BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
a. Nur Ainil Putri
Penelitian dalam bentuk skripsi ini berjudul “Pengaruh Peran Ganda
Terhadap Kinerja Wanita Karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Makasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran ganda
terhadap kinerja wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Makassar.
Data penelitian ini diperoleh dari kuesioner (primer) dan beberapa observasi serta
wawancara langsung dengan wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Makassar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh
peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pegawai sebesar 23.6%,
sedangkan sisanya 76.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
b. Richardus Chandra Wirakristama
Penilitian dalam bentuk Skripsi ini berjudul ‘Analisis Pengaruh Konflik Peran
Ganda (Work Family Conflict) terhadap Kinerja Karyawan Wanita di PT. Nyonya
Meneer di Semarang dengan Stress Kerja sebagai Variabel Intervening’. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap kinerja dengan
data menggunakan kuesioner dengan 57 orang responden. Temuan dari penelitian ini
adalah dengan menggunakan regresi linear berganda konflik peran ganda
berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. Sedangkan dengan
menggunakan regresi berganda variable peran ganda berpengaruh positif dan
signifikan terhadap stress kerja, dan variable stress kerja berpengaruh negative dan
signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Nyonya Meneer. Dan hasil analisis path
variable peran ganda berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan stress
kerja sebagai variable interveningnya.
2.2 Konflik Peran Ganda
2.2.1 Pengertian Konflik Peran Ganda
Dalam kehidupan manusia memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya
konflik. Karena dari tanpa adanya suatu konflik yang terjadi, manusia tidak akan
pernah mengenal dirinya apakah dia benar atau salah dalam melakukan suatu
tindakan. Konflik biasanya muncul ketika ada suatu kepentingan yang muncul secara
bersamaan dengan menimbulkan efek negative yang memaksa seseorang harus bisa
memilih salah satu dari kepentingan tersebut.
Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang paling banyak terjadi
saat ini pada wanita yang telah berkeluarga. Tuntutan ekonomi menjadikan alasan
utama seorang wanita harus memiliki dua peran untuk membantu perekomian
untuk keluarganya. Saparinah (2010) mengatakan ada nilai-nilai yang berubah tanpa
direncanakan secara khusus yaitu perkembangan perilaku perempuan yang sebagai
pribadi, istri dan ibu, saat ini telah memiliki perilaku baru yaitu bekerja diluar rumah.
Apalagi dengan tingginya taraf pendidikan yang didapat oleh seorang wanita,
menjadikan wanita tersebut tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah dia
berikan untuk mendapatkan gelar pendidikan yang tinggi tanpa disalurkan pada dunia
luar.
Perempuan masa kini sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, telah mengisi
peran dari menjadi karyawati dengan kedudukan rendah yang merupakan mayoritas
sampai dengan mereka yang mengisi peran sebagai manajer yang masih minoritas.
Hal ini dapat menyebabkan perhatian terhadap keluarga yang harusnya diberikan
penuh oleh seorang wanita menjadi berkurang bahkan terancam tidak ada sama
sekali. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak akan bisa dihindari. Saparinah (2010)
mengatakan konflik mudah terjadi karena perubahan peran dari salah satu anggota
keluarga akan menuntut penyesuaian diri dari sesame anggota keluarga lainnya.
Dalam proses penyesuaian inilah keluarga rantan terhadap konflik baik skala kecil
maupun besar.
Menurut Kahn (dalam Cooper and Dawe, 2010) konflik peran adalah adanya
ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran dimana
dalam kondisi yang cukup ekstrem kehadiran atau lebih harapan peran. Menurut
yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan yang mengganggu kehidupan
rumah tangga. Menurut Gibson dkk (dalam Ricardus, 2011) konflik peran terbagi
dalam tiga bentuk:
a. Konflik peran itu sendiri (person role conflict)
Konflik ini sering terjadi apabila persyaratan peran melanggar nilai dasar,
sikap dan kebutuhan individu tersebut.
b. Konflik intra peran (intra role conflict)
Konflik ini sering terjadi karena beberapa orang berbeda-beda menentuka
sebuah peran menurut rangkaian harapan yang berbeda-beda sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk memenuhi peran tersebut. Hal ini terjadi
apabila peran tersebut rumit.
c. Konflik antar peran (inter role conflict)
Konflik ini muncul karena orang memiliki peran ganda, hal ini terjadi jika
seseorang memainkan banyak peran sekaligus dan beberapa peran tersebut
bertentangan dengan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di
antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan
bahwa perempuan ideal adalah superwoman yang mampu bekerja dengan agresif,
kompetitif dan dapat menjalankan komitmen atau supermom yang mampu
Ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu :
a. Sebagai istri, supaya dapat mendampingi suami sebagai kekasih dan
sahabat untuk bersama membimbing keluarga yang bahagia.
b. Sebagai pendidik, untuk membina generasi muda supaya anak-anak dibekali
kekuatan rohani maupun jasmani yang berguna bagi nusa dan bangsa.
c. Sebagai ibu rumah tangga, supaya mempunyai tempat aman dan teratur
bagi seluruh anggota keluarga.
Greenhaus dan Beutell (dalam nur, 2012) Faktor-faktor penyebab peran
ganda, di antaranya :
a. Permintaan waktu akan satu peran yang tercampur dengan pengambilan
bagian dalam peran yang lain.
b. Stress yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh ke dalam peran lain
dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu.
c. Kecemasan dan kelelahan yang disebabkan ketegangan dari satu peran dapat
mempersulit untuk peran yang lainnya.
d. Perilaku yang efektif dan tepat dalam suatu peran tetapi tidak efektif dan tidak
tepat saat dipindahkan ke peran yang lainnya.
Terjadinya perubahan demografi pada saat ini seperti peningkatan angkatan
kerja wanita yang bekerja serta meningkatnya sepasang suami istri yang bekerja telah
meningkatkan resiko terjadinya konflik akibat tidak bisanya mengatur waktu dengan
ganda bersifat bidirectional dan multidimensi, sehingga peran satu akan berpengaruh
terhadap peran yang lainnya. Meskipun antara pria dan wanita berpotensi
mendapatkan konflik antara pekerjaan dan keluarga, tetapi wanita lebih banyak
melaporkan adanya konflik dari peran ganda yang dilakukan.
Menurut Greenhous dan Beutell (dalam wulan, 2012) Peran ganda
bidirectional terdiri dari 2 aspek yang saling terkait yaitu :
a. Work family conflict
Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang
mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga.
b. Family work conflict
Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga
mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Konflik peran ganda biasanya terjadi jika seseorang berusaha memenuhi
tuntutan dalam pekerjaan tetapi dipengaruh oleh tuntutan dalam memenuhi kebutuhan
keluarga atau sebaliknya. Konflik pekerjaan-keluarga terjadi ketika kehidupan rumah
tangga seseorang berbenturan dalam memenuhi tanggung jawab terhadap pekerjaan
seperti datang tepat waktu, memenuhi deadline, dan lain sebagainya. Sedangkan
kehidupan pekerjaan seseorang selalu menghalangi untuk meluangkan waktu bersama
keluarga.
a. Time based conflict
Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalani salah satu tuntutan baik itu
pekerjaan atau keluarga dapat mengurangi tuntutan lainnya ( pekerjaan atau
keluarga).
b. Strain based conflict
Terjadi jika salah satu peran memberikan tekanan sehingga mempengaruhi
peran lainnya.
c. Behavior based conflict
Berhubungan dengan ketidak sesuaiannya antara pola perilaku yang
diinginkan oleh masing-masing peran (keluarga atau pekerjaan).
Konflik peran ganda sering kali berdampak pada psikologis seseorang,
terutama pada kaum wanita. Konflik peran ganda dapat menimbulkan stress, depresi,
rasa malu, rasa bersalah dan lainnya. Akibatnya banyak hal lain yang terjadi
dikarenakan stress yang dialami. Bisa saja berdampak kepada perceraian antara suami
dan istri yang tentunya juga bisa berdampak pada perkembangan psikologis
anak-anak mereka.
2.2.2 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda
Setiap permasalahan tentunya mempunyai jalan keluar yang baik. Penanganan
yang baik terhadap suatu masalah tentunya tidak akan memberikan dampak negative
solusi baik oleh individu maupun perusahaan, agar keharmonisan rumah tangga dapat
tercapai dan tujuan dari perusahaan juga dapat tercapai. Terdapat dua strategi dalam
mengatasi konflik peran ganda yaitu:
a. Strategi individu
Strategi yang harus dilakukan oleh seorang indiviu adalah manajemen waktu yang
baik, sehingga akan tercipatanya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan
sehingga dapat memberikan peran yang maksimal untuk masing-masing peran
yang dilakukan
b. Strategi perusahaan
Menurut Nelson dan Quick (2010) ada beberapa strategi perusahaan yang harus
dilakukan agar konflik peran ganda dapat diminimalisir dan tidak menganggu
pekerjaan yaitu
1. Waktu kerja yang fleksibel
2. Adanya jadwal kerja yang alternative
3. Adanya fasilitas penitipan anak
4. Kebijakan izin keluarga
5. Job sharing
Antara inividu dan perusahaan haruslah bersama-sama menentukan kebijakan
apa yang diambil sehingga tidak merugikan masing-masing pihak. Dan yang
perusahaan maupun mutu dari kehidupan berkeluarga wanita tersebut sehingga tidak
mengurangi keharmonisan dalam berkeluarga.
2.3 Stres Kerja
2.3.1 Pengertian Stres kerja
Menurut Saparinah (2010) stres merupakan suatu kondisi seseorang yang
dipersepsikan sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan
yang tidak terlalu jelas penyebabnya. Keluarga yang memiliki dua karir akan mudah
mengalami stress karena tuntutan kerja yang dialami. Bagi wanita yang berkarir,
penyebab stress ditambah dengan adanya tuntutan dari diri sendiri. Sering kali
keinginan wanita yang berkarir dapat menyediakan waktu untuk anak-anaknya dan
suaminya. Ukuran sukses bagi wanita yang berkarir adalah jika dapat memenuhi
keseimbangan antara tanggung jawab dirumah tangga dan pekerjaan.
Menurut Ivancevich, et all (2006) stress merupakan sebuah respon adaptif,
dihubungkan dengan karakteristik dan proses psikologi individu yang merupakan
konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan
tuntutan psikologis dan fisik khusus pada seseorang. Dalam pekerjaan setiap orang
pernah mengalami stress, jika stress dalam skala kecil tidak akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja seseorang, sedangkan stress dengan skala
besar akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja seeorang yang bisa mengganggu
tuntutan yang dialami dengan persepsi terhadap cara menanggulangi tuntutan
tersebut. Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi,
emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat
mempengaruhi seseorang dalam merespon lingkungan disekitarnya
Menurut Robin (2006) stress didefenisikan sebagai suatu kondisi yang
dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan dan
sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan individu tersebut dan hasilnya
dipandang tidak pasti tetapi penting.
Tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh
wanita tanpa disadari menimbulkan sikap dan perilaku untuk menjadikan stress
sebagai bagian dari kehidupan berkeluarga. Akibatnya akan sulit tidur, tidak saling
mengacuhkan antara suami dan istri, cepat marah, tidak betah dirumah, tekanan darah
naik, dan sebagainya. Dalam hal ini, yang disalahkan bukan hanya dari tempat kerja
yang terkadang tidak memberikan banyak waktu bagi seorang wanita untuk
keluarganya, juga salah seorang wanita yang tidak bisa manajemen waktu. Yang jadi
permasalahannya adalah stress yang dialami dibiarkan begitu saja tanpa ada
penyelesaian sehingga menimbulkan stress kronis. Stres kronis mudah
merenggangkan hubungan antara suami dan istri dan menimbulkan keretakan bahkan
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya
dan sering kali tidak disadari. Ada beberapa tahapan dalam stress yaitu:
a. Stres tingkat pertama Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan
dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat
besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya
menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari
sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
b. Stres tingkat kedua Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan
sudah mulai hilang, keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu
bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore
hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada
otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai
c. Stres tingkat ketiga Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai
dengan gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan
tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau
pingsan
d. Stres tingkat empat Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk
dengan ciri: sulit untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula
menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi,
semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun
tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan
e. Stres tingkat kelima Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat,
yaitu: keletihan yang mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu
dikerjakan, gangguan sistem pencernaan, perasaan yang mirip panik
f. Stres tingkat keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang
penderita dibawa ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain:
debaran jantung yang amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin,
keringat bercucuran, dan pingsan.
Ada beberapa macam stress yang dihadapi oleh wanita yaitu :
a. Wanita pekerja biasanya dipengaruhi oleh stress yang biasanya dihadapi oleh
laki-laki seperti beban kerja yang banyak, overskill, kebosanan kerja,
hubungan dengan anak dan pasangan, dan masalah keuangan.
b. Stress yang berasal dari pekerjaan dan luar pekerjaan seperti kebosanan,
tuntutan yang tinggi, rendahnya tingkat kekuasaan, dan sedikitnya promosi
yang diberikan perusahaan.
Stress sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi positif dan
negative. Dalam posisi positif, stress dapat membantu seseorang mencapai karir yang
lebih tinggi. Contohnya seorang karyawan yang ingin naik jabatan akan mendapatkan
akan bisa didapatkan. Sedangkan dalam sisi negative, stress dapat menurunkan
semangat kerja seseorang bahkan dapat mengganggu kesehatan. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi stress seseorang, yaitu:
a. Faktor lingkungan
Ketidakpastian lingkungan akan menentukan tingkat stress seseorang. Seperti
ketidakpastian politik, ekonomi, dan lainnya, sangat mempengaruhi eksistensi
karyawan dalam bekerja.
b. Faktor organisasional
Ada beberapa hal yang menyebabkan stress dalam organisasi seperti tuntutan
tugas, tuntutan peran, tuntutan antarpribadi, struktur organisasi dan
kepemimpinan organisasi.
c. Faktor individu
Yaitu merupakan faktor yang terjadi diluar pekerjaan yang dapat mengganggu
pekerjaan, seperti keluarga, ekonomi pribadi, serta karakter yang ada pada diri
seseorang.
Stress yang timbul kerena bekerja disebut dengan stress kerja. Menurut Kahn
(dalam Cooper & Dawe, 2004), stress kerja merupakan sesuatu yang kompleks,
bervariasi dan dinamis dimana seorang yang stress memiliki respon yang singkat,
memiliki pandangan sendiri terhadap stress tersebut, dan berdampak pada kesehatan.
dan menghadapi tekanan dimana tingkat stress tiap individu berbeda-beda dan
bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stress dapat digolongkan menjadi dua
sebab yaitu:
a. On the job
Merupakan stress yang berhubungan dengan pekerjaan, hal-hal yang dapat
menimbulkan stress adalah
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervise yang tidak baik
4. Iklim politik yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
7. Frustasi
8. Konflik antar pribadi atau antar kelompok
9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
10.Banyaknya terjadi perubahan
b. Off the job
Merupakan stress yang timbul dari luar organisasi. Permasalahan yang terjadi
antara lain:
2. Adanya masalah yang bersangkutan dengan keluarga
3. Adanya masalah pada fisik
4. Adanya masalah pada perkawinan
5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
6. Dan masalah pribadi lainnya.
2.3.2 Gejala stress kerja
Menurut Beehr dan Newman (Carlson,et al 2000) terdapat tiga gejala yang
akan dialami jika stress kerja ditanggapi secara berlebihan yaitu:
a. Gejala fisiologis
Gejala awal dari stress akan dirasakan pada gejala fisiologis seseorang seperti:
1. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah
2. Kelelahan fisik
3. Ketegangan otot
4. Insomnia
5. Sakit kepala
b. Gejala psikologis
Stress kerja akan menjadikan seseorang tidak puas dalam melakukan
pekerjaan sehingga hal ini akan berdampak pada psikologi orang tersebut
seperti:
2. Perasaan frustasi, marah dan kesal.
3. Emosi berlebihan sehingga menjadi sensitive dan hiperaktif.
4. Kemampuan komunikasi efektif menjadi berkurang
5. Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja.
6. Mental menjadi lelah dan intelektual akan menurun.
c. Gejala perilaku
Stress dapat mempengaruhi perubahan perilaku seperti
1. Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan
2. Kinerja dan produktifitas menurun
3. Perobahan pola makan berlebihan karena pelarian dari suatu masalah atau
menurunnya nafsu makan
4. Terciptanya hubungan yang tidak harmonis.
2.3.3 Sumber-sumber stress kerja
Waktu-waktu setiap orang yang bekerja kebanyakan habis didalam
melaksanakan pekerjaan daripada melakukan aktifitas lainnya. Dampak dari
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian merupakan salah satu faktor
yang membuat orang harus banyak bekerja. Tetapi terkadang pekerjaan yang banyak
tidak diimbangi dengan kompensasi yang cukup. Hal inilah yang menjadikan orang
sering mendapatkan stress dalam bekerja sehingga akan berdampak pada kesehatan
dan mental orang tersebut. Menurut cooper (dalam wulandari, 2012), sumber-sumber
a. Kondisi pekerjaan
Meliputi:
1. Lingkungan kerja. Kondisi buruk yang tercipta dalam pekerjaan
berpotensi menjadikan karyawan mudah stress, sakit, sulit konsentrasi dan
menurunnya kinerja.
2. Overload. Dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Overload
secara kuantitatif berarti banyaknya beban kerja yang diberikan kepada
pekerja tersebut yang mengakibatkan lelah pada pekerja, sedangkan secara
kualitatif pekerjaan yang diberikan sangatlah kompleks dan sulit.
3. Deprivational stress. Kondisi pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi
pekerja sehingga memunculkan rasa bosan dan ketidakpuasan dalam
melakukan pekerjaan.
4. Pekerjaan beresiko tinggi. Jenis pekerjaan yang memiliki resiko tinggi
contohnya adalah pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa, seperti
pemadam kebakaran.
b. Stress karena peran
Wanita berpotensi sebagai karyawan yang memiliki stress kerja paling tinggi
dibandingkan dengan pria. Hal ini diakibatkan karena wanita yang bekerja
memiliki peran lainnya yaitu peran wanita dalam rumah tangga. Jika peran ini
tidak seimbang maka yang terjadi adalah stress kerja yang dapat berakbat
c. Faktor interpersonal
Hubungan interpersonal ditempat kerja merupakan hal yang paling penting
dalam menjaga kondisi perasaan dan emosi seseorang ditempat kerja.
Hubungan yang baik antar sesame pekerja, dan hubungan yang baik antara
atasan dengan pekerja akan membantu menjagah pekerja dari keadaan stress
kerja.
d. Pengembangan karir
Karyawan akan mendapat tantangan baru jika adanya pengembangan karir
yang jelas. Pengembangan karir berarti menambah kualitas dari pekerja itu
sendiri dan tentunya jika karir berkembang akan berdampak pada peningkatan
perekonomian pada pekerja tersebut. Jika ini tidak ada, maka besar
kemungkinan pekerja akan mendapatkan stress kerja akibat kebosanan dalam
satu jenjang karir yang tidak berkembang.
e. Stuktur organisasional
Jika karyawan diperlakukan secara kaku dalam struktur organisasional, maka
kemungkinan akan menimbulkan stress. Ini dapat terjadi jika karyawan tidak
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, kreatifitas karyawan tidak
2.3.4 Mengelola Stress
Para pakar menyebutkan bahwasanya stress sebenarnya menyehatkan, tetapi
sesuatu yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk, tak terkecuali pada
stress. Bagaimanapun juga stress yang berkepanjangan haruslah ditangani dengan
baik dan tepat. Menurut Mondy (2008) ada sejumlah pendekatan-pendekatan yang
bisa dilakukan seseorang guna mengendalikan stress yang berlebihan, yaitu:
a. Olah raga. Stress menimbulkan perubahan kimiawi dalam tubuh, olahraga
akan mengembalikan perubahan kimiawi dalam tubuh menjadi normal
kembali.
b. Tahu kapan berhenti sejenak. Relaksasi penting dalam meredakan stress
dimana orang dapat melakukan hal lain yang menghibur dalam jeda waktu
yang ada.
c. Menempatkan situasi yang penuh stress dalam perspektif artinya tidak
menganggap semua masalah sebagai penentuan hidup dan mati..
d. Menemukan seseorang yang mau mendengarkan curahan hati.
e. Membangun keteraturan dalam hidup agar terciptanya keseimbangan.
f. Kenali batasan diri sehingga apapun maslaah yang terjadi merupakan masalah
yang dapat ditangani sendiri tanpa melewatkan batas kemampuan diri.
2.4 Kerangka Konseptual
Menurut Hanessy (dalam Kelloway & Front, 2005) konflik peran
ganda merupakan konflik yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan/ rumah
tangga yang mengganggu kehidupan rumah tangga/ pekerjaan. Konflik peran ganda
terbagi menjadi dua yaitu work family conflict dan family work conflict. Menurut
Greenhous dan Beutell (dalam wulan, 2012) work family conflict yaitu konflik yang
muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab
terhadap keluarga. Sedangkan family work conflict yaitu konflik yang muncul
dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab
terhadap pekerjaan.
Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap
emosional dalam memperoleh kemenangan yang dapat menimbulkan stress. Menurut
Saparinah (2010) stres merupakan suatu kondisi seseorang yang dipersepsikan
sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan yang tidak terlalu
jelas penyebabnya.
Penelitian ini akan melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap stress yang
mengenai individu kerena tidak bisa membagi waktunya antara bekerja dan keluarga.
Salah satu peran akan menghambat peran lain untuk melaksanakannya. Jika konflik
ini tidak bisa diselesaikan dengan baik maka tekanan-tekanan yang akan terus terjadi
Konflik Peran Ganda
karena merasa tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Kedua variable
tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 2.1:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.5Hipotesa Penelitian
Hipotesa dari penelitian ini adalah “
a. Ada pengaruh yang signifikan antara work family conflict terhadap variable
stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Utara.”
b. Ada pengaruh yang signifikan antara family work conflict terhadap variable
stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Utara.”
Work Family Conflict
Stress Kerja
c. Ada pengaruh yang signifikan antara work family conflict dan family work
conflict secara bersama-sama sebagai variable konflik peran ganda terhadap
variable stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi