BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teknologi Informasi
Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi
dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin
singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatknya
tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan.
Teknologi dalam perkembangan arus produksi, konsumsi dan distribusi
informasi memegang peranan penting. Peranan teknologi dala proses
mengklasifikasi informasi terletak ketika hasil teknologi membantu mengubah
pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi
informasi tanpa batas. Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik.
Maka tidak mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa tradisional
menjadi media massa baru. Pada akhirnya media baru dalam konteks teknologi
dan globalisasi mengalami perubahan yang sedemikian kompleks. Globalisasi
menjadi salah satu faktor penting dalam industri dan teknologi media komunikasi.
Menurut William dan Sawyer (2003), yang dimaksud dengan teknologi
informasi adalah "information technology is a general term that describes any
technology that helps to produce, manipulate, store, communicate, and / or
disseminate information”.
komunikasi berkecepatan tinggi yang menghubungkan data, suara dan video".
Sedangkan di dalam situs Wikipedia disebutkan bahwa teknologi informasi
adalah “hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari
bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih
cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya”.
Menurut McKeown (2001) yang dimaksud dengan teknologi informasi
adalah “teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang
digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah dan menggunakan
informasi dalam segala bentuknya”.
Menurut Warsita (2008) yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah :
"Teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, dan useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Oleh karena itu, teknologi informasi menyediakan begitu banyak kemudahan dalam mengelola informasi dalam arti menyimpan, mengambil kembali, dan pemutahiran informasi".
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah
teknologi hasil karya manusia yang menggabungkan komputasi dan jalur
komunikasi berkecapatan tinggi yang digunakan dalam proses penyampaian
informasi (data, suara, video) sehingga penyebaran informasi lebih cepat,
penyebarannya lebih luas dan lebih lama penyimpanannya.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,
lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar
data dapat disebar dan diakses secara global.
Teknologi mempunyai peranan penting dalam perbankan, kemajuan sistem
informasi dunia perbankan ditopang dengan adanya teknologi. Dalam perbankan
penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern
perusahaan, juga bertujuan untuk memudahkan pelayanan terhadap customers.
Untuk saat ini, dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan
kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia
perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba
cepat. Sejak teknologi informasi mampu mendukung terhadap sistem transaksi
lembaga keuangan bank, model transaksi pun lebih mengedepankan pada model
non face to face dan paperless document atau digital document.
Teknologi informasi juga memberikan keuntungan lain bagi bank karena
dalam proses perbankan sendiri segala sesuatunya menjadi lebih praktis,
termanajemen, efektif dan efisien.
2.2 Konsep Mobile Banking
Bank menyediakan layanan Mobile Banking (m-Banking) untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan alternative media untuk melakukan transaksi
perbankan, selain yang tersedia di kantor cabang dan ATM. Dengan Mobile
Banking, masyarakat tidak perlu lagi membuang waktu untuk mengantri di
kantor-kantor bank atau ATM, karena saat ini banyak transaksi perbankan dapat
dilakukan dimanapun, kapanpun dengan mudah dan praktis melalui handphone.
tagihan, pembelian pulsa isi ulang, ataupun pengecekan mutasi dan saldo
rekening. Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas
M-Bankingnya baik berupa SIMtolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms
manual) atau dikenal dengan istilah sms banking.
M-Banking adalah langkah awal evolusi bank menjadi financial service
provider (FSP). Dalam hal ini, fungsi bank tidak hanya sebagai tempat
menyimpan dan menyalurkan uang. Sebagai FSP, bank di masa depan berfungsi
mengelola keuangan nasabahnya. Termasuk dalam pembayaran tagihan, sampai
merencanakan dana pensiun. Dan layanan-layanan ini bersifat personal,
disesuaikan dengan karakteristik nasabahnya.
2.2.1 Sejarah Mobile Banking
Mobile banking diluncurkan pertama kali oleh Excelcom pada akhir
1995 dan respon yang didapat juga beragam. Latar belakang dari kemunculan
m-banking ini disebabkan oleh bank-bank yang saat ini ingin mendapat kepercayaan
dari setiap nasabahnya. Dan salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan
pemanfaatan teknologi.
Peranan teknologi yang tumbuh dengan pesat, harus dimanfaatkan
secara cermat dan tepat. Berbagai macam teknologi menyediakan
terobosan-terobosan baru yang dapat digunakan oleh bank dalam usahanya untuk selalu
meningkatkan kualitas layanan yang ada. Sehingga dari situlah bank-bank yang
ada di seluruh dunia membuat suatu inovasi baru dengan meluncurkan m-banking.
Bank Central Asia (BCA) misalnya, sebagai salah satu bank swasta
Bank Central Asia merupakan bank pertama yang meluncurkan sistem m-banking
pertama di Indonesia dibandingkan bank-bank lainnya yang biasa disebut juga
dengan m-BCA. Proses m-banking sendiri muncul tidak hanya berhubungan
dengan bank saja, namun teknologi ini juga bekerja sama dan berhubungan
dengan jaringan operator selular. Sehingga dapat dilihat bahwa m-banking
memberikan keuntungan bagi semua kalangan, baik bagi bank, operator selular
maupun bagi para nasabah pengguna m-banking.
2.2.2 Pengertian Mobile Banking
Menurut Ronald M Hutabarat (2010), mobile banking adalah “sebuah
fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone dengan
penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang
cash”.
Sedangkan dalam Wikipedia disebutkan bahwa “mobile banking
adalah istilah yang digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening,
pembayaran dan lain-lain melalui perangkat mobile seperti ponsel”.
Mobile banking adalah layanan perbankan melalui saluran via wireless
(Mattila, 2003). Mobile banking adalah bagian dari elektronic banking yang
menggunakana teknologi mobile phone. Ada dua macam bentuk mobile banking,
yakni SMS-banking yang diakses dengan mengirimkan pesan tertulis dan
WAP-banking bentuk mobile internet service yang diakses via GPRS (internet)
connection.
Mobile banking atau biasa dikenal dengan M-Banking adalah suatu
dana antar rekening dan bank lain, mutasi rekening koran, informasi suku bunga
tabungan, deposito, kredit, pembayaran tagihan, dan kurs valuta asing melalui
sarana perangkat seluler. Dapat disimpulkan bahwa Mobile banking adalah salah
satu fasilitas perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone yang
digunakan untuk melakukan cek saldo, transaksi rekening dan lain-lain kecuali
mengambil uang cash.
2.2.3 Fungsi Mobile Banking
Mobile banking (m-Banking) merupakan suatu layanan perbankan
berbasis mobile phone atau handphone (HP). M-banking kini telah tersebar ke
seluruh dunia, termasuk Indonesia telah menikmati kemudahan akses perbankan
yang ditawarkan bank melalui m-banking dimana saja melalui perangkat mobile
seperti handphone dan PDA.
Dengan adanya m-banking, bank berusaha mempermudah akses para
nasabahnya dalam melakukan transaksi perbankan. Hampir semua bank di
Indonesia telah menyediakan fasilitas m-banking, baik berupa SIM toolkit (Menu
Layanan Data) maupun SMS plain (SMS Manual) yang biasa dikenal dengan SMS
banking. SMS banking merupakan sebuah fasilitas yang disediakan oleh bank
untuk melakukan transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan seperti
Kegunaan, keuntungan dan kenyamanan yang dapat diperoleh dari
penggunaan mobile banking, adalah :
a. Mudah
Untuk melakukan transaksi perbankan kita tidak perlu datang langsung ke
bank, kecuali pada saat mendaftarka nomor ponsel.
b. Praktis
Setiap nasabah dapat langsung bertransaksi perbankan melalui ponsel setiap
saat, kapan saja dan dimana saja.
c. Aman
M-banking dilengkapi dengan sistem proteksi yang maksimal yang secara
otomatis sudah terprogram sejak pendaftaran. Selain menggunakan pin yang
dapat dipilih sendiri dan nomor ponsel yang didaftarkan, setiap transaksi yang
dilakukan juga akan diacak untuk menjamin keamanan para nasabah.
d. Penggunaan yang bersahabat
M-banking dirancang sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh siapa
saja, nasabah bisa memilih jenis transaksi dari menu yang telah tersedia tanpa
harus menghapal kode transaksi yang ingin dilakukan.
e. Nyaman
Nasabah seperti mempunyai ATM dalam genggaman tangan, karena berbagai
transaksi yang biasa dilakukan di ATM, kini dapat dilakukan melalui
2.2.4 Dampak Penggunaan Mobile Banking
Penggunaan mobile banking menimbulkan dampak yang positif secara
khusus terhadap bank itu sendiri, nasabah dan operator telepon selular.
a. Bank
Mendapatkan keuntungan, karena nasabah akan semakin bertambah banyak
dan bank mendaapatkan kepercayaan dari nasabah.
b. Nasabah
Mendapatkan pelayanan yang lebih dari bank, karena dengan adanya
m-banking akan semakin mempermudah para nasabah dalam melakukan transaksi
perbankan atau hanya sekedar melakukan pengecekan saldo dimanpun,
kapanpun dengan dimensi ruang dan waktu yang tidak terbatas.
c. Operator Seluler
Mendapatkan konsumen yang aktif dalam penggunaan ponselnya. Konsumen
yang menggunakan fasilitas m-banking, pulsanya akan terpotong dan
konsumen akan melakukan pengisian ulang pulsa kembali untuk melakukan
transaksi m-banking.
2.2.5 Keterbatasan Mobile Banking
M-banking memiliki beberapa keterbatasan dibandingkan dengan jenis
lain dalam sistem perbankan seperti internet banking. Keterbatasannya adalah
perangkat mobile yang terbatasa dalam hal :
− Kecepatan pemrosesan
− Keterbatasan ukuran layar
2.3 Teori-Teori Penerimaan Teknologi
Beberapa model dan teori yang telah digunakan dalam literatur sistem
informasi untuk menjelaskan bagaimana individual organisasi mengadopsi
teknologi baru. Teori dan model tersebut adalah Theory of Reason Action (TRA),
Theory of Planned Behavior (TPB), Social Cognitive Theory, Task-Fit Theory,
dan Technology Acceptance Model (TAM). Dan model atau teori yang paling
mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT),
yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003).
2.3.1 Theory of Reason Action (TRA)
Theory of Reason Action (TRA) dikembangkan oleh Fishbein dan
Ajzen (1975 dan 1980). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi yang tersedia. Berdasarkan teori ini, performa individual dari perilaku
spesifik menentukan perhatian perilaku yang menunjukkan sikap (attitude toward
behavior) dan norma subjektif (subjective norms) berdasarkan keyakinan terhadap
perilaku. Teori ini merekomendasikan bahwa persepsi mendatangkan inovasi
secara spesifik, dimana difusi teori inovasi mempunyai lima karakter spesifik dari
dampak inovasi perilaku adopsi (Agarwal dan Prasad, 1997).
Teori ini merupakan teori yang paling sering digunakan dalam model
teoritis dalam sistem informasi. Akan tetapi dikarenakan norma subjektif ini tidak
memiliki kepastian teori dan ukurannya adalah aspek psikologi seseorang yang
kedalam TAM. Oleh karena itu Davis menyempurnakan teori ini dengan
menciptakan TAM.
Gambar 2.1 Theory of Reason Action (TRA)
(Sumber: Davis, 1989)
2.3.2 Theory of Planned Behavior (TPB)
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari TRA.
TPB dikembangkan oleh Ajzen (1991) dengan teori perilaku terencana (theory of
planned behavior), di mana determinan intensi tidak hanya dua (sikap terhadap
perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif) melainkan tiga dengan
diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral
control), yaitu :
1. Keyakinan yang berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu
2. Keyakinan pada norma-norma subjektif
3. Keyakinan pada kontrol perilaku yang dihayati.
Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan motivasi
subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa
lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk
melakukan perilaku yang bersangkutan.
Dalam teori perilaku terencana, faktor utama dari suatu perilaku yang
ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu (Ajzen,
1991). Intensi diasumsikan sebagai faktor motivasional yang mempengaruhi
perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau
seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku.
Sebagai aturan umum, semakin keras intensi seseorang untuk terlibat
dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar
melakukan perilaku tersebut. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi perilaku
sebenarnya hanya jika perilaku tersebut ada di bawah kontrol individu yang
bersangkutan. Individu tersebut memiliki pilihan untuk memutuskan
menampilkan perilaku terterntu atau tidak sama sekali (Ajzen, 1991). Sampai
seberapa jauh individu akan menampilkan perilaku, juga tergantung pada
faktor-faktor non motivasional.
Jika intensi dianggap sebagai faktor yang konstan, maka usaha-usaha
untuk menampilkan perilaku tertentu tergantung pada sejauh mana kontrol yang
dimiliki individu tersebut. Hal penting kedua yang mendasari pernyataan bahwa
ada hubungan langsung antara kontrol terhadap perilaku yang dihayati (perceived
behavioral control) dan perilaku nyatanya, seringkali dapat digunakan sebagai
Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior (TPB)
(Sumber: Ajzen, 1991)
2.3.3 Social Cognitive Theory
Social Cognitive Theory dikembangkan oleh Compeau dan Higgins
(1999). Model tersebut didasarkan pada teori kognitif yang dikembangkan untuk
menguji apakah pengaruh komputer self-efficacy, ekspektasi hasil, minat atau
perhatian, serta kecemasan terhadap penggunaan komputer. Dalam teori ini
self-efficacy merupakan anteseden terhadap penggunaan teknologi. Tanggapan
emosional seperti perhatian dan kecemasan dipengaruhi self-efficacy. Sementara
itu, menurut Venkatesh (2003) ekspektasi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
− Ekspektasi pencapaian individual
− Ekspektasi kinerja
Attitude toward the
behavior
Subjective norm
Perceived behavioral
control
2.3.4 Task-Technology Fit Theory
Inti dari model ini adalah konstruk yang disebut kecocokan tugas
dengan teknologi atau Task-Technology Fit (TTF), yaitu kesesuaian antara
kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi
untuk mendukung pekerjaan (Goodhue and Thompson, 1995) di dalam Dishaw,
Strong, dan Bandy (2002). Beberapa penelitian yang menggunakan teori tersebut,
sebagai pembanding atau dikombinasikan dengan TAM, mempunyai pengaruh
kuat dalam pembentukan variabel perceived ease-of-use, perceived usefulness dan
behaviour intention to use, diantaranya adalah Thompson, Higgins, dan Howell
(1991) dengan model utilisasi personnel computer (PC), serta Venkantesh dan
Davis (2000) yang menggunakan variabel kesesuaian tersebut sebagai variabel
eksternal terhadap TAM.
Menurut Goodhue (1995) evaluasi terhadap user dengan
menggunakan model ini ditentukan oleh karakteristik dari pekerjaan, karakteristik
dari individu dan sistem informasi dan persyaratan suatu pekerjaan akan
menghasilkan evaluasi user yang positif. Goodhue (1995) menganjurkan bahwa
TTF digunakan sebagai konstruk evaluasi user untuk mengukur kesuksesan suatu
sistem informasi.
TTF berkaitan erat dengan ilmu psikologi kognitif dan model mental
yang menjelaskan bagaimana kesesuaian teknologi akan memenuhi kebutuhan
dari tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang user. Definisi ini menekankan pada
kemampuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang akan
software yang tepat dalam mengerjakan suatu tugas tertentu. Menurut Dishaw dan
Strong (1998) TTF juga memiliki suatu hubungan dengan model user attitude dan
behavior toward IT seperti TAM dan TRA.
2.3.5 Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali
oleh Davis pada tahun 1989. TAM merupakan model yan popular dan banyak
digunakan dalam berbagai penelitian mengenai proses adopsi teknologi informasi.
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action
(TRA), yaitu teori tindakan yang beralasan yang dikembangkan oleh Fishbein dan
Ajzen (1975), dengan satu asumsi bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap
sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Teori ini
membuat model perilaku seseorang sebagai suatu fungsi dari tujuan perilaku.
Tujuan perilaku di tentukan oleh sikap atas perilaku tersebut.
Dengan demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna
teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan
penggunaan TI, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi
pengguna atas kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu
tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan TI, sehingga alasan seseorang
dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan
orang tersebut dapat menerima penggunaan TI.
Menurut Davis (1989), tujuan utama dari model TAM adalah untuk
penulusuran pengaruh faktor eksternal perilaku pengguna komputer terhadap
pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan
faktor-faktor utama dari perilaku pengguna TI tehadap penerimaan penggunaan TI
itu sendiri.
Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan TI
dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah
diterimanya TI oleh si pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari
tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu persepsi manfaat (perceived
usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Dan
variabel tersebut merupakan determinan utama perilaku adopsi (perilaku untuk
menggunakan atau mengadopsi) dan akhirnya penggunaan teknologi.
Perceived usefullness didefinisikan sebagai tingkat keyakinan individu
bahwa penggunaan TI tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Konsep ini
menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan
produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, pentingnya suatu tugas dan overall
usefullness (Davis 1989). Sementara perceived ease of use didefinisikan sebagai
tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan TI merupakan hal yang
mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup
kejelasan tujuan penggunaan SI dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan
sesuai dengan keinginan pemakai. Kesimpulannya adalah model TAM dapat
menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam
penerimaan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa
penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan
Gambar 2.3 Technology Acceptance Model (TAM)
(Sumber: Davis, 1989)
2.3.6 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
UTAUT Model, yang dikemukan oleh Venkantesh (2003), merupakan
model yang disusun berdasarkan teori-teori dasar mengenai perilaku pengguna
teknologi dan model penerimaan teknologi yaitu TRA, TAM, TPB, motivational
model, Model Pemanfaatan Personal Computer, teori difusi inovasi, dan SCT.
Model tersebut terdiri dari 4 variabel sebagai determinant terhadap
tujuan dan penggunaan teknologi informasi yaitu:
1. Ekspektasi kinerja
2. Ekspektasi usaha
3. Pengaruh sosial
4. Kondisi pendukung
Dan juga terdapat empat variabel sebagai moderator antara
determinant dengan tujuan dan penggunaan teknologi informasi, yaitu:
4. Voluntarines
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Penulis Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
1 Diana
Perceived Ease of Use, Perceived Enjoyment, preceived ease of use, memiliki pengaruh terhadap penerimaan sistem online banking.
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah populasi utama dimana sepenuhnya proyek
secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah
yang didentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature
(Kuncoro, 2003:4). Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang
dikemukakan penulis diatas. Gambar 2.4 dibawah ini merupakan suatu kerangka
konseptual yang berfungsi sebagai penuntun, dan juga dapat mencerminkan alur
berpikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis.
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual
Sumber: Data diolah oleh penulis
2.6 Hipotesis Penelitian
Pada bagian yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini
memodifikasi dan mengembangkan Technology Acceptance Model (TAM). Persepsi Kemudahan
Penggunaan (X1)
Persepsi Manfaat (X2)
Pengaplikasian Layanan Jasa
Mobile Banking (Y)
Gambar 2.5 Model Pengujian
H1
H2
H3
Atas dasar modifikasi model pada gambar 2.5, pengembangan
hipotesa diuraikan sebagai berikut:
1. Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived ease of use)
Davis (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use)
sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa mobile dapat dengan
mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan mobile
banking berarti kemudahan dalam memahami bila transaksi melalui media
mobile banking kapanpun dan dimanapun.
Menurut Adam et. al. (1992), intensitas penggunaan dan interaksi
antara penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga
dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Suatu sistem yang sering
digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah
dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya. Kemudahan
penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) para nasabah Persepsi kemudahan
penggunaan
Persepsi kepercayaan Persepsi manfaat
Pengaplikasian layanan jasa mobile
dalam mempelajari seluk beluk bertransaksi via mobile banking. kemudahan
penggunaan juga memberikan indikasi bahwa para pengguna sistem informasi
bekerja lebih mudah dibandingkan dengan bekerja tanpa menggunakan sistem
informasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah:
H1: persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh dengan pengaplikasian
layanan jasa mobile banking
2. Persepsi manfaat (Perceived usefulness)
Davis (1989) dan Adam et. al (1992) mendefinisikan kemanfaatan
(usefulness) sebagain suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kinerja
seseorang. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan
dari penggunaan komputer dapat mempengaruhi peningkatkan kinerja, prestasi
kerja seseorang yang menggunakannya. Menurut Thompson et.al (1991;1994)
kemanfaatan teknologi informasi merupakan manfaat yang diharapkan oleh
pengguna teknologi informasi (TI) dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Chin dan Todd (1991) memberikan beberapa dimensi
tentang kemanfaatan teknologi informasi (TI). Kemanfaatan dapat dibagi
kedalam dua kategori, yaitu:
1. Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor.
Meliputi dimensi :
− Menjadikan pekerjaan lebih muidah (makes job easier)
− Menambah produktifitas (increase productivity)
− Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)
− Meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
2. Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor
Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor dibagi menjadi dua kategori yaitu
kemanfaatan dan efektivitas.
Persepsi manfaat dalam mobile banking merupakan manfaat yang
diperoleh nasabah dalam menyelesaikan tugas ataupun pekerjaannya. Suatu
layanan mobile banking akan bermanfaat jika layanan tersebut mudah
dimengerti serta mampu menjalin interaksi dengan nasabah penggunanya.
Maka, bank sebagai pihak penyedia layanan ini berusaha mensosialisasikannya
kepada nasabah mereka dengan terjun langsung ke lapangan. Sebagai contoh
yang telah dilakukan oleh bank Mandiri, mengirim langsung promoter ke
ATM-ATM Mandiri yang tersebar di Medan dan menawarkan layanan
m-banking kepada setiap nasabah yang berada di antrian ATM. Setiap nasabah
yang registrasi untuk menggunakan layanan ini akan mendapat brochure yang
berisi langkah-langkah yang mudah dipahami dalam menggunakan mobile
banking yang dapat nasabah pelajari dirumah.
Tidak hanya itu, bank juga menyediakan layanan 24 jam seperti
layanan call center mandiri 14000 yang siap membantu nasabah untuk berbagai
macam pertanyaan seputar mobile banking. Sehingga manfaat-manfaat mobile
banking, seperti cek saldo, transfer antar rekening, info kurs dan sebagainya
yang terbuang dan menghemat biaya bahkan ketika bank sedang tidak
beroperasi (hari libur). Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanfaatan mobile
banking mempengaruhi sikap setiap para nasabah terhadap penggunaan sistem
layanan ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesa yang diuji adalah:
H2: persepsi manfaat berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa
mobile banking
3. Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan adalah sekumpulan keyakinan yang dipegang oleh para
pelanggan terhadap kharakteristik bank dan kemungkinan perilaku konsumen
bank di masa datang. Dua dimensi kepercayaan yang digunakan pada
penelitian penelitian sebelumnya yaitu keamanan dan privasi. Masyarakat
memiliki pemahaman yang lemah terhadap resiko keamanan dengan
menggunakan mobile banking walaupun mereka menyadari resiko tersebut.
Konsumen sering menganggap bahwa bank lebih peduli terhadap
isu-isu privasi dan melindungi mereka. Dengan demikian semakin banyak
informasi privasi yang diperlukan dalam bertransaksi melalui mobile banking,
maka semakin tinggi kemungkinan mereka menolak pengadopsian m-banking:
bertransaksi dengan m-banking kurang memberikan kemudahan. Hal yang
sama, semakin kurang terjamin keamanan bertranskasi melalui internet, para
nasabah enggan memanfaatkan sistem tersebut. Untuk membangun
kepercayaan dan rasa aman nasabah, untuk m-banking melalui SMS, nasabah
infrastruktur jaringan operator GSM sudah mempunyai sistem sekuritas
berganda dan berlapis.
Sebagai contoh kerjasama antara BCA dengan salah satu operator
GSM Excelcomindo. Menurut Yudi Hartono, manajer segmen produk ProXL
PT Excelcomindo Pratama, di dalam SIM card XL sudah tertanam teknologi
pengaman berupa 'Key', yang langsung meng-enkripsi data yang di-upload
nasabah ke bank. Pada saat hendak bertransaksi, pengguna juga diminta
memasukkan password untuk dapat melakukan transaksi ini. Pengamanan dua
lapis, di pihak operator dan bank serta dukungan teknologi enskripsi triple-desk
selama data dikirim, itu sudah menjamin keamanan bertransaksi via
handphone.
Dalam adopsi teknologi informasi, sebagai contoh adopsi dalam bisnis
on-line, akan bejalan evolutif dengan adanya trust atau kepercayaan pengguna
sebagai umpan balik positif dari upaya komponen pendorongnya, yaitu apabila
kepercayaan dapat ditumbuhkan oleh vendor kepada konsumen, maka akan
semakin menumbuhkan pula perhatian konsumen untuk menggunakan suatu
teknologi baru.
Kesimpulannya, jika nasabah kurang memiliki rasa percaya terhadap
suatu layanan maka semakin kecil pula keinginan untuk mengadopsi layanan
tersebut. Dan manfaat yang akan didapat pun menjadi sedikit.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang akan diuji adalah:
H3: Kepercayaan berpengaruh dengan pengaplikasian layanan jasa mobile