• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL P (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PENYEBAB PERUSAHAAN MELAKUKAN AUDITOR SWITCH

Sulfiana

email : Sulfi_ana32@yahoo.co.id Jurusan Akuntansi Uin Alauddin Makassar

abstract

Auditor switching is the turn performed by the auditor client companies. In a company auditor switch occur voluntary (voluntary) is derived from the company and is mandatory (compulsory) derived from the government's decision through PMK-17/PMK.01/2008 on Public Accountant Services. External factors cause the switch auditors come from auditors while internal factors cause the switch auditors come from the client company. This paper aims to determine the effect of the audit opinion, company size, and the audit fee as part of the external factors and inernal companies do switch auditors. The results of this paper indicate that the audit opinion, audit fees aukuran company and have an influence on the change of auditors.

Keywords : auditor switching, audit opinion, size company, fee audit.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam sebuah perusahaan dibutuhkan adanya auditor eksternal yang dibawahi oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak independen dalam mengaudit laporan keuangan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti, pemilik perusahaan, kreditor, pemerintah dan masyarakat. Dalam pertimbangan terkait dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maka auditor dituntut untuk memastikan bahwa laporan keuangan sebuah perusahaan wajar dan dapat dipercaya serta menampilkan informasi yang sebenarnya terkait dengan keadaan dan posisi keuangan suatu perusahaan. Semakin pesatnya pertumbuhan dalam pendirian perusahaan menjadi alasan utama timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik.

(2)

bahwa laporan keuangan tersebut wajar dan dapat dipercaya serta menampilkan informasi yang sebenarnya mengenai keadaan dan posisi keuangan suatu perusahaan. Disamping itu, akuntan publik juga berperan sebagai pihak yang menengahi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik perusahaan. (Sulistiarini, 2012).

Dalam sebuah perusahaan, penggantian auditor bisa terjadi secara voluntary (sukarela) atau secara mandatory (wajib). Jika penggantian auditor terjadi secara voluntary, maka faktor-faktor penyebab dapat berasal dari sisi klien (misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, initial public offering dan sebagainya) dari sisi auditor (misalnya fee audit, kualitas audit dan sebagainya). Sebaliknya, jika penggantian terjadi secara mandatory seperti yang terjadi di Indonesia, hal itu terjadi karena adanya peraturan yang mewajibkan (Febrianto, 2009). Fenomena mengenai penggantian auditor atau Kantor Akuntan Publik memang sangat menarik untuk dikaji, hal ini terlihat pada keterangan sebelumnya bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan penggantian auditor atau Kantor Akuntan Publik.

Perlu kita ketahui bahwa semakin banyak perusahaan publik, semakin banyak pula jasa akuntan publik yang dibutuhkan. Dari hal tersebut Kantor Akuntan Publik (KAP) saling bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari perusahaan untuk digunakan jasa auditnya dan berusaha memberikan jasa audit sebaik mungkin. Hal di atas juga mempengaruhi perusahaan dalam menentukan sikap apakah tetap mnggunakan KAP yang sama atau melakukan auditor switch dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.

(3)

Auditor switch ini dapat dibedakan menjadi pergantian wajib dan pergantian sukarela. Pergantian wajib dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Pergantian wajib dilakukan sesuai dengan KMK359/KMK.06 2003 tentang Jasa Akuntan Publik (merupakan perubahan atas KMK – 423/KMK.06/2002 yang berlaku sejak tanggal 30 Sepetmber 2002), yang isinya antara lain menyebutkan akuntan publik yang menadatangani laporan audit hanya boleh menangani perusahaan yang sama paling lama tiga tahun. Sedangkan KAP dibatasi paling lama lima tahun. Peraturan ini berlaku sejak tanggal 21 Agustus 2003. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan PMK-17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang berlaku sejak tanggal 5 Februari 2008. Perubahannya ada 2 yaitu Pemberian Jasa Audit Umum oleh KAP paling lama untuk 6 tahun berturut-turut pada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1), serta KAP dan akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setalah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum kepada klien tersebut (pasal 3 ayat 2 dan 3) (Susan, dkk. 2011:132).

Pengaruh Internal

Purwadiredja (2010) dalam Angraini (2011) mengemukakan bahwa pengaruh internal adalah sejumlah variabel yang mempengaruhi faktor psikologis yang meliputi kesanggupan, tingkat stress, sikap dan sebagainya

Dalam sebuah perusahaan terdapat faktor internal yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan audior switch, pengaruh tersebut juga bisa dikatakan sebagai pengaruh yang terjadi secara voluntary, karena hal itu terkait langsung dengan klien. Faktor yang dapat berasal dari sisi klien misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, initial public offering, terdapat perbedaan antara auditor sebelumnya dengan perusahaan,, penggantian susunan manajemen perusahaan, perusahaan ditutup, terjadi merger atau akuisisi perusahaan, besarnya ukuran perusahaan, serta adanya kewajiban penggantian auditor oleh perusahaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(4)

yang terdahulu bertindak konservatif dan tidak sejalan dengan kepentingan manajemen perusahaan, sehingga perusahaan melakukan pergantian KAP secara voluntary. Pergantian KAP disebabkan perusahaan ingin mencari KAP yang dapat memenuhi kepentingannya.

Pengaruh eksternal

Pengaruh eksternal perusahaan adalah hal-hal yang tidak terkait langsung dengan perusahaan namun dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan perusahaan.

Pengaruh eksternal dalam pergantian KAP dapat diidentifikasi dalam beberapa hal diantaranya adalah opini audit, ukuran KAP, penawaran biaya audit yang lebih rendah, auditor sakit, auditor meninggal, auditor dipensiunkan, adanya penggantian susunan manajemen perusahaan, tidak adanya uang muka pembayaran, besarnya biaya auditor dan lokasi kantor auditor. Stocken (2000)

Dari beberapa hal tersebut di atas tidak semua memiliki kemungkinan pengaruh yang signifikan terhadap pergantian KAP, yang paling umum sering dijadikan variabel bagi peneliti adalah opini audit dan ukuran KAP. Menurut Wijayani, dkk. (2011) opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching sementara ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Hal ini didukung dengan pendapat Chadegani, dkk (2011) mengungkapkan bahwa opini audit memiliki pengaruh positif terhadap auditor switch sementara ukuran auditor berpengaruh negatif terhadap auditor switch.

(5)

Kinerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kepuasan kerja yang baik. Jika auditor merasa puas dengan pekerjaannya, kinerja yang dihasilkan juga akan baik (good performance). Sebaliknya jika auditor merasa tidak puas dengan pekerjaannya, kinerjanya pun bisa menjadi bad performance (Yasmin, 2013). Jadi semua keputusan dan faktor pendukungnya kembali lagi kepada auditornya, dalam melaksanakan fungsi dann tugasnya auditor dituntut untuk dapat menunjukkan kinerja yang tinggi agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Timbulnya kajian mengenai masalah pergantian auditor ini berawal dari terbongkarnya kasus Enron ke ranah publik, dimana KAP nya yang merupakan salah satu dari anggota KAP big five saat itu yakni Arthur Andersen gagal mempertahankan independensinya dalam mengaudit kliennya, Enron (Sulistiarini dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan Sinason (2001) mengenai sifat audit tenure dan auditor switching dengan kesimpulan bahwa variable ukuran klien dan tingkat pertumbuhan klien mempunyai pengaruh terhadap auditor switching. Sedangkan variable yang lain, yaitu ukuran KAP, risiko klien, dan opini audit qualified tidak memiliki pengaruh terhadap auditor switching. Kemudian pada penelitian Febrianto (2009) faktor dari sisi klien seperti kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, initial public offering dan sebagainya dari sisi auditor (misalnya fee audit, kualitas audit dan sebagainya. Kemudian menurut Divianto (2011) variable ukuran KAP dan opini auditor positif dan signifikan secara simultan terhadap auditor switch.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dikemukakan penulis sebagai bahan penelitian adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh dari opini audit terhadap auditor switch pada sebuah perusahaan?

2. Bagaimanakah pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switch? 3. Bagaimanakah pengaruh fee audit terhadap auditor switch?

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN A. Teori Auditor Switching

Menurut Aprillia (2013) Auditor switching merupakan pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan baik secara voluntary maupun secara mandatory.

Divianto (2011) mengemukakan bahwa ketika klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Manapun di antara keduanya yang terjadi, perhatian adalah pada alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan ke mana klien tersebut akan berpindah. Jika alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Jadi, fokus perhatian peneliti adalah pada klien.

(7)

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa tidak ada alasan khusus yang mendominasi pergantian auditor. Ada banyak faktor yang menyebabkan pergantian auditor, sehingga membuat peneliti sulit untuk menentukan penyebab utamanya karena terlalu banyak faktor penyebab yang secara simultan membuahkan hasil yang sama.

B. Teori Agensi (Agency Theory)

Studi ini menggunakan teori keagenan sebagai grand theory. Menurut Pratini, dkk (2013) Teori agensi membahas tentang hubungan kontrak antara agent (manajemen) dan principle (pemegang saham) serta permasalahannya. Prinsipal sebagai pemasok modal memberikan kepercayaan pada agen untuk mengelola aset yang dimilikinya dan agen wajib melaporkan perkembangan aset tersebut kepada prinsipal secara berkala. Menurut Sulistiarini (2012) Salah satu asumsi dalam teori keagenan menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan dirinya sendiri (self interest). Baik prinsipal maupun agen ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kedua pihak tersebut juga sama-sama ingin terhindar dari resiko yang kemungkinan terjadi. Karena sifat itulah, dibutuhkan auditor independen sebagai penengah antara hubungan prinsipal dengan agen.

Dalam hubungan antara agen dan prinsipal yang diharapkan harmonis ternyata menimbulkan konflik, sehingga diperlukan pihak ketiga untuk menjembatani konflik antara prinsipal dan agen yaitu auditor. Menurut Wijayani (2011) ada dua bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham, serta hubungan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholder).

(8)

Febriana (2012) mengungkapkan bahwa teori agensi menunjukkan bahwa manjemen bertindak atas kepentingannya sendiri daripada bertindak sesuai kepentingan para investor sebagai pemilik sah perusahaan. Hal ini akan membentuk adanya perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham dan kreditur yang bertentangan dengan ketidakjujuran yang dilakukan manajemen. Wujud pertanggungjawaban manajemen dalam konsep agensi ditunjukkan dalam kinerja manajemen yang bersangkutan. Terdapat kontradiksi yang timbul dalam pemilihan KAP karena kualitas KAP berdampak pada persepsi pemakai auditor, dan biaya (fee audit) yang dikeluarkan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki masalah keuangan akan memilih KAP yang baik. Hal ini dilakukan agar kelemahan perusahaan akan tertutupi dengan reputasi baik dari KAP yang dipilihnya. Namun demikian, keinginan untuk memilih KAP yang besar dihalangi oleh kemampuan keuangan, sehingga pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai masalah keuangan akan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan dalam memilih kantor akuntan publik.

C. Teori Audit Opinion

Menurut Angraini (2011) hampir setiap perusahaan pada saat ini memiliki komite audit, yang berguna untuk melakukan pengawasan terhadap aktifitas finansial yang dilakukan perusahaan. Salah satu fungsi auditor adalah memberikan opini audit terhadap kesimpulan akhir dari aktifitas audit yang mereka lakukan. Wijayani (2011) mendefenisikan bahwa opini audit sebagai pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran perjanjian laporan keuangan perusahaan yang diauditnya.

(9)

Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508, pendapat auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified)

Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan terhadap auditor dalam lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran, tidak menemukan adanya kesalahan material atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, serta penerapan standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit tipe ini merupakan laporan yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien maupun oleh pihak-pihak berkepentingan lainnya.

Pendapat wajar tanpa pengecualian ini dikeluarkan jika semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan) telah lengkap diberikan dan tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. Dengan mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan klien disajikan secara wajar dalam semua hal material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph)

Suatu paragraf penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam keadaan tertentu yang mungkin mengharuskannya melakukan hal tersebut, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu kalimat penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:

1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum, 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas,

(10)

4) Penekanan atas suatu hal,

5) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya,

6) Pendapat wajar sebagian didasarkan pada laporan audit yang melibatkan auditor lain.

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberikan ketika auditor merasa perlu memberikan informasi tambahan mengenai laporan keuangan yang disajikan klien. Meskipun suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan secara wajar, jika auditor merasa perlu untuk memberikan informasi tambahan, maka dikeluarkanlah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas.

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified)

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu:

1) Klien membatasi ruang lingkup audit,

2) Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting, 3) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan, 4) Ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang

digunakan dalam menyusun laporan keuangan.

Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum pada saat penyiapan laporan keuangan. Dengan adanya kondisi-kondisi tersebut, auditor dapat mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified).

d. Pendapat tidak Wajar (Adverse)

(11)

perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.

Selain itu, pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi sehingga bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemaka i informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

e. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)

Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit , maka laporan ini disebut laporan tanpa pendapat (disclaimer). Hal ini disebabkan beberapa kondisi, yaitu adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka kondisi ini dapat menyebabkan auditor untuk memberikan opini disclaimer. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer) karena ia tidak cukup memperoleh bukti atau kurang memiliki pengetahuan mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena adanya ketidaktercapaian kata sepakat dengan klien.

D. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Pasal 2 Tentang “Jasa Akuntan Publik”.

Sekarang ini, isu independensi auditor telah semakin penting dalam hal pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu independensi adalah adanya peraturan-peraturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit (audit tenure).

(12)

atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas.

E. Hubungan Opini Audit Terhadap Auditor Switch

Opini audit didefinisikan sebagai pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor dalam menilai kewajaran perjanjian laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001) dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas.

Opini audit memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan eksternal karena bermanfaat untuk keputusan investasi. Ketidakpuasan atas pendapat auditor menyebabkan timbulnya ketegangan hubunganantara manajemen dan KAP sehingga perusahaan akan mengganti KAP-nya. Menurut Divianto (2011) Opini audit selain WTP cenderung mempengaruhi klien untuk melakukan Auditor switch. Hal ini disebabkan oleh pemberian opini audit selain WTP mengindikasikan terdapat masalah dalam laporan keuangan sehingga pandangan investor dan kreditor cenderung negatif.

(13)

tersebut dimanifestasikan dalam bentuk ancaman untuk mengganti auditor kepada auditor yang baru jika auditor yang mengaudit sekarang mengajukan opini yang tidak memuaskan manajemen (Stocken, 2000).

F. Hubungan Ukuran Klien Terhadap Auditor Switch

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, nilai pasar saham, nilai penjualan, dan lain-lain. Umumnya, perusahaan dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan total aset perusahaan, yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.

Sinason (2001) mengemukakan bahwa perusahaan besar mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan biaya (baik fiskal langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga dikenai biaya awal saat terlibat auditor baru. Misalnya, personil klien banyak menghabiskan waktu dengan auditor baru untuk memberikan informasi mengenai bisnis klien. Hal itu menimbulkan biaya tidak langsung ketika membina hubungan baru dengan auditor baru. Mungkin benar bahwa biaya adalah proporsional dengan ukuran klien. Berdasarkan argumen di atas, dapat dikatakan bahwa biaya audit untuk klien yang kecil mungkin lebih sedikit dibandingkan klien yang besar.

Karena ukuran perusahaan klien yang meningkat, memungkinkan jumlah konflik agen juga meningkat dan ini dapat meningkatkan permintaan untuk kualitas auditor (palmrose, 1984 dalam Wijayanti 2010), Yaitu perusahaan audit besar (Big 4). Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit.

G. Hubungan Fee Audit Terhadap Auditor Switch

(14)

dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam penerimaan penugasan audit. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung oleh risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan, dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi. Masyarakat pada umumnya cenderung mengasosiasikan harga yang mahal sebanding dengan kualitas yang didapatkan, dan sebaliknya.

Jika auditor mengaudit klien atau bekerja untuk klien hanya satu atau 3 kali, penghasilan auditor dari fee yang diberikan perusahaan saat berganti klien tidak begitu material. Tetapi jika auditor bekerja untuk klien dalam jangka waktu yang lama, dan ukuran klien yang di audit itu besar, maka sangat memungkinkan jumlah penghasilan yang didapat dari hasil pemberian jasa auditor berkurang secara material jika dilakukan pergantian auditor atau KAP, sehingga tidak mengherankan jika auditor (KAP) memiliki hubungan yang lama dengan klien. Karena semakin lama hubungan KAP dengan klien, maka semakin tinggi penghasilan yang didapat KAP dari klien. Banyak alasan mengapa perusahaan melakukan pergantian auditor. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pergantian auditor telah banyak diteliti dalam berbagai konteks dengan menggunakan metode y ang berbeda. Salah satu alasan mengapa perusahaan mengganti auditor adalah tingginya fee audit (Stocken,2000).

(15)

III. KESIMPULAN

1. Opini auditor memiliki pengaruh terhadap auditor switch pada sebuah perusahaan. Karena untuk tujuan tertentu manajemen perusahaan akan mengganti auditornya karena mereka memberi opini audit yang tidak diharapkan atas laporan keuangan perusahaan dan akan mencari auditor yang lebih mudah diatur dalam memberikan opini terhadap laporan keuangan perusahaan.

2. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switch. Karena ukuran KAP harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien. Akan menimbulkan ketidaksesuaian ukuran jika perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Angraini H.A, 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan di Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Jurnal : Universitas Bung Hatta.

Aprillia Ekka, 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching”. Accounting Analysis Journal.

Chadegani Arezoo. A, Mohamed Z.M, dan Jari A, 2011. “The Determinant Factors of Auditor Switch among Companies Listed on Tehran Stock Exchange”. IPEDR vol.10 IACSIT Press, Singapore.

Divianto, 2011. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol. 1 No.2.

Febriana Varadita, 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik di Perusahaan Go Publik yang Terdaftar di BEI”. Skripsi Semarang : Universitas Diponegoro.

Febrianto, 2009. ”Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”. Rahmat on Accounting.

Gede W.M, 2011. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek .

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 508:Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan “, IAI, Jakarta, 2011.

Luh K.M dan I Dewa N.B, 2011. “Pengaruh Moderasi Karakteristik Komite Audit Dengan Opini Audit Going Concern Pada Pergantian Auditor”. Jurnal. Bali : Universitas Udayana

Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta.

(17)

Pratini Asti dan Astika Putra, 2013. “Fenomena Pergantian Auditor di Bursa Efek Indonesia”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 : 470-482.

Sinason David H, 2001. “An Investigation of Auditor and Client Tenure”. American Journal of Business, Accounting Fall 2001: Vol. 16 No. 2.

Stocken, M. E., (2000), “Auditor Conservatism and Opinion Shopping: Influence of Client Switching Expectations on Audit Opinion Decision.”, Dissertation Unpublished.

Sulistiarini Endina dan Sudarno, 2012. “Analisis Faktor-Faktor Pergantian Kantor Akuntan Publik”. Diponegoro Jurnal of Accounting Vol. 1 No. 2 Hal. 1-12.

Susan dan Estralita Trisnawati, 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Auditor Switch”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 13, no.2, Agustus 2011, 131-144.

Wijayani E.D, 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Di Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Skripsi Semarang: Universitas Diponegoro.

________, dan Januarti Indira, 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Di Indonesia Melakukan Auditor Switching”. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh.

Wijayanti M.P, 2010. “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching Di Indonesia”. Skripsi Semarang: Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the analysis above, the result of illocutionary acts that belonging in persuasive expression found in The Jakarta Post February 10-16 2014 advertisement

Dengan penelitian ini diharapkan guru maupun praktisi di lapangan dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write sebagai salah satu model pembelajaran

 Pengobatan yang pernah dialami ibu : ... Persepsi ibu setelah bersalin : ... Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? ... Bila ya bagaimana

Korelasi Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Skor Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Instalasi Dialisis RSUD Dr.. Pirngadi Medan

Kitab ini bersifat polemik yang (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan

Dari sini, permasalahan berkembang ke karakreristik jaringan DDoS apa yang yang dapat dijadikan parameter serangan, mekanisme Client Puzzle yang dijalankan untuk validasi,

Dari hasil penilaian siswa terhadap guru menunjukan bahwa implementasi pendidikan karakter SMK Futuhiyyah Mrangen Demak tahun pelajaran 2013/2014 sudah dilaksanakan dengan

Hal ini menjadi landasan penulis dalam pemilihan elemen grafis di tiap rancangan visual puisi, di mana elemen-elemen visual yang hadir tidak bekerja secara linier