• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus Newcastle Disease setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus Newcastle Disease setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI BROILER

YANG DITANTANG VIRUS Newcastle Disease SETELAH

PEMBERIAN MINYAK IKAN DAN VITAMIN E

MUDIA FAMILA SARI B04103011

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI BROILER YANG DITANTANG VIRUS Newcastle Disease SETELAH

PEMBERIAN MINYAK IKAN DAN VITAMIN E

Oleh :

MUDIA FAMILA SARI B04103011

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRAK

MUDIA FAMILA SARI. Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus Newcastle Disease Setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E.

Dibimbing oleh Dr.drh.AGUS SETIYONO, MS.

Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit viral yang sangat penting pada unggas di dunia. Virus penyebab ND merupakan paramyxovirus yaitu golongan virus yang mempunyai untaian tunggal, linear RNA dengan bentuk simetris. Didalam sel induk, virus ini bereplikasi pada sitoplasma (Anonimus 2007a, Copland 1987). Paparan Newcastle Disease mengakibatkan penurunan produksi sampai kematian. Sehingga, daya tahan broiler harus disiapkan untuk menghadapi berbagai ancaman virus. Penambahan konsumsi vitamin E dan minyak ikan diharapkan dapat menjadi imunomodulator bagi broiler.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran histopatologi hati broiler setelah pemberian minyak ikan dan vitamin E dalam pakan dan ditantang virus

Newcastle Disease. Penelitian menggunakan 190 broler yang dibagi dalam lima kelompok perlakuan yaitu: kelompok A (Ayam dengan ransum terpilih, divaksin ND dan IBD), kelompok B (Ransum terpilih dan tidak divaksin), kelompok C (Ransum terpilih, tidak divaksin dan ditantang virus ND), kelompok D (Ransum terpilih, divaksin ND dan IBD, ditantang virus ND), dan kelompok E (Ransum biasa, divaksin ND dan IBD, ditantang virus ND). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali kemudian dilanjutkan dengan pembuatan preparat histopatologi. Pengamatan histopatologi dilakukan secara deskriptif kualitatif menggunakan mikroskop dengan pembesaran obyektif 20x dan 40x terhadap 10 lapang pandang, kemudian dirata-ratakan. Gambaran histopatologi organ hati broiler setelah pemberian minyak ikan dan vitamin E dan ditantang virus ND menunjukkan adanya degenerasi berbutir, sedangkan gambaran histopatologi hati broiler tanpa pemberian minyak ikan dan vitamin E setelah ditantang virus ND berupa degenerasi lemak dan nekrosa. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa minyak ikan dan vitamin E berperan dalam menekan tingkat kerusakan organ hati broiler setelah terpapar virus ND.

Kata kunci : Histopatologi hati, Minyak ikan, Vitamin E, Imunomodulator,

(4)

Judul Penelitian : Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus

Newcastle Disease setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E.

Nama : Mudia Famila Sari NRP : B04103011

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr.drh.Agus Setiyono, MS NIP. 131760847

Diketahui, Wakil Dekan FKH IPB

Dr.drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS NIP. 131129090

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada 20 Februari 1986. Yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Ahlimuddin, Spd dan Ibu Fatimah, Spd.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus Newcastle Disease Setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E” merupakan hasil penelitian dalam bentuk tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (Skh).

Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak yang banyak membantu, terutama kepada:

1. Papa Ahlimuddin, Mama Fatimah, Mutia Permana Sari, Imamil Qisthi dan Fadillah Ikhtiarni . Terimakasih yang teramat sangat atas do’a, dukungan dan cintanya selalu.

2. Dr.drh. Agus Setiyono, MS, selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Dr. drh Ekowati Handharyani, MS sebagai dosen penilai. 4. Dr. drh. Setyo Widodo, sebagai pembimbing akademik.

5. Bapak Deni Rusmana, yang telah mengizinkan saya dan teman-teman untuk bergabung dalam penelitiannya.

6. Teman-teman sepenelitian, Elpita Tarigan, Nivico Simamora dan Mawar Subangkit, Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan untuk selalu semangat menyelesaikan penelitian kita.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan yang dialami selama berlangsungnya penelitian. Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2007

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... i

DAFTAR TABEL………... ii

DAFTAR GAMBAR……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN………... iv

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang...………. 1

Tujuan Penelitian……… 2

Manfaat Penelitian……….. 3

TINJAUAN PUSTAKA……….. 4

Newcastle Disease (ND)………. 4

Hati…....………...……….. 6

Minyak Ikan....…….……...……… 10

Vitamin E….………...……… 12

Imunomodulator…………...……….. 14

Asam Lemak Tak Jenuh…...……….. 16

MATERI DAN METODA……….. 20

Waktu dan Tempat……….. 20

Materi Penelitian………. 20

Metoda Penelitian………...……… 22

HASIL DAN PEMBAHASAN………... 24

Gambaran Histopatologi Hati Broiler………. 24

Derajat Keparahan Kerusakan Hati Broiler Terhadap Paparan Virus ND………. 28

Perbandingan Skor Tiap Perlakuan………. 30

Peranan Minyak Ikan sebagai Imunomodulator..……… 32

KESIMPULAN DAN SARAN………... 34

DAFTAR PUSTAKA.………. 35

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Asam Lemak pada Jagung………... 16

2. Sumber Asam Lemak dari Berbagai Ikan………. 17

3. Komposisi Ransum Penelitian……….. 21

4. Rata-rata Skor Keparahan Gambaran Histopatologi Hati Broiler………… 28

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Virus Newcastle Disease dan bagian-bagiannya……….. 4

2. Model Kandang Ayam dan Pengelompokan dalam Penelitian……… 20

3. Gambaran histologi organ hati normal pada perlakuan A dengan

hepatosit tersusun radier ………. 24

4. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami oedema. Pada

perlakuan B (Ransum terpilih, tanpa vaksinasi).……….... 25

5. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami kongesti pada vena sentralis (a) pada perlakuan C (ransum terpilih, tanpa vaksin dan ditantang virus ND) dan Perdarahan (b) pada perlakuan D (ransum

terpilih, vaksinasi dan ditantang virus ND)…….……... 26

8. Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang mengalami

Degenerasi dan Nekrosa perlakuan E (ransum biasa, vaksinasi dan

ditantang virus ND);……… 27

9. Gambaran Sarang Radang pada Hati Broiler pada perlakuan E………… 28

10. Grafik Perbandingan Skor Kerusakan Hati Broiler Pada Tiap Perlakuan.. 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pembuatan Preparat Histopatologi……….... v

2. Jadwal Penelitian……… vii

3. Hasil Skoring pada Preparat Histopatologi Hati

terhadap Masing-masingnya 10 Lapangan Pandang……….. viii

(11)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI BROILER

YANG DITANTANG VIRUS Newcastle Disease SETELAH

PEMBERIAN MINYAK IKAN DAN VITAMIN E

MUDIA FAMILA SARI B04103011

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI BROILER YANG DITANTANG VIRUS Newcastle Disease SETELAH

PEMBERIAN MINYAK IKAN DAN VITAMIN E

Oleh :

MUDIA FAMILA SARI B04103011

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

ABSTRAK

MUDIA FAMILA SARI. Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus Newcastle Disease Setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E.

Dibimbing oleh Dr.drh.AGUS SETIYONO, MS.

Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit viral yang sangat penting pada unggas di dunia. Virus penyebab ND merupakan paramyxovirus yaitu golongan virus yang mempunyai untaian tunggal, linear RNA dengan bentuk simetris. Didalam sel induk, virus ini bereplikasi pada sitoplasma (Anonimus 2007a, Copland 1987). Paparan Newcastle Disease mengakibatkan penurunan produksi sampai kematian. Sehingga, daya tahan broiler harus disiapkan untuk menghadapi berbagai ancaman virus. Penambahan konsumsi vitamin E dan minyak ikan diharapkan dapat menjadi imunomodulator bagi broiler.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran histopatologi hati broiler setelah pemberian minyak ikan dan vitamin E dalam pakan dan ditantang virus

Newcastle Disease. Penelitian menggunakan 190 broler yang dibagi dalam lima kelompok perlakuan yaitu: kelompok A (Ayam dengan ransum terpilih, divaksin ND dan IBD), kelompok B (Ransum terpilih dan tidak divaksin), kelompok C (Ransum terpilih, tidak divaksin dan ditantang virus ND), kelompok D (Ransum terpilih, divaksin ND dan IBD, ditantang virus ND), dan kelompok E (Ransum biasa, divaksin ND dan IBD, ditantang virus ND). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali kemudian dilanjutkan dengan pembuatan preparat histopatologi. Pengamatan histopatologi dilakukan secara deskriptif kualitatif menggunakan mikroskop dengan pembesaran obyektif 20x dan 40x terhadap 10 lapang pandang, kemudian dirata-ratakan. Gambaran histopatologi organ hati broiler setelah pemberian minyak ikan dan vitamin E dan ditantang virus ND menunjukkan adanya degenerasi berbutir, sedangkan gambaran histopatologi hati broiler tanpa pemberian minyak ikan dan vitamin E setelah ditantang virus ND berupa degenerasi lemak dan nekrosa. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa minyak ikan dan vitamin E berperan dalam menekan tingkat kerusakan organ hati broiler setelah terpapar virus ND.

Kata kunci : Histopatologi hati, Minyak ikan, Vitamin E, Imunomodulator,

(14)

Judul Penelitian : Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus

Newcastle Disease setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E.

Nama : Mudia Famila Sari NRP : B04103011

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr.drh.Agus Setiyono, MS NIP. 131760847

Diketahui, Wakil Dekan FKH IPB

Dr.drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS NIP. 131129090

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada 20 Februari 1986. Yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Ahlimuddin, Spd dan Ibu Fatimah, Spd.

(16)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang Ditantang Virus Newcastle Disease Setelah Pemberian Minyak Ikan dan Vitamin E” merupakan hasil penelitian dalam bentuk tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (Skh).

Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak yang banyak membantu, terutama kepada:

1. Papa Ahlimuddin, Mama Fatimah, Mutia Permana Sari, Imamil Qisthi dan Fadillah Ikhtiarni . Terimakasih yang teramat sangat atas do’a, dukungan dan cintanya selalu.

2. Dr.drh. Agus Setiyono, MS, selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Dr. drh Ekowati Handharyani, MS sebagai dosen penilai. 4. Dr. drh. Setyo Widodo, sebagai pembimbing akademik.

5. Bapak Deni Rusmana, yang telah mengizinkan saya dan teman-teman untuk bergabung dalam penelitiannya.

6. Teman-teman sepenelitian, Elpita Tarigan, Nivico Simamora dan Mawar Subangkit, Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan untuk selalu semangat menyelesaikan penelitian kita.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan yang dialami selama berlangsungnya penelitian. Semoga hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2007

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... i

DAFTAR TABEL………... ii

DAFTAR GAMBAR……….. iii

DAFTAR LAMPIRAN………... iv

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang...………. 1

Tujuan Penelitian……… 2

Manfaat Penelitian……….. 3

TINJAUAN PUSTAKA……….. 4

Newcastle Disease (ND)………. 4

Hati…....………...……….. 6

Minyak Ikan....…….……...……… 10

Vitamin E….………...……… 12

Imunomodulator…………...……….. 14

Asam Lemak Tak Jenuh…...……….. 16

MATERI DAN METODA……….. 20

Waktu dan Tempat……….. 20

Materi Penelitian………. 20

Metoda Penelitian………...……… 22

HASIL DAN PEMBAHASAN………... 24

Gambaran Histopatologi Hati Broiler………. 24

Derajat Keparahan Kerusakan Hati Broiler Terhadap Paparan Virus ND………. 28

Perbandingan Skor Tiap Perlakuan………. 30

Peranan Minyak Ikan sebagai Imunomodulator..……… 32

KESIMPULAN DAN SARAN………... 34

DAFTAR PUSTAKA.………. 35

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Asam Lemak pada Jagung………... 16

2. Sumber Asam Lemak dari Berbagai Ikan………. 17

3. Komposisi Ransum Penelitian……….. 21

4. Rata-rata Skor Keparahan Gambaran Histopatologi Hati Broiler………… 28

(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Virus Newcastle Disease dan bagian-bagiannya……….. 4

2. Model Kandang Ayam dan Pengelompokan dalam Penelitian……… 20

3. Gambaran histologi organ hati normal pada perlakuan A dengan

hepatosit tersusun radier ………. 24

4. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami oedema. Pada

perlakuan B (Ransum terpilih, tanpa vaksinasi).……….... 25

5. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami kongesti pada vena sentralis (a) pada perlakuan C (ransum terpilih, tanpa vaksin dan ditantang virus ND) dan Perdarahan (b) pada perlakuan D (ransum

terpilih, vaksinasi dan ditantang virus ND)…….……... 26

8. Gambaran Histopatologi Hati Broiler yang mengalami

Degenerasi dan Nekrosa perlakuan E (ransum biasa, vaksinasi dan

ditantang virus ND);……… 27

9. Gambaran Sarang Radang pada Hati Broiler pada perlakuan E………… 28

10. Grafik Perbandingan Skor Kerusakan Hati Broiler Pada Tiap Perlakuan.. 29

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pembuatan Preparat Histopatologi……….... v

2. Jadwal Penelitian……… vii

3. Hasil Skoring pada Preparat Histopatologi Hati

terhadap Masing-masingnya 10 Lapangan Pandang……….. viii

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin majunya perkembangan zaman saat ini, membuat kesadaran masyarakat akan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi juga semakin meningkat. Kebutuhan masyarakat tersebut tidak terbatas, terutama pemenuhan gizi guna menciptakan manusia sehat dan cerdas. Salah satu pertimbangan sebagai sumber protein hewani adalah dengan mengkonsumsi daging ayam broiler.

Untuk memenuhi kebutuhan protein tersebut, berbagai upaya dapat dilakukan, baik dengan mempersingkat masa produksi, pemberian pakan dan ransum yang baik, vaksinasi maupun dengan suplemen yang dapat meningkatkan berat badan dan mempercepat masa panen broiler. Namun hal itu mungkin hanya sebagian kecil dari perhatian peternak. Hal utama yang perlu dikhawatirkan adalah ancaman berbagai penyakit hewan yang memungkinkan menyerang ternak, khususnya unggas dan dapat mengakibatkan penurunan produksi bahkan kematian.

Virus Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu ancaman besar bagi peternak unggas di Indonesia. Virus menyebabkan ternak sakit dengan masa inkubasi bervariasi 2 sampai 15 hari, dan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran pernafasan, syaraf dan saluran pencernaan. ND dapat menurunkan produksi telur, penurunan aktifitas dan berat badan broiler, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian (Anonimus 2007a).

(22)

Ada beberapa zat makanan yang dapat ditambahkan kedalam ransum broiler untuk mempertahankan kondisi kesehatan dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh, diantaranya asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). Minyak yang kaya asam lemak n-6 dan n-3 pada tingkat tertentu dapat meningkatkan imunitas (Friedman dan Sklan 1997). Pemberian minyak yang kaya asam lemak n-3 dalam ransum ayam broiler ternyata mampu menghasilkan respons titer antibodi yang lebih tinggi terhadap sheep red blood cell dibandingkan dengan yang diberi minyak yang mengandung asam lemak n-6 (Frietsche et al. 1991).

Dalam ransum ayam broiler lebih dari 50 % adalah jagung. Jagung merupakan pakan yang kaya dengan asam lemak n-6, sehingga untuk menyeimbangkan kondisi asam lemak n-6 dan n-3 perlu dilakukan penambahan dengan minyak ikan yang kaya dengan asam lemak n-3. Menurut Rusmana et al. (2000), penambahan minyak ikan tuna sebesar 6% dalam ransum ayam kampung dapat meningkatkan imbangan asam lemak n-3 dengan n-6 dalam karkas. Peningkatan imbangan asam lemak n-3 dengan n-6 diharapkan dapat menekan metabolisme asam lemak n-6 lebih lanjut menjadi eicosanoid yang bersifat inflamation (Prescott 1984).

Hati merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan terkait dengan fungsinya sebagai organ detoksikasi. Ada dua alasan yang menyebabkan hati mudah terkena racun, pertama, hati menerima 80% suplai darah dari vena porta yang mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal. Substansi zat-zat toksik termasuk tumbuhan, fungi, bakteri, logam, mineral dan zat-zat kimia lain yang ditransportasikan pembuluh darah portal masuk ke hati. Kedua, hati menghasilkan enzim-enzim yang mempunyai kemampuan biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen dan endogen untuk dieliminasi tubuh (Carlton 1995).

Tujuan Penelitian

(23)

Manfaat Penelitian

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Newcastle Disease (ND)

Newcastle Disease adalah penyakit pada unggas yang sangat menular dan menyerang spesies unggas domestik maupun unggas liar. ND pertama kali ditemukan di Newcastle, Inggris tahun 1926 (Anonimus 2007e).

Gambar 1. Virus Newcastle Disease dan bagian-bagiannya. (Sumber: Anonimus 2007a)

Virus ND merupakan virus tipe A dari strain avian paramixovirus, yang mempunyai untaian tunggal, linear RNA dengan bentuk simetris. Di dalam sel induk virus ini bereplikasi pada sitoplasma (Copland 1987, Anonimus 2007a).

Ada empat symptom dari paparan virus ND yaitu viscerotropic velogenic, neurotropic velogenic, mesogenic dan lentogenic. Virus ND sangat virulent, bahkan banyak unggas yang terserang virus ini mati tanpa menunjukkan tanda klinis, bahkan dapat mengakibatkan kematian sampai 100% pada unggas yang tidak divaksinasi (Anonimus 2007b).

(25)

Menurut Jordan (1990) ada 5 patotipe dari invasi virus ND yaitu:

- Viscerotropic velogenic NDV, merupakan bentuk yang sangat parah dari penyakit ND, dimana adanya lesio hemoragi yang khas pada traktus intestinal.

- Neurotropic velogenic NDV, menyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan menunjukkan gangguan respirasi dan syaraf.

- Mesogenic NDV, dengan kausa respirasi dan beberapa gangguan pada syaraf, dengan tingkat kematian yang rendah.

- Lentogenic Respiratory NDV menunjukkan gejala yang ringan dan terlihat infeksi pada saluran respirasi.

- Asymptomatic enteric NDV yang menunjukkan adanya infeksi enteris (usus).

Gejala klinis yang ditunjukkan sangat bervariasi tergantung pada strain virus, spesies dan umur hewan, keparahan serangan penyakit dan status kekebalan. Tanda klinis penyakit ND berupa gangguan respirasi, depresi, turunnya produksi telur, diare, dan bila terinfeksi lebih lama akan menimbulkan gejala syaraf. Masa inkubasinya 5 sampai 6 hari, tapi kadang bervariasi, mulai dari 2 sampai 12 hari (Anonimus 2007e). Selain itu apabila penyakit menyerang, semua ayam di peternakan dapat sakit pada waktu yang hampir bersamaan, maka ayam yang berumur lebih muda akan lebih cepat terkena serangan. Gangguan respirasi dapat berupa batuk, sulit bernafas, inflamasi pada trakhea bahkan menyebabkan hemoragi, sedangkan gejala syaraf dapat terlihat karena sayap akan terkulai ke bawah, kaki lemas tidak bisa diangkat, kehilangan keseimbangan dalam berjalan, memutar-mutarkan kepala, kepala tergeletak dan lumpuh. Pada tipe viscerotropic, terlihat lesio yang hemoragic pada traktus intestinal dan pada proventrikulus. Namun ND ada kalanya tidak menunjukkan lesio besar yang patognomonik sehingga sulit dideteksi secara klinis (Anonimus 2007g).

(26)

Tinja pada permulaan penyakit berwarna putih seperti kapur dan padat, lambat laun menjadi encer dan hijau.

ND dapat ditularkan melalui paparan feses atau ekskresi lain dari unggas terinfeksi, selain itu juga karena kontak dengan pakan, air, peralatan atau pakaian yang terkontaminasi (Wikipedia 2007b).

Hati

Anatomi dan fungsi hati

Unggas mempunyai hati yang relatif besar. Facies parietalis hati yang berbentuk konveks membujur diantara tulang dada (os Sternum) dan tulang rusuk (ossa Costalis), diantara lengkungan duodenum dan lambung otot. Besar, warna dan konsistensi hati sangat bervariasi berdasarkan spesies, umur dan kondisi pakan pada ayam, umumnya mempunyai berat berkisar antara 30-50 gram. Warna hati saat baru menetas adalah kuning, kemudian setelah berumur sekitar dua minggu berubah menjadi coklat kemerahan. Pada unggas dewasa, warna hati dapat mencapai merah coklat sampai coklat cerah (Setijanto 1998).

Hati mempunyai 3 fungsi yaitu fungsi vaskuler, fungsi metabolik, serta fungsi sekresi dan ekskresi (Dellman 1989). Lebih jelasnya Burkitt et al. (1995) menjelaskan bahwa fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme, merusak sel darah merah yang tua, sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen, beberapa vitamin dan lipid). Ditambahkan oleh Ganiswara (1995) bahwa sel hati merupakan suatu tempat terjadinya reaksi kimia dengan laju metabolisme yang tinggi. Kemudian juga tempat mengolah dan mensintesa berbagai zat yang diangkut ke daerah tubuh lain.

Fungsi vaskuler berhubungan dengan proses penyimpanan darah, sadangkan fungsi sekresi dan eksresi berperan untuk produksi empedu yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan (Guyton 1997).

Histologi hati

(27)

sinusoid-sinusoid hati, yang berfungsi untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (Ressang 1984, Hartono 1992). Dalam hati terdapat tiga jenis jaringan yang penting yaitu sel parenkim hati, susunan pembuluh darah dan susunan saluran empedu. Ketiga jaringan ini saling berhubungan erat, sehingga kerusakan satu jenis jaringan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lain (Darmawan 1996).

Hepatosit (sel parenkim hati) merupakan bagian terbesar pada hati. Hepatosit bertanggung jawab dalam melaksanakan metabolisme. Sel ini terletak diantara sinusoid-sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu (Lu 1995). Hepatosit mempunyai bentuk polihedral dengan batas-batas yang jelas (Banks 1985). Pada susunan hepatosit unggas, lembaran hepatosit terdiri dari dua sel hati, sedangkan pada mamalia susunan lembaran hepatosit hanya terdiri dari satu sel hati. Diantara sel-sel hati terdapat canaliculi empedu yang terbentuk dari tiga sampai lima dinding hepatosit yang berdekatan (Randall dan Reece 1992).

Segitiga kiernan dibentuk oleh pertemuan beberapa unit lobus-lobus hati. Didalam segitiga kiernan terdapat percabangan-percabangan vena portal, pembuluh empedu dan percabangan arteri hepatika (Ressang 1984). Bilateral dengan jalinan sel-sel hati diisi oleh sinusoid-sinusoid yang ditunjang serabut retikuler. Sinusoid mirip kapiler dengan lumen meluas dan jalinan sel-selnya tak sempurna sehingga banyak celah. Lumen dibalut oleh dua macam sel yakni sel endotelial dan sel kupfer yang lebih besar dan bersifat fagositik terhadap benda asing. Sel kupfer biasanya terletak didekat sel endotelial akan tetapi mempunyai lamina basalis dan tidak mempunyai celah antar sel. Walaupun hepatosit dan sinusoid dekat tetapi dipisahkan oleh celah yang disebut celah disse yang bervariasi lebar dan luasnya (Banks 1985, Euthis et al. 1990).

(28)

Aliran darah yang masuk ke hati akan membawa nutrisi dan zat-zat toksik memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal. Setelah diserap zat tersebut dibawa oleh vena porta menuju hati (Lu 1995). Vena porta dan arteri hepatika merupakan pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap oleh usus. Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992). Ditambahkan pula oleh Frandson (1996) bahwa darah yang mengalir dari saluran pencernaan terlebih dahulu dilewatkan pada sel-sel hati, sebelum memasuki sirkulasi umum. Hal ini dimaksudkan agar nutrient dapat dimodifikasi serta memungkinkan hati untuk melakukan detoksikasi terhadap zat-zat berbahaya dan telah diserap dari saluran pencernaan.

Gangguan fungsi hati

Hati merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan. Ada dua alasan yang menyebabkan hati mudah terkena racun. Pertama hati menerima 80% suplai darah dari vena porta yang mengalirkan darah dari sistem gastrointestinal. Substansi zat-zat toksik termasuk tumbuhan, fungi, bakteri, logam, mineral dan zat-zat kimia lainnya yang diserap kedalam portal ditransportasikan ke hati. Kedua, hati menghasilkan enzim-enzim yang mempunyai kemampuan sebagai biotransformasi pada berbagai macam zat eksogen dan endogen untuk dieliminasi tubuh (Carlton 1995).

Kelainan lokal seperti metastasis lokal atau abses kecil mungkin tidak menimbulkan gejala klinis sedangkan kelainan luas akibat intoksikasi, infeksi virus atau penyakit gangguan gizi kadang-kadang dapat menimbulkan gangguan faal hati cepat memburuk (Darmawan 1996). Menurut Lu (1995), 10 % dari parenkim hati saja sudah cukup mempertahankan fungsi hati.

(29)

Degenerasi dapat disebabkan oleh anoreksia, infeksi bakteri dan virus, gangguan dalam sistem peredaran darah, anemia, keracunan bahan kimia, radiasi dan suhu yang tidak menentu. Degenerasi ditandai oleh perubahan komposisi atau kandungan, struktur dan fungsi sel. Disekitar sel yang terganggu akan menunjukkan perubahan karena pengangkutan nutrient terganggu dan sel menjadi sakit atau abnormal. Degenerasi ditentukan oleh bentuk kerusakan, fungsi sel yang terganggu dan sistem enzim yang terlibat (Yawah 2007).

Degenerasi bengkak atau keruh (Cloudy swelling) ditandai oleh adanya sel-sel yang membengkak disertai sitoplasma yang bergranula (berbutir-butir) sehingga jaringan tampak keruh. Perubahan ini biasa terjadi pada sel hati, sel tubulus ginjal dan sel otot jantung yang disebabkan oleh infeksi, demam, keracunan, suhu yang terlalu rendah atau tinggi, anoxia, gizi buruk dan gangguan sirkulasi. Sedangkan kebengkakan dan kekeruhan terjadi karena bertambahnya jumlah cairan dalam sel (saleh 1996).

Menurut Yawah (2007), perubahan tersebut terjadi karena gangguan metabolisme protein dan air yang menyebabkan meningkatnya tekanan osmotik intra sel, sel membengkak dan sitoplasma lebih granular serta hilangnya mitokondria. Degenerasi ini biasanya terjadi pada awal infeksi yang ringan, namun apabila telah berlanjut, degenerasi akan semakin parah, bahkan sampai terjadi nekrosis.

Pada degenerasi hidropik, edema intraseluler lebih mencolok daripada degenerasi bengkak dan keruh. Meskipun masih reversibel, tetapi menunjukkan kerusakan yang lebih keras. Sebabnya dianggap sama dengan sebab pada degenerasi bengkak keruh, hanya intensitas dan waktunya lebih lama. Secara mikroskopis tampak vakuola yang tersebar dalam sitoplasma. Kadang vakuola kecil bersatu membentuk vakuola lebih besar sehingga inti sel terdesak kepinggir (Saleh 1996).

(30)

malnutrisi, deplesi glikogen dan anoxia menahun dapat merupakan predisposisi untuk nekrosis sel hati akibat hepatotoksin (Darmawan 1996).

Nekrosis diawali dengan perubahan inti sel (nukleus) yaitu hilangnya gambaran kromatin, inti sel hati menjadi keriput, tidak vesikuler lagi, inti tampak lebih padat, warnanya gelap kehitaman (piknotik). Inti sel hati terbagi atas fragmen-fragmen robek (karyoreksis) dan inti sel hati tidak lagi mengambil warna banyak sehingga warnanya pucat dan tidak nyata (karyolisis) (Saleh 1996).

Perlemakan (fatty deposition, fatty metamorphosis, fatty change) merupakan suatu perubahan yang menunjukkan bahwa di dalam sel parenkim terdapat akumulasi lemak. Pengumpulan lemak di dalam sel terjadi akibat berbagai jejas yang non fatal atau akibat gangguan metabolisme sel. Perlemakan pada hati dimulai pada bagian sentral yang mengandung vakuola lemak dan dapat pecah sehingga terbentuk kista lemak. Pengumpulan lemak di dalam sel dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, penyebab utama terjadinya perlemakan pada hati karena adanya pengangkutan (transport) lemak yang berlebihan yang diangkut dari luar ke dalam hati, mobilisasi yang menurun dari lemak di dalam hati, sintesis lemak terhambat dan piknotis kilomikron yang meningkat (Saleh 1996).

Minyak Ikan

Minyak ikan adalah minyak yang dihasilkan dari turunan minyak yang berasal dari jaringan tubuh ikan. Minyak ikan sangat dianjurkan sebagai makanan kesehatan karena mengandung asam lemak omega 3 eicosapentaenoic acid (EPA)

dan Docosahexanoic acid (DHA), yang merupakan pelopor eucosanoid dalam mempengaruhi inflamasi pada seluruh tubuh (Stansby 1982, Wikipedia 2007)

(31)

Bila dibandingkan dengan minyak nabati dan minyak hewani lainnya, minyak ikan banyak mengandung asam lemak esensial atau asam lemak tidak jenuh yaitu omega 3. Kadar omega 3 minyak ikan berkisar antara 4.48% sampai dengan 11.80%. Kandungan omega 3 tergantung pada jenis, umur, tersedianya makanan dan daerah penangkapan ikan. Bagian tubuh ikan memiliki minyak dengan komposisi omega 3 yang berbeda-beda. Bagian kepala sekitar 12%, tubuh bagian dada 28%, daging permukaan 31.2% dan isi rongga perut 42.1% (berdasarkan berat kering) (Anonimus 2007c).

Ikan dan mamalia laut mengandung jumlah substansi asam lemak rantai panjang pada jenis omega 3. Penggunaan omega 3 telah dihubungkan dengan kecenderungan penurunan terhadap pembentukan gumpalan darah, mengurangi tingkat trigliserida darah, mengurangi pertumbuhan tumor, menurunkan tekanan darah dan anti radang (Anonimus 2007c).

Pada umumnya, lemak ikan terdiri dari berbagai jenis trigliserida, suatu molekul yang tersusun dari gliserol dan asam lemak. Rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak ikan mempunyai jumlah lebih dari 18, serta memiliki lima atau enam ikatan rangkap. Di samping itu, kandungan asam lemak esensialnya tinggi, yang meliputi asam linoleat, linolenat dan arakhidonat. Hal ini berarti asam lemak esensial atau asam lemak tak jenuh, banyak mengandung ikatan rangkap (85%), sedangkan 15% sisanya terdiri atas asam lemak yang jenuh. Rendahnya kandungan ikatan jenuh menyebabkan kolesterol rendah dan resiko penyempitan pembuluh darah juga rendah (Anonimus 2007d).

(32)

Minyak ikan atau omega 3 memang bermanfaat tapi hendaknya jangan dikonsumsi berlebihan. Akibatnya apabila dikonsumsi secara berlebihan antara lain badan berbau minyak ikan, menimbulkan gangguan pencernaan dan mengakibatkan proses pembekuan darah menjadi lamban. Minyak ikan akan cepat teroksidasi oleh radikal bebas. Proses tersebut akan menghabiskan vitamin E didalam tubuh. Karena itu, terlalu banyak mengkonsumsi minyak ikan juga bisa menurunkan kadar vitamin E dalam tubuh. Selain itu, kelebihan minyak ikan juga dapat mengakibatkan keracunan vitamin A dan D karena minyak ikan mengandung kedua vitamin itu (Harli 1998).

Vitamin E

Vitamin E terdiri dari tokoferol dan tokotrienol yang terbagi dalam 4 bentuk isomer yaitu α, ß, δ, dan . Alfa tokoferol merupakan vitamin E yang aktifitasnya paling bagus diikuti oleh , δ dan tokoferol. Kandungan vitamin E sangat dinamis, yaitu dengan kandungan tinggi PUFA, agen oksida, karoten, mineral dan sedikit masukan makanan dengan antioksidan yang larut lemak, sulfur yang berikatan dengan asam amino dan selenium. Vitamin E adalah salah satu dari vitamin dengan toksik yang terendah, tetapi dengan dosis yang tinggi dapat mengurangi absorbsi vitamin A, D dan K, akibatnya terjadi penurunan kadar di hati dan kuning telur sebagai tempat penyimpanan vitamin A, mengurangi mineralisasi pada tulang, dan proses pembekuan darah (Donald 2007).

Vitamin E merupakan anti oksidan alami. Kandungannya meliputi vitamin A, vitamin D3, karoten dan xanthophil. Ia memiliki 7 isomer dari semua isomernya dan α tokoferol mempunyai aktifitas paling kuat (Hungerford 1969).

Menurut Frandson (1996), vitamin E berperan sebagai kofaktor untuk sitokrom reduktase pada otot rangka dan otot jantung. Selain itu ia juga berfungsi sebagai antioksidan yaitu mencegah oto-oksidasi pada asam-asam lemak tak jenuh serta menghambat timbulnya peroksidasi dari lipida pada membrana sel.

(33)

-tokoferol dengan mono, di dan trigliserida), vitamin tersebut dibawa ke saluran limpatik. Dari sistem limpatik α-tokoferol bersama Very Low Density Lipoprotein (VLDL) akan masuk ke dalam sirkulasi darah, dan langsung dikirim sebagian ke bagian yang membutuhkan, sebagian lagi α-tokoferol terlebih dahulu masuk ke hati melalui ductus toracicus dan bergabung dengan VLDL yang kaya akan trigliserida dan HDL (High Density Lipoprotein) yang kaya akan fosfolipid, kolesterol dan ester. VLDL dan HDL ini disintesis oleh hati. Kemudian vitamin E kembali ke pembuluh darah. Di dalam pembuluh darah VLDL dan HDL dari hati dikonversi menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) dengan bantuan enzim lipoprotein lipase dalam serum darah dan selanjutnya vitamin E dalam LDL siap diangkut ke jaringan adipose (Linder 1992).

Vitamin E merupakan antioksidan yang berfungsi melindungi kerusakan sel-sel tubuh akibat radikal bebas. Fungsinya menurunkan pembekuan darah dan mencairkan bekuan darah sehingga mencegah penyumbatan pembuluh darah, menguatkan dinding pembuluh darah kapiler, meningkatkan pembentukan sel-sel darah merah, mengurangi kadar gula darah, memperbaiki kerja insulin, serta meningkatkan kekuatan otot dan stamina. Selain itu, vitamin E dapat mempengaruhi kerja hormon, mencegah degenerasi saraf penglihatan, mencegah kerusakan sel-sel saraf, meningkatkan gairah seksual, serta mempertahankan kekebalan tubuh dan menguatkan sel-sel darah putih (Anonimus 2006a).

Menurut Anonimus (2007f) vitamin E digunakan sebagai pencegahan abortus habitual, partus prematur habitual, juga pada sklerodermia, penyakit neuromuskulus dan muskulus terutama distrofia muskulorum progresiva.

Adakalanya vitamin E digunakan pada penderita hipoproteinemia karena vitamin E mempunyai daya anabolik pada metabolisme protein.

Defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan terjadinya degenerasi epitel germinal pada hewan jantan serta resorbsi embrio pada hewan betina (mamalia) yang tergantung pada vitamin E (Frandson 1996). Menurut Heuser (1950) kekurangan vitamin E dalam rasio pertumbuhan ayam menyebabkan kondisi

(34)

proses pengeraman dan dapat menyebabkan kematian embrio pada tiga atau empat hari inkubasi karena lesio vaskular.

Menurut Sainsbury 1984, yang menyebabkan defisiensi vitamin E adalah karena kurangnya asupan sereal yang tidak bisa terpenuhi dalam diet. Beberapa kasus kekurangan vitamin E bahkan disebabkan karena penyimpanan yang buruk seperti terlalu panas, contohnya pakan ditempatkan dibawah mesin pengeram atau dicampur dengan minyak atau lemak tengik dalam makanan. Seharusnya dalam pakan unggas mengandung 10 mg/kg BB tambahan vitamin E, tapi bervariasi tergantung kebutuhan, spesies unggas, breeding dan umur. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dari vitamin E adalah mudahnya terjadinya kerusakan terhadap komponennya karena pengaruh waktu, pencampuran serta penanganan yang tidak sesuai.

Imunomodulator

Imunomodulator adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau mempengaruhi) sistem imun tubuh ke arah normal. Atau secara singkatnya merupakan zat untuk menormalkan sistem imun tubuh. Produk imunomodulator berperan menguatkan sistem imun tubuh (imunostimulator) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan (imunosuppressan). Imunomodulator diberikan pada saat sakit atau kelelahan. Dapat diberikan bersamaan dengan antibiotik, karena meski sudah diberi antibiotik, kalau sistem imunnya tidak bagus, penyembuhan pun tidak selalu bagus (Anonimus 2007h).

Imunomodulator berfungsi untuk mengaktifkan sistem kekebalan seluler ayam, mempercepat proses pematangan sel kebal, meningkatkan sistem kekebalan alamiah (booster), meningkatkan proses pembentukan antibodi sekaligus berfungsi sebagai immuno donor’s (suplai antibodi). Selain itu imunomodulator dalam tubuh ayam juga melatih sel-sel makrofag dan mikrofag agar lebih efektif dalam memusnahkan mikroba yang masuk ke tubuh ayam. Dengan begitu, imunomodulator menjadi besar perannya dalam menangkal masuknya antiugen merugikan seperti virus avian influenza (AI), staphylococcus, streptococcus, dan

(35)

Sistem kekebalan tubuh merupakan mekanisme yang digunakan tubuh untuk menangkal pengaruh faktor atau zat yang berasal dari luar tubuh. Ada dua kekebalan tubuh, yakni alami dan dapatan. Kekebalan alami merupakan pertahanan tubuh yang mendasar, dimiliki sejak lahir, dan bersifat non-spesifik. Artinya, apa pun zat asing yang masuk ke tubuh akan ditangkal oleh kekebalan tubuh alami. Kekebalan dapatan merupakan pertahanan tubuh yang terbentuk sebagai respons adanya zat atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh, bersifat spesifik, dan memiliki kemampuan mengingat. Contohnya imunisasi untuk penyakit-penyakit tertentu. Kekebalan tubuh bersifat dinamis, artinya bisa menurun atau meningkat. Imunitas dipengaruhi oleh umur, nutrisi, vitamin, mineral dan hormon. Saat ini ilmu kedokteran sudah mulai meninggalkan imunomodulator yang terbuat dari bahan kimia dan lebih memilih memakai imunomodulator yang terbuat dari beberapa jenis tumbuhan yang sudah terbukti bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Anonimus 2004).

Menurut Anonimus (2007i) jika virus sudah terlanjur masuk ke dalam sel, sistem antibodi ayam akan menghancurkan virus beserta sel-sel yang menjadi inangnya. Ini berbahaya, karena jika virus masuk ke sel hati, maka sel hati akan dihancurkan oleh sistem imun ayam, demikian juga jika virus menyerang sel pencernaan atau sel reproduksi, juga akan dihancurkan oleh sitem imun. Jadi, yang sangat penting untuk dilakukan adalah memperkuat antibodi sehingga virus bisa dihancurkan sebelum masuk ke dalam sel, sehingga tidak terjadi kerusakan-kerusakan jaringan akibat penghancuran oleh sistem imun. Salah satu cara paling efektif untuk memperkuat sistem imun ayam adalah dengan pemberian imunomodulator.

(36)

Asam Lemak Tak Jenuh

Sumber Asam Lemak n-3 dan n-6

Asam lemak tak jenuh ganda adalah jika terdapat dua atau lebih ikatan ganda dari atom C. Minyak yang berasal dari biji-bijian seperti minyak jagung, kaya akan asam lemak tak jenuh ganda. Komposisi asam lemak jagung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi asam lemak pada jagung

Asam Lemak Komposisi g/100g metil ester

C 14 : 0 0

C 16 : 0 0,4

C 16 : 1 1,1

C 18 : 0 28,8

C 18 : 1 57,2

C 18 : 2 n-6 (asam linoleat) 0,2 C 18 : 0 n-3 (asam α-linolenat) 0,9

C 20 : 1 n-9 0,3

C 20 : 5 n-3 (EPA) 0

C 22 : 5 n-3 0

C 22 : 6 n-3 (DHA) 0

Sumber : Suprijana 1995

Pada tanaman, tidak seperti hewan, dapat menyisipkan ikatan tak jenuh dalam asam oleat (C18:1 n-9) antara ikatan tak jenuh pada posisi ke-9 dengan gugus metil. Enzim 12-desaturase dapat mengubah asam oleat menjadi bentuk asam linoleat (C18:2 n-6) yang dapat mengalami penjenuhan lebih lanjut pada posisi karbon ke-3 (n-3) oleh enzim 15-desaturase yang menghasilkan asam linoleat (C18:3 n-3) (BNF 1994).

Lands (1986), melaporkan bahwa asam lemak EPA dan DHA yang ada dalam beberapa jenis ikan dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Sumber asam lemak dari berbagai ikan (g/100g).

Ikan Lemak total C18:2 n-6 C20:4 n-6 C20:5 n-3 C22:6 n-3 Tuna (albacore) 6,8 0,15 0,14 0,63 1,7

(37)

Herring 6,2 0,29 0,03 0,33 0,58

Mackerel 9,8 0,14 0,12 0,65 1,1

Salmon 13,8 0,13 0,06 1 0,72

Tuna (bleufin) 4,7 0,05 0,02 0,28 0,88

Halibut 2 0,02 0,08 0,11 0,2

Flounder 1,2 0,01 0,04 0,11 0,11

Cod 0,73 0,02 0,08 0,15

Haddock 0,66 0,01 0,01 0,05 0,1

Sumber : Lands 1986

Metabolisme Asam Lemak Tak Jenuh

Hati merupakan organ yang sangat penting dalam biosintesis asam lemak. Reaksi biosintesis dikatalisasi oleh kelompok enzim dalam bentuk multi komplek enzim yakni “Fatty acid synthetase”. Produk akhir yang dihasilkan adalah asam palmitat (C16:0) dan asam Stearat (C18:0) (BNF 1994).

Ada beberapa enzim yang berperan dalam proses metabolisme asam lemak, yaitu enzim yang berperan dalam memperpanjang rantai karbon seperti enzim elongase dan enzim yang berperan menambah ikatan tak jenuh dari asam lemak yaitu 9-desaturase, 6-desaturase, 5-desaturase dan 4-desaturase. Asam lemak n-3 dan n-6 lebih lanjut dimetabolisasi dalam sel.

Interaksi PUFA dengan Vitamin E dan Minyak Ikan

Vitamin E diyakini berfungsi sehubungan dengan asam lemak tak jenuh yaitu menyediakan perlindungan untuk mencegah oksidasi lemak tak jenuh. Bila tidak ada vitamin E, jumlah lemak tak jenuh di dalam sel berkurang, sehingga menimbulkan kelainan struktur dan fungsi dari organel seluler seperti mitokondria, lisosom bahkan membran sel (Guyton dan Hall 1997).

(38)

permanganat pada proses katalisasi dengan cahaya dan akselerasi dengan asam lemak poli unsaturated serta garam metal. Ia sangat resisten terhadap asam dan dibawah kondisi anaerob. Ester tokoferol berguna untuk brocking C-6 golongan hidroksil. Ini sangat stabil di udara, dan merupakan formula pilihan untuk makanan dan suplemen pakan.

Meskipun memberikan pengaruh positif, suplementasi minyak ikan juga memberikan pengaruh negatif seperti meningkatnya peroksidasi lemak. Efek peningkatan peroksidasi lemak berdampak buruk terhadap fungsi kekebalan tubuh. Zoshke dan Messner (1984) juga melaporkan bahwa mitogenesis limfosit ditekan oleh produk peroksidasi.

Peningkatan metabolit peroksidasi lemak bisa disebabkan oleh menurunnya status vitamin E dalam plasma yang mempunyai peran sebagai antioksidan. Kelebihan asam lemak tak jenuh dalam ransum bisa merangsang kekurangan Vitamin E dan akibatnya adalah kejadian defisiensi seperti distrofi otot (Manalu 1999).

Peranan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda (PUFA) Terhadap Respon Kekebalan.

Pada broiler sumber lemak dan komposisi asam lemak, bisa mempengaruhi komposisi jaringan limfoid dan fungsi sel imun (Fritsche et al.

1991). Defisiensi PUFA mengurangi proliferasi lymphocyte, produksi Interkulin-2 (IL-2), monocyte and polymorphonuclear (PMN) cell chemotaxic pada mamalia (Kinsella et al. 1990, Lefkowith 1990). Rendah dan tingginya konsumsi PUFA berhubungan dengan produksi antibodi dan lymphocyte proliferation, sedangkan optimal respon kekebalan terjadi pada konsumsi linoleat sebanyak 47% dari total asam lemak (Friedman dan Sklan 1995). Hasil penelitian Friedman dan Sklan (1997), menunjukkan bahwa produksi antibodi berhubungan secara kuadratik terhadap konsentrasi linoleat dan total n-6 PUFA serum. Respon produksi antibodi yang optimal terjadi pada konsentrasi linoleat plasma 40-50% dari total asam lemak.

(39)

mengubah respon immune pada ayam yang sedang tumbuh (Korver dan Klasing 1997). Dan ditambahkan oleh Frietsche et al. (1992) level tinggi konsumsi minyak ikan, mempunyai efek pengaturan immunomodulator.

Frietsche et al. (1991), melaporkan bahwa ayam yang diberi ransum yang mengandung 7g menhaden oil per 100g ransum mempunyai respon antibodi tertinggi terhadap sheep red blood cells dibanding ayam yang diberi ransum yang mengandung lemak hewan, minyak jagung atau minyak canola. Cellular immune response yang diukur dengan Antibody dependent cell cytotoxicity dari

splenocytes pada broiler yang diberi makan 7g minyak ikan lebih rendah dibanding yang diberi 7g minyak jagung/100g ransum, meskipun citotoxicity dari

(40)

MATERI DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2006 sampai bulan Juli 2007 bertempat di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Hewan Coba

Hewan percobaan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC) sebanyak 190 ekor yang terlebih dahulu telah diseleksi untuk mendapatkan bobot badan yang seragam.

Kandang Penelitian

Kandang yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 19 buah terbuat dari bambu dan ram kawat yang berukuran masing-masing 1 x 1 x 0,6 meter. Alas kandang diberi sekam padi yang diganti setiap 5 hari sekali. Untuk persiapan kandang, sebelum pemeliharaan terlebih dahulu didesinfeksi dan difumigasi. Pada setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum yang berkapasitas 5 liter dan terbuat dari plastik. Untuk pemanas digunakan lampu pijar 10 watt. Model kandang ayam ditunjukkan pada Gambar 2.

C C D D E E

C C D D E

B B B B

A A A A

(41)

Ransum Penelitian

Ransum yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu ransum terpilih (dengan penambahan minyak ikan dan vitamin E) dan ransum biasa (tanpa penambahan minyak ikan dan vitamin E), dimana pada ransum biasa minyak ikan diganti dengan minyak kelapa.

Tabel 3. Komposisi Ransum Penelitian

Bahan Ransum Terpilih (%) Ransum Biasa (%)

Jagung 50 50

Bungkil Kedelai 39 39

Minyak Kelapa - 6

Minyak Ikan 6 -

CaCO3 1,155 1,155

Dicalcium Fosfat 2,145 2,145

Premix 1,680 1,700

Vitamin E 0,020 -

Sumber : Rusmana (2000)

Bahan dan Alat dalam Pemeliharaan Ayam

Selama pemeliharaan diperlukan desinfektan, timbangan, air bersih, vitamin, vaksin ND aktif dengan dosis 107 EID50, vaksin IBD dan virus ND dengan dosis 103 CLD50.

Peralatan Nekropsi dan Pembuatan Preparat

(42)

Metoda Penelitian

Pemeliharaan dan Perlakuan Ayam

Sebanyak 190 ekor DOC dipelihara selama 44 hari. DOC tersebut dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu:

(A)Ransum Terpilih + vaksin

(B)Ransum Terpilih + Tidak divaksin

(C)Ransum Terpilih + Tidak divaksin + ditantang ND (D)Ransum Terpilih + Vaksin + ditantang ND

(E)Ransum biasa + Vaksin + ditantang ND

Pada setiap kelompok perlakuan, DOC dibagi lagi secara acak kedalam 4 sub kelompok. Sehingga setiap sub kelompok terdapat 10 ekor ayam. Ransum diberikan sesuai dengan kelompok ayam. Vaksinasi yang dilakukan adalah ND pada hari ke 4 melalui tetes mata dan pada hari ke 19 melalui air minum (per oral) dengan dosis 107 EID kemudian vaksin IBD pada hari ke 11 melalui air minum. Sedangkan tantangan virus ND diberikan dengan dosis 103 CLD yang dilakukan pada hari ke 33.

Pengambilan Organ Hati dan Pembuatan Preparat Histopatologi

Dari setiap sub kelompok, diambil satu ekor ayam dengan berat- badan mendekati rataan berat badan kelompok untuk dinekropsi. Hati dikoleksi dalam Buffer netral formalin 10% (BNF 10%). Pengambilan sampel dilakukan 4 kali yaitu pada hari ke 15, 30, 37 dan hari ke 44.

Pembuatan preparat histopatologi terdiri dari dehidrasi dalam alkohol bertingkat, penjernihan (clearing) dalam xilol I dan II, perendaman (embedding), percetakan (blocking), serta pemotongan dan pewarnaan menggunakan pewarna HE.

Pemeriksaan Histopatologi

(43)

Sistem yang digunakan dalam analisis pengamatan perubahan histopatologi hati broiler adalah sistem skoring. Parameter pengamatan adalah sebagai berikut.

Skor 0 : Relatif tidak ada perubahan Hepatosit tersusun radier Skor 1 : Oedema

Perdarahan Kongesti Skor 2 : Sarang radang

Degenerasi berbutir (Cloudy swelling) Skor 3 : Degenerasi lemak dan akumulasi lemak

Nekrosa

Untuk setiap perlakuan pada masing-masing tanggal pengambilan, dikoleksi 3 sampel. Setiap sampel diperiksa dengan skor yang telah ditetapkan masing-masingnya sebanyak 10 lapangan pandang. Rata-rata diambil untuk setiap tanggal pengambilan sampel per perlakuan dan rataan keseluruhan sampel pada satu perlakuan.

Dalam menganalisis data akhir dari semua rataan skor yang diperoleh, maka dibuat batasan rentang nilai untuk penentuan skor akhir. Rentang nilai tersebut adalah sebagai berikut:

Skor 0 : 0 ≤ x ≤ 0,75 Skor 1 : 0,75 < x ≤ 1,50 Skor 2 : 1,50 < x ≤ 2,25 Skor 3 : 2,25 < x ≤ 3,00

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini untuk mengetahui peranan minyak ikan dan vitamin E sebagai imunomodulator dengan melihat gambaran histopatologi hati broiler yang ditantang virus ND. Peranan minyak ikan dan vitamin E sebagai imunomodulator dapat dilihat dari kemampuan dan status kekebalan ayam ketika terpapar virus. Pengamatan deskriptif kualitatif menggunakan metode skoring dalam penilaian terhadap pengaruh dan perubahan yang terdapat pada hati broiler setelah diberi pakan tambahan berupa minyak ikan dan vitamin E.

Gambaran Histopatologi Hati Broiler

Perlakuan pertama dan kedua (perlakuan A dan B), ayam tidak ditantang virus ND. Yang membedakan dari kedua perlakuan ini adalah pada perlakuan A ayam diberi vaksin sedangkan perlakuan B ayam tidak divaksin. Gambaran histopatologi hati yang diamati secara umum pada kedua perlakuan ini relatif tidak ada perubahan dari bentuk normal, hanya saja pada perlakuan B (minyak ikan dan vitamin E, tanpa vaksinasi) terdapat beberapa bagian hati yang mengalami oedema.

(45)

Gambaran histologi hati normal terdiri dari sinusoid-sinusoid dengan sel-sel parenkim hati yang tersusun radier. Pada pembesaran 10 dan 40 kali lensa obyektif tampak dengan jelas susunan hepatosit dan vena sentralis dalam satu lobulus hati, selain itu terdapat pula segitiga Kiernan dan Sel Kupffer.

Pada perlakuan A dan B terdapat adanya oedema. Oedema merupakan akumulasi cairan pada bagian interseluler. Oedema yang terdapat pada sampel A hanya bersifat lokal pada beberapa lapangan pandang, kerusakan seperti ini masih dianggap tidak membahayakan karena belum mengganggu fungsi hati. Sedangkan pada perlakuan B oedema yang dialami sudah cukup serius dibandingkan dengan perlakuan A.

Gambar 4. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami oedema. Pada perlakuan B (Ransum terpilih, tanpa vaksinasi). (Pewarnaan HE, pembesaran 20x)

(46)

Gambar 5. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami kongesti pada vena sentralis (a) pada perlakuan C (ransum terpilih, tanpa vaksin dan ditantang virus ND), (pewarnaan HE, pembesaran 10x ) dan Perdarahan (b) pada perlakuan D (ransum terpilih, vaksinasi dan ditantang virus ND). (pewarnaan HE dan pembesaran 20x)

Pada perlakuan C, D dan E telah terlihat perubahan yang signifikan, dimana dapat terlihat dengan jelas adanya akumulasi sarang radang, degenerasi berbutir akumulasi lemak dan degenerasi lemak yang lokal maupun telah menyebar pada semua lapangan pandang. Menururt Yawah (2007), perubahan seperti ini telah menganggu fungsi hati, meskipun degenerasi ini biasanya terjadi pada awal infeksi yang ringan, namun apabila telah berlanjut, degenerasi akan semakin parah, bahkan sampai terjadi nekrosis.

(47)

Gambar 6. Gambaran histopatologi hati broiler yang mengalami degenerasi dan nekrosa pada perlakuan E (ransum biasa, vaksinasi dan ditantang virus ND); Degenerasi berbutir (A), Degenerasi lemak (B), Inti mengalami piknotik (C), Inti mengalami karyoreksis (D) dan inti mengalami karyolisis (E). (Pewarnaan HE, pembesaran 40x)

Gambaran paling serius terdapat pada sampel E, dimana telah tampak beberapa titik nekrosa yang ditandai oleh adanya perubahan pada inti sel hepatosit berupa fragmentasi sel atau sel hati nekrotik tanpa pulasan inti atau tidak tampaknya sel yang disertai reaksi radang hal ini seperti yang dinyatakan Darmawan (1996). Nekrosis diawali dengan perubahan inti sel (nukleus) yaitu hilangnya gambaran kromatin, inti sel hati menjadi keriput, tidak vesikuler lagi, inti tampak lebih padat, warnanya gelap kehitaman (piknotik). Inti sel hati terbagi atas fragmen-fragmen robek (karyoreksis) dan inti sel hati tidak lagi mengambil warna banyak sehingga warnanya pucat dan tidak nyata (karyolisis) (Saleh 1996).

(48)

Gambar 7. Gambaran sarang radang pada hati broiler pada perlakuan E. (Pewarnaan HE, pembesaran 4x)

Derajat Keparahan Kerusakan Hati Broiler terhadap Paparan Virus ND Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada hari ke 15, 30, 37 dan 44. Sedangkan ditantang virus ND pada hari ke 33. Pengambilan sampel ke 3 dan ke 4, setelah ditantang dengan virus ND menunjukkan peningkatan kerusakan hati broiler yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Skor Lesio Hati Broiler pada Setiap Hari Pengambilan Sampel Sampel Hari Pengambilan Sampel

1 2 3 4 A 0.66 0.46 0.46 0.90 B 0.40 1.03 0.86 0.66 C 1.10 1.86 2.16 2.36 D 0.86 1.60 1.93 1.46 E 1.03 2.53 2.93 2.23

(49)

ND yang diberikan pada hari ke 33 dan pada hari ke 44 pada umumnya dari semua perlakuan telah terjadi penurunan karena telah terjadi recovery dari sistem imun tubuh. Untuk membandingkan semua perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik perbandingan skor kerusakan hati broiler semua perlakuan pada tiap hari pengambilan sampel

Kerusakan yang paling signifikan dalam grafik diatas adalah Perlakuan E pada hari pengambilan sampel ke 3 (hari 37). Rataan tingkat kerusakan pada 30 lapangan pandang yang didapat mencapai 2,93. Namun pada pengambilan sampel berikutnya tingkat kerusakan yang tampak mulai menurun. Hal ini sangat berhubungan dengan kemampuan sistem imun hewan dalam menghadapi paparan virus ND. Pemberian vaksin dan ransum yang tepat sangat membantu daya tahan tubuh hewan terhadap agen penyakit.

(50)

Perbandingan Skor pada Setiap Perlakuan Tabel 5. Skor dari setiap perlakuan

Sampel Pengambilan sampel

1 2 3 4

A 0 0 0 1

B 0 1 1 0

C 1 2 2 3

D 1 2 2 1

E 1 3 3 2

Dari tabel 5, diperoleh skor akhir yang berbeda pada setiap perlakuan. Perlakuan A dan B merupakan kontrol negatif terhadap paparan virus ND, karena kedua perlakuan ini tidak ditantang virus ND. Meskipun pada gambaran histopatologi menunjukkan ada sedikit kerusakan berupa oedema lokal yang ditunjukkan oleh skor 1, namun hal itu masih dapat dikatakan relatif tidak begitu parah dan tidak menggangu fungsi dan kerja hati dalam melaksanakan tugasnya. Sedikit kerusakan seperti itu wajar terjadi sebagai tanggap kebal ayam terhadap antigen dan perubahan lingkungan.

Perlakuan C merupakan perlakuan dengan memberikan ransum terpilih (dengan tambahan minyak ikan dan vitamin E) dan ditantang virus ND namun tanpa vaksinasi. Dalam gambaran histopatologi, pada sampel ini mengalami banyak perubahan seperti terjadinya degenerasi berbutir yang menyebar keseluruh bagian hati serta degenerasi lemak lokal. Skor pada perlakuan ini dari pengambilan sampel pertama (hari ke 15) sampai pengambilan sampel terakhir (hari ke 44) menunjukkan kenaikan nilai skor. Artinya paparan virus ND menyebabkan kerusakan yang semakin lama semakin parah.

(51)

berupa degenerasi berbutir, oedema dan perdarahan, artinya paparan virus ND mampu mengakibatkan dua tingkat keparahan dilihat dari gambaran histopatologi hatinya dibandingkan dengan hati normal.

Skor 1 dan 2 yang didapatkan pada sampel D dengan perlakuan pemberian ransum terpilih, divaksinasi dan juga ditantang virus ND. Skor ini menunjukkan tingkat keparahan yang diakibatkan oleh paparan virus ND yang cukup serius. Bila dilihat perbedaannya dengan perlakuan A (Ransum terpilih dan vaksinasi), tampak suatu perbedaan nyata akibat paparan virus ND.

Apabila dilihat perbedaan skor antara perlakuan C dan perlakuan D, kedua perlakuan ini hanya dibedakan oleh pemberian vaksin, dimana kelompok perlakuan C tidak divaksin sedangkan perlakuan D diberi vaksin. Tentu saja paparan virus ND yang lebih parah tampak pada gambaran histopatologi hati pada perlakuan C, sedangkan perlakuan D memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah dari kelompok perlakuan C.

Perlakuan E menunjukkan kerusakan yang paling parah dari gambaran histopatologi hati broiler. Perlakuan E merupakan perlakuan dengan diberikan ransum biasa (tanpa minyak ikan) divaksinasi dan juga diinfeksi virus ND. Jika dibandingkan antara perlakuan C dan E, kedua perlakuan ini dibedakan dari pakan yang diberikan dan juga vaksinasi. Pada perlakuan C diberikan ransum terpilih, ditantang virus ND namun tidak divaksinasi sedangkan pada perlakuan E ransum yang diberikan adalah ransum biasa dengan ditantang virus ND dan vaksinasi. Dari semua kelompok perlakuan perlakuan A (ransum terpilih dan divaksin) dan B (ransum terpilih tanpa vaksinasi) mempunyai skor terendah. Skor 1 pada perlakuan D (ransum terpilih, infeksi ND dan divaksin), sedangkan skor tertinggi pada perlakuan C ( Ransum terpilih, tanpa vaksin dan infeksi virus ND) dan perlakuan E (Ransum biasa, divaksin dan infeksi ND) menunjukkan kerusakan paling parah berupa degenerasi dan akumulasi lemak serta nekrosa.

(52)

diseimbangkan dengan konsumsi pakan yang baik dan mampu berperan sebagai imunomodulator terhadap ancaman patogen seperti paparan virus ND.

Peranan Minyak Ikan dan Vitamin E sebagai Imunomodulator

Seperti terlihat pada pembahasan sebelumnya, tingkat keparahan akibat paparan virus ND tergantung pada besarnya infeksi virus, status kekebalan tubuh dan kondisi lingkungan. Dari kelima perlakuan, empat diantaranya diberi ransum terpilih yaitu dengan tambahan ransum berupa minyak ikan dan vitamin E, sedangkan satu perlakuan terakhir hanya diberi ransum biasa (tanpa tambahan minyak ikan). Setelah dilakukan perhitungan tingkat kerusakan pada gambaran histopatologi hati broiler dari semua kelompok perlakuan melalui sistem skoring dengan parameter yang tersebut pada metoda, didapatlah rataan skor tertinggi oleh perlakuan E. Meskipun pada perlakuan E ayam divaksinasi, namun tanpa keseimbangan pakan dan nutrisi yang bagus, ayam tetap mudah terpapar virus ND.

Menurut Anonimus (2007i) jika virus sudah terlanjur masuk ke dalam sel, sistem antibodi ayam akan menghancurkan virus beserta sel-sel yang menjadi inangnya. Ini berbahaya, karena jika virus masuk ke sel hati, maka sel hati akan dihancurkan oleh sistem imun ayam, demikian juga jika virus menyerang sel pencernaan atau sel reproduksi, juga akan dihancurkan oleh sitem imun. Jadi, yang sangat penting untuk dilakukan adalah memperkuat sistem imun sehingga virus bisa dihancurkan sebelum masuk ke dalam sel, sehingga tidak terjadi kerusakan-kerusakan jaringan akibat penghancuran oleh sistem imun. Salah satu cara paling efektif untuk memperkuat sistem imun ayam adalah dengan pemberian imunomodulator.

Ransum ayam sebagian besar terdiri dari jagung banyak mengandung omega 6. Banyak tambahan pakan yang dapat menyeimbangkan kadar omega 6 dan omega 3 dalam ransum, salah satunya adalah minyak ikan. Minyak ikan banyak mengandung omega 3. Menurut Friedman dan Sklan (1997) dan Frietsche

(53)
(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran histopatologi hati broiler yang diberikan tambahan minyak ikan dan vitamin E dalam ransum dan ditantang virus ND menunjukkan tingkat kerusakan yang lebih ringan daripada gambaran histopatologi hati pada perlakuan tanpa pemberian minyak ikan dan vitamin E serta ditantang virus ND.

2. Pemberian minyak ikan dan vitamin E mampu menekan tingkat kerusakan hati broiler akibat paparan virus ND.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2004. Gaya hidup dan imunitas. http://www.kompas.com/kesehatan/ news/0410/04/025031.htm. Kompas [1 Agustus 2007]

Anonimus. 2006a. Vitamin E, untuk Kulit Indah. www.femina-online.com. Femina. [06 April 2007]

Anonimus. 2006b. Minyak Ikan Bantu Tumbuh Kembang Otak. http://www.dinkesjatim.go.id/berita/detail.html. Jawapos [24 Juli 2007] Anonimus. 2006c. Hidup Sehat Berdampingan dengan Bibit Penyakit.

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=245172&kat_id=150. Republika [1 Agustus 2007]

Anonimus. 2007a. Avian Biotech International. http://medicineworld.org/ images/blogs. [05 April 2007]

Anonimus. 2007b. Synopsis of Exotic Newcastle Disease. www.nabc.ksu.edu/ND/upload [05 April 2007]

Anonimus. 2007c. Minyak ikan. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0704/22/ cakrawala/lainnya03.htm. [06 April 2007]

Anonimus. 2007d. Nutritional and Fish oil. http://tumoutou.net/702_ 05123/group_b123.htm [06 April 2007]

Anonimus. 2007e.What is Newcastle Disease. http://www.affa.gov.au/content/ND [06 April 2007]

Anonimus. 2007f. Vitamin dan Defisiensi Vitamin. http://www.mediastore.com/ zamel/isizamel=vitamin [06 April 2007]

Anonimus. 2007g. Pegangan Peserta Pelatihan Paravet: Tetelo atau ND. http://www.deliveri.org/Guidelines/misc/ho11_1_13i.htm. [10 Juni 2007] Anonimus. 2007h. Tubuh Kebal, Tapi Tak Boleh Asal.

http://www.tabloidnova.com/ articles.asp?id=9946. [1 Agustus 2007] Anonimus. 2007i. Tingkatkan Sistem Kekebalan Hindari Kontaminasi Virus.

http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article &sid=694. Poultry [1 Agustus 2007]

Banks WJ. 1985. Applied Veterinary Histology. Edisi 2. William and Wilkins: USA

(BNF) British Nutrition Foundation’s. 1994. Unsaturated Fatty Acid, Nutritional and Physiological Significance. The Report of The British Nutrition Foundation’s, Task Force. Chapman & Hall : London

Burkitt HG, Osweiler GD. 1995. Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology.

Edisi 2. Kendal/Hunt Publishing Company

(56)

Copland John. W. 1987. Newcastle Disease in poultry (a new Food Pellet Vaccine). Australian Centre for International Agricultural Research. Ramsay ware printing: Melbourne

Darmawan S. 1996. Patologi. Dalan: Himawan. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Dellman HD, Esther MB. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Universiras Indonesia Press: Jakarta

Donald Mc D. Vitamin E. http://www.clinicalavianmedicine.com/ [02 Januari 2007]

Eustis SL, GA Booman, T Harada & JA Popp. 1990. Pathology of the Fischer Rats, Reference and Atlas. Academic Press: San Diego

Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Friedman A and Sklan. D. 1997. Effect of Dietary Fatty Acid on Humoral Immune Response of Turkey. British Poult. Sci. 38: 342-248

Frietsche KL, Cassity. NA & Huang.SC. 1991. Effect of Dietary Fats Source on Antibody Production and Lymphocyte Proliferation in Chicken. Poultry.

Sci. 70: 611-617

Frietsche KL, Cassity NA. 1992. Dietary (n-3) Fatty acid Reduce Antibody Dependent Cell Cytotoxicity and Alter Eecosanoid release by Chicken Immune Cells. Poult Sci. 71: 1646-1657

Ganiswara SG.1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Gordon. 1977. Poultry Disease. Bailiere Tindall: London

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Buku Kedokteran ECG: Jakarta

Harli M. 1998. Omega-3 Modal Untuk Kecerdasan. http://www.indomedia.com/ intisari/1998/omega3.htm. [24 Juli 2007]

Hartono. 1992. Histologi Veteriner. Laboratorium Histologi Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor: Bogor

Heuser GF. 1950. Feeding Poultry. Cornell University Ithaca: New York

Hungerford TG. 1969. Disease of Poultry Including Case Bird and Pigeon. Angus and Robertson LTD: Sydney, London, Melbourne

Jordan FTW. 1990. Poultry Disease. edisi 3. Bailere Tindal: London, Philadelphia, Toronto, Sydney, Tokyo

Kinsella JE, Lokesh B, Broughton S, Whelan J. 1990. Dietary plyunsaturated fatty acid and eicosanoids: Potensial effects on the modulation of inflammatory and immune cells. An overview, Nutrition. 6:24-40

(57)

Kreutler PA. 1980. Nutrition in Prespective. Prentice-hall, Inc Englewood: USA Lands WEM. 1986 Fish and Human Healt. Departement of Biological Chemistry,

University of Illionis, acedemc Pres: Chicago

Larsen Hans R. 2007. Fish oil: The essential Nutriens. http://vvv.com/healthnews /fishoils.html. [10 april 2007]

Linder. 1992. Dalam Yulfiperius. 2003. Penambahan Vitamin E dalam Formulasi Pakan Induk Ikan Dapat Memperbaiki Kualitas Reproduksinya. http://tumoutou.net/6_sem2_023/yulfiperius.htm. [1 Agustus 2007]

Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi 2. Universitas Indonesia: Jakarta

Manalu W. 1999. Bahan Kuliah Pengantar Ilmu Nutrisi Hewan. Bagian fisiologi dan Farmakologi. FKH IPB: Bogor

Meers J, Spradbrow, Peter B & Thu, Trandh Dinh. 2004. Control of Newcastle Disease and Duck Plague in Village Poultry. Australian Centre for International Agricultural Research: Canberra

Meydani M, Natiello F, Goldin B, Free N, Woods M, Scheefer E, Blumberg S, Gorbach SL. 1991. Effect of Longterm Fish Oil Suplementation on Vitamin Estatus and Lipid Peroxidation in Woman. J Nurt. 121: 484-491 Presscott SM. 1984. The Effect of Eicosapentaenoid Acid on Leukotrin B

Production by Human Neutrophils. J Biol. Chem

Randall CJ, Rodney L Reecae. 1989. Color Atlas of Avian Histopathology.

Mosby-Wolfe

Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi 2. Percetakan Bali. Denpasar

Rusmana D, Piliang WG, Budajanto S. 2000. Pengaruh Suplementasi minyak ikan, minyak jagung dan ZnCO3 dalam Ransum Terhadap Kandungan “ώ

-3, ώ-6 PUFA”dan Kolesterol Telur dan Karkas Ayam Kampung. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor

Sainsbury D. 1984. Poultry Health and Management. Edisi 2. Granada: London Juli 2007]

Saleh S. 1996. Patologi. Dalam: Himawan. Bagian Patologi Anatomi Universitas Indonesia: Jakarta

Santosa SC. 2004. Artikel Penunjang Biosugih Ternak. http://sugihsantosa. atspace.com/artikel/virusayam.html santosa. 2004. [20 Agustus 2007] Setijanto H. 1998. Anatomi Unggas. Laboratorium Anatomi. Fakultas Kedokteran

Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor

(58)

Stansby M.E., 1982. Properties of Fish Oil and Their Application to Handling of Fish and to Nutrinional and Industrial Use. Di dalam R E. Martin, G.J. Flick, C.E. Hebord and D.R Ward (Ed). Chemistry and Biochemistry of Marine Food Products. AVI Publishing Company: Connecticut

Suprijana O. 1995. Pengaruh minyak ikan dalam diet terhadap lipoprotein plasma pada tikus. J. of Padjadjaran University

Wikipedia. 2007a. Benefits of fish oil. http://en.wikipedia.org/wiki/fishoil. [10 April 2007]

Wikipedia. 2007b. Newcastle Disease.http://en.wikipedia.org/wiki/Newcastle disease. [10 April 2007]

Yawah D. 2007. Degenerasi dan Nekrosis. www.dodon.org/nota/kuliah. [25 Juli 2007]

(59)
(60)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Preparat Histopatologi ƒ Dehidrasi

Sediaan hati dalam tissue-cassete dimasukkan kedalam keranjang carrier yang kemudian dipasang pada tissue processor yang berturut-turut dicelupkan pada alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95%. Kemudian dimasukkan kedalam alkohol absolute I dan II lalu dilakukan proses penjernihan (clearing), yaitu dengan cara memasukkan sediaan yang dibersihkan kedalam xylol I dan xylol II. ƒ Perendaman (embedding) dan percetakan (blocking)

Proses perendaman sebaiknya dilakukan dekat dengan sumber panas. Sediaan dimasukkan kedalam cetakan yang sudah berisi parafin cair dari tinggi dinding cetakan dan kemudian cetakan bagian dasar mulai membeku lalu ditambahkan lagi dengan parafin cair sampai penuh serta diatur letaknya.

ƒ Pemotongan

Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mikrotom putar dengan ketebalan 5 μm. Irisan berbentuk pita diapungkan diatas permukaan air hangat 40oC, baru kemudian dipilih irisan yang paling baik untuk diletakkan diatas gelas objek yang telah diolesi dengan ewit (campuran gliserin dan albumin). Kemudian gelas objek disimpan dalam inkubator selama 2 jam dengan temperatur 56oC selanjutnya preparat siap diwarnai.

ƒ Pewarnaan HE

(61)

Gambar

Gambar 1. Virus Newcastle Disease dan bagian-bagiannya. (Sumber: Anonimus
Tabel 2. Sumber asam lemak dari berbagai ikan (g/100g).
Gambar 2. Model kandang ayam dan pengelompokan dalam penelitian
Tabel 3. Komposisi Ransum Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengaruh Adaptasi Kebijakan Mengenai Work Family Issue Terhadap Absen Dan Turnover.. Jurnal Manajemen &amp; Kewirausahaan

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Dalam tesis ini, pertama-tama saya akan membahas beberapa karakteristik yang dimiliki oleh tokoh utama di dalam sebuah novel yang berjudul Brida karya Paulo Coelho..

Pembandingan data yang didapatkan dari hasil survey (data primer) dengan data yang diperoleh dari instansi terkait (data sekunder) dilakukan untuk mendapat gambaran pola

Purpose: ​ This study aimed to investigate implementation of regional regulations for banning smoking on employees smoking behavior in a government office in Boalemo.

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA.. DAN ASPEK PENANGKAPANNYA Abram Barata 1) dan Budi

Uji hipotesa secara parsial yang mempunyai nilai p &lt;0,05 hanya ada tiga variabel bebas yaitu faktor sosial, konsekuensi jangka panjang dan kondisi- kondisi yang mendukung,