Pembangunan Sosial sebagai Salah Satu
Proses Terpenting dalam Setiap Pembangunan
Disusun untuk memenuhi tugas Take Home
Ujian Tengah Semester: Pembangunan dan Keterbelakangan
Reyhan Aznar 13/347808/SP/25685
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pembangunan merupakan proses perubahan kehidupan masyarakat dari keadaan yang belum berkembang menjadi berkembang. Pemikiran pembangunan mulai muncul saat Perang Dunia II telah usai. Ketika itu, negara jajahan di Asia dan Afrika yang mulai bangkit
melakukan perlawanan terhadap para penjajah dan kemudian memerdekakan diri ini sudah mempunyai konsep pembangunan demi terciptanya kesejahteraan rakyat dan agar mereka segera keluar dari keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan.
Namun, kenyataannya pembangunan selama ini belum mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang. Pemandangan yang jamak kita lihat bahwa fenomena kemiskinan dan pengangguran masih belum bisa diatasi secara menyeluruh, bahkan tingkat kenaikannya pun tinggi. Selain itu, ketimpangan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang semakin tajam saja. Dampaknya, dominasi (hegemoni) negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang semakin nyata dan negara-negara berkembang semakin dependen terhadap negara-negara maju.
Di sisi lain, ketika mendengarkan kata “pembangunan”, yang terlintas dalam benak pikiran masyarakat adalah pembangunan yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merujuk kepada pembangunan yang berfokus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dan ditentukan oleh tingginya tabungan (devisa) atau akumulasi modal, tingginya investasi dan penciptaan peluang kerja. Namun, penulis yakin banyak orang yang belum pernah mendengar tentang “pembangunan sosial”. Padahal, suatu pembangunan akan berjalan dengan lancar apabila terdapat unsur pembangunan sosial di dalamnya.
pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara menyeluruh, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Konsep pembangunan sosial sendiri mulai muncul sebagai kritik terhadap pembangunan yang hanya fokus kepada kemajuan ekonomi semata tanpa mengindahkan aspek sosial sama sekali. Sejarah kronologis perubahan strategis pembangunan dari yang hanya berfokus ekonomi menjadi trilogi pembangunan yang salah satunya memuat unsur pembangunan sosial di Indonesia adalah:
Saat era Orde Baru, pembangunan ekonomi telah mencapai kesuksesan-kesuksesan yang berarti dan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonmi. Namun, pembangunan ekonomi terbukti menyisakan berbagai distorsi masalah sosial seperti kemiskinan dan keterbelakangan. Yang utama adalah masalah pemerataan pendapatan yang muncul dan semakin menjadi kentara setelah pembangunan ekonomi memperlihatkan hasil-hasil nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hanya saja hasil-hasil itu masih dinikmati secara terbatas, yaitu oleh sekelompok kecil anggota masyarakat.
Era industrialisasi telah mendorong kemajuan kapitalisme yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi sehingga aspek-aspek sosial pun terabaikan. Seiring dengan kemajuan kapitalisme, kesenjangan-kesenjangan sosial yang mulanya kurang dirasakan mulai muncul dan menonjol di mana-mana di berbagai bidang kehidupan. Selaras dengan itu, masalah keadilan sosial dan kesetaraan menjadi semakin pantas untuk dikaji dan diselesaikan. Hal ini menjadi sasaran empuk bagi para ahli ilmu-ilmu sosial non ekonomi dan juga bagi pengritik sosial lainnya dalam mengemukakan argumen-argumen mereka tentang kelemahan dari strategi pembangunan ekonomi. Sehingga pemerintah mulai sadar akan pentingnya
pembangunan ekonomi. Pada akhirnya, strategi pembangunan lama yang berfokus pada ekonomi berubah dengan strategi pembangunan yang baru yang disebut trilogi pembangunan. Strategi baru ini bercirikan (1) pemerataan pendapatan, (2) peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan (3) pemantapan kestabilan nasional yang dinamis (Alfian 1986). Program-program yang menjadi pusat perhatian pembangunan sosial adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan kemiskinan. Pemerintah selaku pemegang dan pembuat kebijakan berusaha melakukan perbaikan dan mengembangkan kualitas kebijakan dari program-program tersebut dengan cara memenuhi hak-hak masyarakat atas mendapatkan program-program pemerintah yang layak seperti menggratiskan biaya pendidikan, pemberian modal-modal usaha buat masyarakat yang kurang mampu namun ingin mencoba berbisnis dll. karena apabila itu tidak dilaksanakan maka akan semakin banyak rakyat yang posisinya berada di bawah garis kemiskinan dan akan memunculkan masalah-masalah sosial lainnya.
Menurut Migley (1995), ada tiga strategi yang digunakan dalam pembangunan sosial. Strategi-strategi tersebut adalah:
1. Pembangunan sosial melalui individu dengan pendekatan individualis atau perusahaan. Strategi ini kurang populer dalam pembangunan sosial, karena lebih menekankan pada pengembangan fungsi sosial individu serta hubungan antarindividu. Individu-individu yang ada dalam masyarakat berswadaya memberdayakan
masyarakat itu sendiri dengan membentuk usaha pelayanan.
menghasilkan jaringan kelompok yang selanjutnya digunakan untuk pengembangan kelompok lokal yang ada dalam masyarakat.
3. Pembangunan sosial melalui pemerintah, yang sering dikenal dengan pendekatan statis. Pendekatan ini sangat lekat dengan ideologi kolektivis atau sosialis. Ideologi ini menekankan betapa pentingnya kolektivitas. Pembangunan sosial dilakukan dengan menggunakan lembaga-lembaga yang ada di dalam organisasi pemerintah. Pada strategi ini pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk membuat kebijakan dan mengimplementasikan kebijakan sosial yang telah dibuat. Jadi dengan demikian partisipasi dalam pembangunan sosial tidak hanya dilakukan oleh individu dan masyarakat, tetapi juga oleh pemerintah.
Menurut penulis, agar pembangunan sosial berjalan dengan lancar dibutuhkan partisipasi dari masyarakat itu sendiri selain pemerintah yang berfungsi sebagai fasilitator. Strategi pembangunan tersebut diarahkan untuk mencapai suatu perubahan sosial yang berbasiskan nilai-nilai yang berpusat pada manusia (people-centered development values). Maka dari itu, idealnya proyek-proyek pembangunan terutama pembangunan sosial tidak dirancang dan dikelola secara terpusat, melainkan diserahkan kepada masyarakat. Dalam strategi semacam itu, diharapkan terjadi proses pemberian kekuasaan di tingkat bawah supaya masyarakat lebih terlatih dalam mengelola sumber daya produktif bagi kepentingan mereka sendiri (Usman, 2003). Selain itu, pembangunan sosial yang melibatkan masyarakat juga dapat meningkatkan kemampuan (capacity building), demokrasi serta partisipasi sehingga masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan, namun juga menjadi subjek yang mempunyai peranan dan pengaruh besar dalam suatu pembangunan.
distorsi dari pembangunan itu sendiri, seperti kemiskinan yang terjadi karena suksesnya pembangunan ekonomi sehingga menciptakan ketimpangan.
Pembangunan sosial bertujuan untuk mencapai kemajuan serta diarahkan untuk mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Kemudian, adanya 3 strategi tadi harus digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta menghubungkan antara pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi. Dan akhirnya, tujuan akhir dari pembangunan sosial adalah terciptanya kesejahteraan sosial bagi
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, 1986, Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: UI Press.
Migley, James, 1995, Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare, London: Sage Publications Ltd.
Suharto, Edi, 2010, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.