HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI 0 – 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDASTANA KECAMATAN
MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015
SRI NORLINA, S.ST., MM
AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN
ABSTRAK
Based on data from the District Health Office Barito Kuala in 2014 obtained Mandastana Health Center immunization coverage levels are still high, namely lack of accessories for DPT / HB 1-3 (8.47%), BCG / Measles (2.54%) and Polio (13.60 ). The low efficacy of immunization in infants in the Work Area Health Center District Barito Kuala Mandastana 2015 that is caused by various factors, namely lack of awareness and lack of immunization requirements and access to immunization services are not accurate. Knowing the purpose of this study was motivated by the relationship of immunization in the working area of the District Health Center Mandastana Barito Kuala in 2015.
This research uses analytic survey with cross sectional approach. The population was all mothers baby immunization in 0-12 months in the work area health center district mandastana barito kuala. Sample some of polupasi who meet inclusion and exclusion criteria with purposive sampling numbered 73 people. Sampling by using a questionnaire interview. Statistical tests used were chi square test and Fisher's Exact test alternatives to the value of significance (α) = 0.1.
The study of 73 mother mothers motivation for immunization are well motivated as many as 37 people (50.7%) is very good motivation 4 people (5.4%) and the motivation is not good 32 people (43.8%) and the motivation is not either no (0%). There is a relationship of motivation to immunization in infants obtained p-value = 0.000 α = 0.1.
The health activities provided to increase the motivation of immunization through education, counseling can be performed by health care workers and informal education obtained from the mass media or electronic media.
Key words : Motivation, Provision of immunization, Baby LATAR BELAKANG
Indonesia sehat 2015 mendukung kegiatan pencegahan penyakit, termasuk imunisasi. Imunisasi pada orang dewasa perlu digalakan untuk upaya pencegahan penyakit tetanus toksoid pada ibu dan anak. Fakta dunia saat ini khususnya di negara sedang berkembang setiap 14,5 juta anak balita meninggal karena berbagai penyakit yang dapat dicegah, kurang gizi, dehidrasi karena muntaber dan setiap tahunnya 3,5 juta anak balita meninggal karena penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (Wikipedia, 2012).
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, cacar air, TBC (tubercolosis), dan lain sebagainya (Localhost, 2012).
Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain, oleh karena itu pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia (Ranuh dan Mila, 2006).
Dampak anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal. Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.
Di Indonesia, saat ini, dalam setahun diperkirakan ada 1,7 juta kematian pada anak atau 5 persen pada anak balita adalah akibat Penyakit yang dapat dicegah degan imunisasi (PD3I), yaitu campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, dan tuberculosis (Julianto, 2012).
Pada tahun 1995-2005, tidak ditemukan kasus poliomyelitis. Namun sejak Maret 2005 terjadi ledakan
(outbreak) infeksi virus polio liar dari mancanegara di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dalam waktu beberapa bulan, virus tersebut menyebar ke beberapa provinsi sehingga mengakibatkan 307 anak lumpuh cacat seumur hidup (Hadinegoro, 2011).
Menurut laporan dari beberapa rumah sakit di Indonesia, kematian penderita difteri cukup tinggi, yaitu berkisar 32,5% - 37,14%, umumnya karena tidak mendapat imunisasi difteri dengan benar. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus kejadian pertusis terjadi dan 297.000 kasus berdampak pada kematian di dunia. Untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus diberikan vaksinasi DPT (Hadinegoro, 2011).
Bila orang tua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi adalah motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan ( Ayubi, 2009).
Data dari Riskesdes 2007, menyebutkan Presentase Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kalimantan yaitu : Kalimantan Selatan BCG (90,4%), Polio 1-4 (75,1%), DPT 1-3 (71,8%), HB 0-3 (67,1%), Campak (81,7%). Kalimantan Barat, BCG (79,3%), Polio 1-4 (65,5%), DPT 1-3 (62,0%), HB 0-3 (58,1%), Campak (77,0%) dan Kalimantan Tengah, BCG (82,1%), Polio 1-4 (66,8%), DPT 1-3 (64,6%), HB 0-3 (60,3%), Campak (77,3%) (Soendoro, 2008).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala tahun 2014, target yang dicapai sebesar 90% untuk Puskesmas Mandastana, HB 0 (72,86%), BCG (92,94%), polio1 (92,94%), polio2 (87,73%), polio3 (83,64%), polio4 (80,30%), DPT-HB 1 (87,73%), DPT HB2 (84,39%), DPT HB3 (80,30%), Campak (85,50%), dengan ketidak lengkapan (dropout) yaitu : DPT/HB 1-3 (8,47%), BCG/Campak (2,54%) dan Polio (13,60).
Data dari Puskesmas Mandastana Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2014, menyebutkan bahwa angka terendah cakupan imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandastana yaitu Di Desa Puntik Luar, BCG (87,5%), polio1 (87,5%), polio2 (75,0%), polio3 (75,0%), polio4 (75,0%), DPT-HB 1 (75,0%), DPT HB2 (75,0%), DPT HB3 (75,0%) dan Campak (83,3%)
METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik, Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional. Pada penelitian ini populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi (usia 0-12 bulan) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jumlah populasi
yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana sebanyak 269 orang. sampel diambil dengan metode non random (non probability) sampling, dengan teknik purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberian imunisasi. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni tahun 2015.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 ibu mengenai Hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015. Maka data diperoleh, diolah kemudian di analisis secara Univariat dan Bivariat dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut : a. Motivasi Ibu
Dari data yang diperoleh menggambarkan bahwa motivasi ibu tentang pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel Distribusi Berdasarkan Motivasi Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandastana
Kecamatan Mandastana Tahun 2015
Motivasi n % Sangat Baik
Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik
4 37 32 0
5,5 50,6
44 0 Jumlah 73 100
paling sedikit motivasi sangat baik 4 orang (5,5%) dan motivasi sangat tidak baik tidak ada (0%).
b. Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara, dilihat bahwa pemberian imunisasi pada 73 orang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Distribusi Berdasarkan Pemberian Imunisasi Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandastana Kecamatan Mandastana Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap dari 73 bayi sebanyak 36 bayi (50,75%) dan 37 bayi (49,3%) tidak lengkap mendapatkan imunisasi.
1) Analisis Bivariat
a. Hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi
Hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel Hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Batola Tahun 2015
Motivasi
Pemberian Imunisasi
Jumlah Lengkap Tidak
lengkap dilihat bahwa ibu yang memiliki motivasi sangat baik semua pemberian imunisasi yang lengkap yaitu sebanyak 4 orang (100%), ibu dengan motivasi baik sebagian besar pemberian imunisasinya lengkap 32 orang (86,5%), adapun ibu dengan motivasi tidak baik semuanya (100%) pemberian imunisasinya tidak lengkap.
Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak bisa dilaksanakan karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Karena terdapat sel dengan nilai harapan yang kurang dari 5 sebesar 20%, sehingga variabel motivasi dengan 3 kategori digabung atau dikotomi menjadi 2 kategori yaitu sangat baik digabung dengan baik, kemudian dilakukan analisis dengan uji Fisher Exact diperoleh nilai p=0,000, maka p< 0,1, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan pemberian imunisasi pada bayi.
PEMBAHASAN
1. Motivasi
Motivasi yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak dan berperilaku. Oleh karena itu dalam mempelajari motivasi akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).
dicapai dan minat atau keinginan seorang ibu. Adanya dorongan positif dari keluarga.
Adapun ibu yang motivasinya tidak baik terutama disebabkan oleh kurang dorongan dari suami ataupun orangtua dan pengaruh lingkungan misalnya orang-orang disekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupu memberikan informasi pada ibu tentang kegiatan positif misalnya tentang kesehatan, jarak rumah dari tempat kesehatan dan imbalan.
Motivasi itu sendiri sebenarnya lebih dipengaruhi oleh anggota keluarga ataupun oleh lingkungan sekitarnya. Apabila didalam keluarga tidak ada yang mendukung atau menyarankan untuk melakukan sesuatu atau kegiatan maka seorang ibu tidak bisa langsung melakukan apa yang diinginkan atau yang diharapkan dapat dicapai. 2. Pemberian Imunisasi Pada Bayi
Pemberian Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008 ). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 ibu yang diteliti sebagian besar pemberian imunisasinya tidak lengkap yaitu sebanyak 37 bayi (50,7%) dan 36 bayi (49,3%) pemberian imunisasinya lengkap.
Rata – rata ibu yang mempunyai bayi yang ada diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana tidak mau membawa anaknya ke posyandu alasannya takut pada efek samping imunisasi dan dilarang oleh suaminya karena suaminya beranggapan imunisasi
menyebabkan anaknya panas atau sakit. Tetapi ada juga ibu yang tidak pergi ke posyandu di karenakan jarak rumah dengan posyandu sangatlah jauh dan alat transportasinya kurang memadai.
Imunisasi seperti juga obat tidak terlepas dari epek samping yang telah diketahui sebelum vaksin beredar. Epek samping yang timbul umumnya tidak berbahaya, walaupun demikian efek imunisasi juga di pantau oleh badan independen KOMNAS PP KIPI (Komite Nasional Penaggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Kejadian ikutan pasca imunisasi). Kejadian ikutan pasca imunisasi umumnya ringan dan dapat diatasi dengan cara sederhana di rumah seperti demam pengobatannya dikompres, banyak minum, dan diberikan obat penurun panas. Reaksi vaksin yang berat jarang sekali terjadi.
Untuk merubah perilaku atau anggapan yang telah ada harus diawali dengan peningkatan pengetahuan ibu atau orang tau bayi tentang pemberian imunisasi terutama mengenai keuntungan dan kerugian pemberian imunisasi dengan cara lebih banyak mengikuti penyuluhan-penyuluhan dari petugas kesehatan atau bisa melalui informasi dari media massa atau media elektronik.
3. Hubungan Motivasi dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi
setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan dimotivasi.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Localhost, 2012).
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ibu yang memiliki motivasi sangat baik semua pemberian imunisasi yang lengkap yaitu sebanyak 4 orang (100%), ibu dengan motivasi baik sebagian besar pemberian imunisasinya lengkap yaitu sebanyak 32 orang (86,5%), adapun ibu dengan motivasi tidak baik semuanya (100%) pemberian imunisasinya tidak lengkap.
Dari hasil diatas dapat dismpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan pemberian imunisasi, bila motivasi ibu baik pemberian imunisasinya lengkap dan jika motivasi ibu tidak baik pemberian imunisasinya tidak lengkap. Pemberian imunisasi pada bayi sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Tetapi pemberian imunisasi yang dapat menyebabkan demam tinggi membuat orang tuanya enggan atau takut untuk mengajak
anaknya ke posyandu untuk diberikan imunisasi. Dukungan yang kurang dari anggota keluarga juga menyebabkan ibu tidak mau mengimunisasikan anaknya.
Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang motivasinya tidak baik pemberian imunisasi terhadap bayinya tidak lengkap, sedangkan motivasinya baik pemberian imunisasinya lengkap. Hal tersebut bisa disebabkan karena motivasi atau dorongan dari keluarga masih kurang.
Hasil analisis statistik dengan uji fisher exact diperoleh p=0,000 maka p<0,1 berarti ada hubungan Motivasi Dengan Pemberian Imunisasi Pada Bayi DiWilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2012. Ibu dengan motivasi yang baik kebanyakan pemberian imunisasi pada bayi nya lengkap, sedangkan ibu yang motivasinya kurang baik pemberian imunisasi pada bayinya tidak lengkap. Hal ini berarti motivasi ibu sangat berperan terhadap pemberian imunisasi pada bayi.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan : 1. Motivasi ibu terhadap pemberian
imunisasi yang terbanyak adalah motivasi baik yaitu sebanyak 37 orang (50,7%), motivasi sangat baik 4 orang (5,4%), motivasi tidak baik sebanyak 32 orang (43,8%) dan motivasi sangat tidak baik tidak ada (0%).
2. Sebanyak 73 ibu yang disurvei didapat bahwa yang mempunyai presentasi terbesar adalah yang pemberian imunisasinya tidak lengkap yaitu 37 orang (50,7%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara
motivasi dengan pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mandastana Kabupaten Batola Tahun 2015 (p=0,000).
SARAN 1. Untuk Ibu
Diharapkan untuk selalu mengikuti kegiatan-kegiatan kesehatan yang berkaitan dengan pemberian imunisasi atau posyandu yang diselenggarakan oleh Puskesmas agar lebih meningkatkan motivasi atau keinginan ibu untuk membawa bayinya berimunisasi. Untuk meningkatkan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi hendaknya menyempatkan waktu untuk mengikuti penyuluhan kesehatan bisa juga dengan melalui informasi dari media massa atau media elektronik.
2. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas agar lebih meningkatkan penyuluhan dan
memberikan informasi tentang pemberian imunisasi di masyarakat dengan materi, seperti menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan imunisasi, bagaimana keuntungannya, efek samping. Penyuluhan bisa dilakukan di Puskesmas atau Posyandu, mempersiapkan brosur-brosur atau leaflet yang isinya membahas tentang imunisasi, khusunya tentang efek samping Imunisasi, keuntungan Imunisasi, dan waktu pemberian imunisasi yang tepat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi salah satu jembatan untuk memberikan teori serta skill atau keterampilan yang lebih optimalkan sebagai salah satu upaya kesiapan mahasiswa dalam menjalankan tugasnya nanti sebagai seorang bidan.
4. Untuk peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta
Ayubi. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi
(http://www.ayubi.go.id) Diakses pada 27 Mei 2015
Depkes, RI. 2010. Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2015 (http://www.google.co.id) Diakses pada 28 Mei 2015
Dinas Kesehatan Batola. 2012. Cakupan Imunisasi Dasar. Marabahan : Kesehatan Ibu dan Anak
Djamarah. 2002. Jenis-Jenis Imunisasi (http://www.google.co.id) Diakses pada 28 Mei 2015
Hadinegoro, S. 2011. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta : IDAI
Julianto.go.id. 2012. Dampak Imunisasi
Anak (http://www.julianto.go.id)
Diakses pada 04 Mei 2015
Locallhost.go.id. 2012. Imunisasi Dasar (http://www.locallhost.go.id) Diakses pada 27 Mei 2015
Nelson, Mila. 2006. Sikap, Perilaku dan Kebutuhan Manusia
(http://www.google.co.id) Diakses pada 27 Mei 2015
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ranuh. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : IDAI
Ranuh, Mila. 2006. Pedoman Imunisasi Indonesia
(http://www.ranuh,mila.go.id) Diakses pada 27 Mei 2015
Soendoro. 2008. Riset Kesehatan Dasar Indonesia http://www.google.co.id) Diakses pada 04 Mei 2015
Taufik. 2007. Jenis-jenis Motivasi. (m.Antara News.com) Diakses pada 03 Mei 2015
Wawan, A. dan M, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika