• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KOSAKATA B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KOSAKATA B"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KOSAKATA

BAHASA INGGRIS KELAS VII DENGAN PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA SOSIAL

Tri Astuti Ari WInarti, S.Pd.

Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Ungaran Tema: Revolusi Pembelajaran

Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh peserta didik. Berdasarkan pengamatan penulis, kesulitan peserta didik di SMP Negeri 1 Ungaran disebabkan oleh penguasaan kosakata para peserta didik. Mereka semakin merasa kesulitan pada saat mereka harus menghadapi Ujian Nasional dengan cakupan materi yang cukup luas dan tema yang tidak dibatasi. Apalagi ketika mulai diterapkan soal yang mengukur keterampilan berfikir orde tinggi yang menuntut keluasan kosakata peserta didik.

Motivasi peserta didik sangat dibutuhkan agar mereka belajar secara mandiri dan memiliki semangat yang tinggi untuk menambah kekayaan kosakata yang mereka miliki. Penguasaan kosakata ini harus mulai diperkenalkan sejak mereka berada di kelas VII. Oleh karena itu penulis berupaya untuk mendesain aktivitas pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran bahasa inggris terutama pengayaan kosakata, dengan mengintegrasikan teknologi berupa perkembangan ICT khususnya media sosial.

Dalam hal ini, penulis menggunakan media sosial whatsapp (WA) karena hampir semua orang memiliki akun WA dan aplikasi ini sangatlah populer di semua jenjang umur. Orang-orang menggunakan WA ini sebagai sarana komunikasi yang mudah dan murah. WA juga banyak digunakan untuk melakukan transaksi jual beli secara online, yaitu untuk menawarkan barang dagangan dan juga untuk membeli sesuatu. Online Shopping ini memang telah menjadi gaya hidup orang jaman sekaran sehingga dapat dipastikan hampir semua orang mengenal aktivitas ini.

Dalam kegiatan pengayaan kosakata ini, kebiasaan online shopping

(2)

sering dilakukan peserta didik sehari-hari. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual, dimana salah satu komponennya adalah dengan membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata. (Johnson, 2006: 93)

Penggunaan media sosial WA dipadukan dengan kegiatan jual beli secara

online untuk mengkondisikan pembelajaran kontekstual ini merupakan solusi yang dianggap dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam memperkaya kosakata yang dimilikinya. Dengan meningkatnya motivasi peserta didik, diharapkan mereka dengan sukarela akan belajar secara mandiri dan lebih siap untuk menghadapi Ujian Nasional pada saat mereka kelas IX nantinya. Sebagaimana disampaikan oleh Sardiman (2006: 73-75) bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dan juga serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Motivasi peserta didik juga akan membuatnya berusaha belajar secara bersungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Kegiatan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik agar lebih termotivasi untuk memperkaya kosakata bahasa Inggris yang mereka miliki, lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran bahasa Inggris, serta merasa dapat mengikuti pembelajaran dengan mudah karena media sosial WA tidak asing lagi bagi mereka. Sedangkan bagi guru, sangat diharapkan guru menjadi lebih kreatif dalam menciptakan strategi, metode maupun teknik yang inovatif dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran, lebih cepat tanggap akan karakteristik dan kebutuhan siswa sesuai dengan pencapaian tujuan dan lebih mengetahui kelebihan dan kelemahan peserta didik dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan kualitas pengajaran untuk membuat kelas enjoyable.

(3)

barang tersebut secara langsung. Diumpamakan mereka berjualan secara offline terlebih dahulu untuk melatih komunikasi secara langsung.

Untuk memudahkan kegiatan ini, mereka diperbolehkan untuk mencari kata yang mereka butuhkan selama menawarkan barang. Ternyata, tanpa disengaja, mereka bahkan mencari kata-kata yang lebih dari sekedar kata sifat yang menjadi fokus kegiatan belajar mengajar. Misalnya mulai muncul kata

bargain, offer, price, dan sebagainya.

Langkah ketiga adalah melakukan penjualan secara online melalui WA. Mereka membuat chat masing-masing kepada teman sekelas, menawarkan dagangan dengan cara menguraikan sifat barang yang mereka jual secara online

dalam bentuk tertulis. Setelah selesai, langkah berikutnya adalah mereka menscreenshot hasil chat masing-masing dan mengirimkan ke grup WA kelas. Selanjutnya penulis tinggal memforward chat semua anak ke akun WA penulis sendiri untuk digunakan sebagai pembahasan mengenai kata sifat yang mereka pergunakan dalam mendeskripsikan barang.

Ini merupakan sebuah aktivitas sederhana namun cukup menyenangkan bagi peserta didik, terbukti mereka dengan cepat mereka dapat menyelesaikan tugas yang harus mereka kerjakan langkah demi langkah. Ketika pembelajaran berakhir, seluruh peserta didik sudah mengirimkan semua screenshot chat mereka dan semua anak saling membantu ketika ada teman mereka yang belum selesai atau tidak membawa gadget. Hasil angket yang diwakili oleh 32 peserta didik dari kelas VII B, ditunjukkan pada diagram batang berikut ini.

(4)

Seluruh pernyataan dalam angket merupakan pernyataan yang menunjukkan sikap positif dan respon peserta didik juga cukup positif. Diagram batang tersebut menunjukkan bahwa dari lima belas pernyataan yang diberikan dalam angket, sebagian besar peserta didik menyatakan setuju atau sangat setuju, sebagian kecil menyatakan tidak setuju, dan tidak ada satupun peserta didik yang menyatakan sangat tidak setuju.

Sebagai salah satu contoh, pada angket nomor 3, “Saya akan merasa puas apabila saya dapat mengerjakan tugas Bahasa Inggris dengan baik”, sejumlah 31 peserta didik atau 96,88 % menyatakan sangat setuju, 1 peserta didik atau 3,12 % menyatakan setuju dan tidak ada satupun yang tidak setuju atau bahkan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan peserta didik sangat antusias dengan tugas yang harus mereka laksanakan dan sangat merasa puas jika dapat menyelesaikannya dengan baik.

Demikian juga dengan nomor 10,” Saya senang belajar Bahasa Inggris karena guru menggunakan kegiatan jual beli online”, yang direspon positif oleh peserta didik. Sejumlah 17 peserta didik atau 53,13 % menyatakan sangat setuju, 15 peserta didik atau 46,77 % menyatakan setuju dan tidak ada satupun yang tidak setuju atau bahkan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan seluruh siswa setuju atau bahkan sangat setuju mengenai penggunaan media WA dan online shopping yang disukai oleh seluruh peserta didik.

Namun angket nomor 7 “Saya selalu mengerjakan sendiri tugas Bahasa Inggris yang diberikan oleh guru”, direspon beragam oleh peserta didik, yaitu sejumlah 1 peserta didik atau 3,12 % menyatakan sangat setuju, 14 peserta didik atau 43,75 % menyatakan setuju, 17 peserta didik atau 53,13 % menyatakan tidak setuju dan tidak ada peserta didik yang menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kontradiksi antara angket nomor 7 dan nomor 14,”Saya dapat bekerjasama dan saling membantu dalam belajar Bahasa Inggris”, dimana sejumlah 11 peserta didik atau 34,38 % menyatakan sangat setuju, 21 peserta didik atau 65,63 % menyatakan setuju, tidak ada peserta didik yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.

(5)

VII B menyatakan setuju atau sangat setuju jika mereka dapat saling bekerja sama dan membantu dalam menjalankan tugas.

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kegiatan pengayaan kosakata dengan dengan pendekatan kontekstual dengan memanfaatkan kebiasaan jual beli online peserta didik berbantu media sosial whatsapp (WA) dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Ungaran berdasarkan hasil angket yang direspon positif oleh peserta didik. Berdasarkan pengamatan penulis, peserta didik juga sangat menikmati kegiatan ini karena mereka menggunakan media yang sudah sangat familiar yaitu aplikasi WA pada gadget masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, E. B. (2006). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar mengasyikkan dan Bermakna. Penterjemah, Ibnu Setiawan.Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Referensi

Dokumen terkait

saat titik minimum energi yang tersimpan pada baterai tidak terpenuhi maka tidak akan ada arus yang mengalir keluar baterai dan baterai terus mengalami pengisian..

Aku telah melihat beberapa surat yang ditulis oleh orang-orang yang sepertinya adalah anggota Jemaat ini namun menyatakan bahwa mereka menanyakan itu karena diminta oleh orang

Dari data hasil penelitian diketahui:pasien pasca stroke iskemik lebih banyak yang berjenis kelamin pria dibandingkan perempuan; kelompok umur terbanyak terkena

Sistem ini dibuat agar memudahkan DPTSI selaku pihak yang bertugas mengatur jalannya seluruh sistem teknologi informasi yang ada di ITS dalam melakukan pemantauan dan

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dengan hospitalisasi anak balita di ruang lanan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun tidak pernah mendapat

perawat akan meningkatkan proporsi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Kontak pertama antara seorang perawat dan pasien dimulai dari anamnese yang mana

Berdasarkan kajian di atas, dapatlah di simpulkan bahwa strategi pembelajaran kolaboratif berbasis masalah mempunyai karakteristik: (1) Pembelajaran dipandu oleh masalah

Aplikasi Informasi Tagihan Pelangga Telkomsel digunakan untuk memudahkan karyawan Koperasi Telkomsel dalam memberikan informasi tagihan dan pengantaran billing tagihan kartu Halo