• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI INDONESIA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan nasional merupakan cita-cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pajak berperan dan bertujuan untuk pembangunan nasional, dan sebaiknya pajak tidak disalahgunakan kepentingannya melainkan hanya untuk kepentingan pelayanan publik. Pajak merupakan salah satu alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan negara untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Pemerintah sebagai pengelola pajak harus bekerja keras agar pengelolaan pajak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa yaitu dalam mengamankan anggaran negara.

(2)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Pajak

Menurut beberapa pakar perpajakan, pajak didefinisikan sebagai :

1. Adriani, sebagaimana dikutip Brotodiharjo, mendefinisikan Pajak sebagai Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib pajak membayarnya menurut peraturan –peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali., yang langsung ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran –pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.1

2. Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH merumuskan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra – prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.2

2.2 Fungsi Pajak

Terdapat Dua fungsi pajak yang ada, yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (budgetair), Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contohnya dimasukakannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. 2. Fungsi mengatur (regulerend), Pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial atau ekonomi. Contohnya pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras, Pajak yang tinggi dikenai terhadap

1 Brotodiharjo,R. Santoso.1993.Pengantar Ilmu Hukum Pajak.Bandung : PT Eresco. Hal. 2 2 Supramono.2005.Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan. Yogyakarta: Andi Offset

(3)

barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif dan tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor Indonesia kepada dunia.3

2.3 Pengelompokan Pajak dan Sistem Pemungutannya Pajak Dikempokkan berdasarkan :

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wjib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung, yaitu yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Menurut sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungutoleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan utuk membiayai rumah tangga daerah.

Berdasarkan Sistem Pemungutan Pajak, Terdapat tiga sistem pemungutan pajak 1. Office Assessment System yang merupakan sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak berada pada aparat pemungutan pajak (fiskus). Sistem ini sering disebut “sistem SKP” dan pada umumnya diterapkan pada pengenaan pajak langsung. Ciri-ciri Official Assesment System, yaitu :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

(4)

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak berada pada wajib pajak tersebut. Adapun ciri Self Assesment System, yaitu :

a. Wajib Pajak (dapat dibantu oleh konsultan pajak) melakukan peran aktif

dalammelaksanakan kewajiban perpajakannya.

b. Wajib Pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban

perpajakannya sendiri.

c. Pemerintah dalam hal ini Instansi Perpajakan melakukan pembinaan, penelitian,

dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi pelanggaran dalam bidang pajak sesuai peraturan yang berlaku.

3. With Holding System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak tidak berada pada aparat pemungutan pajak maupun oleh wajib pajak, melainkan pihak ketiga yang ditunjuk oleh menteri keuangan.

2.5 Hambatan Pemungutan pajak

(5)

BAB III ANALISA

3.1 Pengertian Pajak dan Tujuan Diadakannya Pemungutan Pajak

Pembangunan Nasional merupakan bentuk dari cita-cita dan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka memenuhi cita-cita dan tujuan Nasional, pemerintah memerlukan dana yang cukup besar oleh karena itu peranan pajak yaitu sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk mensukseskan pembangunan dan salah satu alasan pemerintah di suatu negara harus memungut pajak yaitu karena terdapat berbagai fungsi yang diemban oleh suatu negara seperti fungsi alokasi, dimana pajak yang didapat dialokasikan untuk ‘memproduksi ‘barang-barang publik bagi kebutuhan masyarkat.

Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak diantaranya Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan, Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah, Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Pajak diperuntukan bagi pengeluraran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untk membiayai public investment.

3.2 Hak Wajib dan Kewajiban Wajib Pajak

Terkait dan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Diantaranya : 1. Kewajiban Wajib Pajak

a. mendaftarkan diri memperoleh NPWP

b. membayar pajak terutang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan yang berlaku

c. menyampaikan SPT Masa/SPT Tahunan sesuai waktu yang ditentukan d. wajib mencatat pembukuan atau pencatatan di Indonesia

(6)

2. Hak Wajib Pajak

a. Memperoleh formulir-formulir yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan berbagai kewajiban yang wajib dipenuhi oleh wajib pajak b. Memperoleh penyuluhan mengenai perpajakan

c. Mendapatkan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) d. Mengajukan permohonan untuk mencicil/ menunda pembayaran pajak e. Mengajukan keberatan/banding/peninjauan kembali atas penetapan pajak

yang telah diterbitkan

f. Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa untuk menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan4

3.3 Kepatuhan dalam Perpajakan

Di era demokrasi masyarakat bebas untuk menyampaikan aspirasi mereka, termasuk aspirasi mereka terhadap kinerja birokrasi/ instansi pemerintah. Dimana birokrasi atau instansi pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pihak yang paling proaktif melayani pelanggan atau masyarakat. Priffner dan presthuss, dalam bukunya yang berjudul Public Administration, menyatakan memberikan arti birokrasi sebagai suatu sistem kewenangan seorang (pejabat) dan metode-metode kerja yang digunakan pemerintah untuk melaksanakan program-programnya, atau suatu sistem organisasi yang kompleks melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan sehingga dapat dioperasikan pada suatu organisasi besar. Oleh karena itu, batas kewenangan administrasif harus jelas dan disosialisasikan agar masyarakat mematuhi kewajibannya.5

Dalam kaitannya dengan pemungutan pajak, instansi pemerintah yang dimaksud adalah Kementrian Keuangan yang dibawahnya yang bertugas menaungi permasalahan perpajakan adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Instansi pemerintah tersebut merupakan instansi yang harus melayani masyarakat wajib pajak, karena

4 Ahmadi, waranti.2006. Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak dalam Penyelenggaraan Sengketa Pajak.

Bandung: PT. Refika Aditama. Hal. 17-21

(7)

pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan prima administrasi publik dimana pelayanan yang diberikan harus dapat memuaskan pelanggan atau tingkat pelayanannya harus diatas standar pelayanan yang dijanjikan.

Pelayanan prima merupakan pelayanan umum/publik dan yang melatar-belakangi kebijakan umum pelayanan tersebut adalah sudut pandang tentang subjek pembangunan di Indonesia, dimana masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama, sedangkan pemerintah/birokrat berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang menunjang kegiatan masyarakat. Yang menurut bahasa

Reinventing Government, pemerintah sebagai pengendali (steering) dan masyarakat sebagai pelaksana (rowing).6 Kegiatan pemerintah dan masyarakat harus saling

melengkapi mengisi dan menunjang dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional yang dalam hal tersebut disebut sebagai kerja sama yang berasaskan kemitraan, saling percaya, saling menghormati dalam melakukan terobosan. Pemberian pelayanan umum oleh aparatur pemerintah/birokrat kepada masyarakat sebagai pelanggan adalah wujud dan fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara.

3.4 Penyebab Wajib Pajak Tidak Patuh

Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Oleh karena itu guna mendapatkan penerimaan negara yang besar dari sektor pajak, maka dibutuhkan serangkaian upaya yang dapat meningkatkan baik subyek maupun obyek pajak yang ada. Dan hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Perlawanan pasif dapat disebabkan antara lain:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b. System perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat c. System kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik 2. Perlawanan aktif dengan bentuknya antara lain:

(8)

a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang – undang.

b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang – undang (menggelapkan pajak).

2.5 Bagaimana Seharusnya Pemerintah Mengatasi Ketidakpatuhan dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

Perpajakan di Indonesia itu menganut sistem self assessment. Self assessment system menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap dan kesadaran warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan tulang punggung self assessment system.7

Kepatuhan yang diharapkan dengan self assessment system adalah kepatuhan sukarela (valuntary compliance) bukan kepatuhan yang dipaksakan (compulsary compliance). Untuk meningkatkan kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak, diperlukan keadilan dan keterbukaan dalam menerapkan perpaturan perpajakan, kesederhanaan peraturan dan prosedur perpajakan serta yang paling utama yaitu pelayanan yang baik dan cepat kepada Wajib Pajak.

Kepatuhan sukarela (valuntary compliance) sebagai fondasi self assessmentsystem dapat dicapai apabila elemen-elemen kunci telah diterapkan secara efektif. Elemen-elemen kunci tersebut adalah sebagai berikut:8

a. Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak.

b. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak.

c. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif.

d. Pemantapan law enforcement secara tegas dan adil.

7 Harahap ,Abdul Asri.2004 Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka

belajar, hlm. 43.

(9)
(10)

BAB IV PENUTUPAN

1.1 Kesimpulan

Pajak merupakan salah satu alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan negara untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Oleh karena itu guna mendapatkan penerimaan negara yang besar dari sektor pajak, maka dibutuhkan serangkaian upaya yang dapat meningkatkan baik subyek maupun obyek pajak yang ada

1.2 Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Boediono.2003.Pelayanan Prima perpajakan.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Brotodiharjo, R. Santoso.1993. Pengantar Ilmu Hukum Pajak.Bandung:PT Eresco. Harahap, Abdul Asri.2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi.Yogyakarta: Pustaka belajar

Ismawan, Indra.2001.Memahami Reformasi Perpajakan 2000.Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Rosdiana, Haula.2012.Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan implementasi di Indonesia.Jakarta: Rajawali Pres

Supramono.2005.Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan.Yogyakarta: Andi Offset

Waluyo.2013.Perpajakan Indonesia.Jakarta : Salemba Empat

Referensi Internet

http://www.pajak.go.id/content/article/kilas-balik-kepatuhan-wajib-pajak tentang kilas balik kepatuhan wajib pajak - diakses 25 Mei 2016

Referensi

Dokumen terkait

- sistem pelayanan pendaftaran penempatan atau pemagangan kerja dengan 1 loket tambahan mengikuti model antrian (M/M/2):(GD/∞/∞) dengan disiplin pelayanan FIFO

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di sekitar Merapi (Kaliadem dan Kaliworo), dan di Bantul (Kretek dan Poncosari) maka dapat disimpulkan

Ada pengaruh yang cukup besar dari Dewan Pimpinan Pusat terhadap hasil keputusan tentang siapa saja yang lolos dalam seleksi di Partai Demokrasi Indonesia

Dengan keadaan eksisting bahwa balok dan kolom berukuran besar sehingga penggunaan ruang gerak sedikit terbatas, diharapkan dari kelemahan struktur bangunan beton

Skala pengukuran yang digunakan dalam form penilaian dan kuisioner adalah skala Likert (Likert Scale). Untuk menghitung nilai dari form penilaian dan kuisioner,

Mengubah sistem promotion material dari manual menggunakan excel menjadi sistem yang berbasis website dapat memudahkan staf produk manajemen pusat ataupun area (cabang)

karakteristik responden di Kabupaten Ciamis, Garut, dan Majalengka yang memiliki hubungan dengan sikapnya terhadap LSM, sedangkan karakteristik responden di Tasikmalaya tidak

SAKSI DARI PEMOHON: THAMRIN PATORO (PJ BUPATI) Tidak pernah Yang Mulia. HAKIM