lingkungan masyarakat seseorang yang bergaul dengan kelompok masyarakat yang memiliki latarbelakang sebagai pengangguran dan malas untuk bekerja sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi seseorang tersebut dan mereka akan sangat rentan ketika diajak untuk melakukan tindak kejahatan pencurian karena mereka merasa memiliki nasib yang sama dan enggan untuk merubah nasibnya tersebut. Dengan adanya kasus tindak kejahatan pencurian ini menyebabkan kerugian besar bagi Negara dan menimbulkan dampak ketidaknyamanan dan kekhawatiran masyarakat dalam menggunakan transportasi kereta api.

Penulis berpendapat, bahwa faktor pergaulan lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya seseorang untuk mencuri. Lingkungan yang baik akan menghasilkan moral dan kepribadiaan seseorang yang baik pula, begitupun sebaliknya lingkungan yang buruk maka akan menghasilkan bibit-bibit penjahat dengan moral dan kepribadiaan yang buruk pula.

c) Faktor Pekerjaan

Saat ini lapangan pekerjaan merupakan sesuatu hal yang sangat memprihatinkan. Hal tersebut disebabkan karena jumlah pelamar yang mendaftar tidak seluruhnya

tertampung oleh lapangan kerja yang tersedia yang berdampak pada banyaknya pengangguran sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Demikian pula dengan persaingan yang tidak sehat dalam mencari pekerjaan dimana orang orang yang dapat tersalur adalah sebagian kecil dari jumlah yang melamar, disamping itu diikuti oleh beberapa persyaratan-persyaratan seperti harus memiliki keterampilan khusus yang dapat menunjang pekerjaan kelak.

Menurut Sunarto14, hal yang melatarbelakangi kejahatan pencurian rel kereta api dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, sempitnya lapangan pekerjaan membuat para pelaku mengalami kesulitan dalam bersaing di dunia pekerjaan ditambah lagi minimnya pendidikan para pelaku,membuat para pelaku menjadi pengangguran dan memaksa mereka untuk melakukan pencurian tersebut. Sedangkan menurut Edy Sunaryo15 ia mengatakan bahwa para pelaku pencurian biasnya tidak memiliki pekerjaan tetap, dan biasanya para pelaku pencurian tersebut seorang yang putus sekolah.

Penulis menyatakan bahwa faktor pekerjaan merupakan salah satu indikator terjadinya pencurian rel kereta api tersebut minimnya lapangan pekerjaan membuat para pelaku menjadi pengangguran yang

menyebabkan para pelaku

14

Hasil wawancara dengan AIPTU Sunarto Kanit Jatanras Polresta Bandar Lampung pada 5 Desember 2014, pukul 10.00 wib 15

(8)

melakukkan suatu kejahatan pencurian rel kereta api.

d) Faktor Lemahnya Sistem

Keamanan Lingkungan

Masyarakat

Sistem keamanan masyarakat merupakan suatu hal yang penting untuk dilaksanakan guna menjaga

keamanan dan ketertiban

masyarakat. Sekaligus menjaga fasiltas kereta api yang bersifat untuk masyarakat umum yang merupakan aset Negara dan untuk kepentingan bersama.

Kejadian kejahatan pencurian rel kereta api di desa Cempedak, kecamatan Rejosari hingga saat ini masih belum jelas kelanjutannya. Menurut pendapat Edy Sunaryo16, pelaku pencurian saat melakukan aksinya yaitu ketika masyarakat sibuk pada aktifitasnya masing-masing atau ketika malam hari dimana masyarakat berhenti melakukan aktifitasnya. Sehingga kejadian ini tidak bisa diketahui oleh masyarakat ataupun aparat desa setempat dan tidak bisa menangkap pencuri rel kereta api tersebut. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi dalam menjaga aset Negara merupakan salah satu faktor penyebab adanya pencurian rel kereta api tersebut.

Penulis sependapat dengan responden bahwa faktor pencurian rel kereta api tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa akibat dari lemahnya sistem keamanan

16

Hasil wawancara dengan Edy Sunaryo, Ketua RT Desa Cempedak Kecamatan Rejosari Lampung pada 29 Desember 2014, pukul 13.00 wib.

masyarakat, ketidaktahuan masya-rakat mengenai kegunaan rel kereta api dan sisa rel kerta api mereka beranggappan bahwa rel tidak aktif tersebut dapat dimanfaaftkan, dan peran masyarakatlah yang sangat penting dalam meminalisir terjadinya pencurian rel kereta api.

B.Upaya Penanggulangan Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung

Berikut ini adalah upaya penal dan upaya non penal yang dilakukan oleh responden berdasarkan lembaga atau institusi narasumber dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung.

1. Upaya Penal

Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas pencurian rel kereta api melalui jalur hukum, yang dalakukan oleh penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat.

Menurut responden Sunarto17, upaya

untuk menanggulangi atau

mengurangi terjadinya angka kejahatan yang dilakukan oleh Pihak Kepolisian Polresta Bandarlampung untuk mencegah terjadinya pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung,

17

(9)

yaitu upaya Penindakan (Represif ). Upaya penindakan (represif) adalah upaya yang dilakukan oleh Pihak Polresta Bandar Lampung untuk melakukan sebuah tindakan setelah terjadinya tindak kejahatan pencurian rel kereta api tersebut. Tujuan diadakannya tindakan tersebut adalah untuk mengurangi dan memperkecil adanya tindak kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung. Upaya penindakan (represif) mengutamakan upaya penindakan dan bukan pencegahan. Adapun upaya penindakan (represif) pada pencurian rel kereta api, yaitu:

a. Memasukkan para pelaku kejahatan pencurian rel kereta api kedalam Rumah Tahanan. Mulai dari tahap penyidikan, penuntutan sampai adanya putusan akhir pengadilan para pelaku kejahatan di masukkan di dalam rumah tahanan tujuannya adalah agar para pelaku tidak melakukan kejahatan lagi.

b. Berdasarkan jumlah kasus pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung pada lima tahun terakhir menunjukan bahwa kasus pencurian rel kereta api pada tahun 2012 terjadi dua kasus pencurian yaitu di Ketapang Kec. Sungkai Selatan dan Sungkai Utara, proses hukum sampai dengan penyidikan kepolisian. Kemudian pada tahun 2013 terjadi satu kasus pencurian rel kereta api di Kecamatan Belambangan Pagar, proses hukum sampai dengan putusan hakim para pelaku dijatuhkan hukuman sesuai Pasal 363 KUHP yaitu pencurian dengan pemberatan dengan ancaman 7 (tujuh) tahun penjara. c. Upaya yang dilakukan oleh Pihak

Polsek Lampung Utara sama

seperti yang dilakukan oleh Polresta, menurut Joni Salman18, dalam melakukan sebuah tindakan setelah terjadinya tindak kejahatan pencurian rel kereta api adalah menangkap pelaku dan memberikan sanksi atau hukuman kepada pelaku sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku17.

Upaya refresif yang dilakukan oleh

PT-KAI dalam upaya

penanggulangan kejahatan pencurian rel kerta api, menurut Muhaimin19 adalah melakukan kerjasama bersama Polsuska dan Polres Bandar lampung serta Polsek setempat dalam penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh PT-KAI adalah dengan melapor langsung Polsuska dan Polres Bandar lampung serta Polsek setempat ketika terjadi tindak kejahatan pencurian, khususnya pada pencurian rel kereta api. Sehingga tindak kejahatan pencurian tersebut dapat ditangani dengan cepat.

Kemudian upaya yang dilakukan Polsuska Bandar Lampung dalam menanggulangi pencurian tersebut menurut Yesi Herwansyah20, yaitu dengan membantu kepolisian dalam proses penangkapan pencuri rel kereta api tersebut, selain itu mendata daerah-daerah mana sajakah

18

Hasil wawancra dengan Brigpol Joni Salman Polres Kotabumi Lampung Utara pada 22 Desember 2014, pukul 10.30 wib. 19

Hasil wawancara dengan Muhaimin, Manager Humas PT-KAI Bandar Lampung pada 8 Desember 2014, pukul 10.00 wib. 20

Hasil wawancara dengan Yesi

(10)

yang rawan terhadap kejahatan pencurian, khususnya pada pencurian rel kereta api sehingga dapat diantisipasi agar tidak terjadi kembali kejahatan pencurian rel kereta api. Menurut responden Edy Sunaryo21, menyatakan upaya penal yang dilakukan pihak perangkat desa dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api adalah melakukan kerjasama bersama masyarakat dalam proses penangkapan pelaku pencurian, hal ini merupakan faktor keberhasilan dalam melakukan penangkapan pelaku pencurian karena partisipasi masyarakat yang besar dalam membantu pihak kepolisian dan aparat setempat dalam mengungkap kasus pencurian, khususnya pencurian rel kereta api.

Penegakan hukum pidana seperti memasukkan pelaku kejahatan ke rumah tahanan untuk memberikan efek jera dan memberikan sanksi pada pelaku sesuai KUHP merupakan upaya penindakan dalam kejahatan pencurian khususnya pada pencurian rel kereta api. Penulis sependapat dengan responden bahwa upaya penal dapat dilakukan sesuai penegakan hukum pidana seperti memasukan pelaku kerumah tahanan memberikan efek jera dan sanksi sesuai KUHP.

2. Upaya Non Penal

Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan

21

Hasil wawancara dengan Edy Sunaryo, Ketua RT Desa Cempedak Kecamatan Rejosari Lampung pada 29 Desember 2014, pukul 13.00 wib.

kejahatan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan.

Adapun upaya pencegahan kejahatan pencurian rel kereta api yang dilakukan oleh Polresta Bandar Lampung, menurut Sunarto adalah sebagai berikut:22

a. Polresta Bandarlampung rutin

mengadakan

penyuluhan-penyuluhan hukum yang

berkaitan dengan penjagaan aset Negara seperti fasilatas kereta api yang sifatnya terpadu dan dilakukan secara kontinyu antara semua unsur terkait dan dilaksanakan secara menyeluruh, dengan melihat kondisi masyarakat yang bersangkutan dengan memanfaatkan potensi yang ada, sehingga dengan demikian dapat menekan laju pertumbuhan kejahatan.

b. Melakukan pembinaan utamanya terhadap generasi muda, hal ini sangat penting karena apabila diabaikan mempunyai dampak yang cukup besar, baik terhadap dirinya sendiri, maupun terhadap masyarakat luas. Dengan demikian, mereka merasa mendapat perhatian, bimbingan dan arahan sehingga untuk melakukan hal-hal yang menjurus pada perbuatan hukum dapat diredam sedini mungkin.

c. Mengundang tokoh-tokoh adat, agama atau orang-orang yang berpengaruh di Propinsi Lampung untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat setempat tentang bahaya melakukan kejahatan pencurian rel tersebut.

22

(11)

d. Membentuk suatu sistem

keamanan seperti

BHABINKAMTIBNAS,

siskamling, yang efektif dan terus menerus dibawah koordinasi Kepolisian setempat, upaya penanggulangan semacam ini cukup berhasil di dalam menangkal terjadinya kejahatan. e. Mengadakan patroli-patroli secara

rutin oleh pihak kepolisian ketempat-tempat yang rawan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api.

Sedangkan upaya pencegahan terjadinya kejahatan pencurian khususnya pada pencurian rel kereta api di wilayah kota bumi dan sekitarnya, menurut Joni Salman23adalah dengan melakukan pembinaan dan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat dan membentuk sistem pengamanan dan melakukan patroli rutin di tempat rawan kejahatan.

Upaya preventif dalam mencegah terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api yang dilakukan oleh PT-KAI menurut Muhaimin24 yaitu dengan menjalin kerjasama antara pihak Polresta Bandar Lampung dan pihak PT-KAI serta polsek setempat dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat yang berada atau tinggal di sepanjang jalur rel kereta api bahwa rel kereta api yang berada di jalur kereta api masih dipergunakan dan tidak diperbolehkan untuk diambil, dicuri atau memanfaatkan

23

Hasil wawancra dengan Brigpol Joni Salman Polres Kotabumi Lampung Utara pada 22 Desember 2014, pukul 10.30 wib. 24

Hasil wawancara dengan Muhaimin, Manager Humas PT-KAI Bandar Lampung pada 8 Desember 2014, pukul 10.00 wib.

rel kereta api tersebut baik kondisi yang masih aktif berfungsi atau sebaliknya.

Sedangkan upaya preventif yang dilakukan oleh polisi khusus kereta api (polsuska) menurut Yesi Herwansyah25 yaitu melaksanakan kegiatan fisik, seperti patrol atau swiping secara rutin ketempat- tempat rawan pencurian rel tersebut, kegiatan ini dimaksud untuk menekan terjadinya pencurian rel

kereta api, dan sarana

perkeretaapian.

Menurut responden Heni Siswanto26, upaya penaggulangan kejahatan pencurian rel kereta api yaitu tidak serta merta menggunakan upaya penal atau penindakan (referesif) saja, namun perlu aspek non penal atau pencegahan (preventif) dalam penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api. Upaya non penal dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang bisa menghilangkan dan menghapuskan kejahatan tersebut contohnya menghilangkan sifat pencurian pada masyarakat dengan cara pemberdayaan masyarakat dan memberikan bantuan bantuan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal disepanjang jalur perlintasan kereta api.

Sedangkan menurut Edy Sunaryo27 upaya penanggulangan yang

25

Hasil wawancara dengan Yesi

Herwansyah, Komandan Regu Kepolisian Khusus Kereta Api (Polsuska) Bandar Lampung pada 4 Desember 2014, pukul 10.00 wib.

26

Hasil wawancara dengan Heni Siswanto, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung, pada 9 Januari 2015, pukul 11.00 wib.

27

(12)

dilakukan oleh desa yaitu membentuk sistem keamanan lingkungan (Siskamling) yang rutin dijalankan oleh masyarakat setempat untuk mencegah terjadinya tindakan kejahatan seperti pencurian dan perbuatan yang meresahkan masyarakat dan berkoordinasi dengan Bhabinkamtibnas atau aparat kepolisian yang ditugaskan didesa tersebut.

Penulis berpendapat juga bahwa upaya non penal merupakan upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan. Upaya non penal yang dapat dilakukan dengan cara melakukan patrol dan pembinaan serta sosialisasi kepada masyarakat oleh pihak-pihak yang berwajib dalam hal ini adalah Kepolisian, PT-KAI, Polsuska serta tokoh masyarakat yang berpengaruh yang bertujuan untuk memperkecil kasus kejahatan pencurian khususnya pencurian rel kereta api.

V. PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan oleh penulis, maka dapat disimpulkan yaitu :

1. Faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yang terjadi pada tahun 2012 di desa Ketapang Kec. Sungkai Selatan dan Sungkai Utara, dan

Rejosari Lampung pada 29 Desember 2014, pukul 13.00 wib.

pada tahun 2013 di Kecamatan Belambangan Pagar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (intern) dan faktor ekstrinsik (ektern), yaitu :

a. Faktor Intrinsik (Intern)

Faktor interisik (intern) yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung adalah faktor tekanan ekonomi. Kebutuhan yang semakin tinggi dan harga bahan pangan yang melonjak naik mendorong para pelaku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Seseorang yang memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang rendah lebih sangat rentan terhadap kasus pencurian. b. Faktor Ekstrinsik (Ekstern)

Faktor ekstrinsik (ektern) yang menyebabkan terjadinya kejatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yaitu :

1) Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung, hal ini dikarenakan rendahnya

tingkat pendidikan

masyarakat yang berada di Kec. Sungkai Selatan,

Sungkai Utara dan

Belambangan Pagar yang mayoritas lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku dan pola pikir seseorang, baik dalam keluarga maupun didalam masyarakat.

(13)

mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir seseorang. Jika lingkungan pergaulan membawa dampak positif maka akan terhindar dari niat jahat untuk melakukan kejahatan ,begitu sebaliknya jika lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat menimbulkan kejahatan salah satunya adalah kejahatan pencurian dalam kasus ini adalah kejahatan pencurian rel kereta api di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar

3) Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan juga menentukan pendapatan seseorang. Faktor pekerjaan tidak lepas dari faktor pendidikan dengan kondisi masyarakat yang berada di Kec. Sungkai Selatan,

Sungkai Utara dan

Belambangan Pagar yang

secara mayoritas

berpendidikan rendah dengan

minim keahliaan

mengakibatkan banyaknya pengangguran sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang dan mengakibatkan rendahnya perekonomian masyarakat rendah lebih sangat rentan terhadap kasus pencurian. 4) Faktor Lemahnya Sistem

Keamanan Lingkungan

Masyarakat,

Lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat di Kec. Sungkai Selatan,

Sungkai Utara dan

Belambangan Pagar

mengakibatkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api. Tanpa di sadari sistem

keamanan masyarakat

merupakan suatu hal yang penting untuk dilaksanakan guna menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Sekaligus menjaga fasiltas kereta api yang bersifat untuk masyarakat umum yang merupakan aset negara dan untuk kepentingan bersama.

2. Upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yang terjadi di Desa Ketapang Kec. Sungkai Selatan dan Sungkai Utara pada tahun 2012, dan di Kecamatan Belambangan Pagar yang terjadi pada tahun 2013 yaitu terdiri atas dua upaya, upaya penal dan upaya non penal.

1). Upaya penal yang dilakukan adalah memasukan pelaku kejahatan di rumah tahanan (rutan) dan memberikan hukuman kepada pelaku sesuai dengan putusan tetap hakim sesuai Pasal 363 KUHP dengan ancaman 7 (tujuh) tahun penjara. 2). Upaya Non Penal, upaya non penal yang dilakukan adalah

melakukan penyuluhan,

pembinaan pada generasi muda, membentuk sistem keamanan dan mengadakan patroli rutin. Upaya non penal dapat juga

dilakukan dengan cara

(14)

serta dalam melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran yaitu :

1 Untuk mencegah adanya kejahatan pencurian rel kereta api yang ada di propinsi Lampung ialah diharapkan agar pihak penegak hukum dapat bekerja sama dengan baik oleh pihak pemerintah atau dilembaga bidang tertentu untuk

memberikan penyuluhan

mengenai dampak dari kejahatan baik dalam lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.

2. Dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api, upaya penindakan (represif)

terlebih kepada lembaga pemasyarakatan, perlu adanya diberikan upaya pemembina narapidana, agar disuatu kelak nantinya, para narapidana telah menjalani proses pemasyarakatan

(warga binaan), dapat

memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA A.Literatur

Kansil. C.S.T. 1984.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia .Balai Pustaka. Jakarta

Nawawi, Arif, Barda. 2011. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm 73. Soekanto, S. 1986. Pengantar

Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta.hlm.127

B.Sumber Hukum

Moeljatno, 2012. Kitab Undang- Undang Hukum Pidana

(KUHP). PT Bumi

Aksara.Jakarta

Direktori Mahkamah Agung Republik Indonesia , Putusan No, 290/Pid.B/2013/PN.KB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

C.Sumber lain

Sinaga .R. 2011. Penerapan Hukum Pidana terhadap pencurian dalam keluarga kasus no (.490/Pid.b/2007/PN).http://r epository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/30176/4/Chapter %20I di unduh pukul 00.24 Wib.

Hanum, L. 2008. Pediksi jumlah kejahatan tahun 2008 -2010 pada poltabes medan

dansekitarnya.http://repositor

y.usu.ac.id/bitstream/123456 789/28450/5/Chapter%20I.Di unduh Pukul 19.10 WIB.

Muksalmina. 2011. Sistem Hukum Civil Law (Eropa Continental)

Referensi

Dokumen terkait

PT SUMMARECON AGUNG Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Periode Enam Bulan yang Berakhir pada Tanggal 30 Juni 2014. (Disajikan dalam ribuan

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, KUALITAS AKTIVA, SENSITIVITAS PASAR, EFISIENSI DAN SOLVABILITAS TERHADAPi. RETURN ON ASSET (ROA) PADA

‘The church will be for ever in your debt, my lord,’ Father Marchant said, and beckoned to Sculley and Robbie to take Genevieve out.. He pointed

Spectrum Analyzer dan memutar antenna untuk mendapatkan sinyal yang lebih kuat , lalu ditemukan sebuah sinyal frekuansi pada kisaran 104,9 MHz yang bisa dibilang

ini disebabkan karena hasil dari kegiatan pengelolaan operasional dan risiko oleh perusahaan asuransi kerugian (underwriting) sepenuhnya berpengaruh langsung

Adanya pesaing yang menjual produk dengan harga yang lebih murah, kami menyiasati ancaman itu dengan selalu mencari inofasi pada produck kami dari segi rasa, bentuk, dan kemasan,

Input pendapatan akrual yang tidak terotorisasi Memastikan pencatatan dilakukan secara valid Assistant Manager Pelaporan Keuangan bagian akuntansi melakukan verifikasi

yang ditunjuk olehnya terhadap suatu rencana untuk melakukan usaha peternakan dengan mencantumkan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai syarat untuk dapat