• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Nur Ainil Putri - Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Nur Ainil Putri - Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Nur Ainil Putri

Penelitian dalam bentuk skripsi ini berjudul “Pengaruh Peran Ganda

Terhadap Kinerja Wanita Karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Makasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran ganda

terhadap kinerja wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Makassar.

Data penelitian ini diperoleh dari kuesioner (primer) dan beberapa observasi serta

wawancara langsung dengan wanita karir di Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Makassar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja dapat dipengaruhi oleh

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pegawai sebesar 23.6%,

sedangkan sisanya 76.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.

b. Richardus Chandra Wirakristama

Penilitian dalam bentuk Skripsi ini berjudul ‘Analisis Pengaruh Konflik Peran

Ganda (Work Family Conflict) terhadap Kinerja Karyawan Wanita di PT. Nyonya

Meneer di Semarang dengan Stress Kerja sebagai Variabel Intervening’. Penelitian

ini bertujuan untuk melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap kinerja dengan

(2)

data menggunakan kuesioner dengan 57 orang responden. Temuan dari penelitian ini

adalah dengan menggunakan regresi linear berganda konflik peran ganda

berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. Sedangkan dengan

menggunakan regresi berganda variable peran ganda berpengaruh positif dan

signifikan terhadap stress kerja, dan variable stress kerja berpengaruh negative dan

signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Nyonya Meneer. Dan hasil analisis path

variable peran ganda berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan stress

kerja sebagai variable interveningnya.

2.2 Konflik Peran Ganda

2.2.1 Pengertian Konflik Peran Ganda

Dalam kehidupan manusia memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya

konflik. Karena dari tanpa adanya suatu konflik yang terjadi, manusia tidak akan

pernah mengenal dirinya apakah dia benar atau salah dalam melakukan suatu

tindakan. Konflik biasanya muncul ketika ada suatu kepentingan yang muncul secara

bersamaan dengan menimbulkan efek negative yang memaksa seseorang harus bisa

memilih salah satu dari kepentingan tersebut.

Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang paling banyak terjadi

saat ini pada wanita yang telah berkeluarga. Tuntutan ekonomi menjadikan alasan

utama seorang wanita harus memiliki dua peran untuk membantu perekomian

(3)

untuk keluarganya. Saparinah (2010) mengatakan ada nilai-nilai yang berubah tanpa

direncanakan secara khusus yaitu perkembangan perilaku perempuan yang sebagai

pribadi, istri dan ibu, saat ini telah memiliki perilaku baru yaitu bekerja diluar rumah.

Apalagi dengan tingginya taraf pendidikan yang didapat oleh seorang wanita,

menjadikan wanita tersebut tidak ingin menyia-nyiakan pengorbanan yang sudah dia

berikan untuk mendapatkan gelar pendidikan yang tinggi tanpa disalurkan pada dunia

luar.

Perempuan masa kini sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, telah mengisi

peran dari menjadi karyawati dengan kedudukan rendah yang merupakan mayoritas

sampai dengan mereka yang mengisi peran sebagai manajer yang masih minoritas.

Hal ini dapat menyebabkan perhatian terhadap keluarga yang harusnya diberikan

penuh oleh seorang wanita menjadi berkurang bahkan terancam tidak ada sama

sekali. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak akan bisa dihindari. Saparinah (2010)

mengatakan konflik mudah terjadi karena perubahan peran dari salah satu anggota

keluarga akan menuntut penyesuaian diri dari sesame anggota keluarga lainnya.

Dalam proses penyesuaian inilah keluarga rantan terhadap konflik baik skala kecil

maupun besar.

Menurut Kahn (dalam Cooper and Dawe, 2010) konflik peran adalah adanya

ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran dimana

dalam kondisi yang cukup ekstrem kehadiran atau lebih harapan peran. Menurut

(4)

yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan yang mengganggu kehidupan

rumah tangga. Menurut Gibson dkk (dalam Ricardus, 2011) konflik peran terbagi

dalam tiga bentuk:

a. Konflik peran itu sendiri (person role conflict)

Konflik ini sering terjadi apabila persyaratan peran melanggar nilai dasar,

sikap dan kebutuhan individu tersebut.

b. Konflik intra peran (intra role conflict)

Konflik ini sering terjadi karena beberapa orang berbeda-beda menentuka

sebuah peran menurut rangkaian harapan yang berbeda-beda sehingga tidak

mungkin bagi seseorang untuk memenuhi peran tersebut. Hal ini terjadi

apabila peran tersebut rumit.

c. Konflik antar peran (inter role conflict)

Konflik ini muncul karena orang memiliki peran ganda, hal ini terjadi jika

seseorang memainkan banyak peran sekaligus dan beberapa peran tersebut

bertentangan dengan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di

antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan

bahwa perempuan ideal adalah superwoman yang mampu bekerja dengan agresif,

kompetitif dan dapat menjalankan komitmen atau supermom yang mampu

(5)

Ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu :

a. Sebagai istri, supaya dapat mendampingi suami sebagai kekasih dan

sahabat untuk bersama membimbing keluarga yang bahagia.

b. Sebagai pendidik, untuk membina generasi muda supaya anak-anak dibekali

kekuatan rohani maupun jasmani yang berguna bagi nusa dan bangsa.

c. Sebagai ibu rumah tangga, supaya mempunyai tempat aman dan teratur

bagi seluruh anggota keluarga.

Greenhaus dan Beutell (dalam nur, 2012) Faktor-faktor penyebab peran

ganda, di antaranya :

a. Permintaan waktu akan satu peran yang tercampur dengan pengambilan

bagian dalam peran yang lain.

b. Stress yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh ke dalam peran lain

dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu.

c. Kecemasan dan kelelahan yang disebabkan ketegangan dari satu peran dapat

mempersulit untuk peran yang lainnya.

d. Perilaku yang efektif dan tepat dalam suatu peran tetapi tidak efektif dan tidak

tepat saat dipindahkan ke peran yang lainnya.

Terjadinya perubahan demografi pada saat ini seperti peningkatan angkatan

kerja wanita yang bekerja serta meningkatnya sepasang suami istri yang bekerja telah

meningkatkan resiko terjadinya konflik akibat tidak bisanya mengatur waktu dengan

(6)

ganda bersifat bidirectional dan multidimensi, sehingga peran satu akan berpengaruh

terhadap peran yang lainnya. Meskipun antara pria dan wanita berpotensi

mendapatkan konflik antara pekerjaan dan keluarga, tetapi wanita lebih banyak

melaporkan adanya konflik dari peran ganda yang dilakukan.

Menurut Greenhous dan Beutell (dalam wulan, 2012) Peran ganda

bidirectional terdiri dari 2 aspek yang saling terkait yaitu :

a. Work family conflict

Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang

mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga.

b. Family work conflict

Yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga

mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan.

Konflik peran ganda biasanya terjadi jika seseorang berusaha memenuhi

tuntutan dalam pekerjaan tetapi dipengaruh oleh tuntutan dalam memenuhi kebutuhan

keluarga atau sebaliknya. Konflik pekerjaan-keluarga terjadi ketika kehidupan rumah

tangga seseorang berbenturan dalam memenuhi tanggung jawab terhadap pekerjaan

seperti datang tepat waktu, memenuhi deadline, dan lain sebagainya. Sedangkan

kehidupan pekerjaan seseorang selalu menghalangi untuk meluangkan waktu bersama

keluarga.

(7)

a. Time based conflict

Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalani salah satu tuntutan baik itu

pekerjaan atau keluarga dapat mengurangi tuntutan lainnya ( pekerjaan atau

keluarga).

b. Strain based conflict

Terjadi jika salah satu peran memberikan tekanan sehingga mempengaruhi

peran lainnya.

c. Behavior based conflict

Berhubungan dengan ketidak sesuaiannya antara pola perilaku yang

diinginkan oleh masing-masing peran (keluarga atau pekerjaan).

Konflik peran ganda sering kali berdampak pada psikologis seseorang,

terutama pada kaum wanita. Konflik peran ganda dapat menimbulkan stress, depresi,

rasa malu, rasa bersalah dan lainnya. Akibatnya banyak hal lain yang terjadi

dikarenakan stress yang dialami. Bisa saja berdampak kepada perceraian antara suami

dan istri yang tentunya juga bisa berdampak pada perkembangan psikologis

anak-anak mereka.

2.2.2 Strategi Penyelesaian Konflik Peran Ganda

Setiap permasalahan tentunya mempunyai jalan keluar yang baik. Penanganan

yang baik terhadap suatu masalah tentunya tidak akan memberikan dampak negative

(8)

solusi baik oleh individu maupun perusahaan, agar keharmonisan rumah tangga dapat

tercapai dan tujuan dari perusahaan juga dapat tercapai. Terdapat dua strategi dalam

mengatasi konflik peran ganda yaitu:

a. Strategi individu

Strategi yang harus dilakukan oleh seorang indiviu adalah manajemen waktu yang

baik, sehingga akan tercipatanya keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan

sehingga dapat memberikan peran yang maksimal untuk masing-masing peran

yang dilakukan

b. Strategi perusahaan

Menurut Nelson dan Quick (2010) ada beberapa strategi perusahaan yang harus

dilakukan agar konflik peran ganda dapat diminimalisir dan tidak menganggu

pekerjaan yaitu

1. Waktu kerja yang fleksibel

2. Adanya jadwal kerja yang alternative

3. Adanya fasilitas penitipan anak

4. Kebijakan izin keluarga

5. Job sharing

Antara inividu dan perusahaan haruslah bersama-sama menentukan kebijakan

apa yang diambil sehingga tidak merugikan masing-masing pihak. Dan yang

(9)

perusahaan maupun mutu dari kehidupan berkeluarga wanita tersebut sehingga tidak

mengurangi keharmonisan dalam berkeluarga.

2.3 Stres Kerja

2.3.1 Pengertian Stres kerja

Menurut Saparinah (2010) stres merupakan suatu kondisi seseorang yang

dipersepsikan sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan

yang tidak terlalu jelas penyebabnya. Keluarga yang memiliki dua karir akan mudah

mengalami stress karena tuntutan kerja yang dialami. Bagi wanita yang berkarir,

penyebab stress ditambah dengan adanya tuntutan dari diri sendiri. Sering kali

keinginan wanita yang berkarir dapat menyediakan waktu untuk anak-anaknya dan

suaminya. Ukuran sukses bagi wanita yang berkarir adalah jika dapat memenuhi

keseimbangan antara tanggung jawab dirumah tangga dan pekerjaan.

Menurut Ivancevich, et all (2006) stress merupakan sebuah respon adaptif,

dihubungkan dengan karakteristik dan proses psikologi individu yang merupakan

konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan

tuntutan psikologis dan fisik khusus pada seseorang. Dalam pekerjaan setiap orang

pernah mengalami stress, jika stress dalam skala kecil tidak akan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja seseorang, sedangkan stress dengan skala

besar akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja seeorang yang bisa mengganggu

(10)

tuntutan yang dialami dengan persepsi terhadap cara menanggulangi tuntutan

tersebut. Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi,

emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat

mempengaruhi seseorang dalam merespon lingkungan disekitarnya

Menurut Robin (2006) stress didefenisikan sebagai suatu kondisi yang

dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan dan

sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan individu tersebut dan hasilnya

dipandang tidak pasti tetapi penting.

Tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh

wanita tanpa disadari menimbulkan sikap dan perilaku untuk menjadikan stress

sebagai bagian dari kehidupan berkeluarga. Akibatnya akan sulit tidur, tidak saling

mengacuhkan antara suami dan istri, cepat marah, tidak betah dirumah, tekanan darah

naik, dan sebagainya. Dalam hal ini, yang disalahkan bukan hanya dari tempat kerja

yang terkadang tidak memberikan banyak waktu bagi seorang wanita untuk

keluarganya, juga salah seorang wanita yang tidak bisa manajemen waktu. Yang jadi

permasalahannya adalah stress yang dialami dibiarkan begitu saja tanpa ada

penyelesaian sehingga menimbulkan stress kronis. Stres kronis mudah

merenggangkan hubungan antara suami dan istri dan menimbulkan keretakan bahkan

(11)

Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya

dan sering kali tidak disadari. Ada beberapa tahapan dalam stress yaitu:

a. Stres tingkat pertama Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan

dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat

besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, kemampuan

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya Tahapan ini biasanya

menyenangkan sehingga orang bertambah semangat tanpa disadari

sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.

b. Stres tingkat kedua Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan

sudah mulai hilang, keluhan yang sering muncul adalah: merasa letih sewaktu

bangun pagi, merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore

hari, terkadang muncul gangguan sistem pencernaan, perasaan tegang pada

otot punggung dan tengkuk, perasaan tidak bisa santai

c. Stres tingkat ketiga Tahapan ini keluhan keletihan mulai tampak disertai

dengan gejala-gejala: gangguan usus lebih terasa, otot lebih tegang, gangguan

tidur, perasaan tegang semakin meningkat, badan terasa goyang dan mau

pingsan

d. Stres tingkat empat Tahapan ini menunjuk pada keadaan yang lebih buruk

dengan ciri: sulit untuk bertahan sepanjang hari, kegiatan yang semula

menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi,

(12)

semakin susah, perasaan negativistik, kemampuan berkonsentrasi menurun

tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan

e. Stres tingkat kelima Tahap ini lebih mendalam dari pada tahap keempat,

yaitu: keletihan yang mendalam, pekerjaan sederhana saja kurang mampu

dikerjakan, gangguan sistem pencernaan, perasaan yang mirip panik

f. Stres tingkat keenam Tahap ini merupakan keadaan gawat darurat tidak jarang

penderita dibawa ke ICCU, gejala tahap ini cukup mengerikan antara lain:

debaran jantung yang amat kuat, sesak nafas, badan gemetar, tubuh dingin,

keringat bercucuran, dan pingsan.

Ada beberapa macam stress yang dihadapi oleh wanita yaitu :

a. Wanita pekerja biasanya dipengaruhi oleh stress yang biasanya dihadapi oleh

laki-laki seperti beban kerja yang banyak, overskill, kebosanan kerja,

hubungan dengan anak dan pasangan, dan masalah keuangan.

b. Stress yang berasal dari pekerjaan dan luar pekerjaan seperti kebosanan,

tuntutan yang tinggi, rendahnya tingkat kekuasaan, dan sedikitnya promosi

yang diberikan perusahaan.

Stress sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi positif dan

negative. Dalam posisi positif, stress dapat membantu seseorang mencapai karir yang

lebih tinggi. Contohnya seorang karyawan yang ingin naik jabatan akan mendapatkan

(13)

akan bisa didapatkan. Sedangkan dalam sisi negative, stress dapat menurunkan

semangat kerja seseorang bahkan dapat mengganggu kesehatan. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi stress seseorang, yaitu:

a. Faktor lingkungan

Ketidakpastian lingkungan akan menentukan tingkat stress seseorang. Seperti

ketidakpastian politik, ekonomi, dan lainnya, sangat mempengaruhi eksistensi

karyawan dalam bekerja.

b. Faktor organisasional

Ada beberapa hal yang menyebabkan stress dalam organisasi seperti tuntutan

tugas, tuntutan peran, tuntutan antarpribadi, struktur organisasi dan

kepemimpinan organisasi.

c. Faktor individu

Yaitu merupakan faktor yang terjadi diluar pekerjaan yang dapat mengganggu

pekerjaan, seperti keluarga, ekonomi pribadi, serta karakter yang ada pada diri

seseorang.

Stress yang timbul kerena bekerja disebut dengan stress kerja. Menurut Kahn

(dalam Cooper & Dawe, 2004), stress kerja merupakan sesuatu yang kompleks,

bervariasi dan dinamis dimana seorang yang stress memiliki respon yang singkat,

memiliki pandangan sendiri terhadap stress tersebut, dan berdampak pada kesehatan.

(14)

dan menghadapi tekanan dimana tingkat stress tiap individu berbeda-beda dan

bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stress dapat digolongkan menjadi dua

sebab yaitu:

a. On the job

Merupakan stress yang berhubungan dengan pekerjaan, hal-hal yang dapat

menimbulkan stress adalah

1. Beban kerja yang berlebihan

2. Tekanan atau desakan waktu

3. Kualitas supervise yang tidak baik

4. Iklim politik yang tidak aman

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

6. Wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab

7. Frustasi

8. Konflik antar pribadi atau antar kelompok

9. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan

10.Banyaknya terjadi perubahan

b. Off the job

Merupakan stress yang timbul dari luar organisasi. Permasalahan yang terjadi

antara lain:

(15)

2. Adanya masalah yang bersangkutan dengan keluarga

3. Adanya masalah pada fisik

4. Adanya masalah pada perkawinan

5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

6. Dan masalah pribadi lainnya.

2.3.2 Gejala stress kerja

Menurut Beehr dan Newman (Carlson,et al 2000) terdapat tiga gejala yang

akan dialami jika stress kerja ditanggapi secara berlebihan yaitu:

a. Gejala fisiologis

Gejala awal dari stress akan dirasakan pada gejala fisiologis seseorang seperti:

1. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

2. Kelelahan fisik

3. Ketegangan otot

4. Insomnia

5. Sakit kepala

b. Gejala psikologis

Stress kerja akan menjadikan seseorang tidak puas dalam melakukan

pekerjaan sehingga hal ini akan berdampak pada psikologi orang tersebut

seperti:

(16)

2. Perasaan frustasi, marah dan kesal.

3. Emosi berlebihan sehingga menjadi sensitive dan hiperaktif.

4. Kemampuan komunikasi efektif menjadi berkurang

5. Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja.

6. Mental menjadi lelah dan intelektual akan menurun.

c. Gejala perilaku

Stress dapat mempengaruhi perubahan perilaku seperti

1. Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan

2. Kinerja dan produktifitas menurun

3. Perobahan pola makan berlebihan karena pelarian dari suatu masalah atau

menurunnya nafsu makan

4. Terciptanya hubungan yang tidak harmonis.

2.3.3 Sumber-sumber stress kerja

Waktu-waktu setiap orang yang bekerja kebanyakan habis didalam

melaksanakan pekerjaan daripada melakukan aktifitas lainnya. Dampak dari

memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian merupakan salah satu faktor

yang membuat orang harus banyak bekerja. Tetapi terkadang pekerjaan yang banyak

tidak diimbangi dengan kompensasi yang cukup. Hal inilah yang menjadikan orang

sering mendapatkan stress dalam bekerja sehingga akan berdampak pada kesehatan

dan mental orang tersebut. Menurut cooper (dalam wulandari, 2012), sumber-sumber

(17)

a. Kondisi pekerjaan

Meliputi:

1. Lingkungan kerja. Kondisi buruk yang tercipta dalam pekerjaan

berpotensi menjadikan karyawan mudah stress, sakit, sulit konsentrasi dan

menurunnya kinerja.

2. Overload. Dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Overload

secara kuantitatif berarti banyaknya beban kerja yang diberikan kepada

pekerja tersebut yang mengakibatkan lelah pada pekerja, sedangkan secara

kualitatif pekerjaan yang diberikan sangatlah kompleks dan sulit.

3. Deprivational stress. Kondisi pekerjaan yang tidak menarik lagi bagi

pekerja sehingga memunculkan rasa bosan dan ketidakpuasan dalam

melakukan pekerjaan.

4. Pekerjaan beresiko tinggi. Jenis pekerjaan yang memiliki resiko tinggi

contohnya adalah pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa, seperti

pemadam kebakaran.

b. Stress karena peran

Wanita berpotensi sebagai karyawan yang memiliki stress kerja paling tinggi

dibandingkan dengan pria. Hal ini diakibatkan karena wanita yang bekerja

memiliki peran lainnya yaitu peran wanita dalam rumah tangga. Jika peran ini

tidak seimbang maka yang terjadi adalah stress kerja yang dapat berakbat

(18)

c. Faktor interpersonal

Hubungan interpersonal ditempat kerja merupakan hal yang paling penting

dalam menjaga kondisi perasaan dan emosi seseorang ditempat kerja.

Hubungan yang baik antar sesame pekerja, dan hubungan yang baik antara

atasan dengan pekerja akan membantu menjagah pekerja dari keadaan stress

kerja.

d. Pengembangan karir

Karyawan akan mendapat tantangan baru jika adanya pengembangan karir

yang jelas. Pengembangan karir berarti menambah kualitas dari pekerja itu

sendiri dan tentunya jika karir berkembang akan berdampak pada peningkatan

perekonomian pada pekerja tersebut. Jika ini tidak ada, maka besar

kemungkinan pekerja akan mendapatkan stress kerja akibat kebosanan dalam

satu jenjang karir yang tidak berkembang.

e. Stuktur organisasional

Jika karyawan diperlakukan secara kaku dalam struktur organisasional, maka

kemungkinan akan menimbulkan stress. Ini dapat terjadi jika karyawan tidak

dilibatkan dalam pengambilan keputusan, kreatifitas karyawan tidak

(19)

2.3.4 Mengelola Stress

Para pakar menyebutkan bahwasanya stress sebenarnya menyehatkan, tetapi

sesuatu yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk, tak terkecuali pada

stress. Bagaimanapun juga stress yang berkepanjangan haruslah ditangani dengan

baik dan tepat. Menurut Mondy (2008) ada sejumlah pendekatan-pendekatan yang

bisa dilakukan seseorang guna mengendalikan stress yang berlebihan, yaitu:

a. Olah raga. Stress menimbulkan perubahan kimiawi dalam tubuh, olahraga

akan mengembalikan perubahan kimiawi dalam tubuh menjadi normal

kembali.

b. Tahu kapan berhenti sejenak. Relaksasi penting dalam meredakan stress

dimana orang dapat melakukan hal lain yang menghibur dalam jeda waktu

yang ada.

c. Menempatkan situasi yang penuh stress dalam perspektif artinya tidak

menganggap semua masalah sebagai penentuan hidup dan mati..

d. Menemukan seseorang yang mau mendengarkan curahan hati.

e. Membangun keteraturan dalam hidup agar terciptanya keseimbangan.

f. Kenali batasan diri sehingga apapun maslaah yang terjadi merupakan masalah

yang dapat ditangani sendiri tanpa melewatkan batas kemampuan diri.

(20)

2.4 Kerangka Konseptual

Menurut Hanessy (dalam Kelloway & Front, 2005) konflik peran

ganda merupakan konflik yang terjadi sebagai hasil dari kewajiban pekerjaan/ rumah

tangga yang mengganggu kehidupan rumah tangga/ pekerjaan. Konflik peran ganda

terbagi menjadi dua yaitu work family conflict dan family work conflict. Menurut

Greenhous dan Beutell (dalam wulan, 2012) work family conflict yaitu konflik yang

muncul dikarenakan tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab

terhadap keluarga. Sedangkan family work conflict yaitu konflik yang muncul

dikarenakan tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung jawab

terhadap pekerjaan.

Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap

emosional dalam memperoleh kemenangan yang dapat menimbulkan stress. Menurut

Saparinah (2010) stres merupakan suatu kondisi seseorang yang dipersepsikan

sebagai kurang menyenangkan, adanya ketegangan atau kecemasan yang tidak terlalu

jelas penyebabnya.

Penelitian ini akan melihat pengaruh konflik peran ganda terhadap stress yang

mengenai individu kerena tidak bisa membagi waktunya antara bekerja dan keluarga.

Salah satu peran akan menghambat peran lain untuk melaksanakannya. Jika konflik

ini tidak bisa diselesaikan dengan baik maka tekanan-tekanan yang akan terus terjadi

(21)

Konflik Peran Ganda

karena merasa tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Kedua variable

tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5Hipotesa Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini adalah “

a. Ada pengaruh yang signifikan antara work family conflict terhadap variable

stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara.”

b. Ada pengaruh yang signifikan antara family work conflict terhadap variable

stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara.”

Work Family Conflict

Stress Kerja

(22)

c. Ada pengaruh yang signifikan antara work family conflict dan family work

conflict secara bersama-sama sebagai variable konflik peran ganda terhadap

variable stres kerja pada karyawan wanita di Dinas Pertanian Provinsi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan kedua gain ternormalisasi dan uji hipotesis terseb ut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat meningkatkan

Ubah field status pada table keuangan menjadi status_keu dgn type data varchar size 15 Ini juga gampang ….. alter table keuangan change status

NOMOR : MTs. Madiun Tahun Anggaran 2012 yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala MTsN Kembangsawit Kab. Madiun Nomor : MTs.13.19.25/KS.0L.\/192^/2012, tanggal B Mei 2012 telah

merupakan menu yang memanfaatkan teknologi Augmented Reality berfungsi untuk menampilkan objek tiga dimensi bangun ruang yang sudah terdaftar dalam sistem, dengan cara

Meskipun tidak semua aspek mendapat nilai yang sempurna namun secara keseluruhan nilai rata-rata yang diperoleh dari ketiga penelaah terhadap semua aspek untuk

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan inovasi posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dan setelah diobservasi selama 3 x 8 jam

The proceedings of the 16 th Congress of the Asian-Australasian Association of Animal Production Societies (AAAP) held on 10-14 November 2014 at Grha Sabha Pramana,

Pada penelitian kelompok perlakuan I di dapatkan hasil bahwa antara core stability exercise dan yoga exercise sama baik dalam meningkatkan aktivitas fungsional pada