• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PELATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PELATI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN PELATIHAN TERHADAP

KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA

BADAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH

KOTA MEDAN

ABSTRAK

Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan

sebagai sebuah badan yang terus

mendukung kemajuan industry kreatif Kota Medan dituntut untuk memiliki pegawai dengan

kompetensi tinggi. Konteks pemberdayaan sumber daya manusia agar menghasilkan

pegawai yang profesional dengan kompetensi tinggi, diperlukan adanya kecerdasan

emosional yang dimiliki oleh setiap pegawai. Kecerdasan emosionanl sangat berpengaruh

terhadap kompetensi seorang pegawai. kebutuhan akan pegawai negeri sipil yang memiliki

kompetensi mutlak diperlukan. Pentingnya kompetensi sumber daya manusia bagi badan

penanaman modal menuntut organisasi untuk menghilangkan ketidaksesuaian kompetensi

dengan jabatan. Alternatif solusi yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan

program pelatihan yang diberikan sesuai dengan bidang tugas dan kompetensi yang

dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan sehingga kompetensi pegawai dapat meningkat.

Penelitian ini membahas tentang pengaruh kecerdasan emosional dan pelatihan terhadap

kompetensi pegawai negeri sipil pada badan penanaman modal pemerintah Kota Medan.

Untuk menjawab permasalahan ini digunakan teknik analisis regresi berganda yang

memberikan gambaran secara deskriptif dari analisis hasil pengolahan data. Penelitian ini

menghasilkan jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan diatas. Untuk mendukung

hasil Penelitian, data penelitian yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan alat

statistik program SPSS 21 . for windows.

(2)
(3)

Berbagai cara dilakukan organisasi untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan tentu tidak terlepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi oleh organisasi. Tantangan utama yang dihadapi oleh Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan di tengah terjadinya krisis keuangan global ialah bagaimana untuk tetap dapat meyakinkan dan memperoleh investor yang akan menanamkan modalnya di Kota Medan untuk dapat meningkatkan gerak laju perekonomian Kota Medan. Tujuan ini dapat dicapai apabila organisasi didukung oleh sumber daya manusia yang tangguh, memiliki performa kerja yang tinggi dan sumber daya manusia yang berkompeten di dalam jabatan dan pekerjaan.

Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan sebagai sebuah badan yang terus mendukung kemajuan industry kreatif Kota Medan dituntut untuk memiliki pegawai dengan kompetensi tinggi yang mendukung pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan, serta menghadapi berbagai tantangan yang muncul. Karena kompetensi pegawai merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu organisasi dan juga merupakan aset organisasi yang paling bernilai tinggi jika dibandingkan dengan sumber daya lain. mencerminkan bagaimana pengetahuan diaplikasikan dan dikembangkan sepanjang hidup seorang pegawai. Kecerdasan emosionanl sangat berpengaruh terhadap kompetensi seorang pegawai.

Konteks pemberdayaan sumber daya manusia agar menghasilkan pegawai yang profesional dengan kompetensi tinggi, diperlukan adanya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh setiap pegawai. Seiring dengan meningkatnya peran dan fungsi Badan Penanaman Modal ke depan, maka kebutuhan akan pegawai negeri sipil yang memiliki kompetensi mutlak diperlukan. Pentingnya kompetensi sumber daya manusia bagi badan penanaman modal menuntut organisasi untuk menghilangkan ketidaksesuaian kompetensi dengan jabatan. Alternatif solusi yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan program pelatihan yang diberikan sesuai dengan bidang tugas dan kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan sehingga kompetensi pegawai dapat meningkat. Persoalan yang terjadi dalam pelaksanaan program pelatihan ialah para pegawai di dalam organisasi belum memperoleh kesempatan yanga sama untuk mengikuti program pelatihan. Peserta yang mengikuti program pelatihan cenderung adalah peserta yang sama. Kejadian ini mengakibatkan peningkatan kompetensi tidak merata , atau dengan kata lain pegawai yang tidak diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tidak dapat meningkatkan kompetensi mereka bagi jabatan yang sedang para pegawai jalani.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas Maka permasalahan yang akan diteliti adalah

“Apakah kecerdasan emosional dan pelatihan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kompetensi pegawai negeri sipil pada badan penanaman modal pemerintah Kota Medan?”

(4)

Kecerdasan Emosional

Goleman (2002) mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkankemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untukmembimbing pikiran dan tindakan. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Salovey (dalam Goleman, 2002) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu

pikiran dan tindakan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah seperangkat kemampuan untuk mengenal, memahami perasaan diri sendiri dan orang lain serta mampu menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dalam bertindak.

Pelatihan

Menurut Gomes (2003:197) pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.Secara ideal, pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan organisasi, yang pada waktu yang bersamaan juga mewujudkan kompetensi dan tujuan-tujuan dari para pekerja perorangan.

Noe (2009:4) menyatakan bahwa pelatihan ditujukan sebagai upaya dalam perencanaan yang dibuat oleh perusahaan untuk memudahkan pembelajaran pegawai yang berhubungan dengan kompetensi jabatan yang antara lain pengetahuan, keahlian, dan tingkah laku yang menjadi tolok ukur dalam pencapaian kinerja yang tinggi.

Mathis (2006:301) menyatakan pelatihan merupakan proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional. Dalam pengertian terbatas pelatihan memberikan karyawan pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan dapat diidentifikasi untuk digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.

Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training need Analysis)

Hariandja (2002:175) mengemukanan bahwa analisis kebutuhan adalah penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang akan dilakukan. Analisis kebutuhan dikatakan rumit dan sulit sebab perlu mendiagnosis kompetensi organisasi pada saat ini dan kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan kecenderungan perubahan situasi lingkungan yang sedang dihadapi dan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Langkha-langkah dalam analisis kebutuhan organisasi adalah:

(5)

Pendekatan yang pertama dilakukan dengan mengidentifikasi strategi organisasi, lingkungan organisasi pada saat ini dan masa yang akan datang, strategi organisasi atau departemen. Strategi yang diambil disesuaikan dengan situasi lingkungan yang dihadapi organisasi.

b. Analisis Kebutuhan Jabatan

Yaitu menganalisis tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap jabatan, yang dapat dipelajari dari perilaku peran, dan informasi analisis jabatan, yaitu uraian tugas ,persyaratan tugas, dan standar unjuk kerja yang terhimpun dalam informasi sumber daya manusia.

c. Analisis Kebutuhan Pegawai

Yaitu analisis terhadap pegawai perusahaan, yaitu analisis mengenai apakah ada pegawai yang kurang dalam kesiapan melakukan tugas-tugas atau

Kompetensi Sumber Daya Manusia

Persoalan kebutuhan untuk memperoleh sumber daya manusia unggul dan professional sangat diharapkan oleh banyak perusahaan. Persoalan yang dimaksud dalam konteks ini ialah kompetensi sumber daya manusia. Kompetensi merujuk kepada pengetahuan, keterampilan, kemampuan, atau karakteristik kepribadian individual yang secara langsung mempengaruhi kinerja seseorang. Menurut McAcshan dalam Sutrisno (2010:203) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Apabila kompetensi diartikan sama dengan kemampuan, maka dapat diartikan pengetahuan memahami tujuan bekerja, pengetahuan dalam melaksanakan kiat-kiat jitu dalam melaksanakan pekerjaan yang tepat dan baik, serta memahami betapa pentingnya disiplin dalam organisasi agar semua aturan dapat berjalan dengan baik.

Spencer and Spencer (1993) dalam Moeheriono (2009:3) menyatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Berdasarkan dari definisi ini, maka beberapa makna yang terkandung di dalamnya adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik dasar (

underlying characteristic

), kompetensi adalah bagian dari

kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai perilaku yang

mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai perilaku yang dapat diprediksi

pada berbagai keadaan tugas pekerjaan.

(6)

c. Kriteria (

criterian referenced

), yang dijadikan sebagai acuan, bahwa kompetensi secara

nyata akan memprediksikan seseorang dapat bekerja dengan baik, harus terukur dan

spesifik atau terstandar.

Hal ini memberikan penjelasan bahwa kompetensi merupakan sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu. Dari karakteristik dasar tesebut tampak tujuan penentuan tingkat kompetensi atau standar kompetensi yang dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan dan mengkategorikan tingkat tinggi atau di bawah rata-rata.

Sedangkan pengertian kompetensi yang terdapat pada kamus kompetensi Bank Indonesia menyatakan bahwa kompetensi merupakan sekumpulan pengetahuan, keterampilan, serta perilaku yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Kompetensi dapat dibedakan menjadi Kompetensi Perilaku dan Kompetensi Teknis. Konsep kompetensi diperlukan dalam pengelolaan sumber daya manusia adalah agar pegawai dapat memahami kompetensi yang dipersyaratkan untuk setiap jabatan, sehingga dapat mengukur kesesuaian kompetensi individu dengan persyaratan jabatan yang dipangku individu atau persyaratan jabatan yang diinginkan individu, yang pada akhirnya merupakan dasar untuk menetapkan pengembangan kompetensi bagi masing-masing individu.

Kerangka Berpikir

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kompetensi segenap sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi. Kompetensi sumber daya manusia ditentukan oleh kondisi lingkungan internal maupun eksternal,termasuk Kecerdasan emosional.

Goleman (2001) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik , baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain, serta kemampuan untuk memotivasi diri untuk berubah kearah yang lebih baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi seseorang dalam bekerja.

(7)

Dengan demikian dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

III. Metode Penelitian

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari menentukan judul penelitian pada bulan April 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015. Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medanyang bertempat di jalan Abdul Haris Nasution Pangkalan Masyhur Medan.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai negeri sipil yang memperoleh penempatan kerja di Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan yang berjumlah 60 orang .

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Umar, 2001:42) yang dituliskan sebagai berikut:

n

=

N

1+

N

(

e

)

²

dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (error term)

Populasi (N) sebanyak 60 orang pegawai negeri sipil Badan Penanaman Modal dengan asumsi tingkat kesalahan (e) sebesar 5%, maka perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

n =

60

1+60

(0,05

n = 53 orang

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling . Yaitu proses di mana sampel dibatasi untuk menjadi elemen dari masing-masing segmen (Cooper&Schindler, 2006:129). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode teknik acak berlapis karena populasi pada Kantor Bank Indonesia Medan tidak memiliki sifat homogen, atau karakteristik populasi yang bervariasi. Oleh karena itu teknik penarikan sampel yang digunakan harus melihat perbedaan sifat dari populasi (Prasetyo dan Mifathuljannah, 2007:130).

Kecerdasan

(8)

Pengambilan sampel dengan metode teknik acak berlapis dilakukan dengan cara proporsional, dan jumlah sampel pada masing-masing satuan kerja ditentukan melalui rumus:

Sampel

1=

Populasi

1

Total Populasi

1

x Total Sampel

Persentase pemilihan responden yang dijadikan sampel diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Penelitian

Sumber: Bagian Personalian Badan Penanaman Modal Kota Medan

Tahapan yang dilakukan dalam memilih sampel yang ada pada populasi untuk dijadikan responden penelitian (Prasetyo dan Miftahuljannah, 2007:131) adalah

a. Menentukan karakteristik atau lapisan atau kelompok populasi b. Menentukan sampel dari setiap lapisan atau kelompok

c. Memilih anggota sampel dari setiap lapisan atau kelompok dengan bantuan teknik penarikan sampel acak sederhana.

IV. Hasil dan Pembahasan

Pengujian hipotesis menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan pelatihan berpengaruh terhadap kompetensi pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan. Dalam hal ini pihak Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan harus lebih memperhatikan pengelolaan kecerdasan emosional (X1) yang baik bagi setiap pegawai dan

memberikan pelatihan (X2) yang berguna bagi peningkatan kompetensi pegawai (Y) agar dapat

bekerja secara lebih efektif dan efisien.

Tabel Hasil Uji Koefisien Regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.473 5.438

KecerdasanEmosional(X1) .904 .126 .715

(9)

Berdasarkan Tabel diatas , maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Ŷ = 12.473 + 0,904 X1+ 0,092 X2

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa kecerdasan emosional (X1) dan pelatihan (X2)

mempunyai koefisien regresi positif yang artinya kecerdasan emosioanl dan pelatihan berpengaruh terhadap kompetensi pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan

Koefisien Determinasi (R-square)

Nilai koefisien determinasi (R²) dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas kecerdasan emosional (X1) dan pelatihan (X2) terhadap kompetensi pegawai negeri sipil (Y)

pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan.

Tabel Hasil Uji Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .744a .554 .536 4.09472

a. Predictors: (Constant), Pelatihan(X2), Kecerdasan Emosional(X1)

b. Dependent Variable: Kompetensi (Y)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 55,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 55,4% variabel kecerdasan emosional (X1) dan pelatihan (X2) menjelaskan

terhadap variabel kompetensi pegawai negeri sipil (Y) pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan, sedangkan 44,6% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti, seperti Skills (keahlian) yang dimiliki pegawai, pengetahuan yang dimiliki pegawai, minat pegawai dalam melakukan aktivitas kerja, dan pemahaman yang dimiliki pegawai terhadap tugas atau pekerjaan.

IV.2.2.2. Uji Serempak (Uji F)

Hasil pengujian hipotesis kedua secara serempak dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel Hasil Uji F

Model Sum Of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1039.739 3 519.870 31.006 .000a

Residual 838.336 50 16.767 Total 1878.075 53

a. Predictors: (Constant), Pelatihan(X2), kecerdasan emosional(X1)

b. Dependent Variable: Kompetensi (Y)

(10)

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh bahwa nilai Fhitung (31.006) lebih besar dibandingkan

dengan nilai Ftabel (3,18) dan sig. α (.000a) lebih kecil dari alpha 5% (0,05). Hal ini mengindikasikan

bahwa hasil penelitian menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian secara serempak kecerdasan

emosional dan pelatihan berpengaruh terhadap kompetensi pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan (high significant).

Ini memberi arti bahwa kecerdasan emosional dan pelatihan sangat menentukan dalam peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan. Artinya, Kantor Badan Penanaman Modal Kota Medan senantiasa memperhatikan variabel kecerdasan emosional dan pelatihan dalam meningkatkan kompetensi pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan

Uji Parsial Uji T) Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis kedua secara parsial dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Hasil Uji Parsial

Model t Sig.

1 (Constant) 2.275 .027

Kecerdasan emosional(X1) 7.155 .000 Pelatihan(X2) 4.779 .004

a. Dependent Variable: Kompetensi (Y)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel diperoleh hasil sebagai berikut:

Nilai thitung untuk variabel kecerdasan emosional (7,155) lebih besar dibandingkan nilai ttabel

(2,009), atau nilai sig. t untuk variabel kecerdasan emosional (0,000) lebih kecil dari alpha (0,025). Ini

berarti kecerdasan emosional lebih dominan secara parsial terhadap kompetensi pegawai negeri sipil

pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah Kota Medan. Kecerdasan emosional lebih

mempengaruhi kompetensi sumber daya manusia dibanding pelatihan karena dengan adanya

pengelolaan kecerdasan emosional yang seorang pegawai dituntut untuk dapat mengelola emosi dan

stress dengan baik, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan memiliki hasil yang optimal

Nilai thitung untuk variabel pelatihan (4.779) lebih besar dibandingkan nilai ttabel (2,009), atau

(11)

V. Kesimpulan

1.

Secara serempak, Kecerdasan Emosional dan pelatihan berpengaruh terhadap

kompetensi sumber daya manusia pada Kantor Badan Penanaman Modal Pemerintah

Kota Medan dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan

(high significant

).

2.

Secara parsial Kecerdasan Emosional berpengaruh lebih dominan daripada pelatihan,

hal ini karena variabel kecerdasan emosional lebih menentukan dalam peningkatan

kompetensi sumber daya manusia setiap pegawai.

Referensi

Cooper, Donald R, Pamela Schlinder . 2006. Metode Riset Bisnis . Jakarta : Media Global

Edukasi

Dessler, Gary, Agus Dharma. 2005. Manajemen Personalia . Jakarta : Penerbit Erlangga

Edwin, Mustafa, Hardius Usman. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif . Jakarta:

Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Erlina . 2008. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen.

Medan : USU Press

Ghozali, Imam . 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gomes, Faustino Cardoso. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Andi Offset.

Grensing-Pophal, Lin. 2008. Human Resource Book. Jakarta : Prenada.

Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.Cetakan

pertama. Jakarta: Gramedia Widia Sarana.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunan kontrasepsi yang menggunakan selama lebih 3 tahun mempunyai mempunyai resiko 1,9 kali lebih besar (p=0,073) untuk mengalami gangguan menstruasi

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan dua kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Penggunaan metode arus uang

Daktilitas merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik, sedangkan

Pola asuh orang tua merupakan variabel bebas/ independen (variabel X) Pola asuh orang tua adalah cara atau perilaku yang ditampilkan oleh orang tua di dalam

Ada hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh Restu Agusti (2012) yaitu Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar remaja putri mempunyai pengetahuan tidak baik tentang pre menstrual syndrome sebanyak 15 orang (50%), sedangkan yang

Karena rahmat, taufik, dan hidayahNYa, penulis dapat menyusun s kripsi yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Rangkuman Buku Ilmu Pengetahuan Populer

Untuk mengetahui hubungan sebab akibat keempat variabel dengan mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel pengetahuan awal siswa, iklim