• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi - Evaluasi Iklim Komunikasi Organisasi Pada Perpustakaan Universitas Katolik Santo Thomas Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi - Evaluasi Iklim Komunikasi Organisasi Pada Perpustakaan Universitas Katolik Santo Thomas Medan."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah

perpustakaan perguruan tinggi. Menurut Hasugian (2009, 79) secara sederhana,

“Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh

perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi”.

Selaras dengan pengertian diatas, menurut Sulistyo Basuki (1993, 51)

bahwa, “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

Perguruan Tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang bersifat berafiliasi

dengan perguruan tinggi dengan tujuan untuk membantu perguruan tinggi

mencapai tujuannya”.

Sedangkan dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 4), dinyatakan bahwa Perpustakaan perguruan tinggi bertujuan menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu:

1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan

mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi para peneliti.

3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui kegiatan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.

Selain pendapat di atas, ada pendapat lain tentang perpustakaan perguruan

tinggi yakni menurut Vitriana (2009, 1) yang menyatakan bahwa “Perpustakaan

Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang terdapat dilingkungan lembaga

(2)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi

merupakan salah satu penunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Perpustakaan menjadi jantung perguruan tinggi yang artinya tanpa perpustakaan

di lingkungan perguruan tinggi maka pelaksanaan pendidikan kurang optimal dan

tidak memadai. Perpustakaan perguruan tinggi penting bagi perguruan tinggi

karena perpustakaan dimaksudkan untuk menunjang dan memfasilitasi kegiatan

dan proses pengembangan ilmu pengetahuan serta penelitian.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Setiap perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan sesuai dengan visi

dan misi perguruan tinggi. Menurut Sulistyo Basuki (1993,52), tujuan

perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan

akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

3. Menyediakan ruangan belajar bagi pengguna perpustakaan.

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pengguna.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.

Selaras dengan pendapat di atas, tujuan perpustakaan perguruan tinggi

menurut SNI 7330 (2009, 3) adalah “Menyediakan materi perpustakaan dan akses

informasi bagi pengguna untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan

(3)

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan perpustakaan

perguruan tinggi adalah menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan

kebutuhan sivitas akademika sehingga mencapai visi dan misi perpustakaan

perguruan tinggi.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan akan dapat mencapai tujuannya jika dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik. Tujuan dan fungsi suatu perpustakaan adalah sebagai

faktor pembeda perpustakaan yang satu dengan perpustakaan yang lain. Dalam

Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 3), Fungsi

perpustakaan perguruan tinggi adalah :

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika. Oleh karena itu, bahan pustaka yang disediakan merupakan bahan pustaka yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah di akses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi rekreasi

(4)

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Sedangkan menurut Yuven (2010, 1), fungsi perpustakan perguruan tinggi

adalah:

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi 2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi 3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa) 5. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa

Sehubungan dengan pendapat di atas, dalam SNI 7330 (2009, 3)

mengemukakan bahwa Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah :

1. fungsi pendidikan

Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan perguruan

tinggi berfungsi sebagai lembaga yang mengelola sumber-sumber informasi dan

melayankannya kepada pengguna. Selain itu perpustakaan perguruan tinggi juga

dapat berfungsi menunjang program perguruan tinggi yakni membantu

(5)

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Setiap perpustakaan memiliki tugasnya masing-masing. Perpustakaan

perguruan tinggi memiliki tugas yang berbeda dengan perpustakaan lainnya.

Tugas perpustakaan pada umumnya adalah menghimpun, mengelola, dan

menyebar luaskan informasi kepada masyarakat luas. Menurut Yusup (2010, 21):

Perpustakaan perguruan tinggi bertugas mengelola sumber-sumber informasi yang mampu mendukung pelaksanaan kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan, dan semua sumber informasi yang dimaksud dapat dimanfaatkan secara bersama oleh seluruh sivitas akademikanya.

Selain itu dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku

Pedoman(2004, 3) mengenai perpustakaan perguruan tinggi dinyatakan bahwa

“Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah

dan merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan

administrasi perpustakaan”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan

perguruan tinggi adalahmenggelola sumber-sumber yang mendukung pelaksanaan

kurikulum dan tridarma perguruan tinggi, mengembangkan koleksi serta

mengolah dan merawat bahan pustaka, yang diemban perguruan tinggi

(6)

2.2 Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi sering digunakan untuk sebuah penilaian dan perkiraan

mengenai objek tertentu. Menurut Arikunto (2004:1) menyatakan bahwa:

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah kepustusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak dection maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Sedangkan, Ajick (2009, 2) menyatakan bahwa evaluasi adalah

“penggunaan teknik penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta

tujuan-tujuan yang dapat mencapai suatu program dalam proses, mengoleksi,

menganalisis dan mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi”.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi adalah proses penilaian

sistematis terhadap suatu objek. Dimana dalam menilainya dilakukan proses

analisis.

2.3 Tujuan Evaluasi

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian

juga dengan evaluasi. Menurut Wirawan (2011, 9) Tujuan Evaluasi adalah

mengumpulkan informasi untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi,

mengontrol, memperbaiki, dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut

Selanjutnya Wirawan (2011, 22) mengemukakan bahwa Tujuan

(7)

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program dirancang dan dilaksanakan sebagai layanan atau intervensi sosial (social intervention) untuk menyelesaikan masalah, problem, situasi, keadaan yang dihadapi masyarakat. Suatu program diadakan untuk mengubah keadaan yang dilayani.

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana. Setiap rogram direncanakan dengan teliti dan pelaksanaanya harus sesuai dengan rencana tersebut.

c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar. Setiap program dilaksanakan berdasarkan standar tertentu.

d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana

dimensi program yang jalan, mana yang tidak jalan.

e. Pengembangan staf program. Evaluasi dapat dipergunakan untuk

mengembangkan kemampuan staf garis depan yang langsung menyajikan layanan kepada klien dan pemegang jabatan lainnya.

f. Memenuhi ketentuan undang-undang. Sering suatu program disusun untuk melaksanakan undang-undang tertentu. Suatu program dirancang dan dilaksakan berdasarkan ketentuan ketentuan undang-undang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

g. Akreditasi Program. Lembaga-lembaga yang melayani kebutuhan

masyarakat seperti sekolah, universitas, hotel, rumah sakit, pusat kesehatan dan perusahaan biro perjalanan perlu dievalauasi untuk menentukan apakah telah menyajikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan standar layanan yang ditentukan

h. Mengukur cost effectiveness dan coss-efficiency. Untuk melaksanakan suatu program diperlukan anggaran yang setiap organisasi mempunyai keterbatasan jumlah. Penggunaan sumber dalam suatu program perlu diukur apakah anggaran suatu program mempunyai nilai yang sepadan

(cost effective) dengan akibat atau manfaat yang ditimbulkan oleh program. Sedangkan cost-efficiency evaluation untuk mengukur apakah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai program telah dikeluarkan secara efisien atau tidak.

i. Mengambil keputusan megenai program. Salah satu tujuan evaluasi program adalah untuk mengambil keputusan mengenai program. Jika evaluasi suatu program menunjukkan berhasil melakukan perubahan dalam masyarakat dengan mencapai tujuannya, maka mungkin program akan dilanjutkan atau dilaksanakan di daerah lain.

j. Accontabilitas. Evaluasi dilakukan juga untuk mempertanggung jawabkan pimpinan dan pelaksana program . Apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, sesuai dengan standar atau tolak ukur keberhasilan atau tidak. Apakah program telah mencapai tujuan yang direncanakan atau tidak. Apakah dalam pelaksanaan program terjadi penyimpangan anggaran prosedur dan waktu atau tidak.

(8)

kebutuhan, mengukur pelaksanaan program untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mengevaluasi prestasi pencapaian tujuan program, membandingkan pengaruh keluaran program dengan biaya serta perubahan yang diciptakan oleh layanan program terhadap anggota masyarakat.

l. Memperkuat posisi politik. Jika evaluasi menghsilkan nilai yang positif, kebijakan, program, atau proyek akan mendapat dukungan dari para pengambil keputusan - legislatif dan eksekutif – dan anggota masyarakat yang mendapatkan layanan atau perlakuan. Objek evaluasi tersebut dapat diteruskan atau dilakukan di daerah lain jika memang diperlukan di daerah lain.

m. Mengembangkan teori ilmu evaluasi atau riset evaluasi. Pada awalnya evaluasi dilaksanakan tanpa landasan teori, hanya merasa suatu program perlu dievaluasi untuk mencari kebenaran mengenai program

sosial. Praktik melaksanakan evaluasi yang berulang-ulang,

mengembangkan asumsi bahwa evaluasi dilaksanakan untuk mengukur apakah tujuan program dapat dicapai atau tidak.

Sedangkan Arikunto (2002, 13) juga menyatakan bahwa “Tujuan Evaluasi

adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program

secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada

masing-masing komponen”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

sebuah evaluasi adalah untuk mengetahui tujuan-tujuan apa yang telah dicapai,

apakah memberikan umpan balik yang baik atau yang buruk.

2.4 Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam

organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian

informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam

(9)

“Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau

informasi dari seseorang ke orang lain”.

Komunikasi juga memiliki beberapa persepsi, menurut Face dan Faules

(2001, 145) beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli

yakni sebagai berikut:

1. Persepsi Redding dan Saborn

Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. 2. Persepsi Zelko dan Dance

Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang komunikasi dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi.

Adapun pengertian komunikasi organisasi menurut Wayne Pace (2001,

143) adalah “sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu organisasai”. Sedangkan

Dalamteori tentang Komunikasi organisasi Pace dan Faules(2001, 142)

(10)

Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara efektif, untuk bersikap jujur kepada organisasi, untuk meraih semangat dalam organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif dan untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan organisasinya adalah dipengaruhi oleh komunikasi.

Sedangkan menurut Ruslan (2002, 88). “Organisasi sebagai kerangka kerja

(frame of work) dari suatu manajemen menunjukkan adanya pembagian tugas,

wewenang dan tanggung jawab yang jelas antara pimpinan dan bawahan dalam

suatu system manajemen modern”.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi

adalah proses yang terjadi dalam organisasi, dan di dalam sana proses komunikasi

yang terjadi terbagi dalam empat aspek yaitu: komunikasi ke bawah (downward

communication), komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi

horizontal (horizontal communication) dan komunikasi lintas saluran.

2.5 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi dilakukan karena setiap orang membutuhkan komunikasi

dalam kehidupannya. Tanpa berkomunikasi seseorang tidak dapat menjalani

kehidupannya sebagaimana mestinya. Dapat dibayangkan jika seseorang harus

membeli kebutuhan pokok sehari-hari namun tidak dapat berkomunikasi dengan

penjualnya. Manusia tidak dapat hanya diam dan berharap segala kebutuhannya

datang dengan sendirinya. Maka tidak salah apabila para ahli komunikasi seperti

(11)

(kita tidak dapat tidak berkomunikasi) Mulyana (2007, 115). Saat kita tidak

berkomunikasi maka kita tidak bisa melakukan apa-apa.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi memiliki fungsi yang sangat

penting diantaranya fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi

sosial adalah untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang

lain, membangun dan memelihara hubungan. Fungsi pengambilan keputusan

adalah untuk memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada

saat tertentu, contohnya apakah kita akan memutuskan untuk pergi bekerja atau

tidak.

Komunikasi penting dalam setiap hal, begitu pula dalam sebuah

organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan

dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Para anggota

organisasi juga yang meneguhkan pentingnya fungsi komunikasi dalam

organisasi. Melalui proses interaksi para anggota organisasi memeriksa eksistensi

kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan.

Pace dan Faules (2005, 154). Dengan demikian, maka pengaruh komunikasi dapat

bermacam-macam juga berubah-ubah menurut cara pengaruh komunikasi ini

ditentutukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara angggota organisasi.

Sedangkan Siagian ( 2003, 91) “Dalam kehidupan organisasional terdapat

empat jenis fungsi komunikasi yaitu : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi,

fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan”.

Sehubungan dengan pendapat di atas Koontz(1990, 169), mengemukakan

(12)

1. Pentingnya komunikasi

Pentingnya komunikasi dalam upaya yang terorganisasi di akui banyak penulis, misalnya memandang komunikasi sebagai sarana penghubung antar orang di dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini masih fungsi dasar komunikasi. Sesungguhnya tanpa komunikasi tidak mungkin adalah aktivitas kelompok karna tanpa hal itu koordinasi dan perubahan tidak dapat di lakukan dengan baik.

2. Tujuan komunikasi

Dalam arti yang luas, tujuan komunikasi dalam suatu organisasi adalah untuk mengadakan perubahan, untuk mempengaruhi tindakan dan untuk mencapai kesejahterahan organisasi.

3. Tanggung jawab dalam komunikasi

Pada umumnya adalah benar bahwa para manajer menciptakan iklim organisasi dan mempengaruhi sikap anggota ornganisasi. Mereka melakukan hal itu melalui komunikasi yang di awali oleh pemimpim teras.meskipun para pemimpin organisasi mempunyai tanggung jawab utama untu menata nada yang tepat bagi komunikasi yang efektif, setiap orang dalam organisasi juga memikul tanggung jawab tersebut.

Selanjutnya Kartono ( 2010, 135) mengemukakan, organisasi komunikasi

juga dapat berfungsi:

1. Menghubungkan semua unsur yang melakukan relasi pada semua

lapisan, sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antarsesama.

2. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional yang efisien.

3. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut memiliki (melu handarbeni), serta sense of belonging atau rasa “menjadi bagian” dari suatu kelompok.

4. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de corps (semangat korps).

Fungsi lain dari komunikasi dalam organisasi adalah sebagai wahana

(13)

organisasi adalah selaku pengendali perilaku anggota organisasi, karena dalam

suatu organisasi para anggotanya diharapkan taat kepada petunjuk, peraturan dan

norma-norma yang berlaku bagi anggota organisasi yang bersangkutan.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa fungsi komunikasi dalam

organisasi organisasi adalah sebagai wahana penyampaian informasi yang

diperlukan oleh berbagai pihak untuk memperlancar jalannya proses pengambilan

keputusan

2.6 Arus Informasi Dalam Organisasi

Dalam organisasi yang efektif komunikasi mengalir ke berbagai arah.

Wayne dan Faules (2005, 184), mengemukakan bahwa dalam organisasi, terdapat

empat jenis arus informasi dalam organisasi, yaitu: komunikasi ke bawah

(downward communication), komunikasi ke atas (upward communication),

komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi lintas

(14)

1.aktivitas komunikasi, antara lain : 2. Substansi komunikasi berisikan: − Penyampaian informasi TOP -kebijakan umum − Pelaksanaan -Instruksi Penugasan

-Keputusan pimpinan − Penyampaian

− Pelasksanaan -Motivasi -Perubahan MIDDLE - Pembinaan

− Penyampaian -Pengendalian − Pelasksanaan

− Melakukan tugas

KARYAWAN/BAWAHAN -Pembinaan -Pengawasan

-Pengendalian

Gambar 1: Pola strategi komunikasi dan pelaksanaan fungsi manajemen dalam

suatu organisasi (Ruslan, 2002, 88).

1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atasan

atau para pimpinan kepada bawahannya. Menurut Lewis yang disitir oleh

Muhammad(2005, 108) :

komunikasi kebawah untuk menyampaikan tujuan, merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

Sedangkan Katz dan Kahn yang disitir oleh Muhammad (2005, 185)

menyatakan ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan

kepada bawahan:

(15)

2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai, dan

5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of

mission).

Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe,

yaitu:

1. Instruksi tugas

Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilukakan mereka dan bagiamana melakukannya. Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal. Instruksi yang lebih umum biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks,dimana karyawan diharapkan menggunakan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya.

2. Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya.

3. Ideologi

Pesan megnenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

4. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktek-praktek organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi rasional.

5. Balikan

(16)

Sehubungan dengan hal di atas Pace dan Faules mengemukakn (2001,

182) mengenai komunikasi ke bawah ini menyimpulkan bahwa:

1. Kebanyakan karyawan tidak menerima banyak informasi dari

organisasinya

2. Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan.

3. Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan dan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor dan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas.

4. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber yang penting lainnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Arni , (2009, 110) Persoalan komunikasi

yang sering muncul pada tingkatan ini adalah “persoalan relevansi dan ketetapan

isi pesan dan informasi dimana pesan dan informasi tersebut telah mengalami

distorsi, gangguan, penyaringan (filtering) ataupun arti pesan yang telah

dilebih-lebihkan (exaggeration), serta waktu (timing) penyampaian yang tidak tepat”.

2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication)

Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir

dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat

yang lebih tinggi ke semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada

pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari

komunikasi ini adalah untuk memberikan umpan balik, memberikan saran dan

(17)

Tujuan dari komunikasi keatas adalah untuk memberikan balikan,

memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek

pada penyempurnaan moral dan sikap pegawai, tipe pesan adalah integrasi dan

pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana

atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan.

Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi dan dianggap penting

karena beberapa alasan, Face dan Faulus (2006, 190), menyatakan :

a. Aliran informasi ke atas member informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya.

b. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.

c. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.

d. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi.

e. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.

f. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengalami masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut.

Hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya

seperti yang di uraikan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak

kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma yang disitir oleh

Muhammad, (2005, 118) menyatakan bahwa kesulitan tersebutkemungkinan

(18)

a. Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa bahwa mereka akan mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan pimpinannya.

b. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak tertarik kepada masalah mereka. Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah-masalah mereka. Pimpinan dapat saja tidak berespons terhadap masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi.

c. Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang

berkomunikasi ke atas. Seringkali pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.

d. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan

berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Pimpinan terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk menemuinya. Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadikan penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau informasi oleh bawahan kepada atasan.

3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang

sama tingkatan otoritasnya dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi

dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan

dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan

masalah, menyelesaikan konflik, dan saling memberikan informasi.

Menurut Face dan Faules (2006, 190) Komunikasi horizontal mempunyai

tujuan tertentu diantaranya adalah sebagai berikut:

(19)

b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas-aktifitas, ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota-anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan mereka lakukan.

c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan.

d. Menyelesaikan konflik di antar anggota yang ada dalam bagian

organisasi dan juga antara bagian dengan baigian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan social dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.

e. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu

organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk itu mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut.

f. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan diantara sesama karyawan dan akan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa social dan emosional karyawan.

Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara

bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin

menghalangi komunikasi horizontal. Organisasi yang agak lebih otoriter

mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Keterbatasan informasi

menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan meningkatkan

keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung kepada

informasi yang disampaikan secara vertikal. Pemerintahan yang otoriter adalah

(20)

4. Komunikasi lintas saluran

Komunikasi lintas saluran terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan

yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka

pengarahan arus informasi bersifat informal atau pribadi. Face dan Faules (2006,

197) menyatakan bahwa:

Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan.

Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau

kabar angin, dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk

menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui

jaringan komunikasi formal. Walaupun grapevine membawa informasi yang

informal, tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan

kepada pimpinan mengenai sentiment karyawan. Grapevine dapat membantu

menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah

(21)

Berikut adalah gambar saluran komunikasi dalam organisasi :

Gambar 2: Saluran-saluran komunikasi dalam organisasi, Handoko (2002,

281).

Dari uraian di atas dapat diketahui ada empat komunikasi yaitu

komunikasi ke bawah (downward communication), komunikasi ke atas (upward

communication), komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi

horizontal (horizontal communication), dan komunikasi lintas saluran.

2.7 Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat

dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi

(22)

dan memberi tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dan menyediakan

informasi yang terbuka tentang organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian

serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dari anggota organisasi, dan

secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi.

Denis yang disitir oleh Muhammad, (2005, 86) mengemukakan iklim

komunikasi organisasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif

mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota

organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di

dalam organisasi.

Dalam bukunya Pace dan Faules (2001, 154) mengatakan bahwa iklim

komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi

untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut

mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko.

Yang menjadi pokok persoalan dari iklim komunikasi adalah:

1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dari hubungannya dalam

organisasi yang meliputi rasa puas, pentingnya sumber-sumber itu percaya dan terbuka.

2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi yang meliputi jumlah informasi yang diterima cocok atau tidak. Informasi itu berguna atau tidak dan apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat.

3. Persepsi mengenaik organisasi itu sendiri yang meliputi keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan keputusan, tujuan yang dipahami, penghargaan serta system yang terbuka.

Sehubungan dengan hal- hal di atas pece dan faules menyatakan

(23)

secara selektif untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang ditunjukkan

apakah yang dimaksud oleh setiap pegawai/karyawan..

Sedangkan Pace dan Faules (2002, 153), mengemukakan:

Unsur dasar tersebut dan seberapa baik unsur-unsur ini beroperasi bagi kebaikan anggota organisasi. Misalnya, informasi yang cukup merupakan sebuah indikasi untuk para anggota organisasi mengenai seberapa baik unsure-unsur dasar organisasi itu berfungsi bersama-sama untuk menyediakan informasi bagi mereka.

Persepsi atas kondisi-kondisi kerja, penyediaan, upah kenaikan pangkat,

hubungan dengan rekan-rekan, hukum-hukum dan peraturan organisasi,

praktik-praktik pengambilan keputusan, sumber daya yang tersedia dan cara-cara

memotivasi kerja anggota organisasi semuanya membentuk suatu badan informasi

yang membangun iklim komunikasi organisasi.

Unsur-unsur dalam organisasi tidak secara langsung menciptakan iklim

komunikasi organisasi, tetapi pengaruhnya terhadap iklim komunikasi organisasi

tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai nilai dan hukum dan

peraturan tersebut. Jadi dengan kata lain unsur-unsur yang terdapat di dalam

organisasi tidak secara otomatis menciptakan iklim komunikasi organisasi tetapi

tergantung kepada persepsi anggota-anggota organisasi mengenai unsure-unsur

organisasi tersebut.

Dari uraian di atas dapat diketahui iklim komunikasi organisasi memiliki

unsur-unsur dasar organisasi (anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang

(24)

selektif untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang ditunjukkan apakah yang

dimaksud oleh setiap pegawai/karyawan.

2.8 Hambatan Dalam Komunikasi

Mengingat pentingnya dan melekatnya komunikasi dalam organisasi, vital

bagi manajer untuk memahami bagaimana cara mengelola proses komunikasi.

Manajer harus memahami cara memaksimumkan manfaat potensi dari komunikasi

dan meminimalkan masalah-masalah potensinya. Menurut Koontz (1990, 181),

“Hambatan dalam komunikasi adalah salah satu masalah penting yang mereka

hadapi, tetapi masalah-masalah komunikasi sering merupakan gejala masalah

yang berakar lebih dalam”.

Selanjutnya Koontz ( 1990, 182) mengemukakan bahwa

hambatan-hambatan dalam komunikasi yaitu :

1. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi 2. Asumsi yang tidak jelas

3. Distorsi semantik

4. Pesan yang diungkapkan secara tidak baik

5. Hilang pada saat penyampaian dan pengungkapan yang tidak baik 6. Kurang menyimak dan evaluasi terlalu dini

7. Komunikasi impersonal

8. Ketidakpercayaan, ancaman, dan rasa takut

(25)

Sedangkan menurut Griffin (2004, 118), hambatan-hambatan komunikasi

adalah :

1. Hambatan-hambatan individual

Hambatan individual dapat menggangu efektivitas komunikasi, salah satunya adalah sinyal yang saling bertentangan atau tidak konsisten. Kendali lain kurangnya krebidilitas. Persalan kredibilitas muncul saat pengirim pesan tidak di pandang sbagai sumber informasi yang bisa dipercaya.

2. Hambatan-hambatan organisasional

Penghambat- penghambat efektivitas komunikasi yang lain

berhubungan dengan konteks organisasional dimana komunikasi terjadi. Masalah semantik muncul karena kata- kata memiliki makna berbeda untuk orang berbeda. Masalah komunikasi juga bisa muncul saat dua belah pihak yang berbeda status atau kekuasaan mencoba untuk berkomunikasi satu sama lain.

Sehubungan dengan pendapat di atas, berikut adalah gambar

hambatan-hambatan yang mempengaruhi komunikasi :

Gambar 3 :hambatan-hambatan yang mempengaruhi komunikasi, Handoko (2002,

(26)

Dari Uraian di atas dapat di ketahui hambatan-hambatan dalam

komunikasi adalah kurangnya perencanaan berkomunikasi, asumsi yang tidak

jelas, distorsi semantik,pesan ang diungkapkan secara tidak baik, hilang pada saat

penyampaian dan pengungkapan yang tidak baik,kurang menyimak dan evaluasi

terlalu dini,kumunikasi impersonal, ketidakpercayaan ,ancaman, rasa takut, dan

Gambar

Gambar 1: Pola strategi komunikasi dan pelaksanaan fungsi manajemen   dalam
Gambar 2: Saluran-saluran komunikasi dalam organisasi, Handoko (2002,
Gambar 3 :hambatan-hambatan yang mempengaruhi komunikasi, Handoko (2002,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Mandasari, penelitian telah dilakukan pada keempat bank BUMN dan hasilnya aspek tata kelola keempat bank dikatakan dalam kondisi yang baik, ditinjaudari

mengembangkan praktikum sains dan teknologi sesuai dengan kondisi alam sekitar. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan tim pengabdian masyarakat terdapat Beberapa

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas madu yang banyak beredar di kota Bengkulu dilihat dari pH, kadar air, warna, rasa, bau, tingkat kesukaaan

Untuk mendapatkan geopolymer metakaolin dengan Si/Al yang lebih tinggi, maka langkah modifikasi aktivator sebagaimana dilakukan dalam penelitian ini bisa

Dari hasil penelitian dapat diketahui hasil perhitungan keseluruhan kebutuhan tenaga kerja rencana yang di butuhkan di proyek pembangunan gedung poliklinik RSUD

Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu (Suherman, 2003). Dalam penelitian ini,

Pada penelitian ini, akan dilakukan sintesis metil ester dari minyak kelapa sawit dan sludge oil menggunakan katalis bifungsional yang disintesis dari tawas dan abu

melakukan kegiatan bersama dengan teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,