• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya Rekaman dalam Pengawasan Peng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pentingnya Rekaman dalam Pengawasan Peng"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pentingnya Rekaman Keselamatan Radiasi pada Pasien dalam Pengawasan Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

Oleh: Rusmanto

P2STPFRZR - BAPETEN

Salah satu tujuan dari pengawasan penggunaan pesawat sinar-X adalah proteksi terhadap pasien. Secara sejarah, dahulu ada pandangan mengenai besarnya dosis yang diterima pasien tidak menjadi perhatian penting karena pasien memperoleh manfaat dari radiasi yang diterimanya. Oleh karenanya dapat dipahami di beberapa peraturan kita yaitu UU No. 10 Tahun 1997 [1] dan PP No. 33 Tahun 2007 (selanjutnya disebut PP 33/2007) [2], tujuan proteksi dan keselamatan radiasi adalah untuk menjamin keselamatan pekerja dan anggota masyarakat, perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Namun seiring berkembangnya sistem pengawasan, maka perhatian pengawasan tidak hanya untuk pekerja dan anggota masyarakat. Proteksi pasien terhadap dosis yang diterima juga menjadi perhatian yang penting saat ini, yang dikenal dengan proteksi dan keselamatan radiasi pada paparan medik. Lebih jelas lagi mengenai perlindungan pasien ini dituangkan dalam Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 (selanjutnya disebut Perka 8/2011) [3] yang menyatakan bahwa keselamatan radiasi pengion di bidang medik adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.

Salah satu cara untuk membuat dan memperoleh suatu profil keselamatan radiasi pada paparan medik adalah dengan melihat dan menganalisis rekaman dari pelaksanaan prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien.

Pendahuluan

(2)

dengan pemanfaatan tenaga nuklir, sebagaimana dicantumkan dalam PP 33/2007 [2] bahwa “rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir”.

Rekaman dalam Sistem Manajemen Mutu

Pada SNI ISO 9001: 2008 [4] tentang Persyaratan Sistem Manajemen Mutu menyatakan bahwa rekaman merupakan bagian dari dokumentasi sistem manajemen mutu dan harus dikendalikan. Rekaman harus dibuat dan dikendalikan untuk memberikan bukti kesesuaian dengan persyaratan dan menilai efektifitas pelaksanaan sistem manajemen. Organisasi harus membuat prosedur terdokumentasi untuk menentukan kendali yang diperlukan pada identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa simpan, dan pemusnahan rekaman. Rekaman harus tetap mudah dibaca, siap diidentifikasi, mudah dicari dan didapatkan kembali.

Rekaman pada Peraturan Keselamatan Radiasi Pengion

Pada bagian Pendahuluan sudah disampaikan mengenai definisi rekaman dalam PP 33/2007. Terminologi rekaman juga dapat ditemukan dalam peraturan turunan dari PP tersebut, misalnya dalam Perka 8/2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional. Pada PP 33/2007 [2], dapat diperoleh informasi yang menyatakan bahwa pemegang izin wajib membuat, memelihara, dan menyimpan rekaman. Rekaman tersebut meliputi rekaman mutu dan rekaman teknis. Rekaman mutu meliputi antara lain rekaman mengenai pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh personil di fasilitas atau instalasi, dan rekaman hasil pengujian dan kalibrasi. Rekaman teknis meliputi rekaman mengenai berbagai hasil pemantauan yang dipersyaratkan, yang meliputi [2]:

a. hasil verifikasi keselamatan; b. pemantauan kesehatan pekerja;

c. pemantauan dosis yang diterima pekerja; d. radioaktivitas lingkungan;

(3)

Pada Perka 8/2011[3], yang dimaksud rekaman itu meliputi : a. data inventarisasi pesawat sinar-X;

b. catatan dosis yang diterima personil setiap bulan;

c. hasil pemantauan laju paparan radiasi di tempat kerja dan lingkungan; d. uji kesesuaian pesawat sinar-X;

e. kalibrasi dosimeter perorangan pembacaan langsung; f. hasil pencarian fakta akibat kecelakaan radiasi; g. penggantian komponen pesawat sinar-X;

h. pelatihan yang paling kurang memuat informasi: a) nama personil;

b) tanggal dan jangka waktu pelatihan; c) topik yang diberikan; dan

d) fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan. i. hasil pemantauan kesehatan personil.

Pada uraian di atas, sepintas lingkup rekaman yang dimaksud pada PP 33/2007 dan Perka 8/2011 masih terbatas untuk pekerja radiasi atau personil dan belum menyentuh pada rekaman pasien. Namun setelah diperhatikan lebih lanjut dalam Lampiran I Perka 8/2011 mengenai program proteksi radiasi dan keselamatan radiasi (tepatnya BAB IV mengenai prosedur), maka akan diperoleh informasi tentang prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien.

Salah satu isi dari program proteksi tersebut juga menyaratkan adanya rekaman dan laporan dari pelaksanaan prosedur. Artinya, pada penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensional telah dipersyaratkan mengenai rekaman prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien. Salah satu proses yang termasuk dalam prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien adalah prosedur penggunaan sinar-X. Rekaman atau bukti pelaksanaan prosedur tersebut dapat berupa :

a. Rekaman yang ada dalam medical record (rekam medik) pasien b. Rekaman yang ada di lokasi penggunaan pesawat sinar-X

(4)

Buku Catatan Harian Penyinaran

Pemegang izin, sesuai dengan rekomendasi IAEA GSR Part 3 [5] harus melakukan dosimetri pasien dan mendokumentasikannya dengan supervisi fisikawan medik dengan menggunakan dosimeter yang terkalibrasi dan mengikuti protokol yang diterima secara nasional maupun internasional. Dosimetri pasien tersebut meliputi penyinaran radiologi diagnostik, radiologi intervensional, dan terapi.

Tiap rekaman penyinaran pasien wajib memuat beberapa hal berikut ini [6, 7]: a. Tanggal penyinaran

b. Identitas pasien seperti jenis kelamin, tanggal lahir atau umur c. Statusnya hamil atau tidak (khusus pasien wanita)

d. Jenis penyinaran atau pemeriksaan

e. Kondisi Penyinaran (kV, mA,s atau mAs, jarak antara fokus ke film (FFD)) yang dipakai.

f. Waktu penyinaran dan jumlah film yang dipakai (untuk prosedur fluoroskopi dan angiografi)

g. Waktu penyinaran fluoroskopi dan waktu cine (perekaman) untuk prosedur kardiologi intervensional.

h. Nilai CTDI untuk tindakan dengan CT Scan

(5)

Pentingnya Rekaman Keselamatan Radiasi pada Pasien

Pada peraturan pemanfaatan sumber radiasi pengion (PP 33/2007) [2], dalam ruang lingkup dan tujuannya tidak mensuratkan adanya perlindungan terhadap pasien. Meskipun begitu, didalam batang tubuhnya sudah memberikan pasal-pasal tentang perlindungan terhadap pasien. Lebih jelas lagi mengenai perlindungan pasien ini dituangkan dalam Perka 8/2011 [3] yang menyatakan bahwa keselamatan radiasi pengion di bidang medik adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Artinya, secara peraturan, pengawasan penggunaan pesawat sinar-X sudah memprioritaskan adanya keselamatan pasien, kemudian baru pekerja dan anggota masyarakat.

Maksud dari proteksi dan keselamatan radiasi terhadap pasien adalah dengan memberikan dosis seminimal mungkin terhadap pasien untuk mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin atau memberikan dosis radiasi yang setepat mungkin pada tumor dan dosis seminimal mungkin pada jaringan sehat sekitarnya.

Dalam rangka mengetahui sejauh mana proteksi dan keselamatan radiasi terhadap pasien sudah dilakukan atau sejauh mana optimisasi proteksi telah dilakukan maka dapat dilihat dari rekaman pemeriksaan yang ada dalam logbook penyinaran. Karena rekaman itu adalah bukti pelaksanaan program atau prosedur proteksi dan keselamatan radiasi yang telah kita buat.

(6)

membuat, memelihara, dan menyimpan rekaman penyinaran pasien dengan baik dan benar yang diiringi dengan verifikasi kontinyu.

Sebagaimana tertuang dalam PP 33/2007 [2] dan Perka 8/2011 [3] yang menyatakan bahwa pemegang izin wajib membuat, memelihara, dan menyimpan rekaman. Hal tersebut sejalan dengan rekomendasi dari IAEA GSR Part 3 [5] yang menyatakan bahwa pemegang izin harus memelihara rekaman sesuai jangka waktu yang ditetapkan oleh badan pengawas dan harus menyediakan rekaman paparan medik untuk:

(a) radiologi diagnostik, yaitu informasi yang diperlukan untuk penilaian dosis secara retrospektif, termasuk jumlah penyinaran dan lamanya/durasi prosedur fluoroskopi; (b) radiologi intervensional, yaitu informasi yang diperlukan untuk penilaian dosis secara retrospektif, termasuk durasi fluoroskopi dan jumlah gambar yang diperoleh; (c) kedokteran nuklir, jenis radiofarmaka diberikan dan aktivitasnya;

(d) terapi radiasi, memberikan informasi mengenai deskripsi volum target, dosis pada pusat volum target, dan dosis maksimum dan minimum yang diberikan pada volum target, atau informasi lain yang ekivalen dengan dosis untuk volum target, dosis ke organ yang relevan yang dipilih oleh praktisi medis, fraksinasi dosis, dan waktu terapi secara keseluruhan;

(e) rekaman penyinaran untuk para volunter sebagai bagian dari program penelitian biomedik;

(f) rekaman investigasi dari kejadian paparan medik yang tidak diinginkan dan kecelakaan.

Rekaman-rekaman tersebut dapat berguna secara retrospektif untuk memprediksi besarnya dosis yang diterima oleh pasien untuk tiap pemeriksaan atau tindakan yang dilakukan.

Pembinaan mengenai rekaman ini menjadi momen yang baik seiring adanya persyaratan uji kesesuaian untuk pesawat sinar-X yang sudah diberlakukan. Artinya, dari hasil uji kesesuaian diperoleh grafik keluaran radiasi untuk setiap pesawat sinar-X. Grafik keluaran itu dapat digunakan untuk memprediksi berapa dosis yang diterima oleh pasien. Tapi ada syaratnya, yaitu kita mengetahui kondisi penyinaran untuk tiap jenis pemeriksaan pada pasien dan itu dapat diperoleh kalau selalu dilakukan pencatatan setiap penyinaran pada logbook dengan benar.

(7)

Indonesia dapat diketahui dan digunakan untuk sarana optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi.

Terakhir, dengan mengadopsi dan modifikasi dari tag line Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) tentang keselamatan lalu lintas menjadi keselamatan radiasi, maka “Jadilah Pelopor Keselamatan Radiasi dan Budayakan Keselamatan Radiasi Sebagai Kebutuhan”.

Pustaka

[1] Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 10 Tahun 1997, Undang Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, 1997.

[2] Pemerintah Republik Indonesia, PP No. 33 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, 2007.

[3] Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, 2011.

[4] Badan Standarisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia (SNI), Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan, SNI ISO 9001: 2008(E), ICS 03.120.10, 2010. [5] International Atomic Energy Agency, IAEA Safety Standards, “Radiation

Protection and Safety of Radiation Sources: International Basic Safety Standards, Interim Edition”, General Safety Requirements Part 3, No. GSR Part 3 (Interim), Vienna, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Ho (1985) di Hongkong dalam studi kasus kontrol dengan jumlah kasus 250 orang penderita KNF mendapatkan bahwa pada orang-orang yang mengkonsumsi ikan asin pada usia dini

Berdasarkan bias , panjang interval, dan standard error estimasi parameter model regresi, metode resampling bootstrap lebih kecil daripada metode resampling jackknife.. Kata

Dalam melaksanaan perannya sebagai pengawas, BPKP perwakilan Provinsi Jawa Tengah ini mengadakan kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum, APH ini dapat meminta bantuan BPKP

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor kunci yang bepengaruh dalam organisasi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasihNya kepada penulis mendapat kekuatan baru, hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat

---Bahwa pada hari Jum’at tanggal 01 April 2016 sekira pukul 12.30 Wib Terdakwa bersama dengan saksi Tetty Winarti Simanjuntak pergi dengan mengendari 1(satu)

Selanjutnya, Boedi Harsono mengemukakan bahwa penggunaan normanorma Hukum Adat sebagai pelengkap dari hukum tanah yang tertulis, haruslah tidak bertentangan dengan jiwa dan

Tugas Pokok : Pelaksanakan urusan Pemerintahan Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang pendidikan dan pelatihan serta berkoordinasi dengan