• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kera"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

sebagai Upaya untuk Mengembangkan Sumberdaya Manusia Indonesia Berdaya

Saing di Era Global

Alhamuddin

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Bandung. Jln. Rangga Gading No. 8 Bandung Jawa Barat E-mail: alhamuddinpalembang@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana menyusunan kurikulum pendidikan tinggi berbasis kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI), implikasi, dan strategi implementasinya. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional, system pelatihan kerja nasional serta system penilaian kesetaraan capaian pembelajaran nasional yang dimiliki untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu dan produktif. Selain itu, KKNI bertujuan untuk menyetarakan dan memperoleh pengakuan dari negara lain akan kualitas lulusan dari suatu perguruan tinggi. Dengan demikian, perguruan tinggi harus merespon perubahan tersebut secara positif sehingga mampu enghasilkan sumberdaya manusia berdaya saing di era global sesuai dengan harapan dunia kerja.

Kata Kunci : Perguruan Tinggi, KKNI, Kurikulum, Lulusan

Abstract. This study aims to describe how to design the higher education curriculum-based national qualifications Indonesian framework (KKNI), implications, and strategies for implementation. KKNI embodies the quality and identity of Indonesia related to the national education system, the national vocational training system and the system of national assessment of learning outcomes equality held to produce quality human resources and productive. Additionally, KKNI aims to equalize and gain recognition from other countries will be the quality of graduates from a college. Thus, universities must respond to these changes in a positive way so as to generate human resources in an era of global competitiveness according to the expectations of the world of work.

Keywords : Higher Education, Indonesian Qualification Framework, graduate

Pendahuluan

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya dan menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, meso, maupun mikro, demikian halnya dalam pendidikan. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan, mempunyai tujuan membentuk sarjana-sarjana yang berakhlak mulia, berilmu dan cakap, serta mempunyai kesadaran untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan umat dan masa depan bangsa, sesuai dengan keahlianya, serta untuk memenuhi keperluan umum. Tujuan ini kemudian dituangkan dan dikemabngkan dalam tugas pokok yang dimaksud adalah bahwa perguruan tinggi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjadi mediator antara ilmu pengetahuan dan teknologi.

Persoalan yang muncul seputar penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana kritik banyak pihak berkisar pada kualitas, potensi, sistem, etos kerja, pendanaan, sarana pendukung, atau persoalan yang berkaiatn dengan fungsi dan peranya dalam membangun SDM atau lulusan, kritik tersebut merupakan indikator untuk menentukan standar kualitas perguruan tinggi. Dari beberapa persoalan-persolan utama yang dihadapi perguruan tinggi di atas, ada persoalan yang memerlukan pemecahan yang bersifat segera, anatara lain; mutu lulusan dan sumbangan perguruan tinggi terhadap pengembangan keilmuan.

(2)

Keluhan seperti ini meliputi berbagai hal, mulai dari kompetensi yang paling dasar sampai profesionalitas mereka dalam melakukan pekerjaan. Sehingga pada akhirnya masih banyak lulusan yang belum / tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pada akhirnya banyak diantara mereka yang masih menganggur. Data statistik, Badan Statistik Negara RI tentang angka pengangguran menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan mulai tahun 2013,sampai dengan 2015, menunjukkan bahwa angka pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi, yaitu universitas mengalami kenaikan setiap tahunya,. selanjutnya, dapat ditunjuukkan pada tabel I berikut ini.

Tabel 1.

Pengangguran Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Sumber: Badan Statistik Negara RI Tahun 2013-2015

No Pendidikan Tertinggi yang

1 Tahun 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk

2 Estimasi ketenagakerjaan sejak 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk

Kedua, sumbangan perguruan tinggi terhadap pengembangan ilmu, teknologi, seni dan budaya dianggap masyarakat masih kurang signifikan. Masyarakat belum melihat perguruan tinggi sebagai pusat kajian ilmu tempat mereka menoleh apabila ada persoalan-persoalan yang berhubungan dengan agama, apalagi dibidang ilmu pengetahuan, seni dan budaya, serta teknologi. Hasil penelitian perguruan tinggi tentang masalah kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Mungkin memang karena tidak ada, dianggap tidak bermutu, atau kurangnya penyebar luasan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat.

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan di atas, salah satu faktor yang sering dijadikan sasaran penyebab dan kurang berhasilnya perguruan tinggi dalam mencapai tujuan pokok yang termaktub dalam PP No.60 tahun 1999 adalah faktor kurikulum. Mengingat, kurikulum merupakan rencana pendidikan yang akan diberikan kepada mahasiswa. Bahkan dalam pengertian yang lebih luas, keberadaan kurikulum tidak saja terbatas pada materi yang akan diberikan di dalam ruang kuliah, melainkan juga meliputi apa saja yang sengaja diadakan atau ditiadakan untuk dialami mahasiswa di dalam kampus ( Hamalik, 2007: 4). Oleh karena itu, posisi kurikulum sebagai mata rantai yang urgen dan tidak dapat begitu saja dinafikan dalam konteks peningkatan kualitas perguruan tinggi (Furqan, 2007:1).

(3)

beberapa keahlian, terutama kemampuan menggunakan pengetahuan, pemahaman dan kecakapan-kecapakan berpikir teoretis dan praktis serta kecakapan-kecakapan lainya untuk dapat melakukan tugas pekerjaan secara efektif sesuai dengan tuntutan standar pekerjaan tertentu (Muhaimin, 2009: 154-155). Singkatnya, dengan pengembangan kurikulum diharapkan agar mampu; (1) mutu pendidikan lebih terjamin; (2) lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja; dan (3) peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi.

Maka, peninjauan kembali terhadap kurikulum dan proses belajar mengajar hendaknya difokuskan pada pembinaan lulusan yang memiliki berbagai kompetensi, pertama, sikap dan tata nilai. Kedua, kemampuan kerja. Ketiga, penguasaan pengetahuan. Keempat, tanggung jawab dan wewenang. Keempat kompetensi tersebut dijabarkan dalam capaian pembelajaran kurikulum berbasis KKNI. Dengan harapan kompetensi lulusan perguruan tinggi dapat disandingkan, disetarakan, dan diintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja. Hal ini menyebabkan Negara-negara GATS dan AFTA menyusun kerangka kualifikasi nasional.

Dengan memperhatikan realitas yang ada, maka orientasi penyiapan lulusan perlu diperluas. Dari beberapa faktor yang memperngaruhi kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan, diantaranya; kebijakan Perguruan Tinggi, kurikulum, personel, sarana prasarana, sistem keuangan, sistem informasi, lingkungan, dan hubungan dengan masyarakat. Menurut hemat penulis kurikulumlah yang bisa dianggap menjadi prioritas utama untuk diperhatikan. Peninjauan kembali terhadap kurikulum yang ada, dengan menyiapkan segala perangkatnya yang dapat menunjang tercapainya idealisme tersebut. Salah satunya adalah mengembangkan kurikulum yang ada disesuaikan dengan kerangka kualifikasi nasional yang disusun oleh pemerintah.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia atau disingkat KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka memberikan pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sector (Tim, 2014:11). Hal tersebut termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Selain itu, KKNI juga merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional dan pelatihan yang dimiliki oleh bangsa ini. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa KKNI merupakan sebuah sarana yang memungkinkan hasil pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dengan mudah dapat melakukan penyepadanan dan penyejajaran dengan hasil pendidikan bangsa lain di belahan dunia. Selain itu, melalui penerapan KKNI hanya SDM yang berkualifikasi yang dapat masuk dan bekerja di Indonesia. Melalui fungsi yang komprehensif tersebut, menjadikan KKNI berpengaruh pada setiap bidang dan sector di mana sumber daya manusia dikelola, termasuk di dalamnya pada system pendidikan tinggi, terutama pada aspek kurikulum (Tim, 2014:11).

Di samping itu, kebutuhan akan KKNI saat ini sangat mendesak, mengingat persaingan global tenaga kerja nasional maupun internasional yang semakin terbuka luas. Ada beberapa konvensi internasional yang telah dirattifikasi Indonesia, seperti GATS (General Agreement on Trade in Service), WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade Area), dan The Recognition of Studies Diplomas and Degrees in Higher Education in Asia and the Pacific, yang kesemua itu memiliki cakupan yang jelas tentang kesepahaman internasional tentang sektor ketenaga kerjaan yang berhubungan dengan sektor ekonomi dan perdagangan serta pendidikan sebagai sektor penghasil tenaga kerja yang bermutu. Selain itu, tingginya angka pengangguran di Indonesia.

(4)

kebutuhan kompetensi kerja (job competency) dalam ranah dunia kerja serta capaian pembelajaran yang dihasilkan oleh suatu proses pendidikan (Dirjen Dikti, 2010:5). Diskriptor setiap jenjang kualifikasi yang merupakan paduan antara kompetensi kerja dan capaian pembelajaran juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, perkembangan sector-sektor pendukung perekonomian dan kesejahteraan rakyat seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hokum dan aspek lain yang terkait serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika, yaitu komitmen untuk tetap mengakui keragaman agama, suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Beberapa alasan yang mendasar munculnya pergeseran penamaan kurikulum pendidikan tinggi dari KBK ke kurikulum pendidikan tinggi (K-DIKTI) sebagaimana disebutkan dalam buku

Kurikulum Pendidikan Tinggi” adalah sebagai berikut ini.

a. Penamaan KBK tidak sepenuhnya didasari oleh ketetapan peraturan, sehingga masih memungkinkan untuk terus berkembang sesuai dengan kaidah kurikulum itu sendiri yang terus berkembang dan menyesuiakan pada kondisi terkni dan masa mendatang.

b. KBK mendasarkan pengembangannya pada kesepakatan penyesuaian kompetensi lulusan oleh perwakilan penyelenggara program sttudi yang akan disusun kurikulumnya. Kesepakatan ini umumnya sepenuhnya merujuk pada parameter ukur yang pasti, sehingga memungkinkan pengembang kurikulum menyepakati kompetensi lulusan yang kedalaman atau level capaiannya berbeda dengan pengembang kurikulum lainnya walaupun pada program studi yang sama pada jenjang yang sama pula.

c. Ketiadaan parameter ukur dalam system KBK menjadikan sulit untuk menilai apakah program studi jenjang pendidikan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya. Artinya, tidak ada yang dapat menjamin apakah kurikulum program D4 misalnya lebih tinggi dari program D3 pada program studi yang sama jika yang menyusun dari kelompok yang berbeda.

d. KKNI memberikan parameter ukur berupa jenjang kualifikasi dari jenjang 1 terendah sampai jenjang 9 tertinggi. Setiap jenjang KKNI bersepadan dengan level capaian pembelajaran (CP) program studi pada jenjang tertentu, yang mana kesepadanannya untuk pendidikan tinggi adalah level 3 untuk D1, level 4 untuk D2, level 5 untuk D3, level 6 untuk D4/S1, level 7 untuk profesi (setelah sarjana), level 8 untuk S2, dan level 9 untuk S3. Kesepahaman ini ditunjukkan pada gambar 2.3.

e. CP pada setiap level KKNI diuraikan dalam diskripsi sikap dan tata nilai, kemampuan, pengetahuan, tanggung jawab dan hak dengan pernyataan yang ringkas yang disebut dengan descriptor generic. Masing-masing descriptor mengindikasikan kedalaman dan level dari CP sesuai dengan jenjang program studi.

f. K-DIKTI sebagai bentuk pengembangan dari KBK menggunakan level kualifikasi KKNI sebagai pengukur CP sebagai bahan penyusun kurikulum suatu program studi.

g. Perbedaan utama K-DIKTI dengan KBK dengan demikian adalahpada kepastian dari jenjang program studi karena CP yang diperoleh memiliki ukuran yang pasti.

Analisis Profil Lulusan

Penentuan profil lulusan merujuk pada jenjang kualifikasi yang sesuai dengan KKNI. Aspek yang perlu menjadi pertimbangan mencakuup : sikap dan tata nilai, kemampuan, pengetahuan, tanggung jawab dan hak yang akan diembang oleh seorang lulusan. Kesesuaian tersebut dilakukan dengan cara membandingkan terhadap diskriptor generic KKNI (Tim, 2014:31).

(5)

daerah masing-masing, jika perlu bahkan perlu menjadi nilai unggul dari program studi bersangkutan. Demikian halnya dengan perkembangan berbagai sector yang muncul di masyarakat yang harus dapat diakomodasi, sehingga turut dalam mewarnai profil (Tim, 2014:31). Profil yang telah terdefenisi dengan jelas akan menjadi modal utama dalam mengembangkan pernyataan CP program studi.

Capaian Pembelajaran dalam KKNI

Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI dinyatakan sebagai capaian pembelajaran yang mencakup aspek-aspek pembangunan jati diri bangsa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan untuk dapat melakukan kerja secara bermutu, serta wewenang dan kewajiban sseseorang sesuai dengan level kualifikasinya. Aspek pembangunan jati diri bangsa tercermin dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika yaitu menjunjung tinggi pengamalan kelima sila pancasila dan pengetahuan hokum, serta mempunyai komitmen untuk menghargai keragaman agama, suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. Dalam KKNI, CP didefenisikan sebagai kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja. CP merupakan alat ukur dari apa yang diperoleh seseorang dalam menyelesaikan proses belajar, baik terstruktur maupun tidak. Rumusan CP disusun dalam empat unsure yaitu: sikap dan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab. Sikap dan tata nilai. Merupakan perilaku dan tata nilai yang merupakan karakter atau jati diri bangsa dan Negara Indonesia. Sikap dan tata nilai ini terinternalisasi selama proses belajar, baik terstruktur maupun tidak. Kemampuan kerja. Merupakan wujud akhir dari transformasi potensi yang ada dalam setiap individu pembelajar menjadi kompetensi atau kemampuan yang aplikatif bermanfaat. Penguasaan pengetahuan. Merupakan informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman yang terkumulasi untuk memiliki suatu kemampuan.

Wewenang dan tanggung jawab. Merupakan konsekuensi seorang pembelajar yang telah memiliki kemampuan dan pengetahuan pendukungnya untuk berperan dalam masyarakat secara benar dan beretika. Perumusan masing-masing unsure deskripsi CP diuraikan dalam parameter sebagaimana dinyatakan dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Parameter CP

Sumber : Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2014: 6)

Parameter CP

Sikap

Unsur sikap harus mengandung makna yang sesuai dengan rincian unsur sikap yang ditetapkan dalam SN DIKTI. Penambahan pada unsur sikap dimungkinkan bagi program studi untuk menambahkan cirri perguruan tinggi pada lulusan atau bagi program studi yang lulusannya membutuhkan sikap-sikap khusus untuk menjalankan profesi tertentu.

Keterampilan umum

Unsur keterampilan umum harus mengandung makna yang sesuai dengan rincian unsur keterampilan umum yang ditetapkan dalam SN DIKTI. Penambahan pada unsur keterampilan dimungkinkan bagi program studi untuk menambahkan cirri perguruan tinggi pada lulusan

Keterampilan Khusus

Unsur keterampilan khusus harus menunjukkan kemampuan kerja di bidang yang terkait program studi, metode atau cara yang digunakan dalam kerja tersebut, dan tingkat mutu yang dapat dicapai, serta kondisi / proses dalam mencapai hasil tersebut. Lingkup dan keterampilan harus memiliki kesetaraan dengan lingkup dan tingkat kemampuan kerja yang tercantum di dalam deskripsi CP KKNI menurut jenis dan jenjang pendidikan (tabel 2). Jumlah dan macam keterampilan khusus ini dapat dijadikan tolak ukur kemampuan minimal lulusan dari suatu jenis program studi yang disepakati.

(6)

studi, dengan menyatakan tingkat penguasaan, keluasan, dan kedalaman pengetahuan yang harus dikuasai lulusannya. Hasil rumusan pengetahuan harus memiliki kesetaraan dengan standar isi pembelajaran dalam SN DIKTI 9tabel 3). Dalam pemetaan atau penggambaran bidang keilmuan tersebut dapat menggunakan referensi rumpun ilmu atau bidang keahlian yang telah ada atau kelompok bidang keilmuan / pengetahuan yang dibangun oleh program studi sejenis.

Tabel 3.

Kata Kunci Tingkat Kemampuan Kerja dalam Deskripsi KKNI

Sumber: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2014)

Level

Kualifikasi Kata Kunci Tingkat Kemampuan Program 9 Melakukan pendalaman dan perluasan IPTEKS, riset multi-disiplin Doctor 8 Mengembangkan IPTEKS melalui riset intern / multi disiplin, inovasi, teruji Magister

7 Mengelola sumber daya, menerapkan, minimal stara standar profesi,

mengevaluasi, pengembangan strategi operasional Profesi

6 Mengaplikasi, mengkaji, membuat desain, memanfaatkan IPTEKS,

menyelesaikan masalah Sarjana

5 Menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih berbagai metode Diploma 3

4 Menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik, memilih metode

baku Diploma 2

3 Melaksanakan srangkaian tugas spesifik Diploma 1

Tabel 4.

Tingkat Penguasaan Pengetahuan Sesuai Standar Isi Pembelajaran

Sumber: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2014)

Level

Kualifikasi Kata Kunci Tingkat Kemampuan Program

9 Menguasai filosofi keilmuan bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu

Doctor / Doktor terapan / spesialis II

8 Menguasai teori dan teori aplikasi bidang pengetahuan tertentu

Magister / Magister Terapan / spesialis I

7 Menguasai teori aplikasi bidang pengetahuan dan

keterampilan tertentu Profesi

6

Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan dan keterampilan tertentu secara umum dan konsep teoretis secara khusus dalam bidang pengetahuan dan keterampilantersebut secara mendalam

Sarjana / Sarjana Terapan

5 Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan dan

keterampilan tertentu secara umum Diploma 3

4 Menguasai prinsip dasar pengetahuan dan keterampilan

bidang keahlian tertentu Diploma 2

3 Menguasai konsep umum, pengetahuan dan

keterampilan operasional lengkap Diploma 1

Catatan.

Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran bersifat kumulatif dan / atau integrative.

(7)

satu program studi tertentu. Karena sifatnya yang multifungsi, maka format deskripsi CP dapat beragama sesuai dengan kebutuhannya. Pada fungsi tertentu CP dapat dan harus dideskripsikan secara ringkas, namunpada saat yang lain perlu diuraikan secara rinci. Keberagaman format CP sesuai dengan fungsinya tidak boleh menghilangkan fungsi-fungsi utamanya, sehingga CP pada program studi yang sama akan tetap memberikan pengertian dan makna yang sama walaupun dinyatakan dalam format berbeda.

Pada saat dipergunakan sebagai penciri atau pembeda program studi yang nantinya akan dituliskan pada SKPI yang menyatakan keragaman kemampuan yang dicapai oleh lulusan, pernyataan CP cenderung ringkas namun mencakup semua informasi penting yang dibutuhkan. Sedangkan pada saat dipergunakan untuk mengembangkan kurikulum pada program studi, pernyataan CP harus lebih diperinci untuk menelusuri bahan kajian yang akan disusun.

Strategi Implementasi KKNI

Dalam era globalisasi saat ini, pergerakan tenaga kerja antara Negara akan semakin mengalir sehingga tuntutan terhadap pengelolaan serta peningkatan mutu tenaga kerja nasional serta kesetaraan kualifikasinya dengan tenaga kerja asing akan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi pengembangan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa KKNI harus mampu menjadi rujukan penataan tenaga kerja Indonesia di berbagai sector kegiatan perekonomian formal maupun informal dengan menetapkan jenjang kualifikasi yang jelas serta kesetaraanya dengan kualifikasi Negara-negara lain di Indonesia. Karena begitu banyak dan bervariasinya kualitas produk pendidikan formal, nonformal maupun informal, maka KKNI merupakan rujukan bagi semua jenis lembaga pendidikan atau pelatihan yang bertanggung jawab mempersiapkan angkatan kerja Indonesia menjadi tenaga kerja yang berkualifikasi atau bertanggung jawab terhadap pemulihan kelompok pengangguran yang belum memperoleh pekerjaan tetap. Tenaga kerja yang belum memenuhi kualifikasi KKNI dimana mutu dan kinerja yang dihasilkan tidak terukur atau belum sesuai dengan yang dipersuaratkan oleh pengguna tenaga kerja, dapat disesuaikan melalui pendidikan atau pelatihan tambahan pada lembaga yang telah memiliki program sesuai dengan kriteria KKNI.

Simpulan dan Saran

(8)

Daftar Pustaka

Azra, A. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta. Kompas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI. (2010). Buku Pedoman Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Edisi 1. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI. (2010). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Kajian tentang Implikasi dan Strategi Implementasi KKNI. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Panduan Penysunan CCapaian Pembelajaran Program Studi. Jakarta Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. .

Furchan, A. et.al. (2005). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam. Yogyakarta. Pustaka. Pelajar.

Hamalik,O. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung. Remaja Rasdakarya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2000). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2002). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Muhaimin. (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam dalam Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta. Menteri Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia.

(9)
(10)

Gambar

Tabel 1. Pengangguran Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Tabel 2. Parameter CP
Tabel 3. Kata Kunci Tingkat Kemampuan Kerja dalam Deskripsi KKNI

Referensi

Dokumen terkait

persamaan reaksi setara yaitu reaksi yang jumlah koefisien pada reaktan sama dengan jumlah koefisien pada produk (Sidauruk, 2005 ; Winarni, et al ., 2013 ;

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan dibatasi pada pengembangan media dan kelayakan penggunaan media pembelajaran games puzzle

Form laporan pengajuan pinjaman yang ditolak ini digunakan pemilik untuk arsip ataupun dokumentasi pinjaman nasabah yang dianggap kurang layak atau tidak layak

Dengan bertitik tolak pada penjelasan di atas dan guna lebih memperinci permasalahan yang akan dibahas, maka peniliti memfokuskan melakukan penelitian mengenai

Spesifikasi bangunan toilet sekolah yang ditetapkan dalam petunjuk ini adalah mengacu pada contoh desain yang diberikan pada model desain. Spesifikasi bangunan

Untuk mahasiswa yang akan mengambil Tugas Akhir dengan Outline Perancangan Sistem Berorientasi Objek mahasiswa wajib melakukan riset keperusahaan atau

Dengan Sistem Informasi Geografis yang dirancang dapat membantu para pegawai atau staff Dinas Kesehatan Kota Ambon agar bias mengontrol setiap

Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, agar mendapatkan atau menghasilkan data deskriptif yang berbentuk kata-kata