BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kemandirian Pribadi
2.1.1.1 Pengertian Kemandirian Pribadi
Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah
kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada
kedewasaan, sehingga dia mampu menghadapi persaingan. Persaingan inilah yang
dapat memberikan semangat untuk menentukan pesaing terbaik. Kemandirian
adalah kemampuan individu dalam mengelola dirinya sendiri. Jadi, individu yang
mandiri adalah individu yang mampu mengelola dirinya sendiri.
Kemandirian meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu
sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian berarti harus belajar dan berlatih
dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai
dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dilakukannya.
Dari berbagai pengertian para ahli, terlihat bahwa substansi kemandirian
terdiri atas:
1. Kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri dan lingkungan,
2. Kemampuan untuk berdiri sendiri dan mengatasi kesulitan.
Kemandirian mengandung pengertian :
1. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikan dirinya
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya
4. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
Pribadi tiap orang tumbuh atas dua kekuatan yaitu kekuatan dari dalam,
yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering disebut juga
kemampuan-kemampuan dasar yang sudah dibawa sejak lahir, baik bersifat
kejiwaan maupun bersifat kebutuhan. Yang kedua kekuatan dari luar yaitu segala
sesuatu yang ada diluar manusia (faktor lingkungan).
Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa Inggris) yang
berasal dari kata Persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu
tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya
untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Sifat kepribadian
yang paling banyak dibahas oleh para ahli, dalam kaitan dengan wirausaha adalah
sifat kreatif dan inovatif.
Kemandirian pribadi adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu
mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri (http://octa-octavianthi.blogspot.com, 2011 oleh
Kemandirian pribadi untuk memulai usaha kecil, adalah (Riyanti, 2003) :
a. Mengandalkan kemampuan sendiri
b. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri
c. Keberanian menghadapi tantangan
d. Kebebasan berfikir
Dengan demikian kemandirian pribadi adalah kemampuan untuk
mengendalikan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru
tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide,
menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan.
2.1.1.2 Tipe-tipe Kemandirian Pribadi
Menurut Steinberg (2002:289) membedakan kemandirian pribadi ke dalam
tiga tipe, yaitu:
1. Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)
Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidak bergantungan individu
terhadap dukungan emosional orang lain.
2. Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)
Kemandirian prilaku merupakan kemampuan individu dalam menentukan
pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya.
3. Kemandirian Nilai (Values Autonomy)
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau
1. Kemandirian Emosional
Kemandirian emosional menurut Steinberg (2002:289) adalah aspek
kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional
antar individu. Kemandirian emosi menunjuk kepada pengertian yang
dikembangkan mengenai individuasi dan melepaskan diri atas
ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kemandirian
emosi dapat berkembang dengan sangat baik dibawah kondisi yang
mendorong kedekatan emosi dan individuasi.
Kemandirian emosional berkembang lebih dulu sebagai dasar
perkembangan kemandirian karena kemandirian tingkah laku dan
kemandirian nilai mempersyaratkan kemandirian emosional yang cukup
(Steinberg, 2002:303-304). Dengan demikian kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidakbergantungan individu terhadap dukungan emosional
orang lain yang dapat berkembang dalam kondisi yang mendorong
kedekatan emosi dan individuasi.
2. Kemandirian Perilaku
Kemandirian perilaku berarti bebas untuk berbuat atau bertindak
sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. Kemandirian
tindakan atau perilaku menunjuk kepada “kemampuan seseorang melakukan
aktivitas, sebagai manifestasi dari berfungsinya kebebasan dengan jelas,
menyangkut peraturan-peraturan yang wajar mengenai perilaku dan
Kemandirian perilaku mencakup kemampuan untuk meminta
pendapat orang lain jika diperlukan, menimbang berbagai pilihan yang ada
dan pada akhirnya mampu mengambil kesimpulan untuk suatu keputusan
yang dapat dipertanggung jawabkan, tetapi bukan berarti lepas dari
pengaruh orang lain. Ada tiga karakteristik seseorang yang memiliki
kemandirian perilaku, yaitu mampu mengambil keputusan, tidak
terpengaruh oleh pihak lain, dan memiliki rasa percaya diri.
Dapat disimpulkan bahwa kemandirian perilaku adalah kemampuan
individu dalam menentukan pilihan dan mampu mengambil keputusan
untuk pengelolaan dirinya tanpa pengaruh pihak lain dengan rasa percaya
diri.
3. Kemandirian Nilai
Ahli psikologi menyebutkan, kemandirian nilai menunjuk kepada
suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil
keputusan-keputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang atas
dasar prinsip-prinsip individual yang dimilikinya, daripada mengambil
prinsip-prinsip dari orang lain. Dengan kata lain bahwa kemandirian nilai
menggambarkan kemampuan untuk mendukung atau menolak tekanan,
permintaan maupun ajakan orang lain; dalam arti memiliki seperangkat
prinsip tentang benar atau salah, tentang apa yang penting dan tidak penting.
Steinberg, (2002:303-304) menjelaskan bahwa perkembangan
kemandirian nilai ditandai oleh tiga aspek, yaitu: pertama, cara dalam
belief); kedua, keyakinan-keyakinan menjadi semakin bertambah mengakar
pada prinsip-prinsip umum yang memiliki beberapa dasar ideologi
(principled belief); dan ketiga, keyakinan-keyakinan akan nilai menjadi
semakin terbentuk dalam diri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang
ditanamkan (independent belief).
Kemampuan untuk mempertimbangkan kemungkinan alternatif dan
menggunakannya dalam berpikir menurut pendapatnya, memberi peluang
untuk bereksplorasi di sekitar sistem nilai, ideologis politik, dan etika
pribadi (Steinberg, 2002:304). Diantara ketiga komponen kemandirian,
maka kemandirian nilai merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas
bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses
internalisasi yang lazimnya tidak disadari, dan umumnya berkembang
paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna disbanding kedua
komponen kemandirian lainnya.
Steinberg (2002:304), bahwa perkembangan kemandirian nilai
mempersyaratkan perkembangan kebebasan emosi dan perilaku yang
memadai. Dapat dilihat bahwa kemandirian nilai adalah kemampuan
individu untuk menolak tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan
dengan keyakinan dalam bidang nilai. Dengan demikian individu memiliki
seperangkat prinsip tentang benar atau salah serta penting dan tidak penting
2.1.1.3 Karakteristik Pribadi yang Mandiri
Karakteristik orang yang mandiri menurut tipe-tipe kemandirian di atas
adalah (http://repository.upi.edu):
1. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku, membuat keputusan dan tidak
merasa cemas, takut ataupun malu bila keputusan yang diambil tidak sesuai
dengan pilihan atau keyakinan orang lain
2. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar permasalahan, mencari
alternatif pemecahan masalah, mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta
kesulitan lainnya, tanpa harus mendapat bimbingan dari orang lain juga dapat
membuat keputusan dan mempu melaksanakan keputusan yang diambil
3. Mampu mengontrol dirinya atau perasaannya, sehingga tidak memiliki rasa
takut, ragu, cemas, tergantung dan marah yang berlebihan dalam berhubungan
dengan orang lain
4. Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi penilai mengenai apa yang terbaik
bagi dirinya serta berani mengambil resiko atas perbedaan kebutuhan dan
nilai-nilai yang diyakini serta perselisihan dengan orang lain
5. Menunjukkan tanggungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain, yang
dipelihara dalam kemampuannya membedakan kehidupan dirinya dan
kehidupan orang lain, namun tetap menunjukkan loyalitas
6. Memperlihatkan inisiatif yang tinggi melalui ide-idenya dan sekaligus
mewujudkan idenya tersebut, juga ditujukan dengan kemauannya untuk
7. Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan menunjukkan keyakinan atas
segala tingkah laku yang ia lakukan dan menunjukkan sikap yang tidak takut
menghadapi suatu kegagalan
2.1.2 Motivasi
Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah
satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari kata
“movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau “menggerakkan”.
Menurut beberapa ahli, motivasi didefinisikan sebagai berikut :
1. Hamzah B. Uno (2007:39) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar
yang menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan
atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya.
2. Hellriegel dan Slocum (2008:42) mengatakan bahwa motivasi adalah proses
psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya
merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang
dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan
kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai
3. Menurut Hasibuan (2007:219) motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja sseorang, agar mereka mau berkerjasama,
bekerja efaktif dan terintregasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan.
4. Menurut Maslow,
(http://iyharclassic.blogspot.com/2011/03/teori-maslow-dan-sifat-yang.html) manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang
paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus,
tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2) Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan
perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
3) Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki,
kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
4) Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal
seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status,
pengakuan, dan perhatian.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri
sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Dari definisi diatas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah
mencapai tujuan organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada
dasarnya manusia mudah dimotivasi, dengan memberikan apa yang
diinginkannya. Masalah motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap
penting bagi orang tertentu.
Menurut Lau dan Shani dalam Zuhdi (2006:9), terdapat dua pendekatan
umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.
1. Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan yang
dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktor-faktor yang
dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain adalah Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua Faktor, dan Teori Tiga Motif
Sosial.
2. Teori proses menjelaskan proses melalui dimana munculnya hasrat seseorang
untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan
identifikasi variabel dalam motivasi dan bagaimana variabel-variabel tersebut
saling berkaitan. Beberapa teori proses antara lain Teori Keadilan dan Teori
Ekspektansi.
Dari beberapa teori motivasi tersebut diatas, maka teori yang dipakai
dalam penelitian ini adalah teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham
Maslow yang dikenal dengan “Teori Hierarki Kebutuhan”.Alasan penulis
menggunakan teori ini, karena teori ini merupakan teori dasar yang mewakili
kebutuhan-kebutuhan manusia. Setiap organisasi selalu berupaya untuk berhasil
dalam mencapai tujuan. Ini dilakukan agar kelangsungan hidup organisasi tetap
2.1.3 Kewirausahaan
Adam Smith (Riyanti, 2003:23) melihat wirausaha sebagai orang yang
memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial
atas barang dan jasa.Dalam pandangan Smith, wirausaha bereaksi terhadap
perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang merubah permintaan
menjadi produksi. Richard Cantillon (Riyanti,2003:23) berpendapat bahwa
wirausaha adalah seorang inkubator gagasan baru, yang selalu berusaha
menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat komersial
paling tinggi.
Sementara Menger (Riyanti,2003:23) berpendapat bahwa wirausaha
adalah orang yang dapat melihat cara-cara ekstrem dan tersusun untuk mengubah
sesuatu yang tidak bernilai /bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai
tinggi.Misalnya, dari terigu menjadi roti yang lezat.
Kamus umum bahasa Indonesia (Riyanti,2003:24) mengartikan wirausaha
sebagai: ”orang yang pandai atau berbakat mengenali produk, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya
serta mengatur permodalan operasinya.
Pengertian wirausaha yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
perpaduan definisi yang dikemukakan diatas sebagai berikut: ”wirausaha adalah
orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan,
mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia
mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif
menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk,
memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.” Definisi ini hanya
berlaku bagi mereka yang mengelola usaha sendiri dan mempekerjakan orang lain
dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Oleh karena itu penelitian ini hendak melihat peran dari orang yang
memimpin usaha miliknya sendiri.Dengan demikian, dia bertanggungjawab penuh
terhadap hasil akhir dari upaya mengantisipasi peluang dan hambatan demi
kemajuan usahanya.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan
sebagai berikut (Suryana, 2003:13), yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan,siasat, kiat, proses, dan
hasil bisnis.
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (ability to create the new and different).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan.
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
(start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan ke enam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and
different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses danperjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian
untuk menghadapi risiko.
Menurut Geoffrey G. Meredith (Suryana,2003:14) mengemukakan ciri-ciri
dan watak kewirausahaan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
Ciri-ciri Watak
(1) Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme.
(2) Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan insiatif.
(3) Pengambilan resiko dan suka tantangan Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar.
(4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.
(5) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel (6) Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif.
2.1.4 Usaha Kecil Menengah
2.1.4.1. Pengertian Usaha Kecil Menengah
Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam Undang-undang
tentang usaha kecil Nomor 5 tahun 1995, yang disebut usaha kecil adalah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan (asset) bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) paling banyak Rp. 1 miliyar
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri.
Definisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam
mengelompokkan jenis-jenis usaha. Menurut Kementrian Negara koperasi dan
UKM, kelompok usaha kecil termasuk di dalam kelompok usaha mikro.Usaha
mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan bersifat tradisional
dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan berbadan hukum, dan
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100 Juta.
Menurut Bank Indonesia, usaha kecil adalah lini usaha yang memiliki total
asset diluar tanah dan persediaan barang serta bahan paling banyak Rp. 1 Milyar,
dan memiliki tenaga kerja duapuluh sampai dengan seratus lima puluh orang.
Sedangkan menurut BPS (Biro Pusat Statistik) 2005, usaha kecil adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja paling sedikit lima orang dan paling banyak Sembilan
2.1.4.2 Cara-Cara Mendirikan Usaha
Ada tiga cara dalam mendirikan usaha yaitu:
1. Membeli Franchise
Membeli franchise adalah menbeli hak untuk memakai merek dagang dari
usaha luar negeri dan sekarang juga sudah banyak dari dalam negeri
(franchisor) dengan membayar royalty dan pembagian laba usaha. Cara ini
adalah cara yang paling rendah risiko kegagalan pemasarannya karena sudah
dikenal oleh banyak orang. Sedangkan untuk kelemahannya adalah
membutuhkan dana yang sangat besar.
2. Membeli usaha yang sedang berjalanMembeli usaha yang sedang berjalan
memiliki risiko kegagalan lebih besar dari franchise, tetapi membeli usaha
yang sedang berjalan ini memiliki risiko kegagalan lebih kecil daripada
mendirikan usaha sendiri dari awal.
3. Mendirikan usaha sendiri dari awal Usaha yang baru dimulai dari awal
memerlukan banyak waktu maka harus siap mental, modal yang diperlukan
juga banyak tetapi tidak sebanyak frenchise, memiliki kerja keras yang tinggi.
Risiko kegagalan yang diperoleh juga sangat tinggi, namun jika sukses
menjalankannya maka mempunyai rasa kepuasan tersendiri.
2.1.4.3 Peranan Usaha Kecil di Indonesia
Usaha kecil sangat penting keberadaannya di Indonesia karena merupakan
bagian terbesar dari pelaku bisnis, dikatakan begitu dapat dilihat dari data BPS
Jumlah ini jika dipresentasikan maka sebesar 99,85 % dari seluruh unit bisnis
yang ada di Indonesia adalah usaha kecil dan 0,15% adalah usaha lain.
Usaha kecil pada umumnya merupakan kelompok usaha yang bekerja
padat karya yang memerlukan tenaga kerja yang banyak, tanpa terlalu
menekankan pada tingkat pendidikan formal yang tinggi serta keterampilan.
Menteri Koperasi dan UKM pada tahun 2000 mengatakan ada 66 Juta orang
bekerja di usaha kecil di Indonesia, jika di presentasikan menjadi 99,44% dan
sisanya 0,56% dari pekerjaan lain. BPS,2005 (http://www.bps.go.id).
Usaha kecil di Indonesia dapat menghasilkan beraneka ragam barang dan
jasa unggulan yang dapat diproduksikan dipedesaan dan perkotaan serta tidak
memerlukan modal yang besar dan tenaga kerja yang berpendidikan formal tinggi.
2.1.4.4 Ciri-ciri Usaha Kecil
Menurut Hutasuhut (www.smeru.or.id) ciri-ciri dan watak usaha kecil
adalah:
1. Mempunyai kepercayaan yang kurang kuat pada diri sendiri
2. Berorientasi pada tugas, hasil yang didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan ketabahan,
mempunyai tekad dan kerja keras
3. Mempunyai kemampuan dalam mengambil resiko dan mengambil keputusan
secara tepat dan cermat
4. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan menanggapi saran dan kritik
Secara umum usaha Kecil mengacu pada ciri-ciri berikut :
1. Manajemen berdiri sendiri
Biasanya para manajer perusahaan adalah pemiliknya juga, dengan
predikat yang disandang mereka memiliki kebebasan untuk bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Investasi modal terbatas
Pada umumnya modal perusahaan kecil disediakan oleh seorang pemilik
atau sekelompok kecil pemilik, karena jumlah modal yang diperlukan relative
kecil.
3. Daerah operasinya lokal
Dalam hal ini majikan dan karyawan tinggal dalam suatu lingkungan yang
berdekatan dengan letak perusahaan.
4. Ukuran secara keseluruhan relatif kecil
Penyelenggara di bidang operasinya tidak dominan
2.1.4.5 Kemauan Memulai Usaha Kecil Menengah (UKM)
Beberapa orang, sebagian fokus pada pengembangan karir melalui
pekerjaan dan sebagiannya lagi memilih untuk memulai usaha kecil atau
berwirausaha. Khusus untuk berwirausaha, tidak banyak orang memiliki
keyakinan bahwa usaha yang dibangunnya akan berkembang. Biasanya karena
belum ada rasa percaya diri untuk membangun sebuah usaha.
Maka dari itu untuk membangun keyakinan berwirausaha, perlu adanya
momentum untuk memulai, dalam permulaan berwirausaha, “menjual” adalah
sukses yang langsung sukses, semua bermula dari usaha kecil yang ditekuni
kemudian semakin lama sukses. Kemauan memulai usaha adalah awal dari
permulaan menjadi wiusahawan ataupun pengusaha yng sukses.Dengan demikian
kemauan memulai usaha kecil adalah keinginan seseorang untuk berusaha
membuka dan seterusnya mengembangkan serta membangun usaha dengan modal
menggunakan kemampuan sendiri.
2.2 Peneliti Terdahulu
Tabel 2.2
Tabel Peneliti Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
1 Villonensia Pasar Pajak Sore Jalan Jamin Ginting)
Variabel kemandirian pribadi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan, dengan hasil pengujian secara parsial (uji t) yaitu thitung sebesar 2.102 > ttabel (1.96). Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU)
Variabel modal, peluang, pendidikan, emosional, pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel memulai usaha kecil pada pajak USU, dan hasil pengujian secara parsial (uji t) yaitu X1=2.292, X2=1.816, X3=-1.570, X4=1.878,
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama sepenuhnya dari proyek
penelitian yang dituju, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel
yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan elabolarasi dari perumusan
masalah yang trelah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan
survei literatur (Kuncoro,2003:44).
Menurut Ranto (2007:22), Kemandirian Pribadi adalah kemampuan untuk
mengandalkan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru
tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide,
menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan.
Menurut Hamzah B. Uno (2007:39), Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
dalam dirinya.beberapa faktor-faktor yang memotivasi seseorang untuk menjadi
wirausaha adalah keinginan merasakan pekerjaan bebas, keberhasilan diri yang
dicapai, dan toleransi akan adanya resiko.
Menurut Menger (Riyanti,2003:23) berpendapat bahwa wirausaha adalah
orang yang dapat melihat cara-cara ekstrem dan tersusun untuk mengubah sesuatu
yang tidak bernilai /bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.Misalnya,
dari terigu menjadi roti yang lezat.
Pengetahuan pada mahasiswa tentang kewirausahaan diperoleh dari Mata
kuliah Kewirausahaan yang memang mempunyai tujuan untuk memperkenalkan
Melalui seminar entrepreneurship juga sebuah sarana bagi mahasiswa untuk
membuat bussiness plan, yang akan diwujudkan saat mereka berwirausaha secara
nyata.
Menurut Suryana (2013:80), kemauan memulai usaha adalah tekad atau
niat yang kuat dan motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan pembentukan
suatu usaha. Dengan adanya kemandirian pribadi, seorang calon wirausaha mudah
untuk memulai usahanya, dikarenakan sudah dapat berdiri sendiri, berani
mengambil keputusan, memiliki kepercayaan diri yang kuat, dan bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya.
Kemudian dengan adanya motivasi, seorang calon wirausaha punya
semangat dan motivasi untuk memulai usahanya agar dapat memenuhi semua
kebutuhannya, baik itu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Selanjutnya dengan adanya pengetahuan kewirausahaan, baik dalam hal
menciptakan produk baru, pemasaran produk, pengelolaan sumber daya manusia
yang baik, dan pembuatan laporan keuangan yang sederhana akan memudahkan
dalam memulai usaha kecil tersebut.
Berdasarkan teori-teori dan penjelasan yang dituliskan sebelumnya,
penelitian ini membahas mengenai Pengaruh Kemandirian Pribadi, Motivasi,
Pengetahuan Kewirausahaan terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil Menengah
Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka
konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara variabel X1, X2, dan
X3 terhadap Y, yaitu sebagai berikut:
Sumber : Ranto (2007:22), Uno (2007:39), Riyanti, (2003:23)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka hipotesis yang
diberikan peneliti adalah sebagai berikut :
Kemandirian Pribadi, Motivasi, Pengetahuan Kewirausahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil Menengah (UKM)
Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Kemandiran Pribadi (X1)
Motivasi (X2)
Pengetahuan Kewirausahaan (X3)