• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Model Dua Tahap Optimalisasi Biaya pada Vehicle Routing Problem dengan Permintaan Fuzzy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aplikasi Model Dua Tahap Optimalisasi Biaya pada Vehicle Routing Problem dengan Permintaan Fuzzy"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Vehicle Routing Problem

Vehicle routing problem memiliki peranan pokok dalam manajemen logistik.

Vehicle routing problem berperan dalam merancang rute yang optimal yang digunakan oleh sejumlah kendaraan yang ditempatkan pada depot untuk melayani

sejumlah pelanggan dengan permintaan yang diketahui (Toth dan Vigo, 2002).

Laporan ilmiah dari Dantzig dan Ramser (1959) secara luas dianggap sebagai

laporan ilmiah pertama tentang vehicle routing. Yang menguraikan tentang rute armada truk pengiriman bensin antara terminal curah dan sejumlah besar stasiun

layanan yang dipasok dari terminal.

Toth dan Vigo menggambarkan vehicle routing problem sebagai suatu graf lengkap 𝐺 = (𝑉,𝐴), di mana 𝑉 = {0, . . . ,𝑛} adalah himpunan titik dan 𝐴

himpunan busur. Node𝑖 = 1, … ,𝑛, menunjukkan pelanggan, sedangkan node 0

menunjukkan depot. Terkadang depot digambarkan juga dengan 𝑛 + 1. Biaya

non negative/jarak tempuh (𝑐𝑖𝑗𝑘), terkait dengan setiap busur (𝑖,𝑗)∈ 𝐴 dan merupakan biaya travel yang dikeluarkan dalam perjalanan dari titik 𝑖 ke titik 𝑗.

Tujuan vehicle routing problem adalah untuk mengatur rute biaya terendah kendaraan sedemikian hingga:

• Setiap rute dimulai dan diakhiri di depot.

• Setiap pelanggan dikunjungi tepatnya sekali dengan satu kendaraan.

• Jumlah permintaan dari rute kendaraan yang ada tidak melebihi kapasitas

(2)

Gambar 2.1 Visualisasi Vehicle Routing Problem

Kallehauge dkk. (2001) mendefinisikan pemasalahan 𝑚-TSP (Traveling Salesman Problem) sebagai salah satu variasi dari TSP (Traveling Salesman Problem), di mana terdapat 𝑚 salesman yang mengunjungi sejumlah kota dan tiap kota hanya dikunjungi oleh tepat satu salesman saja. Tiap salesman berawal dari suatu depot dan pada akhir perjalanannya juga harus kembali ke depot tersebut.

Permasalahan 𝑚-TSP (Traveling Salesman Problem) ini dikenal sebagai Vehicle Routing Problem (VRP). Kallehauge dkk. juga memformulasikan sebuah model dari vehicle routing problem sebagai berikut:

Fungsi tujuan:

Min 𝐶 = � � � 𝑐𝑖𝑗𝑘

𝑁+1

𝑗=0 𝑁+1

𝑖=0 𝐾

𝑘=1

𝑥𝑖𝑗𝑘 2.1

Kendala:

� � 𝑥𝑖𝑗𝑘 = 1; 𝑖= 1, 2, … ,𝑁 2.2 𝑁+1

𝑗=0 𝐾

𝑘=1

� 𝑑𝑖 𝑁

𝑖=1

� 𝑥𝑖𝑗𝑘 ≤ 𝑣𝑘; 𝑘 = 1, 2, … ,𝐾 2.3

𝑁+1

(3)

� 𝑥0𝑗𝑘 = 1; 𝑘= 1, 2, … ,𝐾

𝑁 = nomor pelanggan (0menunjukkan depot).

𝑣𝑘 = kapasitas maksimum kendaraan 𝑘.

Persamaan (2.1) menunjukkan fungsi tujuan dari permasalahan ini, yaitu untuk

meminimalkan total biaya travel. Persamaan (2.2) menunjukkan bahwa tiap konsumen hanya dapat dilayani oleh satu kendaraan saja. Persamaan (2.3)

digunakan untuk membatasi total jumlah permintaanyang dibawa oleh kendaraan

𝑘, tidak boleh melebihi kapasitas dari kendaraan tersebut. Persamaan (2.4)-(2.6)

digunakan untuk memastikan bahwa tiap kendaraan berangkat dari depot 0, dan

setelah selesai melayani seorang konsumen, kendaraan tersebut akan pergi, serta

pada akhirnya, kendaraan tersebut akan kembali ke depot𝑁+ 1.

Vehicle routing problem mungkin dapat memiliki kendala tambahan yang akan mengarah pada varian yang berbeda. Varian tersebut pada dasarnya dibentuk

dengan modifikasi pada satu atau lebih elemen dalam vehicle routing problem.

Terdapat empat elemen yang membentuk model dari varian tersebut, yaitu:

jaringan jalan, kendaraan, pelanggan, dan ketidakpastian pada model.

(4)

dalam jaringan jalan, perbedaan kendaraan, time windows, dan perbedaan tipe dari permintaan pelanggan (pick-up atau delivery). Selain itu, beberapa ketidakpastian juga dapat dipertimbangkan, seperti ketidakpastian dalam permintaan dan waktu

perjalanan. Beberapa contoh varian dari vehicle routing problem adalah vehicle routing problem with time windows, vehicle routing problem with backhaul,

vehicle routing problem with pick-up and delivery, dan stochastic vehicle routing problem.

2.2 Teori Himpunan Fuzzy

Dalam mengatasi permasalahan himpunan dengan batas yang tidak tegas, Zadeh

mengaitkan himpunan semacam itu dengan suatu fungsi yang menyatakan derajat

kesesuaian unsur-unsur dalam semestanya dengan konsep yang merupakan syarat

keanggotaan himpunan tersebut. Fungsi tersebut dapat dikatakan sebagai fungsi

keanggotaan dan fungsi tersebut juga dapat dikatakan sebagai derajat keanggotaan

suatu unsur dalam himpunan. Hal ini untuk selanjutnya disebut sebagai himpunan

fuzzy. Maka dapat dikatakan setiap unsur dalam semesta memiliki derajat keanggotaan tertentu dalam himpunan tersebut.

Derajat keanggotaan dinyatakan dengan suatu bilangan real dalam selang

tertutup [0,1]. Dengan perkataan lain, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan

fuzzy A� dalam 𝑋 adalah pemetaan 𝜇Ã(𝑥) dari 𝑋 ke selang [0,1], yaitu 𝜇Ã : 𝑋→

[0,1]. Nilai fungsi 𝜇Ã(𝑥) menyatakan derajat keanggotaan unsur 𝑥 Є 𝑋 dalam

himpunan fuzzy A�. Nilai fungsi sama dengan 1 menyatakan keanggotaan penuh, dan nilai fungsi sama dengan 0 menyatakan sama sekali bukan anggota himpunan

fuzzy tersebut. Maka himpunan tegas juga dapat dikatakan sebagai kejadian khusus dari himpunan fuzzy, yaitu himpunan fuzzy yang fungsi keanggotaannya hanya bernilai 0 atau 1 saja. Jadi fungsi keanggotaan dari suatu himpunan tegas 𝐴

dalam semesta 𝑋adalah pemetaan dari 𝑋ke himpunan {0,1}.

2.2.1 Fungsi Keanggotaan

(5)

𝐴̃= ��𝑥,𝜇A�(𝑥)|𝑥 ∈ 𝑋� 2.8

di mana 𝜇A� adalah fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy 𝐴̃, yang merupakan suatu pemetaan dari himpunan semesta 𝑋 ke selang tertutup [0,1]. Apabila

semesta 𝑋 adalah himpunan yang kontinu, maka himpunan fuzzy 𝐴̃ dinyatakan dengan:

𝐴̃= 𝜇𝐴�(𝑥)

𝑥

𝑥∈𝑋

2.9

di mana lambang ʃ di sini bukan lambang integral seperti dalam kalkulus, tetapi

melambangkan keseluruhan unsur-unsur 𝑥 ∈ 𝑋 bersama dengan derajat

keanggotaannya dalam himpunan fuzzy 𝐴̃. Apabila semesta 𝑋 adalah himpunan yang diskrit, maka himpunan fuzzy 𝐴̃ dinyatakan dengan:

𝐴̃= 𝜇𝐴�(𝑥)

𝑥

𝑥∈𝑋

2.10

di mana lambang ∑ di sini tidak melambangkan operasi jumlahan seperti dalam

aritmatika, tetapi melambangkan keseluruhan unsur-unsur 𝑥 ∈ 𝑋 bersama dengan

derajat keanggotaannya dalam himpunan fuzzy 𝐴̃.

Pendukung (support) dari suatu himpunan fuzzy 𝐴̃, yang dilambangkan dengan 𝑃𝑒𝑛𝑑(𝐴̃), adalah himpunan tegas yang memuat semua unsur dari semesta

yang mempunyai derajat keanggotaan tidak nol dalam (𝐴̃), yaitu:

𝑃𝑒𝑛𝑑�𝐴̃�= {𝑥 ∈ 𝑋 | 𝜇𝐴�(𝑥) > 0} 2.11

Tinggi (height) dari suatu himpunan fuzzy (𝐴̃), yang dilambangkan dengan

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖(𝐴̃), didefinisikan sebagai:

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖�𝐴̃�= sup

(6)

Teras (core) dari suatu himpunan fuzzy (𝐴̃), yang dilambangkan dengan

𝑇𝑒𝑟𝑎𝑠(𝐴̃), adalah himpunan semua unsur dari semestanya yang mempunyai derajat keanggotaannya sama dengan 1, yaitu:

𝑇𝑒𝑟𝑎𝑠�𝐴̃�= {𝑥 ∈ 𝑋 | 𝜇𝐴�(𝑥) = 1} 2.13

Pusat dari suatu himpunan fuzzy didefinisikan sebagai berikut: jika nilai purata dari semua titik di mana fungsi keanggotaan himpunan fuzzy itu mencapai nilai maksimum adalah berhingga, maka pusat himpunan fuzzy itu adalah nilai purata tersebut. Jika nilai purata itu tak hingga positif, maka pusat himpunan fuzzy

itu adalah yang terkecil di antara semua titik yang mencapai nilai fungsi

keanggotaan maksimum. Dan begitu pun sebaliknya jika nilai purata itu tak

hingga negatif, maka pusat himpunan fuzzy itu adalah yang terbesar di antara semua titik yang mencapai nilai fungsi keanggotaan maksimum.

keanggotaan himpunan fuzzy yang mempunyai empat buah parameter, yaitu a, b,

(7)

Fungsi keanggotaan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Trapesium(𝑥;𝑎,𝑏,𝑐,𝑑) =𝑚𝑎𝑥 �𝑚𝑖𝑛 �𝑥 − 𝑎

𝑏 − 𝑎, 1, 𝑑 − 𝑥

𝑑 − 𝑐�, 0� 2.16

Berikut gambar yang memperlihatkan fungsi keanggotaan trapesium (x; a, b, c, d).

𝜇(𝑥)

1

0 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑥

Gambar 2.2 Fungsi Keanggotaan Bilangan Fuzzy Trapezoidal

2.2.2 Penegasan (Defuzzifikasi)

Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari suatu komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai

crisp tertentu sebagai output. Menurut Kusumadewi (2004), ada beberapa metode defuzzifikasi pada komposisi aturan Mamdani. Salah satunya adalah metode

centroid (Composite Moment). Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan sebagai berikut:

Untuk domain kontinu:

𝑍0 =∫ 𝑍 𝑏

𝑎 𝜇(𝑍)𝑑𝑧

∫ 𝜇𝑎𝑏 (𝑍)𝑑𝑧

(8)

di mana:

𝑍 = nilai domain ke−𝑖

𝜇(𝑍) =derajat keanggotaan titik tersebut

𝑍0 = nilai hasil penegasan

Untuk domain diskrit:

𝑍=∑ 𝑑𝑖.𝑈𝐴𝑖(𝑑𝑖)

𝑛 𝑖=1

∑ 𝑈𝑛𝑖=𝑗 𝐴𝑖(𝑑𝑖)

2.18

di mana:

𝑍 = nilai hasil penegasan (defuzzyfikasi)

𝑑𝑖 = nilai keluaran pada aturan ke−𝑖

𝑈𝐴𝑖(𝑑𝑖) = derajat keanggotaan nilai keluaran pada aturan ke –𝑖

𝑛 = banyaknya aturan yang digunakan

2.2.3 Distribusi Possibility

Misalkan 𝑋 menjadi variabel yang mengambil nilai-nilai dalam semesta wacana

𝑈, dengan unsur umum 𝑈 dinotasikan dengan 𝑢. Maka:

𝑋=𝑢 2.19

menandakan bahwa 𝑋 diberi nilai 𝑢, 𝑢 ∈ 𝑈.

Misalkan 𝐹 menjadi subset fuzzy dari 𝑈 yang ditandai dengan fungsi keanggotaan 𝜇𝐹. Kemudian 𝐹 adalah batasan fuzzy pada 𝑋 (atau berhubungan dengan 𝑋) jika 𝐹 bertindak sebagai kendala elastis pada nilai-nilai yang dapat

ditugaskan untuk 𝑋 dalam arti bahwa penugasan nilai 𝑢 untuk 𝑋 memiliki bentuk:

𝑋=𝑢:𝜇𝐹(𝑢) 2.20

di mana 𝜇𝐹 diartikan sebagai derajat yang kendalanya diwakili oleh 𝐹, di mana 𝐹

(9)

1− 𝜇𝐹(𝑢) adalah derajat yang mana kendalanya harus dilebarkan untuk

memenuhi tugas 𝑢 untuk 𝑋.

Misalkan 𝑅(𝑋) menunjukkan batasan fuzzy yang berhubungan dengan 𝑋. Kemudian, untuk menyatakan bahwa 𝐹 memainkan peran dari batasan fuzzy

dalam hubungannya dengan 𝑋, maka dapat ditulis:

𝑅(𝑋) =𝐹 2.21

Persamaan bentuk ini disebut persamaan tugas rasional karena hal tersebut

menggambarkan penugasan dari himpunan fuzzy (atau relasi fuzzy) dengan batasan yang berhubungan dengan 𝑋.

Definisi 1

Misalkan 𝐹 himpunan bagian kabur dari semesta 𝑈 yang ditandai dengan fungsi

keanggotaan 𝜇𝐹, dengan tingkat keanggotaan, 𝜇𝐹(𝑢), diartikan sebagai kecocokan dari 𝑢 dengan konsep yang bertanda 𝐹.

Misalkan 𝑋 menjadi variabel yang nilainya diambil dalam 𝑈, dan misalkan

𝐹 bertindak sebagai batasan fuzzy, 𝑅(𝑋), yang berhubungan dengan 𝑋. Kemudian permasalahan "𝑋 adalah 𝐹", yang diterjemahkan menjadi:

𝑅(𝑋) =𝐹 2.22

menghubungkan distribusi possibility, Π𝑥, dengan 𝑋 yang didalilkan sama dengan

𝑅 (𝑋), yaitu:

Π𝑥= 𝑅(𝑋) 2.23

Sejalan dengan itu, fungsi distribusi possibility berhubungan dengan 𝑋 (atau fungsi distribusi possibility dari Π𝑥) dinotasikan dengan 𝜋𝑥 dan didefinisikan sebagai numerik yang sama dengan fungsi keanggotaan 𝐹, yaitu:

(10)

dengan demikian 𝜋𝑥(𝑢), di mana kemungkinan bahwa 𝑋 =𝑢, adalah untuk

mendalilkan menjadi sama dengan 𝜇𝐹(𝑢).

Dalam gambaran (2.23), persamaan tugas relasional (2.22) dapat

dinyatakan setara dalam bentuk:

Π𝑥= 𝐹 2.25

menempatkan bukti bahwa dalil 𝑝 ≜ 𝑋 adalah 𝐹, yang memiliki efek untuk

menghubungkan 𝑋 dengan distribusi possibility Π𝑥, di mana (2.23) adalah sama dengan 𝐹. Ketika dinyatakan dalam bentuk (2.25), persamaan tugas relasional

akan disebut persamaan tugas possibility, dengan pengertian bahwa Π𝑥 diinduksi oleh 𝑝.

a. Ukuran possibility

Misalkan 𝐴 himpunan bagian nonfuzzy dari 𝑈 dan misalkan Π𝑥 menjadi distribusi

possibility yang terhubung dengan variabel 𝑋 yang mengambil nilai dalam 𝑈. Kemudian, ukuran possibility 𝜋(𝐴) dari 𝐴 didefinisikan sebagai bilangan dalam [0, 1] yang diberikan oleh:

𝜋(𝐴)≜ 𝑆𝑢𝑝𝑢∈𝐴𝜋𝑥(𝑢) 2.26

di mana 𝜋𝑥(𝑢) adalah fungsi distribusi possibility Π𝑥. Jumlah ini kemudian mungkin diartikan sebagai possibility bahwa nilai 𝑋 milik 𝐴, yaitu:

𝑃𝑜𝑠𝑠{𝑋 ∈ 𝐴}≜ 𝜋(𝐴)≜ 𝑆𝑢𝑝𝑢∈𝐴𝜋𝑋(𝑢) 2.27

Ketika 𝐴 adalah himpunan fuzzy, yang termasuk nilai dari 𝑋 ke 𝐴 adalah tidak berarti.

Definisi 2

Misalkan 𝐴 himpunan bagian fuzzy dari 𝑈 dan misalkan Π𝑥 menjadi distribusi

(11)

𝑃𝑜𝑠𝑠{𝑋𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ𝐴}≜ 𝜋(𝐴)≜ 𝑆𝑢𝑝𝑢∈𝑈𝜇𝐴(𝑢)⋀𝜋𝑋(𝑢) 2.28

di mana "𝑋 adalah 𝐴" diganti "𝑋 ∈ 𝐴" dalam (2.27), 𝜇𝐴 adalah fungsi

keanggotaan dari 𝐴, dan ⋀ berdiri, seperti biasa, untuk minimal.

Perlu dicatat bahwa, dalam hal height dari suatu set fuzzy, yang didefinisikan sebagai supremum dari fungsi keanggotaan, (2.27) dapat dinyatakan

dengan jelas dengan persamaan:

𝜋(𝐴)≜ 𝐻𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡(𝐴⋂Π𝑋) 2.29

b. Possibility dan informasi

Jika 𝑝 adalah sebuah dalil dari bentuk 𝑝 ≜ 𝑋 adalah 𝐹 yang diterjemahkan ke

dalam persamaan tugas possibility:

Π𝐴(𝑋) =𝐹 2.30

di mana 𝐹 adalah himpunan bagian fuzzy dari 𝑈 dan 𝐴 (𝑋) adalah sifat tersirat

dari 𝑋 yang mengambil nilai dalam 𝑈, maka informasi yang disampaikan oleh 𝑝,

𝐼(𝑝), dapat diidentifikasi dengan distribusi possibility, Π𝐴(𝑋), dari variabel fuzzy

𝐴(𝑋). Dengan demikian, hubungan antara 𝐼(𝑝), Π𝐴(𝑋), R(A(X)) dan 𝐹 dinyatakan

oleh:

𝐼(𝑝)≜ Π𝐴(𝑋) 2.31

di mana:

Π𝐴(𝑋) =𝑅�𝐴(𝑋)�=𝐹 2.32

2.3 Program Possibilistic

Berikut merupakan formulasi program possibilistic. Pertimbangkan masalah program linear berikut:

Fungsi tujuan:

(12)

Kendala:

Bilangan fuzzy yang membatasi nilai fungsi possibilistic linear didefinisikan oleh prinsip perluasan. Menerapkan prinsip perluasan, misalnya,

Persamaan kedua adalah dari non-negatif dalam 𝑥𝑗 dari permasalahan

(13)

𝐹𝑖(𝑥1, … ,𝑥𝑛) =< � 𝑎𝑖𝑗𝑐𝑥𝑗,

Asumsikan 𝐴𝑖𝑗 dan 𝑐𝑗 adalah bilangan fuzzy triangular simmetris sebagai berikut:

𝐴𝑖𝑗 =<𝑎𝑖𝑗𝑐,𝑤𝑎𝑖𝑗𝑐 >,𝑐𝑗 =<𝑐𝑗𝑐,𝑤𝑐𝑗𝑐 >

Metode saving matriks pada hakikatnya adalah metode untuk meminimumkan jarak atau waktu dan ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang

ada. Berikut ini langkah-langkah pembentukan rute distribusi dengan

menggunakan metode saving matriks, yaitu: 1. Identifikasi Matriks Jarak

Pada langkah ini, diperlukan jarak antara gudang dan ke masing-masing toko

dan jarak antar toko. Untuk menyederhanakan permasalahan, lintasan

terpendek digunakan sebagai jarak antar lokasi. Jadi, dengan mengetahui

koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua lokasi bisa dihitung

dengan menggunakan rumus jarak standar. Apabila jarak riil antar lokasi

diketahui, maka jarak tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan jarak

(14)

toko dan jarak antar toko akan digunakan untuk menentukan matriks

penghematan (saving matriks) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.

2. Mengidentifikasi matriks penghematan ( saving matriks)

Pada langkah ini, diasumsikan bahwa setiap toko akan dikunjungi oleh satu

armada secara eksklusif. Saving matriks merepresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute.

Untuk perhitungan penghematan jarak dapat mengunakan persamaan:

𝑆(𝑥,𝑦) = 𝐽 (𝐺,𝑥) + 𝐽(𝐺,𝑦) – 𝐽(𝑥,𝑦)

di mana:

𝑆(𝑥,𝑦) = Penghematan Jarak

𝐽 (𝐺,𝑥) = Jarak gudang ke toko 𝑥

𝐽 (𝐺,𝑦) = Jarak gudang ke toko 𝑦

𝐽 (𝑥,𝑦) = Jarak toko 𝑥 ke toko 𝑦

3. Mengalokasikan Distributor ke rute

Dengan menggunakan tabel penghematan jarak, dapat dilakukan

pengalokasian toko ke kendaraan atau rute. Pada tahap awal, tiap toko

alokasikan ke rute yang berbeda, namun toko-toko tersebut bisa digabungkan

sampai pada batas kapasitas truk yang ada. Penggabungan akan dimulai dari

nilai penghematan terbesar karena diupayakan memaksimumkan

Gambar

Gambar 2.1 Visualisasi Vehicle Routing Problem
Gambar 2.2 Fungsi Keanggotaan Bilangan Fuzzy Trapezoidal

Referensi

Dokumen terkait

These accepted papers have been grouped into 9 International Symposia, ranging from International Symposium on Architecture and Urban Planning, International Symposium

Guru sebagai sumber daya manusia (SDM) yang ada di SMP Negeri 1 Ketahun merupakan bagian penting sebuah kunci keberhasilan dan mempunyai peranan yang menentukan

Jika daftar program yang diinstal tidak berisi program yang akan dihapus, Anda dapat menggunakan File Explorer pada perangkat untuk mencari program dan menghapusnya dengan

Muktamar VI IPHI sebagaimana tertuang dalam Keputusan nomor 06 tahun 2015 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPHI adalah merupakan komitmen Pengurus

Dalam penelitian hubungan antara religiusitas agama Islam dengan sikap terhadap seks pranikah, jenis data yang digunakan adalah data ordinal, maka teknik statistik

Dengan demikian, aktivitas siswa menjadi titik tekan dalam proses pembelajaran yang diciptakan di dalam kelas karena keaktifan siswa selama proses pembelajaran

Sementara dari sisi Quality Rate, mesin ini sempurna karena tidak ada kegagalan pengujian sarna sekali, berarti pelaksana sudah terlatih dengan benar dan mesin mampu

Hal ini dipengaruhi oleh trend perumahan saat ini yang masih menampilkan style/langgam minimalis dalam desain rumah, dan juga dari marketing rumah melalui iklan-iklan