4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi
Obesitas adalah keadaan abnormal atau akumulasi lemak yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya resiko terhadap kesehatan (WHO, 2006). Obesitas juga merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003).
2.1.2. Prevalensi dan Epidemiologi
5
2.1.3. Klasifikasi
Tipe obesitas berdasarkan persen kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007):
1. Mild obesity
Dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal.
2. Moderate obesity
Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.
3. Morbid
Penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan ideal.
Tipe obesitas berdasarkan letak timbunan lemak (Emedicine Health, 2010):
1. Obesitas android atau tipe sentral (Apple Shape)
Bila lemak banyak tertimbun di setengah bagian atas tubuh (perut, dada, punggung, muka). Pada umumnya, tipe ini dialami oleh pria.
2. Obesitas ginekoid atau tipe perifer (Pear Shape)
Bila lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh (pinggul dan paha). Kegemukan tipe ini biasanya dialami oleh wanita.
2.1.4. Fakor Penyebab
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari satu sisi. Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas.
a. Genetik
6
b. Psikologis
Pola makan sangat dipengaruhi oleh emosi seseorang. Persepsi diri yang negatif merupakan salah satu daripada contoh bentuk gangguan emosi yang dapat meningkatkan pola makan individu. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda dan biasa menimbulkan kesadaran yang berlebihan serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Gangguan ini akan mengakibatkan dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyabit obesitas, yaitu makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan (Shils, 2006). c. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
d. Perkembagan dari kanak-kanak
Dari hasil beberapa penelitian, penderita obesitas mengalami penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh (Volek JS, Vanheest JL, Forsythe CE, 2005). Obesitas biasanya terjadi pada masa kanak-kanak lagi dan bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Obesitas yang terjadi pada anak mempunyai resiko yang besar unutk menghidapi obese pada waktu dewasa (Barnes LA, Opitz JM, 2007).
e. Pola makan
7
penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
f. Sosial ekonomi
Pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif, 2003).
2.1.5. Diagnosa
Penentuan kriteria obesitas ada berbagai macam, dan obesitas dapat ditentukan dengan cara langsung atau tidak langsung (Rahmatullah, 2009).
a. IMT (Index Massa Tubuh)
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2).
Nilai dari IMT tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).
Tabel. 2.1. Klassifikasi Internasional untuk underweight, overweight dan obesitas pada berdasarkan IMT referensi WHO 2004
Klasifikasi IMT (kg/m2)
BB kurang (underweight) < 18.50
Normal 18.50 - 24.99
BB lebih (overweight) ≥ 25.00 Berisiko (pre-obese) 25.00 - 29.99
Obese, kelas I 30.00 - 34.99
Obese, kelas II 35.00 - 39.99
8
Tabel. 2.2. Klasifikasi berdasarkan graf CDC
Persentil Kategori
>95 obesitas
75-95 overweight
25 – 75 normal
<25 kurang
Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh :
Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut WHO 2011, pengukuran indeks massa tubuh dilakukan dengan cara sampel diukur terlebih dahulu berat badannya menggunakan alat timbangan badan dan kemudian diukur tinggi badannya lalu hasilnya dimasukkan ke dalam rumus di bawah :
IMT = Berat Badan (kilogram) Tinggi Badan2(meter)
Hasil yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan tabel klasifikasi IMT di atas.
b. Lingkar Pinggang
Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005).
Tabel. 2.3. Kriteria ukuran pinggang berdasarkan etnis:
Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas
Eropa Pria > 94 Wanita > 80
Asia Selatan Populasi China, Melayu, dan Asia-India
Pria > 90 Wanita > 80
China Pria > 90 Wanita > 80
Jepang Pria > 90 Wanita > 80
Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik
9
c. Waist-To-Hip Ratio (Flier Et Al, 2005)
Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan.
Tabel. 2.4. Rasio Lingkar perut dan pinggul
Jenis Kelamin Ukuran RLPP Normal
Wanita < 0.85
Pria < 0.90
2.1.6. Penatalaksanaan a. Diet
Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi. b. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Dianjurkan untuk melakukan aktivita s fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003). c. Obat-obatan
10
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi bagi obesitas termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe-2, obstruksi saluran pernapasan, Obstructive Sleep Apnea dan lain lagi.
2.1.8. Prognosis
Jika ditangani dengan baik dan tepat dalam penurunan berat badan maka prognosisnya baik. Namun jika dibiarkan maka obesitas akan berlanjut dan bisa sampai terjadi komplikasi.
2.2. Kalori
Kalori merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah energi. Pada umumnya kalori digunakan untuk menunjukkan jumlah energi yang terkandung dalam makanan. Kalori dapat diperoleh dari asupan nutrisi yang mengandung nutrisi, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan alkohol.
Jumlah kalori dalam makanan diperlukan untuk memperhitungkan keseimbangan energi. Apabila jumlah kalori yang dikonsumsi lebih kecil dari kalori yang digunakan, berat badan akan berkurang karena cadangan energi dari lemak akan digunakan. Sebaliknya, apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari kalori yang digunakan, berat badan akan meningkat. Kelebihan energi pun akan disimpan sebagai lemak.
Tubuh membutuhkan energi (yang disebut kalori) dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pembagian kalori yang seimbang mengacu pada Piramida Makanan. Kebutuhan kalori harian tiap individu berbeda-beda. Namun, secara umum Departemen Kesehatan RI menetapkan kebutuhan kalori individu sebesar 2000kkalori/hari.
11
sumber energi. Satu gram protein setara dengan 4 kkalori. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelindung organ tubuh. Kelebihan kalori dari asupan makanan akan disimpan sebagai cadangan energi. Karena itu, konsumsi karbohidrat atau protein yang berlebih akan diubah tubuh menjadi lemak. Asupan lemak harian perlu diperhatikan. Pasalnya, kelebihan asupan lemak mengakibatkan penumpukan lemak yang memicu obesitas dan peningkatan kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi dapat memicu penyakit jantung koroner yang berakibat pada kematian. Satu gram lemak setara dengan 9 kkalori.
2.3. Aktivitas Fisik 2.3.1. Definisi
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010, Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Website, 2008).
Menurut Proof Andrew Booth, aktivitas fisik seseorang dikira tinggi apabila melakukan aktivitas fisik lebih dari 3 kali dalam seminggu, dan setiap sesi harus lebih dari 20 menit. Jika kurang dari itu dikira aktivitas rendah.
2.3.2. Manfaat
Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu :
a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan, lain-lain.
b. Berat badan terkendali.
c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.
d. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional. e. Lebih percaya diri.
12
g. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.
2.3.3. Tipe Aktivitas Fisik
Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu :
a. Ketahanan (endurance)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung, paru-paru, otot dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga.
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Berjalan kaki
Lari ringan Berenang Bermain tenis b. Kelenturan (flexibility)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi dengan baik.
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : Tai Chi
Yoga
c. Kekuatan (strength)
Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat dan mempertahankan bentuk tubuh.
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Push-up
Naik turun tangga Angkat beban