• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemanfaatan kulit buah naga untuk menget

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pemanfaatan kulit buah naga untuk menget"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Buah naga yang sering disebut juga kaktus manis atau kaktus madu, adalah buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga mulai di kembangkan di tanah air serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan. Buah naga termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Sebagian besar sumber menyatakan bahwa buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Konon disebut buah naga karena seluruh batangnya menjulur panjang seperti layaknya naga.

Saat ini khususnya di Indonesia buah naga sangat mudah untuk dijumpai karena buah naga banyak dijual oleh para pedagang baik di supermarket, di pasar maupun di pinggir jalan. Buah naga juga merupakan tanaman yang sangat mudah ditanam yang tidak begitu rumit dalam proses penanamannya sehingga bisa dijadikan perkebunan dirumah. Harga buah naga yang tidak terlalu mahal juga membuat para masyarakat meminati buah ini. Selain harganya yang terjangkau buah naga juga diketahui banyak memperoleh manfaat bagi masyarakat. Beberapa manfaat buah naga diantaranya berfungsi mencegah berbagai macam penyakit degeneratif akibat kandungan serat vitamin dan mineral tinggi yang terdapat didalamnya. Buah naga juga mampu mengontrol emosi seseorang sehingga mereka yang rutin mengkonsumsi buah naga cenderung merasa lebih tenang. Serat buah naga juga sangat baik untuk menurunkan kolestrol. Pengolahan untuk menjadikannya obat juga sangat sederhana.

(2)

khasiat tidak dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan (Rekna wahyuni, 2010).

Kelebihan kulit buah naga sangat bermanfaat bagi kesehatan namun pada kenyataannya hanya dianggap sebagai limbah hasil pertanian yang selama ini belum dimanfaatkan secara baik, padahal kulit buah naga mengandung zat warna alami betasianin cukup tinggi, salah satunya dijadikan sebagai alat uji kandungan formalin pada bahan makanan.

Dalam dunia industry, tentunya akan ada limbah industry. Dalam era sekarang teknologi semakin canggih maka limbah-limbah industry tersebut haruslah dimanfaatkan agar tidak sia-sia dan dapat meningkatkan nilai tinggi dari buah naga tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik mengambil judul “Pemanfaatan ekstrak kulit buah naga ( hylocereus undatus ) sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu yang di jual di pasar inpres baqa samarinda seberang”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari karya ilmiah ini adalah : “Apakah limbah dari kulit buah naga dapat digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah limbah dari kulit buah naga dapat digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai:

(3)

kandungan formalin pada bahan makanan dengan menggunakan kulit buah naga.

2. Bahan acuan bagi peneliti lain untuk pemanfaatan kulit buah naga.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pemanfaatan

Pemanfaatan berasal dari kata dasar “manfaat” yang berarti guna, faedah, laba, untung. Sedangkan pemanfaatan mempunyai arti proses, cara, pembuatan memanfaatkan.

Memanfaatkan berhubungan erat dengan kepemilikan karena memiliki sesuatu sekaligus memiliki manfaatnya.

2. Ekstrak dan ekstraksi

a. Pengertian ekstrak dan ekstraksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekstrak adalah pati atau sari. Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa secara difusi.

Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi dibagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan diluar bahan (Sudjadi, 1988).

b. Tujuan ekstraksi

(5)

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksikan dari organisme. Dalam kasus ini prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mngembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menentukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloit, flavanoit atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya dibuat dengan cara misalnya Tradisional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang didihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebgai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.

(6)

c. Prinsip ekstraksi

Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Prinsip Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Prinsip Soxhletasi

(7)

telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Prinsip Rotavapor

(8)

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

Prinsip Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

(9)

b). Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

c). Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah

berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

d. Jenis ekstraksi

1. Ekstraksi secara dingin

Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).

(10)

lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut: a) Modifikasi maserasi melingkar

b) Modifikasi maserasi digesti

c) Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat d) Modifikasi remaserasi

e) Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).

Keuntungan metode ini adalah :

a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.

b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit

c) Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988). Kerugian dari metode ini :

a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

(11)

seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah (Sudjadi, 1988).

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Sutriani,L . 2008).

2. Ekstraksi secara panas a) Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).

b) Metode destilasi uap

(12)

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L . 2008).

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya (Sutriani,L . 2008).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:

1) Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

2) Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.

3) Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.

4) Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi.

5) Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan ekstraksi.

6) Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

3. Buah Naga

(13)

Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah naga berasal dari Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Philipina dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Autralia Utara dan Tiongkok Selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari.

Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan diantara dua ekor patung naga berwarna hijau diatas meja altar. Warna merah buah jadi mencolok sekali diantara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu dikalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Thang loy orang Vietnam ini kemudian diterjemahkan orang Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga).

b. Khasiat buah naga

(14)

dari berat buah. Rasanya manis dan bisa juga disajikan dalam bentuk jus, selai, manisan dan sari buah. Kandungan vitamin pada buah naga juga besar dan beragam. Secara umum, buah naga mengandung vitamin B1 yang amat baik untuk mencegah demam badan. Selain itu, vitamin B2 juga terkandung dalam buah ini dan bermanfaat untuk menambah napsu makan. Sedangkan vitamin B3 membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. (2010)

c. Pembudidayaan buah naga

Tanaman buah naga paling baik ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20-500 meter diatas permukaan laut. Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5-7 sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman 10 buah naga. Tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air. Untuk memperceoat proses pembungaan dibutuhkan penyinaran cahaya matahari. Tanaman mulai berbunga dan berbuah umur 1,5-2 tahun. Pemanenan dapat dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri warna kulit merah mengkilapm, jumbai atau sulur berubah warna dari hijau menjadi kemeraha. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting. Buah dapat dipanen saat mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret dengan umur produktif berkisar antara 15-20 tahun. Namun buah naga yang dipanen ketika akan dipasarkan harus memiliki kelas mutu yang baik agar dapat bersaing dengan buah naga impor. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pemutuan buah naga ini adalah penentuan cacat kulit pada buah naga. (Tim Karya Tani Mandiri 2009: 24)

d. Jenis-jenis buah naga

(15)

Gambar 1. Buah naga isi putih

Kulit merah buah ini amat kontras dengan daging putih di dalamnya. Di dalam daging itu bertebaran biji hitam. Jenis ini mudah dijumpai di pasar lokal maupun mancanegara. Bobot rata-rata per buah 400-500 gram, ada juga yang hingga 650gr, Buah jenis ini bercita rasa manis bercampur masam segar, mempunyai sisik atau jumbai kehijauan di sisi luar, serta kadar kemanisannya tergolong rendah dibandingkan dengan buah naga jenis lain. Kadar kemanisan 10-13 brik. Tanaman ini sangat cocok 12 ditanam di lahan kering, dan dalam sekali tanam usianya bisa bertahan hingga 20 tahun. (Tim Karya Tani Mandiri 2009 : 27 )

(16)

Gambar 2. Buah naga isi merah

Sosok tanaman jenis ini lebih kekar. Di bagian batang dan cabang, jarak antar duri tampak lebih rapat. Bobot buahnya rata-rata 400-500 gram. Dagingnya berwarna merah keunguan. Kadar kemanisan 13-15 brik. (2010)

3). Buah naga daging super merah (hylocereus costaricensis).

Gambar 3. Buah naga daging super merah.

Batangnya lebih besar dan berwarna loreng ketika tua. Kulit buah merah dan berjumbai. Ukuran buahnya rata-rata 400-500 gram. Tingkat kemanisan 13-15 brik. (2010) (http://id.wikipedia .org/wiki/buah-naga-super-merah, tanggal akses 17 juli 2011, jam 19.30 WIB).

(17)

Gambar 4. Buah naga daging putih kulit kuning

Penampilannya khas dengan kulit kuning dan tanpa sisik atau jumbai. Tekstur kulit cenderung halus, seperti apel, sehingga dijuluki kaktus apel. Kadar kemanisan 15-18 brik, Ukuran buah 80-100 gram.

5). Buah naga daging hitam

Gambar 5. Buah naga daging hitam.

(18)

naga termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Sebagian besar sumber menyatakan bahwa buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Selatan (santika wahyuni, 2010). Potensi buah naga di pasar domestik cukup baik karena penggemarnya berangsur-angsur meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin membanjirnya buah naga di supermarket atau pasar swalayan di beberapa kota di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut sekarang telah berkembang sentra produksi buah naga di beberapa daerah. Tanaman buah naga paling baik ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20 - 500 m diatas permukaan laut. Tanaman mulai berbunga dan berbuah pada umur 1,5 - 2 tahun. Pemanenan dapat dilakukan pada buah yang memiliki ciri -ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sulur berubah warna dari hijau menjadi kernerahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting. Buah dapat dipanen saat mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret dengan umur produktif berkisar antara 15 – 20 tahun. Namun buah naga yang dipanen ketika akan dipasarkan harus memiliki kelas mutu yang baik agar dapat bersaing dengan buah naga impor. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pemutuan buah 15 naga ini adalah penentuan cacat kulit pada buah naga ( Tim karya tani mandiri, 2009 ).

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga tiap 100 gram

No Kandungan buah Jumlah

(19)

5 Serat 0,71 g - 6 Kalsium 134,5 mg 8 % 7 Fosfor 8,7 mg 2 % 8 Magnesium 60,4 mg 4 % 9 Vitamin C 9,4 mg 2 %

Sumber : USDA Nutrient data base, ( 2009)

4. FORMALIN

a. Pengertian formalin

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin terkandung sekitar 37% persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri.

b. Nama lain formalin

1) Formol - Methylene aldehyde – Paraforin

2) Morbicid - Oxomethane - Polyoxymethylene glycols 3) Methanal - Formoform - Superlysoform

4) Formic aldehyde - Formalith - Tetraoxymethylene 5) Methyl oxide - Karsan - Trioxane

6) Oxymethylene – Methyl

c. Penggunaan formalin

1) Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian.

2) Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.

3) Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.

4) Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin

(20)

5) Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. 6) Bahan pembuatan produk parfum.

7) Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. 8) Pencegah korosi untuk sumur minyak.

9) Bahan untuk insulasi busa.

10) Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).

11) Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet.

d. Bahaya formalin

Bahaya jangka pendek (akut) 1) Bila dihirup:

a) Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan

tenggorokan dan batuk-batuk.

b) Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru.

c) Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala dan muntah.

d) Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

2) Bila terkena kulit

a) Apabila terkena kulit maka akan mengakibatkan perubahan warna yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar

(21)

a) Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.

b) Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka fromalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

4) Bila tertelan

a) Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare,

kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma.

b) Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

Bahaya jangka panjang (kronis) 1) Bila terhirup

1. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan mneimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru.

2. Efek neurosikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.

3. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan

4. Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

(22)

a) Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

e. Tindakan Pencegahan 1) Terhirup

a) Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut.

b) Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan.

2) Terkena mata

a) Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan.

b) Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat.

(23)

a) Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok. b) Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia. 4) Bila tertelan

a) Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa kerumah sakit.

f. Cara penyimpanan formalin

1) Jangan disimpan dilingkungan bertemperatur dibawah 15oC.

2) Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan kara, aluminium murni, polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass.

3) Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja biasa, tembaga, nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi.

4) Jangan menggunakan bahan aluminium jika temperatur lingkungan berada diatas 60oC.

g. Struktur formalin

(24)

Nama sistematis : Metanal

Nama lain : Formol, metilaldehida, oksida metilena

Identifikasi :

Nomor CAS : [50-00-0] Nomor RTECS : LP8925000 SMILES : C=O

Sifat :

Rumus molekul : CH2O Massa molar : 30,03 g/ mol-1

Penampilan : Gas tak berwarna Densitas : 1 kg/ m-3, gas

(25)

Titik didih : -19,30C (253,9 K)

Kelarutan dalam air : >100 g/100 ml (200C)

Struktur :

Bentuk molekul : Trigonal flanat Momen dipol : 2,33168 (1) D

Bahaya :

Bahaya utama : Beracun, mudah terbakar NFPA 7004 : 322

Frase-R : R23/24/25, R34, R40, R43

(26)

Senyawa terkait :

Aldehida terkait : Asetaldehida, Benzaldehida Senyawa terkait : Keton, Asam karboksilat

Kecuali dinyatakan sebaliknya data diatas berlaku pada keadaan standart (250C, 100kPa)

5. TAHU

a. Pengertian Tahu

Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (Tauhu) yang secara harfiah berarti “kedelai yang difermentasi”. Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Haan sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Haan. Di Jepang dikenal dengan nama Tofu. Dibawa para perantau Cina, makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya keseluruh dunia.

Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat. Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal dengan tempat pembuatannya, misalnya tahu Sumedang dan tahu Kediri. Aneka makanan dari tahu antara lain tahu bacem, tahu bakso, tahu isi (tahu bunting), tahu campur, perkedel tahu, kerupuk tahu, dan lain-lain.

b. Kandungan tahu

(27)

dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan ikan. Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Pada tahu terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B-kompleks seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium (yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah kalori.

Dibalik kelezatannya, tahu menyimpan khasiat medis tersendiri. Sebuah studi oleh tim medis dari Kanada membuktikan bahwa tahu dapat menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh. Studi yang dipublikasikan di American Journal of Clinifical Nutrition dilakukan pada 55 orang lelaki dan perempuan usia setengah baya yang mengidap kolesterol tinggi.

Setelah mengikuti diet sehat, partisan tersebut diikutkan pada pola makan beragam, mulai dari kacang almond, tahu, sayuran mentah, dan jenis makanan kedelai lain. Setelah setahun, kolesterol mereka diukur. Hasilnya, mereka yang mengkonsumsi tahu mengalami penurunan kolesterol lebih besar dibanding kelompok pengonsumsi makanan lain. Penurunan ini dapat mencapai 10% -20%.

(28)

Rahasia khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon yang mengandung hormon estrogen. Selain mencegah kanker payudara, isoflavon juga memperlambat proses penuaan pada perempuan. Isoflavon bukan hanya terkandung dalam tahu melainkan juga pada semua makanan berbahan dasar kedelai seperti tempe, susu kedelai, kecap dan sejenisnya. (Dari berbagai sumber)

c. Manfaat Tahu

1. Manfaat tahu mencegah penyakit jantung

Sejumlah studi dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa asupan rutin protein kedelai yang terkandung dalam tahu dapat membantu menurunkan LDL (kolesterol buruk) tanpa menurunkan HDL (kolesterol baik yang menyebabkan penurunan resiko penyakit jantung).

2. Manfaat tahu meningkatkan produksi energi

Tahu merupakan sumber makanan yang kaya zat besi, yang menyediakan 30% dari nilai harian yang direkomendasikan untuk zat besi dalam 100 gram. Zat besi dalam tahu terutama digunakan sebagai bagian dari hemoglobin yang membantu dalam ransportasi dan pelepasan oksigen ke seluruh tubuh mempromosikan produksi energi.

3. Manfaat tahu untuk wanita khususnya wanita menopause

(29)

membantu menjaga keseimbangan hormon tersebut. Hal ini dapat membantu mengurangi frekuensi dan beratnya gejala hotflashes (rasa panas pada perut) pada wanita menopause.

4. Manfaat tahu mencegah osteoporosis

Tahu juga menjadi sumber yang kaya kalsium tergantung pada koagulan yang digunakan dalam pembuatan (seperti kalsium sulfat yang digunakan oleh prdusen tahu).

Hal ini membantu melindungi terhadap penyakit seperti kehilangan tulang, kelemahan tulang, erhareumatoid arthritis dan osteoporosis. Penelitian juga menunjukkan bahwa isoflavon dalam makanan kedelai dapat memperkuat densitas (kepadatan tulang) ini bisa membuat tahu berguna dalam menagkal penyakit tulang pada wanita postmenopause.

5. Manfaat tahu membantu menurunkan berat badan

Tinggi protein membuat perut tidak cepat merasa lapar. Juga, sifat rendah kalori (sekitar 80 kalori dalam 100 gram) tidak menambah kalori ekstra untuk menu diet.

6. Manfaat tahu membantu pasien diabetes pada masalah ginjal

Diabetes dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, salah satunya gagal ginjal. Diabetes adalah penyebab utama kegagalan ginjal dengan tanda awal adanya sejumlah protein dalam urin. Sebuah penelitian dilakukan pada pria dengan diabetes tipe 2, yang semuanya didiagnosis dengan penyakit ginjal yang terkait dengan diabetes, menemukan bahwa protein kedelai dan manfaat tahu dapat menurunkan 10% protein yang ditemukan dalam air seni.

(30)

No Unsur Gizi Kadar/100 gram kedelai

basah

Bahan Tahu Ampas Tahu

1 Energi (kal) 382 79 393

2 An (g) 20 84,8 4,9

3 Protein (g) 30,2 7,8 17,4

4 Lemak (g) 15,6 4,6 5,9

5 Karbohidrat (g) 30,1 1,6 67,5

6 Mineral (g) 4,1 1,2 4,3 digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi : Penjual tahu di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang Sampel : 4 kios penjual tahu di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia politeknik pertanian negeri samarinda jl. Samratulangi Samarinda Seberang. Pada tanggal 14 maret 2015

C. Rancangan penelitian a. Alat

(31)

b) Saringan

1. Dicuci dan dibersihkan buah naga terlebih dahulu.

2. Dikupas atau dipisahkan antara daging buah naga dengan kulitnya. 3. Dipotong-potong menggunakan pisau kemudian diambil secukupnya

lalu blender sekitar 7 menit hingga halus.

4. Disaring dengan menggunakan alat penyaring untuk memisahkan antara ampas dari kulit naga dan ekstraksinya.

5. Direndam tahu dalam ekstraksi kulit buah naga selama 10 menit 6. Diangkat menggunakkan sendok dan diletakkan diatas kaca arloji

yang telah dilapisi kertas tissue.

7. Didiamkan diruangan tertutup selama beberapa menit

(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ternyata limbah kulit buah naga dapat digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas kami memperoleh tahu yang memiliki tekstur yang berbeda, ada yang bertekstur keras atau padat dan ada yang bertekstur kenyal yang diambil dari beberapa kios yang terdapat di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang.

(33)

benar mengandung formalin maka kami melakukan penelitian terhadap tahu tersebut dengan menggunakan ekstraksi kulit buah naga.

Dari segi proses penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapan pertama dimulai dengan membuat ekstraksi kulit buah naga. Ekstraksi tersebut bertujuan untuk mendapatkan warna merah dari kulit buah naga dan digunakan untuk meniliti kandungan formalin pada tahu yang diambil dari beberapa sample yang berbeda.

Selain itu, tahapan yang dilakukan selanjutnya yaitu memasukkan tahu kedalam gelas kimia kemudian tahu tersebut di rendam dengan ekstraksi kulit buah naga yang telah dibuat. Perendaman tersebut dilakukan selama 10 menit dan bertujuan agar tahu dan ekstraksi kulit buah naga menyatu. Kemudian setelah tahapan tersebut selesai, tahu yang direndam lalu diangkat menggunakan sendok dan diletakkan diatas kaca arloji yang telah dilapisi kertas tissue. Hal tersebut bertujuan untuk memisahkan ekstrak kulit buah naga dan tahu.

Selanjutnya tahapan yang terakhir yaitu mengamati kertas tissue dari masing-masing sample. Pengamatan dilakukan dengan meniliti warna yang terjadi pada setiap kertas tissue. Kertas tissue yang warnanya cepat pudar menyatakan tahu tersebut tidak mengandung formalin dan kertas tissue yang warnanya tidak pudar tetapi warnanya tetap dan tidak terjadi perubahan menyatakan tahu tersbut mengandung formalin.

Tabel 2.3 Hasil penelitian terhadap sample tahu di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang

2 Tahu kios B Selili  Tetap

(34)

merah pekat

3 Tahu kios C Kilo 5  Tetap

berwarna merah pekat 4 Tahu kios D Produksi sendiri  Berubah warna

menjadi pudar

Dari data tersebut di atas membuktikkan bahwa ekstraksi buah naga dapat digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada makanan contohnya tahu. Hal ini diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap penggunaan formalin pada tahu yang dijual di pasar inpres baqa Samarinda Seberang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 75% tahu yang dijual di pasar inpres baqa Samarinda Seberang menggunakan formalin.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kulit buah naga yang terbuang begitu saja jika digunakan semaksimal mungkin dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk menguji kandungan formalin pada bahan makanan. Dan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa 75% tahu yang dijual di pasar inpres baqa Samarinda Seberang menggunakan formalin.

B. Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010) (http://chemistry35.blogspot.com/2011/04/ekstraksi-pengertian-prinsip-kerja.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam 11.00 WITA)

Anonim. (2010) (http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-pemanfaatan-dalam-kepemilikan.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam 11.15 WITA)

Anonim. (2011) (https://ekstrakjuskulitmanggis.wordpress.com/tag/pengertian-tahu.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam 11.25 WITA)

(36)

Tim Karya Tani Mandiri (2009). Pedoman Bertanam Buah Naga. Jakarta: Penerbit Nuansa Aulia.

Sudjadi, Drs. (1986). Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.

(37)

Suasana Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang

(38)

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Sample tahu

(39)

Saringan

(40)
(41)

PROSES PENELITIAN

Kulit buah naga yang telah dibersihkan

(42)

Proses penyaringan ekstrak kulit buah naga

(43)

FORMULIR PENILAIAN KARYA TULIS ILMIAH KIMIA

Asal universitas : politeknik pertanian negeri samarinda Dosen Pembimbing :

Nama peserta : 1. Arbainsyah 2. Bistari mustapa 3. Elti

4. Hamzah

Gambar

Gambar 1. Buah naga isi putih
Gambar 3. Buah naga daging super merah.
Gambar 4. Buah naga daging putih kulit kuning
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga tiap 100 gram
+2

Referensi

Dokumen terkait

Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan tolok ukur keberhasilan organisasi Sekolah Tinggi Ilmu Statistik berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Capaian kinerja

Berdasarkan hasil perhitungan post-test setelah diberikan perlakuan media pembelajaran tiga dimensi sebanyak 2 pertemuan dengan nilai rata-rata 87,34, lebih baik

Tanah endapan merupakan tanah yang berbentuk dari endapan lumpur yang terbawa oleh air hujan. Tanah endapan terbentuk pada tempat yang rendah. Tanah endapan merupakan

Melihat fisik dari gandang tambua sangat erat kaitannya dengan perkakas (alat yang digunakan untuk proses pembuatan) dan bahan yang dipakai untuk gendang tersebut.. Untuk lebih

Client Server merupakan model jaringan yang menggunakan satu atau beberapa komputer sebagai server yang memberikan resource-nya kepada komputer lain (client) dalam jaringan,

Studi Teknik Informatika 1.0 Pengolahan Data Jadwal Kuliah 3.0 Pengolahan Data Dosen 4.0 Pengolahan Data Ruang Kuliah Level 1 2.0 Pengolahan Data Mata Kuliah 1.1 Tambah Data

[r]

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh akupresur pada titik pericardium 6 terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien dyspepsia di Ruang Rawat