SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KEDUDUKAN
BAHASA INDONESIA
Muh. Faisal
ejarah Perkembangan dan Kedudukan Bahasa Indonesia merupakan unit III mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini terdiri atas 2
subunit yaitu: (1) Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, dan (2) Kedudukan Bahasa Indonesia.
Saudara, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak di antara kita yang sehari-hari memakai bahasa Indonesia sebagai alat untuk berkomunikasi dan mengakui bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa nasional
kita, tetapi tidak mengetahui bagaimana perkembangan bahasa Indonesia dan apa kedudukan bahasa Indonesia. Untuk itulah, materi unit sangat penting Anda pelajari, karena tentu sangat disayangkan jika Anda sebagai pemakai bahasa
Indonesia tidak mengetahui sejarah perkembangan dan kedudukan bahasa Indonesia. Lebih dari itu, sebagai seorang guru, materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD,
karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki wawasan yang lebih luas tentang bahasa Indonesia yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing anak didiknya semakin agar semakin matang pengalaman
berbahasanya dan semakin tumbuh sikap positifnya terhadap bahasa Indonesia. Adapun tujuan khusus yang diharapkan Anda kuasai setelah mempelajari uni ini adalah agar Anda mampu:
1. menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Melayu
diterima sebagai bahasa Nasional,
2. menjelaskan fase-fase penting dalam perkembangan bahasa Melayu
S
3. menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, dan
4. menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Materi unit ini sangat teoritis, oleh karena itu agar Anda tidak hanya
memperoleh sesuatu yang bersifat hafalan maka sangat diharapkan Anda tidak hanya membaca apa yang tertulis dalam unit ini tetapi berusaha menghubungkannya dengan berbagai fenomena kebahasaan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui cara seperti itu, akan memberikan manfaat
dalam memperluas wawasan Anda sebagai guru dan sebagai pemakai bahasa Indonesia.
Di samping itu, dalam menjawab soal-soal latihan upayakanlah tidak hanya mengandalkan bahan ajar ini sebagai sumber utama. Tetapi, perkaya jawaban latihan dengan berbagai referensi atau sumber bacaan lain. Ingat,
pelengkap materi unit ini juga terdapat di web-site.Bukalah web-site!
Setiap latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau jawaban latihan. Rambu-rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran
kepada Anda tentang bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa hasil pengerjaan latihan yang dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru membuka rambu-rambu atau kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan,
Anda akan terbiasa tidak akan pernah belajar.
Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan baik.
Jika Anda merasa telah menguasai materi unit ini, selanjutnya kerjakan soal-soal tes formatif. Untuk mengetahui kemampuan Anda yang sesungguhnya, cocokkan jawaban tes formati Anda dengan kunci jawaban yang tersedia di
akhir unit ini. Tetapi ingat, jangan pernah mencoba membuka kunci jawaban sebelum Anda mengerjakan soal-soal tes formatif. Mengapa? Anda akan terbiasa untuk tidak belajar dan akan sulit mengetahui kemampuannya yang
sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh-contoh, dan rangkuman yang ada.
Subunit 1
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
audara, Anda pasti sudah mengetahui bahwa bahasa Indonesia yang kini
dipergunakan sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Jauh sebelum diangkatnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, perjuangan untuk menjadikan bahasa
Indonesia bahasa persatuan telah diusahakan oleh bangsa Indonesia.
Pada awalnya, menurut Suhendar dan Supinah (1997) bahwa di daerah-daerah bahasa Melayu bukan bahasa induk pribumi, penyebaran bahasa ini
diusahakan terutama oleh para guru bahasa Melayu. Di berbagai sekolah yang diadakan oleh pemerintah Hindia Belanda diberikan mata pelajaran bahasa Melayu. Pada umumnya guru-guru yang mengajar bahasa Melayu berasal dari
daerah-daerah yang penduduk pribuminya berbahasa Melayu atau berbahasa yang dekat berhubungan dengan bahasa Melayu, seperti Sumatera Barat. Mereka tersebar di berbagai tempat di kepulauan Indonesia. Mereka mengajar di
sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan sekolah yang merupakan usaha swasta, seperti sekolah Muhammadiyah, Taman Siswa
dan sekolah swasta lainnya.
Dalam menyebarkan bahasa Melayu melalui pengajaran bahasa di sekolah-sekolah dan menulis buku-buku pelajaran bahasa dengan menggunakan bahasa Melayu, para guru berjuang berdampingan dengan wartawan. Melalui
tulisannya para wartawan menyebarkan penggunaan bahasa ini. Akhirnya, makin banyak anggota-anggota masyarakat di kepulauan kita berkenalan dengan bahasa Melayu yang kemudian dikenal dan berkembang sebagai bahasa
Indonesia seperti yang sekarang kita kenal dan pakai ini.
Apakah bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini sama
dengan bahasa Melayu pada masa yang lalu? Bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini tidak sama lagi dengan bahasa Melayu pada masa kerajaan Sriwijaya, masa kerajaan Malaka, masa Abdullah bin Abdul Kadir
Munsyi, masa Balai Pustaka, bahkan dengan bahasa Melayu di Malaysia kini. Bahasa Indonesia kini jauh berbeda dari bahasa asalnya, bahasa Melayu. Bahasa Melayu tumbuh dan berkembang menjadi bahasa Indonesia, yang karena
berbagai hal waktu, politik, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi ia pun berkembang hingga dalam wujudnya kini (Supriyadi, dkk. 1992).
Meskipun bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat, perjuangan belum berakhir. Masih banyak anggota masyarakat kita yang belum
sungguh-sungguh menguasai bahasa nasioanl kita. Masih banyak yang harus kita usahakan; masih banyak yang harus kita perjuangkan dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia.
Mengapa Bahasa Melayu?
Mungkin Anda bertanya-tanaya, mengapa bahasa Melayu yang diangkat sebagai bahasa Nasional? Mengapa bukan bahasa Jawa atau Sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak daraipada bahasa Melayu?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Nasional. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa kebudayaan,
yaitu sebagai bahasa yang digunakan dalam buku-buku yang dapat digolongkan sebagai hasil sastra. Selain itu, bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa resmi dalam masing-masing kerajaan nusantara yaitu sekitar abad ke 14. Selain
itu harus diingat bahwa penyebaran bahasa Melayu bukan hanya terbatas pada daerah sekitar selat Malaka atau Sumatera saja, jauh lebih luas dari itu. Ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya berbagai naskah cerita yang ditulis dalam bahasa
Melayu pada belbagai tempat yang jauh dari Malaka.
Dengan datangnya orang-orang Eropa ke Indonesia, fungsi bahasa Melayu sebagai bahasa perantara dalam perdagangan semakin intensif.
Orang-orang Eropa malah tidak sadar telah ikut memperluas penyebaran bahasa Melayu.
Jadi, sejak lama, dari masa Sriwijaya juga Malaka yang saat itu
merupakan pusat perdagangan, pusat agama, dan ilmu pengetahuan, bahasa
Melayu telah digunakan sebagai Lingua Franca atau bahasa perhubungan
dipelbagai wilayah Nusantara. Dengan bantuan para pedagang dan penyebar
agama, bahasa Melayu menyebar ke seluruh pantai di nusantara, terutama di kota-kota pelabuhannya. Akhirnya, bahasa ini lebih dikenal oleh penduduk Nusantara dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya.
bertahun 684 M), di Kota Kapur (Bangka Barat, tahun 686 M), di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi, berahun 688 M). Sedangkan dalam bentuk
inskripsi diantaranya, Gandasuli di daerah Kedu, Jawa Tengah, bertahun 832 M. Adanya berbagai dialek bahasa Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara adalah merupakan bukti lain dari pertumbuhan dan persebaran bahasa
Melayu. Misalnya, dialek Melayu Minangkabau, Palembang, Jakarta (Betawi), Larantuka, Kupang, Ambon, Menado, dan sebagainya. Hasil kesusastraan Melayu Lama dalam bentuk cerita penglipur lara, hikayat, dongeng, pantun,
syair, mantra, dan sebagainya juga merupakan bukti dari pertumbuhan dan persebaran bahasa Melayu. Di antara karya sastra lama yang terkenal adalah
Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang gelar Bendahara Paduka
Raja yang diperkirakan selesai ditulis pada tahun 1616. Selain itu juga ada Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama, Tajus Salatin, dan sebagainya
(Supriyadi dkk. 1992, Keraf, 1978).
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa ketika orang-orang Barat sampai ke Indonesia, yaitu sekitar abad XIV, mereka menemukan bahwa bahasa
Melayu telah dipergunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan, dan perdagangan. Menurut Supriyadi dkk. (1992) hal ini dikuatkan oleh kenyataan tentang seorang Portugis, Pigafetta, setelah mengunjungi Tidore, ia menyusun
daftar kata Melayu-Italia, sekitar tahun 1522. Ini membuktikan ketersebaran bahasa Melayu yang sebelum itu sudah sampai ke kepulauan Maluku.
Begitupun, dalam pendudukan Belanda, mereka menemukan kesulitan
ketika bermaksud menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Akhirnya, sebagaimana sudah diuraikan pada bagaian awal subunit ini, Belanda menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putra diberikan dalam
bahasa Melayu atau bahasa daerah lainnya. Hal itu tertuang dalam keputusan pemerintah kolonial yaitu K.B 1871 nomor 104 (Keraf, 1978).
Kedua, sistem aturan bahasa Melayu, baik kosa kata, tata bahasa, atau
cara berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih mudah dipelajari. Sementara itu bahasa Jawa atau bahasa Sunda mempunyai sistem bahasa yang lebih rumit. Dalam kedua bahasa itu dikenal
aturan tingkat bahasa yang cukup ketat. Ada tingkat bahasa halus, sedang, kasar, bahkan sangat kasar, dengan kosa kata dan struktur yang berlainan.
Ketiga, kebutuhan yang sangat mendesak yang dirasakan oleh para
dipelajari. Kriteria ini terpenuhi oleh bahasa Melayu sehingga akhirnya bahasa inilah yang dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa Indonesia atau bahasa
Nasional.
Perkembangan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Nasional
Saudara, berikut ini diuraikan sejarah pertumbuhan dan perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Nasional hingga dalam bentuknya sekarang ini.
Bahasa Indonesia Sebelum 1945
Masa permulaan perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia adalah pada awal abad ke-20. Menurut Supriyadi dkk. (1992), banyak faktor yang mendorong hal itu terjadi. Diantaranya, dan yang paling utama
adalah faktor politik. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan bahasa yang beraneka pula, merasa sulit mencapai kemerdekaan jika tidak ada pemersatu. Dan alat itu adalah suatu bahasa guna menyatakan pikiran,
perasaan, dan kehendak, yang dapat menjembatani ketergangguan serta kesenjangan komunikasi antara suku bangsa dengan bahasanya yang berbeda-beda. Itulah sebabnya, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pada tanggal
28 Oktober 1928 para pemuda berkumpul di gedung Indonesische Club, Jalan Kramat No. 108 Jakarta, lalu mereka mengikrarkan sumpah yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Isi sumpah tersebut yaitu: Berbangsa, satu bangsa
Indonesia; bertanah air satu tanah air Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Walaupun demikian, bahasa Indonesia sebelum tahun 1945 boleh
dikatakan tidak mengalami perubahan yang penting. Bahasa Indonesia masih tetap bergerak di luar organisasi pemerintahan jajahan Hindia Belanda, dan merupakan alat untuk mencapai kesatuan Indonesia dalam mendapatkan kembali
kemerdekaannya. Karena lapangan pemakaian bahasa Indonesia masih terbatas kepada pemakaian bahasa yang mempunyai hubungan dengan gerakan kebangsaan dan sebagai bahasa pers dan bahasa sastra.
Selain gerakan kebangsaan, muncul pula kelompok yang dinamakan sebagai Angkatan 33 atau Angkatan Pujangga Baru. Kelompok ini dengan tegas menggunanakan nama Indonesia dan bersemboyankan untuk mendapatkan atau
mewujudkan suatu “kebudayaan baru” Indonesia.
bahasa Indonesia. Pelarangan pemakaian bahasa Belanda dan tidak dikenalnya bahasa Jepang, menyebabkan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia harus
dipergunakan sebagai bahasa pengantar untuk seluruh dinas mereka pada awal kedatangannya. Dengan demikian, bahasa Indonesia semakin dikenal di mana-mana.
Bahasa Indonesia Sesudah 1945
Dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, berarti adanya suatu negara yang bernama Indonesia. Tentu saja, salah satu yang penting bagi negara pada saat itu adalah adanya bahasa yang dapat menghubungkan pemerintah dengan rakyat, yang biasa disebut sebagai
bahasa resmi. Dengan memperhatikan faktor: (a) bahasa Indonesia telah dikenal oleh sebagian besar penduduk Indonesia, dan (b) bahasa Indonesia dapat
diterima oleh seluruh penduduk Indonesia, sehingga sama sekali tidak akan menimbulkan konflik-konflik yang mungkin akan mengganggu kestabilan negara; dan faktor kesejarahan, maka ditentukanlah bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi Republik Indonesia, disamping tugasnya yang mula-mula sebagai bahasa nasional.
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, maka kedudukan
bahasa Indonesia lebih tinggi lagi. Jika sebelumnya hanya sebagai salah satu alat untuk mempersatukan suku-suku bangsa Indonesia saja, maka sekarang harus memperkokoh persatuan bangsa yang telah ada.
Berikut ini diuraikan berbagai peristiwa penting yang terkait dengan perkembangan bahasa Indonesia.
1. Penyusunan ejaan resmi bahasa Melayu pada tahun 1901 oleh Ch. A. Van
Ophuysen yang termuat dalam Kitab Logat Melayu. Ejaan ini disebut Ejaan Van Ophuysen.
2. Pendirian Taman Bacaan Rakyat (Commisie voor de Volkslectuur) pada
tahun 1908, untuk selanjtnya pada tahun 1917 diubah namanya menjadi Balai Pustaka.
3. Ketetapan Ratu Belanda pada tahun 1918 yang meberikan kebebasan
kepada para anggota Dewan Rakyat (Volksraad) untuk menggunkan bahasa
Melayu dalam forum.
4. Peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang diantaranya
5. Berdirinya Angkatan Pujangga Baru atau Angkatan ’33 pada tahun 1933 yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Angkatan Pujangga Baru
yang sebenarnya nama suatu majalah sebagai wadah ekspresi budaya dan sastra ini besar peranannya dalam membantu perkembangan bahasa
Indonesia.
6. Kongres Bahasa Indonesia I di Solo tahun 1938. Kongres ini diadakan
sebagai tindak lanjut dari Kongres Pemuda tahun 1928. Di samping itu juga karena adanya kesan umum mengenai pemakaian bahasa Indonesia yang
cukup kacau. Jadi Kongres ini diselenggrakan untuk mencari pegangan bagi para pemakai bahasa, mengatur bahasa serta mengusahakan agar bahasa
Indonesia tersebar lebih luas lagi (Supriyadi dkk., 1992). Beberapa keputusan penting dalam kongres tersebut antara lain sebagai berikut
a. Sudah ada pembaharuan yang timbul karena ada cara berpikir yang baru, sebab itu perlu diatur pembaharuan bahasa.
b. Gramatika yang sekarang tidak memuaskan lagi dan tidak menurut
wujud bahasa Indonesia, karena itu perlu disusun gramatika baru yang
menurut wujud bahasa Indonesia.
c. Para wartawan perlu berupaya memperbaiki bahasa Indonesia di dalam
persuratkabaran.
d. Mulai saat itu bahasa Indonesia diharapkan dipakai oleh semua badan
perwakilan sebagai bahasa perantaraan (vertaal). Menjadikan bahasa Indonesia bahasa yang sah dan bahasa undang-undang negara.
e. Untuk kemajuan masyarakat Indonesia, penyelidikan bahasa dan
kesusastraan dan kemajuan kebudayaan bangsa Indonesia, perlu didirikan Perguruan Tinggi Kesusastraan secepatnya.
7. Pendudukan Jepang di Indonesia (1942 s.d 1945). Pada masa ini bahasa
Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Mengapa bisa seperti itu? Sebagaimana yang telah dikemukakan, di satu sisi pemerintah Jepang
melarang penggunaan bahasa asing seperti Belanda dan Inggris, di sisi lain maksud mereka untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai alat komunikasi pun tidak memungkinkan karena memang belum dikenal oleh rakyat
Indonesia. Akhirnya, bahasa Indonesialah yang dijadikan alat perhubungan satu-satunya. Akhirnya, berbagai karya sastra, drama, puisi, cerpen banyak dihasilkan sehingga pertumbuhan bahasa Indonesia pun semakin cepat.
8. Penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada tanggal 18
9. Penetapan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi untuk memperbaiki Ejaan van Ophuysen, pada tanggal 19 Maret 1947.
10. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tahun 1954. Hasil kongres ini diantaranya:
a. Saran pembentukan badan kompeten yang diakui oleh pemerintah untuk
(1) dalam jangka pendek menyusun tata bahasa Indonesia yang normatif bagi SR, SLP, SLA, dsb., (2) dalam jangka panjang menyusun suatu tata bahasa deskriptif yang lengkap.
b. Mengadakan pembetulan/penyempurnaan bahasa Indonesia di dalam
undang-undang darurat, peraturan pemerintah, dan peraturan negara
yang lain.
c. Bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu. Dasar bahasa
Indonesia ialah bahasa Melayu yang disesuaikan dengan
pertumbuhannya dengan masyarakat keilmuan sekarang.
d. Mengadakan pembetulan/penyempurnaan yang dipandang perlu dalam
bahasa Indonesia di dalam undang-undang, undang-undang darurat,
peraturan pemerintah dan peraturan negara yang lain.
e. Memeriksa bahasa rancangan undang-undang darurat, dan peraturan
negara sebelum ditetapkan dan menjaga supaya istilah-istilah hukum
bersifat tetap, terang.
f. Dianjurkan agar istilah hukum senantiasa ditulis dalam bentuk yang
sama.
g. Untuk lebih menyempurnakan bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmiah
dan kebudayaan di dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, perlu diciptakan iklim dan suasana sedemikian rupa sehingga
bahasa tersebut dapat berkembang secara mulus sempurna.
h. Dianjurkan agar dalam pergaulan sehari-hari hendaklah senantiasa
menggunakan bahasa Indonesia, oleh karena itu perlu dibentuk lembaga
bahasa yang dapat memberikan bimbingan nyata pada pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
i. Untuk menjamin pemakaian bahasa Indonesia yang baik di
sekolah-sekolah, mesti ada penelitian dan pengawasan yang seksama oleh Lembaga Bahasa Indonesia dan Pemerintah.
11. Penetapan pemakaian ejaan baru yaitu yang dikenal dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) oleh Presiden Suharto pada tanggal 16
Agustus 1972.
12. Pengubahan nama Lembaga Bahasa Nasional yang selama itu menangani
pelbagai hal yang berkaitan dengan bahasa dan sastra Indonesia/daerah, menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada tanggal 1 Februari 1975.
13. Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta tahun 1978. Keputusan penting
dalam kongres tersebut adalah perlunya upaya-upaya dalam:
a. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan kebijaksanaan kebudayaan, keagamaan, sosial, politik, dan ketahanan nasional.
b. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan bidang pendidikan.
c. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan bidang komunikasi.
d. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam bidang kesenian.
e. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan bidang lingustik.
f. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan bidang ilmu dan teknologi.
14. Penetapan Bulan Bahasa pada tanggal 28 Oktober 1980. Peristiwa ini
dilaksanakan setiap tahun selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober.
15. Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta pada tahun 1982. Keputusan
penting dalam kongres ini adalah:
a. Bidang bahasa. Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan
kemajuan yang sangat pesat dan fungsinya semakin mantap tidak hanya sebagai alat komunikasi sosial dan administrasi, tetapi juga sebagai alat
komunikasi ilmu dan agama. Sebagai alat pengungkapan rasa dan ilmu yang tumbuh dan terus berkembang, bahasa Indonesia tentu saja tidak terhindar dari sentuhan dan pengaruh masyarakat yang memahaminya,
baik berupa perubahan nilai dan struktur maupun berupa tingkah laku sosial lainnya. Di satu sisi, hal ini akan menambah kekayaan linguistik bahasa Indonesia. Tetapi, di sisi lain persentuhan ini akan
ragam yang menyimpang itu, terdapatlah cukup banyak pemakai bahasa Indonesia yang belum dapat mempergunakan bahasa itu dengan baik dan
benar. Termasuk di antara mereka adalah para mahasiswa dan pengajar di perguruan tinggi, para cendekiawan, dan para pemimpin yang menduduki jabatan yang berpengaruh.
b. Pengajaran Bahasa. Tujuan utama pendidikan dan pengajaran bahasa
Indonesia di lembaga-lembaga pendidikan adalah memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Namun, keadaan kebahasaan di
Indonesia yang sangat majemuk dengan adanya bahasa-bahasa daerah yang banyak, yang tersebar di seluruh tanah air, belum dimanfaatkan
dalam pendidikan dan pengajaran. Begitu pula, dalam pengajaran bahasa Indonesia belum diperhatikan sifat komunikatif bahasa dengan memanfaatkan berbagai komponen komunikasi, baik sebagai bahasa
yang dipakai dalam proses pengajaran maupun sebagai hasil pengajaran itu sendiri. Sedangkan pengajaran sastra di sekolah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pengajaran bahasa belum mempunyai tujuan yang
sesuai dengan fungsinya sebagai pengembang wawasan nilai kehidupan dan kebudayaan.
c. Pembinaan Bahasa. Pemakaian bahasa Indonesia di di dalam masyarakat khususnya di lembaga-lembaga, badan-badan, dan organisasi-organisasi yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan bangsa dan negara belum menggembirakan. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam ilmu,
seperti ilmu hukum dan ilmu administrasi, banyak yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, pemakain bahasa Indonesia melalui media massa, baik secara tertulis maupun secara lisan,
masih memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya kecenderungan menghilangkan kata-kata dalam media cetak, atau masih ada pemakaian unsur-unsur bahasa daerah atau bahasa asing yang tidak
perlu. Begitu pula, kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari dengan menggunkan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih perlu mendapat perhatian para pendidik dan pemakai bahasa Indonesia.
16. Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta tahun 1988. Pada kongres ini
diperkenalkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memuat 62.100 butir
masukan termasuk ungkapan dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang
a. Bahasa. Kedudukan bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam
hubungan formal. Namun masih banyak pemakai bahasa Nasional kita yang belum mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar,
sesuai dengan konteks pemakaiannya. Karena itu pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan. Demikian pula penelitian bahasa Indonesia perlu digalakkan sehingga pengembangan bahasa Nasional akan terus berlandaskan penemuan penelitian yang
terarah dan terpadu.
b. Sastra. Sastra, jika ditinjau dari fungsinya, dapat memberikan kepuasan dan pendidikan bagi pembacanya. Sastra juga dapat mengembangkan imajinasi. Karena itu, sastra selain dapat dijadikan wahana pengembangan dan penyebaran bahasa Indonesia yang kreatif dan
dinamis, dapat pula meningkatkan kecerdasan dan memanusiakan manusia. Sastra dapat juga dimanfaatkan dalam pendidikan bangsa. Jadi mutu karya sastra Indonesia perlu ditingkatkan. Penelitian dalam bidang
sastra perlu digalakkan agar perkembangan, mutu, bahkan variasi sastra dapat tetap dipantau demi pembinaan dan pengembangan sastra pada umumnya.
c. Pengajaran Bahasa. Tujuan pendidikan bahasa Indonesia adalah
membina keterampilan peserta didik berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam upaya meningkatkan mutu manusia Indonesia sebagai
bekal menghadapi kehidupan masa kini dan mendatang. Tujuan pendidikan bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam mencapai tujuan pendidikan
bahasa Indonesia, kurikulum bahasa, buku pelajaran bahasa, metode belajar mengajar bahasa, guru, lingkungan keluarga serta masyarakat dan perpustakaan sekolah memegang peranan penting. Bahasa daerah di
wilayah tertentu dapat dijadikan mata pelajaran tanpa mengganggu pendidikan bahsa Indonesia. Karena itu, kurikulum, buku pelajaran, metode pengajaran, dan sarana lain pendidikan bahasa daerah prlu
dikembangkan.
d. Pengajaran Sastra. Diperlukan kesempatan yang lebih luas untuk
mendorong kreativitas guru dan peserta didik di dalam pelaksanaan
Tujuan pengajaran sastra adalah menumbuhkan dan mengembangkan akal budi peserta didik melalui kegiatan pengalaman sastra. Bahan
pengajaran sastra selaykanya mencapai hasil sastra berupa cerita rekaan, puisi, dan drama yang telah terpilih dari segi kualitas. Dalam pengajaran sastra diperlukan proses belajar-mengajar yang sekaligus melibatkan
pengalaman, pengetahuan dan penilaian peserta didik terhadap sastra secara langsung, sehingga terjadi interaksi antara peserta didik, hasil sastra dan guru.
Bagaimana? Apakah sudah mempelajari dengan baik materi di atas?
Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi ini cobalah kerjakan latihan berikut.
Latihan
1. Pada masa pergerakan adalah masa permulaan perkembangan bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia. Faktor apakah yang menyebabkan? Mengapa demikian?
2. Salah satu keputusan penting dalam Kongres Bahasa Indonesia V adalah
bahwa kedudukan bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Tapi benarkah bahwa masih banyak pemakai bahasa
Nasional kita yang belum mempergunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, sesuai dengan konteks pemakaiannya. Apa alasan Anda?
Rambu-rambu pengerjaan latihan.
1. Baca uraian Fase-fase Penting dalam Perkembangan Bahasa Melayu
Menjadi Bahasa Nasional dengan baik terutama pada bagian Fase
Ketiga: Masa Pergerakan.
2. Untuk menjawab soal nomor 3, Anda perlu mengingat kembali
Rangkuman
Bahasa Indonesia yang kini dipergunakan sebagai bahasa nasional
bangsa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Nasional. Faktor-faktor tersebut menurut adalah: (a) sejak lama, dari masa Sriwijaya juga Malaka
bahasa Melayu telah digunakan sebagai Lingua Franca atau bahasa
perhubungan dipelbagai wilayah Nusantara, (b) sistem aturan bahasa Melayu,
baik kosa kata, tata bahasa, atau cara berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan bahasa daerah yang lainnya, dan (c) adanya kebutuhan yang sangat mendesak
yang dirasakan oleh para pemimpin dan tokoh pergerakan akan adanya bahasa pemersatu yang dapat mengatasi perbedaan bahasa dari masyarakat Nusantara yang memiliki sejumlah bahasa daerah, yaitu bahasa yang harus sudah dikenal
khalayak dan tidak terlalu sulit dipelajari.
Adapun fase-fase penting dalam perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Nasional terdiri atas: (a) bahasa Indonesia sebelum 1945, dan (b) bahasa
Indonesia sesudah 1945. Sebelum masa kolonial telah ditemukan beberapa bukti pertumbuhan dan persebaran bahasa Melayu yaitu berupa prasasti dan inkripsi. Selain itu, adanya berbagai dialek bahasa Melayu yang tersebar di seluruh
Nusantara adalah merupakan bukti lain dari pertumbuhan dan persebaran bahasa Melayu. Hasil kesusastraan Melayu Lama dalam bentuk cerita penglipur lara, hikayat, dongeng, pantun, syair, mantra, dan sebagainya juga merupakan bukti
dari pertumbuhan dan persebaran bahasa Melayu.
Pada masa kolonial (sekitar abad XIV), bahasa Melayu telah dipergunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan, dan perdagangan. Pada
masa pendudukan Belanda, pengajaran di sekolah-sekolah bumi putra diberikan dalam bahasa Melayu atau bahasa daerah lainnya. Hal itu tertuang dalam keputusan pemerintah kolonial yaitu K.B 1871 nomor 104.
Masa permulaan perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia adalah pada awal abad ke-20. Faktor pendorong utama sehingga hal itu terjadi adalah faktor politik. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dengan bahasa yang beraneka pula, merasa sulit mencapai kemerdekaan jika tidak ada pemersatu, dan alat tersebut adalah bahasa. Pada tanggal 28 Oktober 1928 dikrarkan Sumpah Pemuda, yang salah satu isinya
Tes Formatif 1
1. Jelaskanlah, faktor-faktor apa yang menyebabkan sehingga bahasa Melayu
diterima sebagai bahasa Nasional!
2. Mengapa pada masa pergerakan dikatakan sebagai masa permulaan
perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia?
3. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia bahasa Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat. Mengapa demikian?
4. Apakah tujuan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia I di Solo?
5. Dalam Kongres Bahasa Indonesia IV dinyatakan bahwa kemampuan
masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari dengan menggunkan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih perlu mendapat perhatian para pendidik dan pemakai bahasa Indonesia. Setujukah Anda dengan pernyataan
tersebut? Apa alasan Anda?
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Bagaiamana? Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat meneruskan mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah
Subunit 1
Kedudukan Bahasa Indonesia
audara, apakah yang dimaksud dengan kedudukan bahasa? Kedudukan
bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan bahasa yang bersangkutan. Mengapa kedudukan bahasa Indonesia perlu dirumuskan?
Perumusan kedudukan bahasa Indonesia diperlukan oleh karena perumusan itu memungkinkan kita mengadaan pembedaan antara kedudukan bahasa Indonesia pada satu pihak dan kedudukan bahasa-bahasa lain, baik bahasa daerah yang
hidup sebagai unsur kebudayaan kita maupun bahasa-bahasa asing yang dipakai di Indonesia. Kekaburan yang yang terdapat di dalam pembedaan kedudukan antara bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain itu bukan saja merugikan bagi
perkembangan dan pembakuan bahasa Indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan di dalam cara berpikir pada ana-anak kita (Suhendar dan Supinah, 1997).
Selanjutnya, Suhendar dan Supinah (1997) mengatakan bahwa salah satu akibat yang dapat ditimbulkan oleh kekaburan pembedaan kedudukan itu adalah
mengalirnya unsur-unsur bahasa yang pada dasarnya tidak diperlukan. Sehingga, pembedaan kedudukan bahasa memungkinkan kita mengatur masuknya unsur-unsur baru dari bahasa-bahasa lain itu sedemikian rupa sehingga hanya unsur-unsur yang benar-benar dibutuhkan untuk memperkaya
bahasa nasional kita sajalah yang kita terima. Namun, meniadakan sama sekali masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia tidak mungkin dilakukan karena suatu kenyataan bahwa apabila dua bahasa atau lebih
dipergunakan di dalam masyarakat yang sama, maka terjadilah apa yang disebut kontak bahasa, yang mau tidak mau mengakibatkan hubungan timbal balik dan
saling mempengaruhi. Dengan demikian, yang perlu dilaksanakan adalah pengaturan hubungan timbal balik itu sedemikian rupa sehingga terjadi kepincangan di dalam perkembangan bahasa yang bersangkutan, dan sehingga
masing-masing bahasa itu tetap mempertahankan identitasnya masing-masing.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Saudara pasti sudah menyadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia ini. Pentingnya peranan bahasa Indonesia itu, sebagaimana yang telah diuraikan pada subunit 1, antara lain
bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Selain itu, ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada tanggal 18 Agustus 1945, dan dinyatakan dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1998)
dinyatakan bahwa masih ada beberapa alasan lain (selain yang telah dikemukakan di atas) mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat
penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu. Pertama, jumlah penuturnya.
Jumlah penutur bahasa Indonesia mungkin tidak sebanyak bahasa Jawa atau Sunda, tetapi jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya dalam jumlah penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama. Lagi pula, jumlah penutur asli bahasa Indonesia lambat-laun
pasti akan bertambah. Kedua, luas penyebarannya. Bahasa Indonesia jelas tidak ada yang menandingi penyebarannya di Indonesia. Sebagai bahasa setempat, bahasa Indonesia dipakai orang di daerah pantai timur Sumatera, daerah pantai
Kalimantan. Jenis kreol bahasa Melayu-Indonesia didapati di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai bahasa kedua, tersebar dari Sabang sampai Merauke atau dari ujung barat sampai ke timur; dari pucuk utara sampai ke batas selatan
negeri kita. Sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia dipelajari dan dipakai di anatara kalangan terbatas di beberapa negara misalnya di Australia, Filipina, jepang, Korea, Rusia, India dan sebagainya. Ketiga, peranannya sebagai sarana
ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap bernilai. Patokan yang ketiga ini mengingatkan kita akan seni kesusastraan yang mengagumkan yang dihasilkan dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Minangkabau, misalnya. Akan
tetapi, di samping susastra Indonesia modern yang dikembangkan oleh sastrawan yang beraneka ragam latar bahasanya, bahasa Indonesia pada masa kini berperan juga sebagai sarana utama, di luar bahasa asing, di bidang ilmu,
Saudara, uraian di atas telah memberi gambaran betapa pentingnya bahasa Indonesia bagi kita. Menurut tiap-tiap patokan yang diajukan, bahasa
Indonesia melebihi bahasa daerah yang lain.
Untuk itulah, sudah sangat wajar jika bahasa Indonesia salah satu
kedudukannya adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan sebagai bahasa nasional ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai:
1. lambang kebanggaan kebangsaan;
2. lambang identitas nasional;
3. alat memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam
kesatuan kebangsaan Indonesia; dan
4. alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
Sebagai lambang kebanggaan, bahasa Indonesia mencerminkan
nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Dengan melalui bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa
Indonesia perlu kita pelihara dan kita kembangkan pemakaiannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa
Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula, sehingga ia seraasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing.
Sebagai alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan yang bulat, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak
perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Bahkan, dengan bahasa nasional kita, kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas
kepentingan daerah atau glongan.
antar budaya. Berkat adanya bahasa nasional kita, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahfahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa dapat dihindari. Dengan demikian, fungsi keempat ini, latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-beda tidak akan menghambat adanya perhubungan
antar daerah dan antar budaya (Suhendar dan Supinah, 1997).
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara. Dengan demikian, selain berkedudukan sebgai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
berikut.
1. Bahasa resmi kenegaraan
Dalam kaitannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik antara
pemerintah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan badan-badan kenegaraan lain seperti DPR dan MPR ditulis di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungannya dengan
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan.
Suhendar dan Supinah (1997) menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsinya sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan
sebaik-baiknya, pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan, penguasaan bahasa Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di
dalam pengembangan ketenagaan seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat baik sipil maupun militer, dan pemberian tugas-khusus baik di dalam maupun di luar negeri.
Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan baik formal atau nonformal, dari tingkat
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Masalah pemakaian bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa
pengantar di segala jenis dan tingkat pendidikan di seluruh Indonesia, menurut Suhendar dan Supinah (1997), masih merupakan masalah yang meminta perhatian.
3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintah
Dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak
hanya dipakai sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan
bahasanya sama.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Dalam pada itu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak
tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa asing di dalam usahanya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Terkait dengan hal itu, Suhendar dan Supinah (1997) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah atu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.
Saudara, sebelum melanjutkan kegiatan membacanya. Kerjakanlah
Latihan
1. Masih sering ditemukan masyarakat kita yang merasa bangga
menggunakan kata-kata atau istilah-istlah asing dalam berkomunikasi. Bagaimana pendapat Anda?
2. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, salah satu fungsi
bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Bagaimana penerapan fungsi ini di TK dan SD kelas
rendah khususnya di daerah yang bahasa ibunya atau bahasa pertamanya adalah bahasa daerah.
3. Upaya apakah yang dapat dilakukan agar bahasa Indonesia dapat
memiliki identitasnya sendiri?
Rambu-rambu pengerjaan latihan.
1. Baca dan fahami baik-baik fungsi bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional.
2. Kalau Anda pernah mengajar di kelas rendah, pasti tidak akan
kesulitan mengerjakan soal ini. Tetapi bagi yang belum pernah, tanyakan kepada guru-guru yang mengajar atau pernah mengajar di kelas rendah.
3. Baca dan fahami baik-baik fungsi bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara.
Rangkuman
Kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan bahasa
yang bersangkutan. Perumusan kedudukan bahasa Indonesia diperlukan oleh karena perumusan itu memungkinkan kita mengadaan pembedaan antara kedudukan bahasa Indonesia pada satu pihak dan kedudukan bahasa-bahasa lain,
baik bahasa daerah yang hidup sebagai unsur kebudayaan kita maupun bahasa-bahasa asing yang dipakai di Indonesia.
Jika ditinjau dari segi jumlah penuturnya, luas penyebarannya,
peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap bernilai maka bahasa Indonesia Indonesia tidak tertandingi oleh bahasa daerah yang lain.Untuk itulah, wajar jika bahasa Indonesia salah satu
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. lambang kebanggaan kebangsaan;
2. lambang identitas nasional;
3. alat memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan
latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia; dan
4. alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia, dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, ditetapkan pula sebagai bahasa negara. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: 1. Bahasa resmi kenegaraan;
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
3. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah;
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tes Formatif 2
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan bahasa yang bersangkutan adalah
pengertian... A. fungsi bahasa. B. kedudukan bahasa. C. status bahasa. D. hakikat bahasa.
2. Perumusan kedudukan bahasa Indonesia diperlukan oleh karena perumusan
itu memungkinkan kita...
A. mengadaan pembedaan antara kedudukan bahasa Indonesia dan
kedudukan bahasa-bahasa lain.
B. mengetahui dengan jelas kedudukan bahasa Indonesia.
C. menghindari terjadinya kekaburan kedudukan bahasa Indonesia.
3. Adapun alasan mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing
amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu adalah...kecuali:
A. jumlah penuturnya. B. luas penyebarannya.
C. peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain
yang dianggap bernilai.
D. sistem aturan bahasa Indonesia, baik kosa kata, tata bahasa, atau cara berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih mudah dipelajari.
4. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai...kecuali:
A. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. lambang kebanggaan kebangsaan.
C. lambang identitas nasional.
D. alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
5. Melalui bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan
nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup. Pernyataan tersebut adalah merupakan penjelasan dari fungsi bahasa sebagai...
A. lambang kebanggaan kebangsaan. B. lambang identitas nasional.
C. alat memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
D. alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
6. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri hanya apabila
masyarakat pemakainya...
A. menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
B. menggunakan bahasa bahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan
situasi.
C. membina dan mengembangkannya.
D. merasa bangga jika menggunakan bahasa Indonesia.
7. Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah ditetapkan Bahasa Indonesia
D. persatuan.
8. Dalam kaitannya dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan, maka bahasa Indonesia perlu dipergunakan dalam... A. pidato anggota DPR pada perayaan ulang tahun anaknya. B. surat pemerintah kepada keluarganya.
C. upacara pernikahan putra gubernur.
D. komunikasi timbal-balik antara pemerintah dengan masyarakat.
9. Pemakaian bahasa Indonesia di dalam pelaksanaan adminstrasi pemerintahan perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah penguasaan bahasa
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan di dalam pengembangan ketenagaan seperti... kecuali:
A. penerimaan karyawan baru.
B. kenaikan pangkat baik sipil maupun militer.
C. surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah dan badan-badan
kenegaraan.
D. pemberian tugas-khusus baik di dalam maupun di luar negeri.
10. Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita
membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa
sehingga ia memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Pernyataan tersebut adalah merupakan penjelasan dari fungsi bahasa sebagai...
A. bahasa resmi kenegaraan.
B. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
C. bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.
Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau Anda telah mempelajari materi dengan baik, pasti tidak akan sukit menjawab soal-soal tes formatif
subunit 2. Nah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 2 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 2 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apakah tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda
Kunci Jawaban Tes Formatif 1
Tes Formatif 1
1. Faktor-faktor yang menyebabkan sehingga bahasa Melayu diterima sebagai
bahasa Nasional adalah sebagai berikut:
(a) sejak lama, dari masa Sriwijaya juga Malaka bahasa Melayu telah
digunakan sebagai Lingua Franca atau bahasa perhubungan dipelbagai wilayah Nusantara,
(b) sistem aturan bahasa Melayu, baik kosa kata, tata bahasa, atau cara berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan bahasa daerah yang lainnya, dan
(c) adanya kebutuhan yang sangat mendesak yang dirasakan oleh para
pemimpin dan tokoh pergerakan akan adanya bahasa pemersatu yang dapat mengatasi perbedaan bahasa dari masyarakat Nusantara yang
memiliki sejumlah bahasa daerah, yaitu bahasa yang harus sudah dikenal khalayak dan tidak terlalu sulit dipelajari.
2. Pada masa pergerakan dikatakan sebagai masa permulaan perkembangan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia karena pada masa itu bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan bahasa yang beraneka pula, telah menyadari bahwa akan sulit mencapai kemerdekaan jika
tidak ada pemersatu. Dan alat itu adalah suatu bahasa guna menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak, yang dapat menjembatani ketergangguan serta kesenjangan komunikasi antara suku bangsa dengan bahasanya yang
berbeda-beda. Maka pada tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkanlah Sumpah Pemuda, yang salah satu isinya “menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia.”
3. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia bahasa Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat karena di satu sisi pemerintah Jepang melarang
penggunaan bahasa asing seperti Belanda dan Inggris, di sisi lain maksud mereka untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai alat komunikasi pun tidak memungkinkan karena memang belum dikenal oleh rakyat Indonesia.
4. Tujuan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia I di Solo adalah kongres ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Kongres Pemuda tahun 1928.
Di samping itu, juga karena adanya kesan umum mengenai pemakaian bahasa Indonesia yang cukup kacau. Jadi Kongres ini diselenggrakan untuk mencari pegangan bagi para pemakai bahasa, mengatur bahasa serta
mengusahakan agar bahasa Indonesia tersebar lebih luas lagi
5. Setuju, karena pemakaian bahasa Indonesia di dalam masyarakat khususnya
di lembaga-lembaga, badan-badan, dan organisasi-organisasi yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan bangsa dan negara belum menggembirakan. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam ilmu, seperti
ilmu hukum dan ilmu administrasi, banyak yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, pemakain bahasa Indonesia melalui media massa, baik secara tertulis maupun secara lisan, masih memiliki
kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya kecenderungan menghilangkan kata-kata dalam media cetak, atau masih ada pemakaian unsur-unsur bahasa daerah atau bahasa asing yang tidak perlu.
Tes Formatif 2
Kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan bahasa yang bersangkutan.
Perumusan kedudukan bahasa Indonesia diperlukan oleh karena perumusan itu memungkinkan kita mengadaan pembedaan antara kedudukan bahasa Indonesia dan kedudukan bahasa-bahasa lain.
Adapun alasan mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu adalah
karena jumlah penuturnya, luas penyebarannya dan peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap bernilai.
Sudah jelas (fungsi bahasa sebagai bahasa Nasional)
Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya menggunakan bahasa bahasa Indonesia
9. C:
10. D:
kenegaraan)
Sudah jelas (Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan)
Glosarium
teoritis
fungsi
resmi
nasional
negara
identitas formal
kongres
:
:
:
:
:
: :
:
berdasar pada teori; menurut teori
peran sebuah unsur bahasa dalam satuan yang lebih luas
sah; yang ditetapkan oleh pemerintah
bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri; meliputi suatu bangsa
organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat
ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri
sesuai dengan peraturan yang sah; menurut adat kebiasaan yang berlaku
pertemuan besar para wakil organisasi (politik,
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Keraf, Gorys. 1978. Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah
Suhendar dan Supinah, Pien. 1997. Seri Materi Kuliah MKDU: Bahasa Indonesia (Kebahasaan). Bandung: Pionir Jaya
Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia