• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendidikan Agama Islam Fakultas Program"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan

Agama

Islam

Sumber Ajaran Islam

Fakultas Program Studi E-Learning Kode MK Disusun Oleh

Teknik Elektro Pendidikan Agama

Islam

01

90002 Alimudin, S.Pd.I, M.Si

Abstract

Kompetensi

Agama Islam memiliki tiga sumber rujukan utama dalam memecah permasalahan hidup yang ditemui oleh manusia yaitu: Al Quran, As-Sunnah dan Ijtihad

(2)

Pengantar

1. KESEMPURNAAN BERIBADAH MENURUT SUMBER-SUMBER ISLAM

Beberapa fenomena mutakhir di dunia Islam semakin memperkuat asumsi yang berkembang; umat Islam dilanda krisis ajaran.Disatu sisi, umat Islam rajin beribadah. Tapi disisi lain, tugas-tugas sosial (mua’malah) acapkali terbengkalai. Islam mendukung penuh perdamaian.Tapi tak sedikit umat Islam yang melakukan praktek kekerasaan.Islam mengedepankan persatuan. Tapi tak sedikit umat Islam yang selalu bertikai, bahkan sesama muslim.

Pertanyaan adalah, apa yang terjadi dengan umat Islam? Suatu saat, dikala sebagian sahabat berkumpul dengan Nabi, datang seorang yang berpakaian serba putih. Dengan gaya dan nada yang akrab, orang tersebut bertanya kepada Nabi; Muhammad, apa itu Islam? Nabi menjawab, pertama, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasululllah.Kedua, melakukan shalat.Ketiga, memberikan zakat.Keempat, berpuasa dibulan Ramadhan.Kelima, melakukan haji.

Kemudian orang itu bertanya lagi, apa itu iman? Nabi menjawab, beriman kepada Allah, para malaikat, semua kitab suci, semua rasul, hari akhir dan takdir.

Apa itu ihsan (berbuat baik)?, lanjut orang itu, Nabi pun menjawab, menyembah Allah seperti kamu melihat seperti kamu melihatnya. Bila kita tidak melihatnya, sesungguhnya dia melihatmu.Setelah orang serba putih itu pergi, Nabi menceritakan kepada para sahabat; itu adalah malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia.

Para generasi Islam selanjutnya mencoba mengklarifikasi ajaran-ajaran diatas ke dalam tiga bagian keilmuan Islam; syariat (ibadah), akidah (keimanan), dan akhlak (moralitas).Tak hanya itu, mereka juga telah melakukan tematisasi terhadap tiga bagian keilmuan Islam di atas.

(3)

2. Al-Qur’an Sebagai Sumber Ajaran Islam

1. Arti dan Definisi Al-Qur’an

Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad. Wahyu Allah itu diturunkan dalam bahasa arab dan secara otentik terhimpun dalam mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kita suci yang demikian masyur sehingga sulit untuk menemukan satu definisi yang mencakup keseluruhan Al-Qur’an karena itu definisi yang ada masih bersifat parsial; tergantung kepada jenis kajian yang dilakukan. Dr. Dawud al-Attar menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara lisan, makna serta gaya bahasanya yang tertulis dalam kitab yang secara mutawatir. Definisi diatas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut : a. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang seluruh ayatnya adalah wahyu Allah; tidak ada satu pun kata yang datang dari perkataan atau fikiran Nabi Muhammmad.

b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah sendiri.

c. Al-Qur’an dinukilkan secara mutawatir, artinya Al’Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyakny jumlah dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.

Sejarahmencatat kerinduan umat manusia terhadap datangnya risalah Allah ini.Mereka telah memeluk Islam menerima konsekuensi logis yang memilukan.Intimidasi, penganiayaan dan pembunuhan merupakan bagian dari sejarah kelam kehidupan keagamaan mereka. Dalam situasi ini, Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur menjadi pelipur lara dan penyejuk hati mereka. Karena selain ajaran tentang norma dan etika, Al-Qur’an juga mencatat suka duka para nabi dan umat terdahulu.

(4)

mendorong gerakan penghafal Al-Quran menjadi sebuah fenomena cultural kaum muslimin dari waktu ke waktu.

2. Kandungan dan Nama Al-Qur’an

Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat-ayat suci. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pada periode Mekah (Ayat Makiyah) sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat, dan pada periode Madinah (Ayat Madaniyah) sebanyak 1.456 ayat yang tercakup dalam 28 surat.

Kata Al-Qur’an sendiri menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Dalam nama ini terkadang suatu prediksi bahwa wahyu Allah yang diturunkan dengan bahasa lisan ini membuka kemungkinan ditulis dan dikumpulkan sehingga menjadi satu kitab yang dapat dibaca manusia. Hal ini telah terbukti dimana Al-Qur’an diterima Nabi Muhammad, dihafal, ditulis dan akhirnya dibukukan menjadi bacaan.

Selain Al-qur’an, wahyu Allah ini diberi nama-nama lain oleh Allah yaitu: a. Al-Kitab, berarti sesuatu yang ditulis (Ad-Dukhan, 44-2)

b.Al-Kalam, berarti ucapan (At-Taubah, 9:6) c.Al-zikra, berarti peringatan (Al-Hijr,15:9) d.Al-Qasas, berarti cerita-cerita (Al-Imran,3:62) e.Al-Huda, berarti petunjuk (At-taubah, 9: 33) f.Al-Furqan, berarti pemisah (Al-Furqan, 25:1) g.Al-mau’izah, berarti nasihat (Yunus, 10:57)

h.As-syifa, berarti obat atau penawar jiwa (Al-Isra, 17:82) i.An-Nur, berarti cahaya (An-Nisa, 4:174)

(5)

3. Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim diseluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidupdidunia dan akhirat. Islam mempunyai satu sendi utama yang esensial: berfungsi memberikan petunjuk kejalan yang sebaik-baiknya.

Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur dalam tenggang waktu lebih kurang 23 tahun, yaitu sejak diangkatnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul sehingga beliau wafat. Al-Qu’an yang terdiri dari dari 114 surat dan susunannya ditentukan oleh Allah yang berbeda dengan metode penyusunan buku-buku ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas satu masalah selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal-pasal.Metode ini tidak terdapat di dalam Al-Qur’an, yang di dalamnya banyak persoalan induk silih berganti diterangkan.

Persoalan aqidah terkadang bergandengan dengan persoalan hukum; sejarah umat-umat yang lalu disatukan dengan nasihat dan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam. Terkadang pula, ada suatu persoalan atau hukum yang sedang diterangkan tiba-tiba timbul persoalan lain. Yang demikian dimaksudkan agar memberikan kesan bahwa ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hukum-hukum yang tercakup di dalamnya merupakan satu kesatuan harus ditaati oleh penganut-penganutnya secara keseluruhan tanpa ada pemisahan antara satu dengan yang lainnya.

Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua priode; (1) Periode sebelum hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah.Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat Makiyyah, dan ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah.

A. Periode Pertama

Diketahui bahwa Muhammad, pada awal turunnya wahyu pertama (iqra), belum menjadi Rasul, dengan wahyu itu, beliau baru merupakan seorang Nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedua beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah:

(6)

a. Pendidikan bagi Rasulullah dan membentuk kepribadiaanya b. Pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai Tauhid

c. Keterangan-keterangan megenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah ketika itu.

Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok:

a. Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Qur’an

b. Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Qur’an, karena kebodohan mereka, keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang

B. Periode Kedua

Periode kedua dari sejarah Al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah. Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan system untuk kemajun dakwah Islam.

Dimulai dari fitnah, intimidasi dan penganiayaan, yang megakibatkan para penganut ajaran Al-Qur’an ketika terpaksa berhijrah ke Habsyah dan pada akhirnya seluruh kaum muslimin termasuk Rasulullah berhijrah ke Madinah.

Pada masa tersebut, ayat-ayat Al-Qur’an, di satu pihak silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi ketika itu.

Disamping itu turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi mengenai ke-Esa-an Tuhan dan kepastian hari Kiamat berdasarkan tanda-tanda yang dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Dari sejarah diturunkannya Al-Qur’an, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut :

(7)

b. Peraturan atau hukum, yaitu garis-garis besar aturan tentang hubungan dengan Allah, antara manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang melahirkan syariat, hukum atau fikih.

c. Pokok-pokok aturan akhlak yang menerapkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupanya secara individu atau kolektif

d. Pokok-pokok dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukan eksistensi dan kebesaran Tuhan sebagai pencifta. Petunjuk dasar ini merupakan isyarat-isyarat ilmiah yang melahirkan ilmu pengetahuan.

e. Kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu

f. Informasi tentang alam gaib, seperti adanya jin, kiamat, surge dan neraka.

4. Bukti Kebenaran Al-Qur’an

Al-Qur’an mempunyai sekian banyak fungsi, diantaranya adalah menjadi bukti kebenaran adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammmad, bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya bertahap.

Pertama, menentang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Qur’an secara keseluruhan (QS 52:34)

Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam Al-Qur’an (QS 11:13). Sedangkan seluruh Al-qur’an berisikan 114 surat

Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam Al-Qur’an (QS. 2:3) Seorang ahli berkomentar bahwa tantangan yang sedemikian lantang ini tidak dapat dikemukakan oleh seseorang kecuali jika ia memiliki satu dari dua sifat : tidak waras atau yakin, nabi Muhammad sangat yakin akan wahyu-wahyu Tuhan, karena”wahyu adalah informasi yang diyakini dengan sebenarnya bersumber dari Tuhan.

(8)

membutuhkan “ air kehidupan”. Di sini, syariah mengantarkan seseorang menuju air kehidupan.

Paling tidak ada tiga aspek dalam al-Qur’an yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad, sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah SWT.

Ketiga aspek tersebut akan lebih menyakinkan lagi, bila diketahui bahwa Nabi Muhammad bukanlah seseorang yang pandai membaca dan menulis. Ia juga tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah masyarakat yang relative telah mengenal peradaban, seperti Mesir, Persia atau Romawi. Beliau dibesarkan dan hidup ditengah-tengah kaum yang oleh beliau sendiri dilukiskan sebagai ”Kami adalah masyarakat yang tidak pandai menulis dan berhitung”.

Ketiga aspek yang dimaksud adalah:

1. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Seringkali Al-Qur’an “turun” secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa.

2. Tentang pemberitahuan-pemberitahuan gaib. Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa, diceritakan dalam surat Yunus, Pada ayat 92 surat itu, ditegaskan bahwa “Badan Fir’aun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya”. Tidak seorangpun mengetahui hal tersebut, karena hal itu telah terjadi sekitar 1200 tahun S.M. Nanti, pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakalaLoret menemukan di lembah Raja-raja Luxor Mesir, satu Mumi yang bernama Maniptah. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Fir’aun tersebut.Apa yang ditemukannya adalah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-Qur’an melalui Nabi yang tidak pandai membaca dan menulis itu.

3. Isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekali isyarat ilmiahnya, yang ditemukan dalam Al-Qur’an. Misalkan diisyaratkan bahwa: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)”., (QS 10;5) dan masih banyak lagi lainya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya kalau bukan dari Allah Yang Maha Mengetahui.

(9)

2. As-Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam

A. Pengertian As-Sunnah

Ditinjau dari segi bahasa, As-Sunah berarti cara, jalan, kebiasaan dan tradisi. Kebiasaan dan tradisi yang baik dan buruk. Kata As-Sunnah di dalam Al-Qur’an diulang 16 kali pada 11 surat. Makna Sunnah secara etimologi menurut Muhammad Ajaj Al-Khatib identik dengan Al-Hadist, yaitu berupa ucapan, perbuatan atau ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammmad

Sunnah merupakan salah satu nama dari dalil-dalil hukum. Apabila suatu hukum ditetapkan berdasarkan hukum tersebut ialah keterangan dari Nabi Muhammad, baik ucapan, perbuatan, maupun ketetapan

B. Kedudukan As-Sunnah

Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul diberi tugas untuk membacakan dan mengajarkan wahyu kepada umat manusia, menerangkan makna yang tersurat dan tersirat.Sejalan dengan tugas tersebut, segala keterangan Rasul yang berkaitan dengan syariat yang terbukti sahih (benar) merupakan bagian dari wahyu itu sendiri.Oleh karena itu, dalam aplikasi hukum, hadis-hadis yang termasuk daif (lemah) tidak bisa dijadikan dasar dalam penetapan hukum.As-Sunnah atau hadis shahih inilah yang menjadi pedoman pengalaman Islam dan merupakan hukum kedua setelah Al-Qur’an.

C. Posisi As-Sunnah dalam Syariat Islam

Dilihat dari hierarki sumber hukum Islam, As-Sunnah menempati tempat kedua setelah Al-Qur’an.Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat diantara keduanya.Dilihat dari segi kualitas periwayatannya Al-Qur’an bersifat pasti, sementara kualitas periwayatannya As-Sunnah bersifat relatif.Al-Syatibi menyatakan bahwa As-Sunnah sebagai penjelas dan menjabarkan Al-Qur’an.

D. Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Qur’an

(10)

As-Sunnah berfungsi sebagai penguat pesan-pesan atau peraturan-peraturan yang tersurat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya Al-Qur’an menyebutkan suatu kewajiban dan larangan, lalu Rasul dalam Sunnahnya menguatkan pesan-pesan Al-Qur’an, As-Sunnah berperan antara lain:

a. Menegaskan kedudukan hukum, penyebutan hukum wajib atau fardu b.Menerangkan posisi kewajiban atau larangan dalam syariat Allah SWT c.Menjelaskan sangsi hukum bagi pelannggarnya

2. As-Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an

As-Sunnah memberikan penjelasan terhadap maksud ayat Al-Qur’an, antara lain:

a. Menjelaskan makna-makna yang rumit dari ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya firman Allah : “Peliharalah semua shalat (mu) dan (peliharalah) shalat Wusta” (Al-Baqarah, 2:238) Yang dimaksud dengan shalat Wusta dijelaskan oleh As-Sunnah yaitu shalat Asar

b. Mengikuti makna-makna yang bersifat lepas dari ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya firman Allah SWT :

“laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah”. (Al-Maidah, 5:38)

As-Sunnah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tangan itu adalah pergelangan tangan. Dengan demikian penjelasan sunnah mengikuti makna yang lepas dari ayat diatas. c. Mengkhususkan ketetapan-ketetapan yang disebut Al-Qur’an secara umum, misalnya firman Allah :

“Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah, 2:275).

Jual-beli yang dihalalkan Allah bersifat umum, Rasul kemudian mengkhususkan, sehingga apa yang kemudian dikhususkan Rasul itu lagi halal seperti Rasul melarang jual beli yang belum tentu rupa, waktu, tempat.

(11)

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yang (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan kepadanya”.(Ali Imran, 3:97)

Ayat ini tidak menjelaskan bilangan kewajiban sehingga sahabat bertanya kepada Rasul perihal berapa kali seorang muslim wajib mengerjakan haji, Rasul menjelaskan kalau kewajiban haji itu hanya sekali.

3. As-sunnah sebagai pembuat hukum

Sunnah menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh Al-Qur’an. Misalnya Al-Qur’an menyebutkan empat macam makanan yang haram dalam firman-Nya:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, daging yang disembelih atas nama selain Allah, yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang dimakan binatang buas kecuali yang sempet kamu menyembelihnya, dan yang disembelih untuk berhala” (Al-Maidah, 5:3).

3. Ijtihad

Ijtihad berasal dari kata jahada, artinya berusaha sungguh-sungguh.Dalam pengertian terminology hukum, Prof Mukti Ali menyebutkan bahwa ijtihad adalah berusaha sekeras-kerasnyauntuk membentuk penilaian yang bebas tentang sesuatu masalah hukum.Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam memahami masalah dan menilainya berdasarkan isyarat-isyarat Al-Qur’an dan As-Sunnah kemudian menetapkan kesimpulan mengenai hukum tersebut. Karena itu Ijtihad dapat disebut pula sebagai upaya mencurahkan segenap kemampuan untuk merumuskan hukum syara dengan cara merujuk dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maksudnya menggunakan kemampuan rasio guna merumuskan hukum yang tidak disebut secara eksplisit pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

(12)

3. Komitmen Kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad

Setidaknya ada enam sikap yang menunjukan komitmen muslim terhadap Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad:

1. Mengimani al-Qur’an, yaitu menyakini bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Ia mengandung kebenaran yang mutlak dan merupakan syariat terakhir yang menyempurnakan syariat-syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.

2. Mempelajari Al-Qur’an merupakan pengejawantahan Rahmat Allah.Mempelajarinya berarti membuka pintu rahmat Allah.Sebaliknya ketidakpedulian terhadap Al-Qur’an berarti menutup rahmat Allah yang mengakibatkan terputusnya hidup dari berkah-Nya.

3. Mengamalkan Al-Qur’an. Pengamalan Al-Qur’an adalah inti dari komitmen setiap muslim karena segala yang dikandungnya bukan hanya ditujukan untuk dipahami, melainkan membentuk mental dan sikap jiwa Qur’ani.

4. Mendakwakan Qur’an, yaitu mensosialisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an kepada orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada umumnya.

5. Mencontoh dan meneladani serta melaksanakan perilaku yang dipraktekkan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.

6.Mempelajari As-Sunnah dan Ijtihad serta mencoba mengekspresikan semua yang ada dari keduanya dalam kehidupan keseharian.

4.Fungsi Ajaran Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

(13)

Daftar Pustaka

Al-Huffiy, A.M. 2000, Keteladanan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Pustaka Setia. Bandung.

Azra, A. 2005. Jaringan Ulama:Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII&XVII Prenada Media. Jakarta

Chapra, Umer.2000. Islam dan Tantangan Ekonomi.Gema Insani Press. Jakarta

Rasjid S.2000. Fikih Islam. Sinar Baru Agresindo. Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran produktivitas primer dapat dikatakan baik untuk budidaya tambak udang karena berkaitan dengan daya dukung. kehidupan

Menunjuk Gambar 6, pemasangan 5 area BESS mendapat respons lebih baik dari 1 area dalam peredaman fluktuasi frekuensi, nilai overshoot maksimum frekuensi yang didapatkan adalah

Ilmu le!ih utama ari harta, karena ilmu akan men*agamu sementara harta malah engkau yang harus men*aganya#!. Ilmu le!ih utama ari harta karena i akherat nanti pemilik harta

(4) Dalam hal rapat paripurna memutuskan memberi persetujuan dengan pengubahan terhadap usul rancangan undang-undang yang berasal dari DPD sebagaimana dimaksud pada

Dari hasil pengujian alat pengering lada dinyatakan berhasil dalam proses pengeringan karena dalam standar SNI kadar air yang maksimal <13% (SNI, 1995-2013)

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpul bahwa Model pemelajaran Snowball Throwing merupakan teknik mengajar untuk pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah

Dari hasil karakterisasi sistem dispersi padat yang terbentuk maka hasil analisis Differential Thermal Analysis (DTA) menunjukkan terbentuknya titik eutetik pada dispersi padat