• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Buku Ajar untuk Meningkatkan Keterampilan Bahasa Inggris Siswa Kelas 3 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Buku Ajar untuk Meningkatkan Keterampilan Bahasa Inggris Siswa Kelas 3 SD"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Ratna Trieka Agustina Lilik Bintartik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jl. Surabaya 6 Malang

Abstract: : English instructional book is one of the dominant resource books at the elementary school. The aim of this research is describing (1) the instructional approach of the English instructional book, (2) the aim of the instruction of the English instructional book, (3) the content area of the English instructional book, and (4) the model or proto type of the book which can improve and motivate elementary students to study English. In order to obtain this purpose, this research used a descriptive qualitative approach in the frst year and it will be continued in the second year by using a research based development by Borg & Gall. The results of the research showed that (1) the instructional approach of the English instructional book does not totally work well as there are still a lot of words unavailable in the context of communication and it does not also refer to the concept of teaching language as a whole language; (2) the aim of the instruction related with the language skills, reading, writing,

listening, and speaking, is not presented integratively. The text material only includes texts of conversation and there is no narration or

description. It proves that the language skill is not taught on the concept of whole language; (3) the content of the materials does not motivate the students to study and make elementary students enjoy and happy to learn English as a foreign language because there is no fun materials such as songs, games, and stories.

(2)

tanggal 25 Februari 1993. Esensi dari Keputusan Pemerintah tersebut adalah dimungkinkannya dimulai pengajaran baha sa Inggris di tingkat SD sebagai mata pelajar-an muatan lokal.

Kebijakan pemerintah tersebut disambut baik oleh masyarakat, terbukti dengan dilaksanakannya pelajaran bahasa Inggris sebagai

muatan lokal hampir di seluruh Sekolah Dasar khususnya di kota Blitar mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Sayangnya situasi tersebut tidak diikuti dengan persiapan yang matang baik dari sisi tenaga pengajaran/guru-guru dan bahan ajarnya. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar belum sesuai dengan yang di harapkan dan sesuai dengan karakteristik pebelajar usia muda yang masih dalam tingkat perkembangan operasional konkrit.

Berdasarkan pendekatan pembelajar-an bahasa yang dinyatakan Pappas (1990) pendekatan pembelajaran integatif dalam pembelajaran bahasa berlandaskan ada prinsip-prinsip: (1) siswa aktif konstruktif; (2) bahasa digunakan dalam berbagai pola; dan

(3) pengetahuan diperoleh siswa melalui interaksi sosial. Di samping itu pendekatan integratif juga menekankan pada keterpaduan empat aspek kete-rampilan berbahasa meliputi; reading, writing, listening, and speaking yang tercermin dalam setiap aktivitas kegiat-an pembelajaran bahasa.

Di samping itu, pendekatan komunikatif yang menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan aspek budaya, Dengan demikian, pendekatan komunikatif mengarahkan siswa bukan semata pada penguasaan struktur tetapi lebih mengarahkan pada penguasaan kompetisi komunikatif, agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa komunikasi secara efektif. Interaksi pembelajaran seyogyanya disesuaikan dengan karakteristik pebelajar usia muda.

(3)

Bahkan dapat dikatakan bahwa ke-giatan pembelajaran di kelas merupakan cerminan atau transfer dari kegiatan yang tercantum dalam buku ajar tersebut.

Jenis ragam buku ajar yang digunakan ditentukan oleh sekolah dan biasanya besarnya diskon harga yang diberikan oleh penerbit juga menjadi penentu. Kota Blitar terdiri dari tiga Kecamatan, yakni: (1) Kecamatan Kepanjen Kidul berjumlah duapuluh satu SD; (2) Kecamatan Sanan Wetan dua puluh satu SD; dan (3) Kecamatan Sukorejo delapan belas SD dengan penggunaan buku ajar yang bera-gam.

Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian dan telaah untuk

mendapat informasi apakah buku ajar tersebut memiliki kualifkasi yang memadai. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan

penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan, tujuan, area isi, dan interaksi pembelajaran yang terdapat dalam buku ajar bahasa Inggris kelas tiga. Dipilihnya kelas tiga karena siswa kelas tiga merupakan kelas akhir siswa duduk di kelas rendah sehingga siswa perlu dipersiapkan lebih baik untuk dapat berada di kelas tinggi yakni, kelas empat SD. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi tentang keberadaan buku ajar yang selama ini digunakan di Sekolah Dasar. Selanjutnya deskripsi tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan model buku ajar bahasa Ing-gris yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa usia Sekolah Dasar.

Manfaat dari hasil penelitian ini akan sa- ngat berguna bagi: (1) guru-guru sekolah dasar kelas 3 sekota Blitar yang selama ini

mengandalkan buku ajar sebagai salah satu buku ajar bahasa Inggris dalam rangka me-ningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa; (2) siswa kelas 3 SD sebagai pengguna buku ajar tersebut yang diharapkan dapat mengoptimalkan keterampilan bahasa Inggris mereka yang meliputi reading, writing, listening, speaking; dan (3) peneliti dalam rangka meningkatkan kekreativitasan peneliti dalam kemampuannya mengembangkan buku ajar yang sesuai dengan siswa usia Sekolah Dasar. Sedangkan ruang Lingkup Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji keberadaan buku ajar bahasa Inggris yang digunakan di kelas 3 SD kota Blitar. Kajian buku ajar tersebut terkait dengan pendekatan pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan area isi/ bahan pembelajaran.

(4)

adalah ranca-ngan penelitian diskriptif kualitatif. Peneliti berupaya

(5)

mengenai buku ajar. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara induktif. Adapun deskripsi hasil penelitian ini meliputi: (1) mendiskripsikan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam buku ajar bahasa Inggris kelas 3 SD di kota Blitar; (2) mendiskripsikan tujuan pembelajaran yang tercermin dalam buku ajar kelas 3 SD di kota Blitar; (3) mendiskripsikan area isi (bahan pembelajaran) dalam buku ajar kelas 3 SD di kota Blitar; dan (4) Mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris yang sesuai dengan siswa usia kelas 3 Sekolah Dasar berdasarkan hasil deskripsi buku ajar yang telah ada.

HASIL

Temuan data penelitian ditinjau dari pendekatan komunikatif dapat dilihat dari masing-masing kegiatan pembelajaran yang terwadahi dalam tema. Tampilan pendekatan komunikatif pada instrumen pendekatan ko-munikatif butir 1, yaitu bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dan tidak terbatas pada tata bahasa dan kosa kata tetapi juga pada fungsinya sebagai alat komunikasi masih belum optimal dengan prosentase kurang ko-munikatif sebesar 50%. Ketidak optimalan kompetensi koko-munikatif mencapai 72% dan keterkaitan dengan faktor penentu komunikatif sebesar 86%.

Pendekatan Integratif yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa bertumpu pada pandangan Whole Language yang berpandangan tentang hakekat bahasa dan belajar bahasa dinyatakan kurang integatif sebesar 65%. Keterpaduan tema yang mewadahi seluruh aktivitas pembelajaran menandai dipenuhinya unsur pendekatan integratif berkaitan dengan penyajian pembelajaran bahasa tersaji secara terpadu antara materi dalam pembelajaran bahasa dan berpijak pada satu tema tertentu dinyatakan kurang terpadu sebesar 43%. Sedangkan ditinjau dari pendekatan integratif yang terkait

dengan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa, yakni membaca, menyimak, berbicara dan menulis dinyatkan kurang terpadu sebesar 43%.

(6)

Pendekatan integratif dengan penyajian menurut konteks, masih belum tersaji secara optimal yakni sebesar 64% dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang dikreasikan. Pendekatan integratif berkaitan dengan pemberian kegiatan motorik dengan deskripsi menyediakan kegiatan untuk dilakukan peserta didik, bermain peran dan permainan sama sekali atau 100% belum tersaji dalam serangkaian pembelajaran yang diciptakan. Pendekatan proses yang terkait dengan pemberian akiftas pada siswa juga belum bisa dilaksanakan secara optimal yakni sebesar 100%. Aktiftas yang berorientasi pada siswa hanya terbatas pada aktivitas verbal yang belum melibatkan siswa secara mental maupun emosional.

Ditinjau dari tujuan pembelajaran, kemunculan tema dalam mewadahi setiap aktivitas pembelajaran dengan menghadirkan kosakata baru sebesar 86% telah terpenuhi dengan deskripsi kurang lebih 150 kata. Tujuan pembelajaran yang terkait dengan aspek keterampilan bahasa yaitu keterampilan membaca dengan keterampilan membaca teks sederhana berbentuk narasi, deskripsi, percakapan, dan berbentuk khusus seperti jadwal atau bagan ucapan dengan intonasi 93% belum tercermin dalam kegiatan pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran yang terkait dengan keterampilan menyimak dinyatakan kurang tersaji sebesar 28%. Sedangkan keterampilan berbicara relatif masih kurang tersaji secara opimal sebesar 50% dan keterampilan

menu-lis kurang tersaji sebesar 14%.

(7)

Keakuratan konsep telah tersaji secara akurat sebesar 72% dengan tidak menimbulkan makna ganda dengan ditandainya kehadiran satu ilustrasi gambar yang mewakili satu konsep dengan jelas. Pemanfaatan alat/teknologi modern dalam area isi pembelajaran nampak pada sajian gambar-gambar yang beragam sesuai dengan konsep yang ingin ditanamkan. Belum tampak adanya bentuk alat lain selain gambar yang digunakan. Ditinjau dari area isi yang terkait dengan keluasan materi, pengenalan konsep dari yang mudah ke tingkat yang sulit tercermin dari paparan kalimat yang sederhana dan mengan-dung unsur kosa kata yang terkait dengan tema disajikan sebagai awal setiap sajian pembelajaran yang terdapat dalam keseluruhan tema, meskipun aktivitas yang diciptakan belum mencapai tahap konsep keutuhan (whole language) secara optimal yakni sebesar 72%. Kedalaman materi sebesar 72 % telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik sekolah dasar dengan menghadirkan gambar-gambar pada setiap aktivitas pembelajaran sebagai bentuk konkretisasi. Meskipun dari segi tampilan, ilustrasi gambar belum berada dalam tingkat yang dapat mempengaruhi emosional anak digemari anak usia sekolah dasar.

Keakuratan konsep telah tersaji secara akurat sebesar 72% dengan tidak menimbulkan makna ganda dengan ditandainya kehadiran satu ilustrasi gambar yang mewakili satu konsep dengan jelas. Pemanfaatan alat/teknologi modern dalam area isi pembelajaran nampak pada sajian gambar-gambar yang beragam sesuai dengan konsep yang ingin ditanamkan. Belum tampak adanya bentuk alat lain selain gambar yang digunakan Area isi yang terkait dengan pelatihan bahasa sebagai alat komunikasi tersaji dalam setiap aspek keterampilan berbahasa sebesar 100% dengan keterampian berbicara, menyimak, menulis dan membaca meskipun belum secara optimal berada dalam penggunaan bahasa secara utuh, alamiah dan kontektual.

Area isi Pembelajaran yang terkait deng-an pemberian kesempatan untuk menebak telah tersaji sebesar 86%. Keruntutan konsep yang tertuang pada area isi pembelajaran tercermin dengan cara menyajikan hal-hal yang dikenal siswa melalui lingkungan kehidupan siswa sehari-hari yang dimunculkan pada sajian tema yang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penilaian konsumen menunjukkan bahwa konsumen menginginkan kualitas daging sapi yang baik, dan ini membuktikan bahwa konsumen sudah selektif dalam memilih daging

[r]

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

[r]

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Salah satu cara dalam penatalaksanaan permasalahan gizi lebih maupun gizi kurang adalah dengan cara pengaturan makan atau diet yang dapat dilakukan melalui pemilihan jumlah

SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat

Pada tahap perencanaan tindakan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti berdasarkan observasi lapangan. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan melakukan