• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI KEPERCAYAAN CHINA KUNO DAN KONFUSIANISME A. PENDAHULUAN

a. Latar belakang

China adalah sebuah peradaban besar yang sudah ada semenjak ribuan tahun sebelum masehi, terbukti dengan banyak etnis china atau pecihinan yang tersebar diseluruh dunia. Maka agama atau kepercayaan menjadi sorotan penting yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Agama China purba dan konfusius atau yang sering disebut di indonesia adalah khong hu chu, agama ini kononya adalah agama yang tertua namun bukan satu-satunya yang ada di China.

Dalam sebuah pepatah cina menyatakan bahwa cina memiliki tiga agama yang dimaksud yaitu: konfusianisme taosme dan buddha. Dalam artian bahwa ketiga agama tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sulit untuk membicarakan salah satunya tanpa mengaitkan yang lain1. Khong hu chu merupakan salah satu ajaran yang

bersumber pada kitab-kitab klasik yang di populerkan oleh konfisius dan para penganutnya dalam istilah cina agama ini menunjuk pada dua hal; ju chiao dan ju chia.

Ju chiao ini sudut pandanganya tentang shih chiao (budisme) dan tao chiao (taoime), sedangkan adalah yaitu mengkaji tentang filsafat, budaya maupun ilmu pengetahuan2.

Jadi dapat di jelaskan jika agama konfusius itu mengkaji selain ilmu agama juga mengkaji tentang kefilsafatan dan pengetahuan lain.

Meskipun demikian pada bagian ini kami akan berusaha untuk mengaji bagaimana proses munculnya agama di China terutama Konfusiaus dan perkembangannya meskipun dengan segala keterbatasan kami. Selain itu juga agama ini tidak pernah lepas dari teradisi purba yang ada di china yang akan sedikit besar mempegaruhi proses terbentuknya agama Kong hu chu.

Dari latar belakang diatas dapat kita rumuskan beberapa masalah yang nantinya akan jadi fokus kita dalam pembahasan makalah ini.

b. Rumusan Masalah

1 Di kutip dari buku editor Ismai Roni dkk, agama-agama dunia (blukar, yogyakarta, 2012 ) hm. 282

(2)

1. Bagaimana tradisi kepercayaan Tiongkok atau China kuno ? 2. Apa itu Konfusianisme ?

3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya ? 4. Dan bagaimana dengan konfusianisme di Indonesia ?

B. PEMBAHASAN

A. TRADISI DAN KEPERCAYAAN ASLI TIONGKOK

Masyarakat Tiongkok tradisional percaya bahwa alam adalah sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka, dan mereka membagi alam menjadi tiga, yang mereka kenal dengan konsep tiga alam yang menjadi inti kepercayaan masyarakat Tiongkok kuno, tiga alam yang dimaksud adalah :

Alam Langit (Tian Jie) adalah menunjuk pada alam yang didiami dan menjadi tempat kegiatan para raja-raja Langit (Tian Wang) dan dewa-dewi langit (Tian Shen). Alam ini dianggap sebagai pusat pemerintahan alam semesta, yang mengatur seluruh kehidupan di alam bumi. Orang-orang besar yang berjasa di bidangnya masing-masing terhadap masyarakat Tionghoa di zamannya dapat naik menjadi dewa-dewi di alam Langit.

Alam Bumi (Ming Jie) adalah menunjuk pada bumi tempat kita berada, yang menjadi tempat tinggal dan tempat kegiatan dari seluruh makhluk hidup. Dewa-dewi dan pejabat di alam Langit bertanggung jawab melaksanakan tugas pemerintahan mereka di alam Bumi. Juga disebut sebagai Yang Jian ataupun Ren Jian.

Alam Baka (You Jie) adalah menunjuk pada alam di bawah bumi ataupun alam sesudah kematian, yaitu alam yang menjadi tempat domisili dan kegiatan dari roh-roh (Ling) dan hantu (Gui) dari manusia setelah meninggal dunia.

(3)

Neraka (Shi Ba Ceng Di Yu)3. Jadi tuhan disini bersifat teisme, menciptakan dan

berperan aktif terhadap alam.

a. Sikap terhadap alam

Alam bagi masyarakat Tiongkok kuno adalah sesuatu yang patut dihormati, ini dikarenakan bagi leluhur Tiongkok dizaman dulu alam menjadi tantangan untuk bertahan hidup. Menurut mereka dialam ini ada yang menguasainya, yang mereka kenal dengan dewa-dewi. Seperti Yu Huang Da Di ( Raja Langit), merupakan bentuk penghormatan pada langit. Dan bentuk penghormatan ini adalah penghormatan paling tua, karena penghormatan terhadap alam sudah ada sebelum penghormatan terhadap yang lainnya.

Tentang hormat menghormati ini juga tidak lepas dari pengaruh Konfusianisme yang sangat menekankan pentingnya menghormati para leluhur. terutama yang berjasa dan berkontribusi bagi orang banyak. Bentuk penghormatan terdiri dari tokoh-tokoh sejarah besar, tokoh-tokoh mitologi yang dianggap sebagai leluhur jauh maupun dekat, Bila diperhatikan, maka hampir semua dari dewa-dewi yang ditinggikan di dalam kepercayaan tradisional ini adalah dimanusiakan tanpa memandang bentuk asalnya. Ini terutama terlihat dalam bentuk penghormatan pada alam maupun bentuk-bentuk lain. Namun apapun bentuk yang ditunjukkan (patung, papan nama penghormatan dll), yang dipuja dan dihormati tentu bukan bentuk real darinya. Jadi yang dilakukan dalam kepercayaan tradisional ini bukanlah memuja sang patung ataupun papan tadi, namun adalah memuja dan menghormati dewa-dewi yang bersangkutan4

b. Sistem kalender, upacara, dan korban

3 http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kepercayaan-tradisional-masyarakat.html

(4)

Peradaban China kuno sudah memiliki sistem kalender yang koperehensif. Sistem kalender China menggabungkan berbagai elemen yang dipadukan secara komperehensif seperti :

 Elemen matahari  Elemen bulan

 Elemen shio (rasi bintang)

 Elemen energi ( Yin dan Yang) dan  Karakteristik alam

Untuk mensingkronkan keempat elemen tersebut sistem penanggalan China memiliki autokoreksi yakni dengan munculnya lun gwe’ atau tahun kabisat China yang terjadi antara dua atau tiga tahun sekali, berselang satu kali musim. Sistem kalender China memiliki sistem hari, bulan, tahun, priode 12 tahun dan 60 tahun.

Priode 60 tahun diperoleh dari kombinasi tiga faktor ( 12 shio [Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Kera, Ayam, Anjing, dan Babi], 5 unsur [Kayu, Api, Tanah/ Bumi, Logam, dan Air], 2 energi [Yin dan Yang] , ini artinya hanya setahun dalam enam puluh tahun. Angka 60 diperoleh dari kelipatan nilai terkecil atau KPK dari bilangan 12, 5,dan 2 ) sehingga akan terjadi hal yang sama setiap 60 tahun sekali, misal tahun tikus api 1936 akan terulang kembali pada tahun 1996 ( 60 tahun kemudian.

Selain itu bangsa tiongkok kuno selalu mengadakan upacara dengan tujuan untuk menghormati dewa-dewi. Upacara selalu ditetapkan pada saat yang khusus dalam kehidupan manusia. Sikap pemujaan ini menimbulkan hal-hal yang tabu dan sakral dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat Tiongkok kuno baik dalam kalangan bangsawan maupun rakyat jelata selalu diikat dengan peraturan yang bertujuan mempertahankan harmonisasi antara satu dengan yang lain, antara manusia dengan makhluk lainnya, antara bawahan dan atasan, antara susunan dunia dengan susunan yang ada dilangit, dan antara manusia dengan alam sekitarnya. Dan harmonisasi ini juga dianut oleh konfusianisme sebagai keseimbangan.

B. KONFUSIANISME

(5)

Konfusius adalah nama latin dari K’ung Tzu atau Kong Hu Tsu atau k’Urng, Dilahirkan di negri Lu, yang sekarang adaah provinsi Shantung pada tahun 551 S.M, dari sebuah kelurga yag sederhana, jujur dan setia bakti kepada Tian. Konon keahiranya di iringi dengan peristiwa ajaib dan pada tubuhnya juga nampak tanda-tanda yang luar biasa. Ayahnya meningga ketika berusia 3 tahun. Tahun 528 S.M dia berhenti dari pekerjaan yang dimilikinya karna ibunya meninggal dunia. Selama berduka cita kurang lebih 3 tahun ia megasigkan diri untuk belajar dan bemeditasi dan akhirnya dia muncul dari pengasingan sebagai seorang Guru, dan berhasil menarik sejumlah besar murid yang setia.

Pada usianya yang 50 tahun ia memasuki kehidupan masyarakat umum dan di tunjuk sebagai kepala hakim di kota Chung-tu dan segera di angkat menjadi mentri pekerjaan dan pengadian, jabatan tersebut sangat memberi kontribusi terhadapnya untuk melakukan praktik mengajar dan menyelenggarakan sistem administrasi yang teratur dan dia berhasil menjadikan negara tentram dan adil, sehingga kejahatan dan kerusakan akhlak menjadi hilang.

Keadilan yang pernah di terapkan ketika beliau menjadi pejabat mengundang musuh untuk menjatuhkanya, tahun 497 S.M pada zaman tersebut para pejabat sangat takut dengan keterusterangan dan ketulusan hati konfusius, sehingga tidak mau mengangkatnya dalam jabatan yang memiiki kekuasaan 5 dan setelah itu beliau

menggunakan waktu kurag lebih 13 tahun untuk merenungkan masa lampau dan menolak langkah dan meruskan menuju perjalanan panjang, beliau berkeliling dari satu negara ke negara lain, menawarkan nasehat yang tidak diminta para penguasa mengenai cara memperbaiki pemerintahanya. Dan pada saatnya pergantian pemerintahan, beliau diundang untuk kembali, tapi beliau sadar sudah terlalu tua untuk menjadi pejabat, beliau menghabiskan sisa waktunya selama 5 tahun dengan megajar dan menyunting kitab klasik secara tenang, dalam tahun 497 S.M dalam usianya 73 tahun beliau meninggal dunia6

5 Ibid. 190

(6)

Gambaran keperibadiandan cara hidupnya dihimpun dalam lun yu (analekta kehidupan konfusius) antara lain menyebutkan bahwa beliau adalah orang mudah bergaul selalu tampak gembira, halus, teliti, hormat, ramah dan sebagainya.

Setelah wafatnya konfusius, kemudian para muridnya melanjutkan ajaran konfusius. Akan tetapi, diantara para muridnya terjadi perbedaan pola pikir dan pandangan tentang konfusius, satu golongan mengatakan Konfusius adalah Tuhan penyelamat, sedangkan kelompok yang lain tetap mempertahankan paham lama bahwa Konfusius hanyalah seorang Nabi/ Guru.

Namun, pada masa dinasti Han, yang paling berpengaruh adalah kelompok yang mengatakan bahwa Konfusius adalah Tuhan penyelamat. Sehingga ditahun 59 M, ditetapkanlah acara-acara untuk memuja Konfusius, termasuk memberikan korban kepadanya di semua lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah. Ia kemudian dikenal sebagai “ Dewa Pendidikan” bagi bangsa China waktu itu. Disinilah bermula pemujaan terhadap diri konfusius. kemudian ditahun 505 M, dibangunlah kuil-kuil untuk memuja konfusius diseluruh wilayah kekaisaran, dan puncaknya diabad ke 7 M, pada masa pemerintahan dinasti Tang, pemujaan terhadap konfusius telah mendapat bentuknya yang sempurna, lengkap dengan kitab-kitab yang membahas upacara kurbannya.

b. Kitab suci konfusius7

Kitab-kitab yang dihasilkan baik itu oleh konfusius sendiri atau yang dihasilkan oleh para murid-muridnya sebenarnya banyak sekali. Namun yang diimani oleh umat Konfusian dan yang sudah dibakukan hingga saat ini ialah :

 Ngo King ( kitab suci yang lima )

Kitab Ngo King ini adalah kitab yang menjadi dasar ajaran agama Konfusius. Ngo king sendiri terdiri atas beberapa kitab, yaitu :

 Si King ( Kitab Sajak), berisi kumpulan sajak dari berbagai negeri,

sehingga ia juga disebut sebagai Kok Hong ( adat istiadat berbagai negeri), dan sifatnya lagu puja atau Siong yang mengiringi berbagai

(7)

upacara sembahyang. Sajak yang tertua berasal dari dinasti Siang atau

IEN ( 1766 S.M – 1122 S.M).

 Su King ( Kitab Dokumentasi Sejarah), yang berisi sejarah agama

konfusianisme, yang tertua berasal dari abad ke -23 S.M, dan yang terakhir berasal dari abad ke-7 S.M.

 Yak King ( Kitab Wahyu tentang Perubahan ), isinya mengungkapkan

kejadian , perubahan dan segala sesuatu tentang semesta alam, hidup manusia dan segala peristiwanya.

 Lee King ( Kitab suci tentang Susila dan peribadahan), terdiri atas tiga

kitab, yaitu :

 Gi Lee ( Kitab Tata peribadatan)

 Ciu Lee ( Kitab Kesusilaan dinasti Ciu)

 Lee Ki ( merupakan catatan kesusilaan yang ditulis oleh para

murid konfusius )

 Chun Chiu King ( Kitab sejarah zaman Chun Chiu ) beserta tiga tafsir

dan penjabarannya yang ditulis oleh para murid konfusius, yaitu :  Chun Chiu Coo Thoan

 Chun Chiu Kong- Yang Thoan  Chun Chiu Kok- Liang Thoan  Su Si (Kitab yang Empat ) terdiri atas :

 Thai Hak ( Kitab Ajaran Besar ), berisi ajaran yang memberi tuntunan

dan membina diri, dimulai dari yang terdalamdiri sendiri sampai kepada hal rumah tangga, Masyarakat, Negara, dan Dunia.

 Tiong Yong ( Kitab Tengah Sempurna), merupakan ajaran keimanan ,

yang memberi tuntunan bagaimana cara manusia beriman kepada Thians serta tanggung jawabnya sebagai pengemban firman Tuhan, dan bagaimana mampu membangun watak dan sikap agar mampu bertindak tengah –tepat ( Tiong), dan dalam pelaksanaannya dapat menciptakan suasana harmonis ( Hoo).

 Lun Gi (Kitab Suci), kitab ini terdiri atas 20 jilid, berisi sabda-sabda

konfusius, atau perbincangan konfusius dengan murid-muridnya dan orang-orang pada zaman itu. Kitab ini ditulis oleh para murid konfusius dan cucunya sendiri.

 Bingcu ( Kitab Meng Zi atau Mencius) , kitab ini ditulis oleh Meng Zi

(8)

Serta ditambah satu kitab lagi yang disebut Hau King ( Kitab Bhakti), yang ditulis oleh Cingcu. Kitab ini berisi tentang makna laku bakti dan bagaimana wajib menjalankannya.yang diterimanya dari gurunya yaitu konfusius.

 Analekta

Analekta adalah kitab yang membahas tentang kepribadian dan cara hidup Konfusius yang ditulis oleh para muridnya dan dihimpun dalam Lun Yu ( analekta kehidupan konfusius). Analekta konfusius ini sendiri terbagi menjadi tiga versi, yaitu : versi Lu ( ini yang berlaku saat ini ), versi Shi’i, dan Versi Naskah kuno.

c. Pokok-pokok keimanan

Sama halnya dengan aliran keagamaan yang lain, konfusianisme juga memiliki pokok-pokok keimanan yang menjadi tolak ukur bagi para kofusian untuk mencapai tujuannya dalam beragama. Pokok-pokok keimanan konfusianisme atau intisri ajaran konfusianisme diantaranya adalah :

1. Percaya kepada satu Tuhan yang maha esa, pencipta alam semesta, yang mereka sebut sebagai Thian. Thian dalam kepercayaan mereka dilambangkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

o Yuan ( Yang selalu Hadir) o Heng ( Yang selalu Berhasil) o Li (Yang selalu membawa Berkah)

o Zhen ( Yang selalu Adil [tidak membeda-bedakan])

2. Xing adalah jati diri manusia, kodrat, perwujudan firman Tuhan dalam diri Manusia.

3. Ren ialah prikemanusiaan, prikemanusiaan ini terbagi dua, yaitu :

o Zhong (setia), merupakan kependekan dari Zhong Yi Tian ( Setia kepada Tuhan ), yaitu berserah diri lahir dan batin kepad Tuhan.

o Shu ( Solidaritas), merupakan kependekan dari Shu Yi Ren (solider kepada sesama manusia) cinta kasih sejati.

 Thian

(9)

 Thian adalah sang pencipta.

 Maha Besar, Maha Tinggi Thian, Dialah ayah bunda kita ( Si King II, V, IV, I)  Thian menaruh kasih sayang-NYA kepada rakyat, apa yang menjadi kehendak

rakyat, Thian akan meluluskan. ( Su King II, III, III.7).

 Dan masih banyak lagi ayat didalam kitab suci konfusianisme yang

menyebutkan Thian sebagai Tuhan Yang Maha Esa.8

Maka dapat disimpulkan bahwa agama Konfusius adalah agama yang bertuhan dan tergolong Monotheism.

 Yin dan Yang

Kaum Konfusian percaya bahwa segala sesuatu dalam semesta ini terdiri dari dua prinsip yang saling berlawanan, yaitu prinsip Yin (prinsip feminin), yaitu sifat-sifat menerima dan menghasilkan, dan Yang (maskulin), yaitu sifat-sifat yang bersifat aktif dan keras hati. Prinsip yang berlawanan dari Yin dan Yang harus seimbang agar keharmonisan dalam semesta dapat terjaga.9

d. Etika Konfusius

Etika adalah perilaku manusia dalam kehidupan ini, dan sifatnya sangat praktis. Etika dan agama itu sangat berkaitan erat, karena akan sangat janggal orang yang beretika tidak memiliki pokok keimanan atau keyakinan. Begitupulalah halnya dengan etika konfusius ini sangat berkaitan erat dengan pokok-pokok keimanan konfusius. Karena etika konfusius adalah penjabaran dari keimanan konfusiani. Tentang pokok-pokok keimanan konfusius sedah dijelaskan diatas. Sedangkan etika konfusius dijabarkan secara singkat sebagai berikut10 :

 San kang ( Tiga hubungan )

 Hubungan seorang raja denga menterinya atau hubungan atasan dengan

bawahan. Maksudnya adalah bahwa raja harus memperlakukan mentrinya dengan Li (kesopanan atau dengan budi pekerti yang baik), dan seorang mentri harus mengabdi dengan setia kepada sang raja. (lihat Lun Gi III :19)

 Hubungan orang tua dengan Anak. Maksudnya adalah seorang ayah hendaklah

bertindak seperti ayah dan anak hendaklah mengerti dengan kedudukannya,

8 Ibid hal.34

9 Michael Keene, Agama-Agama Dunia, Penerbit Kansius( anggota IKAPI), Yogyakarta, 2012, hal. 171

(10)

sehingga semua berfungsi sesuai dengan norma yang berlaku.( lihat Lun Gi XII : 11)

 Hubungan suami dengan istri. Maksudnya adalah dalam hubungan suami istri

haruslah saling hormat menghormati. Dan seorang istri yang baik adalah istri yang patuh pada suaminya, dan suami yang baik adalah suami yang tidak memberikan nuansa keburukan.( lihat Mencius III, 2:2) Ini mengisyaratkan bahwa apa yang baik itu datangnya dari Thian ( Tuhan), maka siapa yang menjalankannya berarti dia telah mengikuti petunjuk Thian.

 Ngo lun ( Lima norma kesopanan dalam Masyarakat)

Dalam bidang sosial, konfusius menekankan perasaan berkawan atau timbal balik, penanaman rasa simpati dan kerjasama yang dimulai bertahap dari skala lingkungan kecil hingga skala yang lebih besar. Pada intinya Ngo lun ini sama dengan San kang yang ada diatas, hanya saja disini ditambah dua point lagi, yaitu :

 Hubungan saudara dengan saudara. Maksudnya adalah dalam hidup

bermasyarakat hendaklah seorang muda berbakti, dan bersikap rendah hati, amanah, dan menjalin silaturrahmi atau kekerabatan dengan masyarakat. ( lihat Lun Gi, I :6)

 Hubungan teman dengan teman. Maksudnya adalah bahwa pandai-pandailah

dalam mencari teman. Dan hendaklah berteman dengan orang yang membawa manfaat dan jangan berteman dengan orang yang membawa mudorat. (lihat Lun Gi, XIV: 4)

 Wu chang ( lima sifat yang mulia)

Lima sifat mulia yang dimaksud Konfusius adalah :

 Ren/ Jin : cinta kasih, rasa kebenaran,kebajikan,tahu diri,sopan santun,

dan dapat menyelami perasaan orang lain. (lihat dalam kitab saabda suci XII : 1)

 GI/I : rasa solidaritas, senasip sepenanggungan, rasa membela kebenaran.

( lihat Meng Zi VB : 7:8)

 Li/ Lee : sopan santun, tata krama,dan budi pekerti.( lihat sabda suci VIII

:2 )

 Ce / Ti : bijaksana atau kebijaksanaan, pengertian dan kearifan.( lihat

kitab tengah sempurna XXVI :6)

 Sin : kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat

(11)

 Siau / Hau : rasa bakti yang tulus terhadap orang tua, guru, dan leluhur.  Thi / Tee : rasa hormat terhadap yang lebih tua diantara saudara.

 Cung / Tiong : setia terhadap atasan, setia terhadap teman dan kerabat.  Sin ; kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya dan menepati janji.

 Lien / Liam : memperaktekkan cara hidup sederhana dan tidak

melakukan penyelewengan.

 Li / Lee : sopan santun, tata krama dan budi pekerti.  Gi / I : rasa solideritas, senasib sepenanggungan.

 Che / Thi : dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal amoral

atau hal-hal yang dapat merusak moral.11

 Kuncu( susilawan)

Kuncu atau manusia yang berwatak susilawan, namun dia tetaplah manusia biasa, bukan nabi dan bukan pula manusia suci. Kuncu adalah manusia biasa yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai ciptaan Thian dan mengemban firman-NYA. Selalu berusaha untuk menjadi manusia yang tidak sampai menanggung malu dihadapan Thian, manusia, dan dunia ini.

Menjadi seorang susilawan adalah hal yang sering disabdakan oleh konfusius, terbukti dengan banyaknya kitab suci yang mengangkat tentang sikap dan sifat seorang susilawan atau kuncu. Diantaranya tersurat dalam kitab Lun Gi XVI: 8, Lun Gi XX: 3, Bing Cu VIIA :20 dan 21, dan masih banyak lagi ayat dalam kitab suci konfusianisme yang menyinggung tentang kemuliaan seorang kuncu atau susilawan.

e. Hari raya dan kebaktian

Imlek adalah tahun baru menurut penanggalan kalender China, yang sudah digunakan oleh masyarakat China kuno. Oleh kerena itu, umat konfusius yang mayoritasnya adalah etnis China, maka mereka juga ikut merayakan imlek sebagai hari besar. Dan timbah dengan perayaan-perayaan lain seperti, peringatan hari lahir Konfusius ( 27-8 imlek), wafatnya konfusius (18-2 imlek), hari genta rohani (Tangce) 22 Desember, Chingming( 5 april), dan Qing Di Gong (8/9 imlek).

Kebaktian yang sangat penting dalam Konfusianisme adalah memperingati peristiwa-peristiwa kelahiran, kematian, dan perkawinan. Karena menurut ajaran konfusianisme semua kesadaran berakhir dengan kematian. Maka dari itu sudah

(12)

menjadi tugas manusialah untuk menghormati para leluhur mereka. Dan untuk ritual penghormatan ini disediakan tempat khusus untuk keperluan ini, di dalam rumah atau di dalam kuil (kelenteng).12

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONFUSIANISME

Perkembangan agama Konfusianisme dimulai sejak wafatnya Konfusius diusianya yang ke 73 tahun. Diantara muridnya yang paling terkenal dan gigih dalam menyebarkan ajaran-ajaran konfusius adalang Meng Zi atau Mencius dan Hsun Tsu. Sekitar tahun 206 S.M – 220 M, dibawah kekuasaan dinasti Han, konfusius dikembangkan bukan hanya sebagai pemikiran filsafat, tetapi juga sebagai agama yang penuh aspek-aspek spiritual, moral, dan kultural, dan tokoh utamanya adalah Tsung Chuang Shu. Akan tetapi, dikarenakan perbedaan pola pemikiran tentang ajaran konfusius dan tentang kedudukan konfusius sendiri, sebagai Tuhan atau hanya sebagai seorang Nabi atau Guru. Menyebabkan kunfusianisme terbagi kedalam beberapa kelompok dan aliran.

a. Neo Konfusianisme

Pada abad pertengahan muncul dan berkembanglah sebuah aliran baru dari konfusianisme yang disebut sebagai Li Huch Chia ( Neo Konfusianisme), pengikut aliran ini adalah murid- murid spiritual Konfusius, namun pola pikir mereka banyak dipengaruhi oleh para pengajar yang beraliran Chan atau Zen, sehingga aliran ini lebih dikenal sebagai perevisi atau perbaikan terhadap sistem moral, etika, dan kepercayaan lama berdasarkan perkembangan-perkembangan baru.

b. Hubungan konfusianisme dengan Taoisme dan Budhisme

Hubungan antara ketiga agama ini sangatlah rumit untuk dijabarkan, karena ketiga agama ini hidup berdampingan dan saling bersinergi dan melengkapi dalam kepercayaan masyarakat China. Seperti yang telah disampaikan pada pendahuluan bahwa di China ada pepatah yang mengatakan bahwa China memiliki tiga agama, tetapi yang tiga itupun sebenarnya hanya satu. Agama yang dimaksud adalah agama Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme. Misalnya, seorang penganut Konfusianisme, akan meminta seorang pendeta Budha untuk membacakan doa bagi simayit, karena Budha memiliki presfektif yang menarik tentang orang mati, dan memperaktekkan

(13)

ajaran-ajaran Tao antuk menentukan tempat penguburan yang baik. Begitulah gambaran keharmonisan agama di China.

D. KONFUSIANISME DI INDONESIA

Akulturasi yang sangat sempurna antara etnis Tiongkok atau sekarang yang lebih dikenal dengan China dengan penduduk Nusantara bukanlah hal yang luar biasa. Karena hubungan Indonesia dengan Tiongkok sudah terjadi semenjak zaman prasejarah. Maka bukan hal baru jika agama Konfusius atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Kong Hu Cu ada di Indonesia. Karena agama Kong Hu Cu sendiri sudah menjadi agama negara semenjak 136 SM. Maka sudah barang tentu para etnis Tiongkok yang datang ke Indonesia ini juga membawa ajaran dan keyakinan mereka yaitu Konfusianisme.

Pada zaman penjajahan,perkembangan agama Konfusius ditandai dengan berdirinya beberapa organisasi yang bertujuan memajukan agama tersebut. Ini dapat kita lihat dari usaha mereka membentuk organisasi yang awalnya bernama Khong Kaw Hwee ( Lembaga Agama Kong Hu Cu) tahun 1918, dan kemudian akhirnya dikenal dengan sebutan “Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia” yang disingkat menjadi MATAKIN, serta memiliki cabang di seluruh Kabupaten dan Kota Madya dengan nama MAKIN ( Majelis Agama Kong Hu Cu Indonesia). Serta usaha mereka untuk diakui di Indonesia ini juga dapat kita lihat dari pengiriwan perwakilan ke Kementrian Agama Republik Indonesia ditahun 1961, dan kemudian berdasarkan UU nomor 5 tahun 1979 agama Kong Hu Cu dinyatakan sebagai agama yang diakui sah di Republik Indonesia. Dan sejak 5 April 1979 agama tersebut dikelola dibawah Direktorat Jendral Hindu dan Budha di Deperteman Agama Republik Indonesia.13

C. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan diantaranya ialah bahwa peradaban Tiongkok atau China kuno sangatlah penting dalam kontribusinya menyumbangkan ilmu pengetahuan yang luar biasa seperti sistem kalender yang sangat komprehensif, serta peran pemekirian Konfusius yang sangat berarti bagi kehidupan umat konfusian khususnya dan dunia umumnya dalam bidang filsafat, moral, etika, kultur, dan tentunya agama atau kepercayaan.

Meski kita tidak bisa memungkiri sejarah tentang perpecahan dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang setelahnya yang melakukan interpretasi berdasarkan kepentingan asing-masing. Namun, perlu diingat juga bahwa

(14)

sumbangan para murid Konfusius yang benar-benar ingin meluruskan kembali ajaran Konfusius yang telah diselewengkan telah memberikan banyak pengaruh dalam perkembangan agama Konfusius, seperti Mancius, Hsun Tsu, dan Li Huch Chia. Disamping tentang keimanan Konfusius, Ajaran- ajaran etika Konfusius tentang hubungan bawahan dengan bawahan, ayah dengan anak, suami dengan istri, teman dengan teman sangatlah luar biasa jika dihayati secara menyeluruh dan tentunya akan mengharmoniskan hubungan negara dengan rakyatnya, orang tua dengan anaknya, suami dengan istrinya, dan teman dengan temannya.

A. DAFTAR PUSTAKA

 Rahmat Fajri, Roni Ismail, Khoirullah Zikri, dkk , Agama -Agama Dunia, diterbitkan oleh Jurusan Perbandingan Agama, UIN SUKA, Yogyakarta,

bekerjasama dengan Penerbit Belukar, Yogyakarta 2012

 Lasiyo, Haksu Tjihe Tjai Ing, dkk, Pergulatan Mencari Jati Diri, Pustaka Pelajar bekerja sama dengan MATAKIN Jakarta, Yogyakarta 1995

 Huston Smith, Agama- Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004  Michael Keene, Agama- Agama Dunia, Penerbit kandis, Yogyakarta, 2012  Hm. Arifin, menguak mesteri ajaran-ajaran besar, Golden Taylor (jakarta,

1995)

 Con-lao.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-agama-konghucu.html dilihat 13 Okt 2014, pukul 19:30

http://vincentspirit.blogspot.com/2011/12/kepercayaan-tradisional-masyarakat.html dilihat 10 Okt 2014, pukul 15: 38

 http://uun-halimaah.blogspot.com/2008/04/sistem-kepercayaan-orang-cina.htm

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

produksi di Kerajinan Tenun Ikat Medali Mas (2) Perancangan alat pemintal benang yang telah dikembangkan ini sudah ergonomis dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Beberapa literatur melaporkan reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah pilihan tepat dan lebih baik karena memiliki rata rata komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Pada bab kedua menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai Teori Kebijakan Program UPK MP, Syarat Penerima SPP,

Pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari perjalanan suci ini bahwasannya sholat bagi seorang muslim salah satunya adalah sebagai penolong umat Islam, seorang

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kompensasi, Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi