• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PAKAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM KEWARISAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM PAKAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM KEWARISAN ISLAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PAKAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMBAGIAN HARTA

WARIS MENURUT HUKUM KEWARISAN ISLAM

Sukanto

AMIK BSI Tangerang

Bumi Serpong Damai Sektor XIV Blok C1/1,Jl. Letnan Sutopo BSD Tangerang

sukanto@gmail.com

ABSTRAK — Sampai saat ini sudah ada beberapa hasil perkembangan sistem pakar dalam berbagai bidang sesuai dengan kepakaran seseorang misalnya pembagian harta waris. Dalam aspek kehidupan sehari-hari persoalan pembagian harta waris banyak menimbulkan pertikaian dan perpecahan dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena ada keserakahan dan ketamakan manusia. Menurut Setiawan dkk (2012:1) Persoalan waris sering kali menjadi masalah krusial yang terkadang menimbulkan keretakan hubungan keluarga dan tindakan kriminal seperti pembunuhan. Sifat alamiah manusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu hal yang lebih banyak dalam hal duniawi dalam hal ini harta, disamping karena ketidaktahuan pihak-pihak yang terkait mengenai hukum pembagian waris, keterbatasannya pakar atau orang-orang yang mengetahui pengetahuan dan keahlian khusus yang dapat memberikan solusi atau berkonsultasi dengan orang-orang yang membutuhkan informasi pembagian waris Islam. Selain keterbatasan pakar, kesulitan dalam menentukan proporsi masing-masing ahli waris merupakan kompleksifitas dari ilmu waris Islam, sehingga meskipun banyak orang yang mengetahui dan mempelajari ilmu waris Islam belumlah tentu bisa melakukan perhitungan.

Kata Kunci: Sistem Pakar, Warisan

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi telah mengalami perubahan secara cepat dan dinamis. Komputer merupakan salah satu bagian penting dalam peningkatan teknologi informasi. Kemampuan komputer dalam mengingat dan menyimpan informasi dapat dimanfaatkan tanpa harus bergantung kepada hambatan-hambatan seperti yang dimiliki oleh manusia. Dengan menyimpan informasi dan aturan memungkinkan komputer memberikan kesimpulan atau mengambil keputusan yang kualitasnya sama dangan kemampuan seorang pakar bidang keilmuan

tertentu. Salah satu cabang ilmu komputer yang dapat mendukung hal tersebut adalah sistem pakar.

Sampai saat ini sudah ada beberapa hasil perkembangan sistem pakar dalam berbagai bidang sesuai dengan kepakaran seseorang misalnya pembagian harta waris. Dalam aspek kehidupan sehari-hari persoalan pembagian harta waris banyak menimbulkan pertikaian dan perpecahan dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena ada keserakahan dan ketamakan manusia.

Menurut Setiawan dkk (2012:1) Persoalan waris sering kali menjadi masalah krusial yang terkadang menimbulkan keretakan hubungan keluarga dan tindakan kriminal seperti pembunuhan. Sifat alamiah manusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu hal yang lebih banyak dalam hal duniawi dalam hal ini harta, disamping karena ketidaktahuan pihak-pihak yang terkait mengenai hukum pembagian waris, keterbatasannya pakar atau orang-orang yang mengetahui pengetahuan dan keahlian khusus yang dapat memberikan solusi atau berkonsultasi dengan orang-orang yang membutuhkan informasi pembagian waris Islam. Selain keterbatasan pakar, kesulitan dalam menentukan proporsi masing-masing ahli waris merupakan kompleksifitas dari ilmu waris Islam, sehingga meskipun banyak orang yang mengetahui dan mempelajari ilmu waris Islam belumlah tentu bisa melakukan perhitungan.

Ilmu faraidh (ilmu mawarris) membahas pembagian harta pusaka atau ilmu yang menerangkan perkara pusaka. Pusaka dalam bahasa Arab disebut attirkah, peninggalan orang yang telah mati, yakni harta benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang yang mati untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Banyak orang-orang yang tidak mengetahui hukum atau ilmu faraidh tersebut dan cara pembagian waris dalam Islam. Disamping itu terbatasnya orang-orang yang memiliki pengetahuan untuk memberikan solusi atau berkonsultasi dengan orang-orang yang membutuhkan informasi pembagian waris.

(2)

pakar yang dapat menentukan pembagian harta waris sesuai dengan hukum kewarisan Islam.

BAHAN DAN METODE

Dalam pengumpulan data dan informasi bagi keperluan penelitian ini. Peneliti mengadakan penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan yaitu dengan metode sebagai berikut :

1. Observasi (Observation)

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek-objek yang diamati. Dimana peneliti melakukan penelitian langsung ke Pengadilan Agama. 2. Wawancara (Inteview)

Metode wawancara merupakan proses memperoleh keterangan dengan tanya jawab secara langsung. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan ke bagian yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu Hakim Pengadilan Agama

3. Studi Kepustakaan (Literature)

Metode ini menggunakan cara dengan membaca dan mencari informasi dari jurnal, buku, e-book, makalah dan sumber data lainnya sebagai referensi yang berhubungan dengan pembahasan masalah. Studi kepustakaan ini sangat membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Model Pengembangan Sistem Pengembangan Pakar

Dalam pengembangan sistem pakar ini, peneliti menggunakan metode forward chaining yang dimana untuk merumuskan sebuah kesimpulan harus membutuhkan fakta yang sedang terjadi untuk mengetahui hipotesis yang melibatkan analysis system, knowledge engineer, pakar dan pemakaisistem (user). Semua pihak tersebut akan terlibat dalam tahapan pengembangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil wawancara ini di peroleh dengan mengumpulkan data pakar serta bertanya secara langsung dengan pakar untuk memperoleh informasi tentang pembagian waris dalam Islam. Menurut data yang diperoleh bahwa dapat disimpulkan sebab-sebab mewarisi dikategorikan menjadi dua, yaitu karena hubungan pertalian darah dan ikatan perkawinan yang sah. Terdapat beberapa daftar ahli waris dari golongan laki-laki dan perempuan, syarat dan ketentuan dari setiap ahli waris, bagian yang diterima setiap ahli waris serta ahli waris yang terhalang dan penghalangnya.

Berikut hasil wawancara yang diperoleh dari ketiga pakar yaitu :

Tabel 1 Ahli Waris

Golongan Laki-laki Golongan Perempuan Anak laki-laki Anak perempuan Cucu laki-laki dan terus

kebawah

Cucu perempuan dan terus kebawah

Ayah Ibu

Kakek dan terus ke atas Nenek dari garis ibu Saudara laki-laki

sekandung

Nenek dari garis ayah

Saudara laki-laki seayah Saudara perempuan sekandung

Saudara laki-laki seibu Saudara perempuan seayah

Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung

Saudara perempuan seibu

Anak laki-laki saudara laki-laki seayah

Istri

Paman sekandung (Saudara laki-laki ayah kandung

Paman seayah (Saudara laki-laki ayah seayah) Anak laki-laki paman sekandung

Anak laki-laki paman seayah

Suami

Berikut ini adalah penggambaran pohon hubungan keluarga berdasarkan hubungan pertalian darah yaitu :

Gambar 1 Pohon Hubungan Keluarga

5

4

2

2

3

4

4

6

8

9

1

1

1

3

1

ةرجش

( بسنلا

، ةبصعلا

باحصأو

ضورفلا

وذو

)ماحرلأا

6

7

7

8

2

4

1

3

2

1

2

2

3

5

6

7

8

(3)

Gambar No. Urut Keterangan 1

2 2 3 4 5 6 7 8

Anak Perempuan Cucu Perempuan (ATAS)

Cicit Perempuan (BAWAH) Ibu

Nenek (ibu dari ibu) Nenek (ibu dari ayah) Saudara perempuan sekandung

Saudara perempuan seayah

Saudara perempuan seibu

1 2 2 3 4 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Anak Laki-laki Cucu Laki-laki (ATAS) Cicit Laki-laki

(BAWAH) Ayah

Kakek (BAWAH) Bapak Kakek (ATAS) Saudara laki-laki sekandung Saudara laki-laki seayah

Saudara laki-laki seibu Anak saudara sekandung laki-laki Anak saudara seayah laki-laki

Paman sekandung Paman seayah

Anak paman sekandung laki-laki Anak paman seayah

Aturan dalam sistem pakar dirancang berdasarkan masing-masing ahli waris. Berikut ini adalah contoh rule dalam sistem pakar pembagian harta waris menurut hukum Islam :

Rule 1 : Ahli Waris Anak Laki-laki

JIKA muwarris hanya seorang anak laki-laki DAN tidak ada ahli waris lain MAKA anak laki-laki mendapat seluruh bagian

JIKA muwarris meninggalkan lebih dari seorang anak laki-laki DAN tidak ada anak perempuan MAKA anak laki-laki mendapat sama banyak bagian JIKA ada anak perempuan MAKA anak laki-laki mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 2 : Ahli Waris Anak Perempuan

JIKA hanya seorang anak perempuan DAN tidak ada bersamanya anak laki-laki MAKA anak perempuan mendapat ½ bagian

JIKA lebih dari seorang anak perempuan DAN tidak ada bersamanya anak laki-laki MAKA

anak perempuan mendapat 2/3 bagian

JIKA ada bersamanya anak laki-laki MAKA anak perempuan mendapat Ashabah (Sisa) bagian Rule 3 : Ahli Waris Cucu Laki-laki dari Anak laki-laki

JIKA ada bersamanya cucu perempuan MAKA cucu laki-laki mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 4 : Ahli Waris Cucu Perempuan dari Anak laki-laki

JIKA hanya seorang cucu perempuan DAN tidak bersama anak laki-laki DAN tidak bersama cucu laki-laki DAN tidak bersama anak perempuan MAKA cucu perempuan mendapat ½ bagian

JIKA lebih dari seorang cucu perempuan DAN tidak bersama anak laki-laki DAN tidak bersama dua orang anak perempuan DAN tidak bersama cucu laki-laki yang sederajat MAKA cucu perempuan mendapat 2/3 bagian

JIKA hanya seorang atau lebih cucu perempuan DAN tidak bersama anak laki-laki DAN tidak bersama cucu laki-laki yang sederajat DAN meninggalkan seorang anak perempuan MAKA cucu perempuan mendapat 1/6 bagian

JIKA ada bersamanya seorang atau lebih cucu laki-laki dari anak laki-laki-laki-laki MAKA anak perempuan mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 7 : Ahli Waris Ayah

JIKA muwarris meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA ayah mendapat 1/6 bagian

JIKA muwarris tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA ayah mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 8: Ahli Waris Ibu

JIKA muwarris meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan DAN memiliki lebih dari seorang saudara sekandung atau seayah atau seibu baik laki-laki atau perempuan MAKA ibu mendapat 1/6 bagian

JIKA muwarris tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan DAN tidak memiliki lebih dari seorang saudara sekandung atau seayah atau seibu baik laki-laki atau perempuan MAKA ibu mendapat 1/3 bagian

Rule 9 : Ahli Waris Kakek

JIKA muwarris meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA kakek mendapat 1/6 bagian

JIKA muwarris tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA kakek mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 10 : Ahli Waris Nenek dari Ayah

JIKA muwarris meninggalkan atau tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA nenek dari ayah mendapat 1/6 bagian (dibagi rata jika semua nenek ada) Rule 11 : Ahli Waris Nenek dari Ibu

(4)

JIKA muwarris meninggalkan atau tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA nenek dari ibu mendapat 1/6 bagian (dibagi rata jika semua nenek ada) Rule 12 : Ahli Waris Saudara Sekandung Laki-laki

JIKA muwarris meninggalkan saudara perempuan sekandung MAKA saudara sekandung laki-laki mendapat 2/3 bagian

JIKA muwarris meninggalkan atau tidak ahli waris lain MAKA saudara sekandung laki-laki mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 13 : Ahli Waris Saudara Seayah Laki-laki JIKA muwarris meninggalkan saudara perempuan seayah MAKA saudara seayah laki-laki mendapat 2/3 bagian

JIKA muwarris meninggalkan atau tidak ahli waris lain MAKA saudara seayah laki-laki mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 14 : Ahli Waris Saudara Seibu Laki-laki JIKA hanya seorang saudara seibu laki-laki atau tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan atau tidak bersama ayah atau kakek terus ke atas MAKA saudara seibu laki-laki mendapat 1/6 bagian

JIKA lebih dari seorang saudara seibu laki-laki atau tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan atau tidak bersama ayah atau kakek terus ke atas MAKA saudara seibu laki-laki mendapat 1/3 bagian

Rule 15 : Ahli Waris Saudara Perempuan Sekandung

JIKA hanya seorang saudara perempuan sekandung DAN tidak bersama saudara sekandung laki-laki DAN tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan DAN tidak meninggalkan ayah atau kakek MAKA saudara perempuan sekandung mendapat ½ bagian

JIKA lebih dari seorang saudara perempuan sekandung DAN tidak bersama saudara sekandung laki-laki DAN tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan DAN tidak meninggalkan ayah atau kakek MAKA saudara perempuan sekandung mendapat 2/3 bagian JIKA muwarris meninggalkan anak atau cucu perempuan MAKA saudara perempuan sekandung mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 16 : Ahli Waris Saudara Perempuan Seayah JIKA hanya seorang saudara perempuan seayah DAN tidak bersama saudara seayah laki-laki DAN tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan DAN tidak meninggalkan ayah atau kakek DAN tidak bersama saudara perempuan sekandung atau saudara sekandung laki-laki MAKA saudara perempuan seayah mendapat ½ bagian

JIKA lebih dari seorang saudara perempuan seayah DAN tidak bersama saudara seayah laki-laki DAN

tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan DAN tidak meninggalkan ayah atau kakek DAN tidak bersama saudara perempuan sekandung atau saudara sekandung laki-laki MAKA saudara perempuan seayah mendapat 2/3 bagian

JIKA ada seorang saudara perempuan sekandung DAN tidak bersama saudara seayah laki-laki DAN tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan DAN tidak meninggalkan ayah atau kakek DAN tidak bersama saudara sekandung laki-laki MAKA saudara perempuan seayah mendapat 1/6 bagian

Rule 17 : Ahli Waris Saudara Perempuan Seibu JIKA hanya seorang saudara perempuan seibu atau tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan atau tidak bersama ayah atau kakek terus ke atas MAKA saudara perempuan seibu mendapat 1/6 bagian

JIKA lebih dari seorang saudara perempuan seibu atau tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan atau tidak bersama ayah atau kakek terus ke atas MAKA saudara perempuan seibu mendapat 1/3 bagian

Rule 18 : Ahli Waris Anak Laki-laki dari Saudara Sekandung Laki-laki

JIKA hanya seorang anak laki-laki dari saudara sekandung laki-laki MAKA anak laki-laki dari saudara sekandung laki-laki mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 19: Ahli Waris Anak Laki-laki dari Saudara Seayah Laki-laki

JIKA hanya seorang anak laki-laki dari saudara seayah laki-laki MAKA anak laki-laki dari saudara seayah laki-laki mendapat Ashabah (Sisa) bagian Rule 20 : Ahli Waris Paman (Sekandung dengan Ayah)

JIKA hanya seorang paman (sekandung dengan ayah) MAKA paman (sekandung dengan ayah) mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 21 : Ahli Waris Paman (Seayah dengan Ayah)

JIKA hanya seorang paman (seayah dengan ayah) MAKA paman (seayah dengan ayah) mendapat Ashabah (Sisa) bagian

Rule 22 : Ahli Waris Anak Laki-laki dari Paman (Sekandung dengan Ayah)

JIKA hanya seorang anak laki-laki dari paman (sekandung dengan ayah) MAKA anak laki-laki dari paman (sekandung dengan ayah) mendapat Ashabah (Sisa) bagian.

Rule 23 : Ahli Waris Anak Laki-laki dari Paman (Seayah dengan Ayah)

JIKA hanya seorang anak laki-laki dari paman (seayah dengan ayah) MAKA anak laki-laki dari paman (seayah dengan ayah) mendapat Ashabah (Sisa) bagian

(5)

JIKA muwarris meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan MAKA suami mendapat ¼ bagian

JIKA muwarris tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan MAKA suami mendapat ½ bagian

Rule 25 : Ahli Waris Istri

JIKA muwarris meninggalkan keturunan anak atau cucu baik laki-laki atau perempuan MAKA istri mendapat 1/8 bagian

JIKA muwarris tidak meninggalkan keturunan anak atau cucu laki-laki atau perempuan MAKA istri

Pohon Keputusan Pakar Pembagian Waris Inti

KESIMPULAN

Dalam bab ini, penulis mencoba menarik kesimpulan dari seluruh pokok pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang ada dalam Skripsi ini. Beberapa kesimpulan dari website ini yang penulis buat adalah :

a. Dengan adanya sistem informasi berbasis website, hal inilah yang ingin dimanfaatkan Pecel Lele Lela Cabang Cawang dalam hal mempromosikan produk - produknya melalui internet sehingga diharapkan

terciptanya brand image perusahaan yang baik

b. Dengan adanya system informasi berbasis website, laporan penjualan jadi lebih mudah dan teratur

c.

Menjadi alternatif media pemesanan untuk

delivery service

REFERENSI

Fathansyah. 2007. Buku Teks Komputer Basis Data. Bandung : Informatika.

I Gusti Made Karmawan, Arta Moro Sundjaja dan Devyano Luhukay 2010.Analisisdan perancangan E-Commerce PD. Garuda Jaya. Yogyakarta: SNATI 2010

Jogiyanto, Hartono, 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisinis.Andi Yogyakarta.

Kristanto, Andri, 2003, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Penerbit : Gava Media, Jakarta.

Ladjamudin. 2005.Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Mcleod, Reymond, George P Schell. 2008. Management Information System. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyanto, Agus. 2009. Sistem Informasi Konsep & Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosa dan Salahuddin M, 2011. Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek), Modula, Bandung.

Sholiq. 2006. Pemodelan Sistem Informasi Berorientasi Objek dengan UML. Yogyakarta : Graha Ilmu.

(6)

Gambar

Tabel 1 Ahli Waris
Gambar No. Urut
Gambar 2 Pohon Keputusan Pakar Pembagian Waris Inti

Referensi

Dokumen terkait

Jika pewaris tak meninggalkan keturunan maupun suami atau istri, akan tetapi meninggalkan keluarga sederajat dalam garis keatas ataupun saudara laki-laki dan perempuan atau

Jika semua ahli waris laki-laki dan perempuan masih hidup semuanya, maka yang berhak mendapatkan harta waris lima saja, yaitu : Bapak, anak, suami, atau isteri,

Jika semua ahli waris laki-laki dan perempuan masih hidup semuanya, maka yang berhak mendapatkan harta waris lima saja, yaitu : Bapak, anak, suami, atau isteri,

a. Seorang laki-laki wafat meninggalkan istri, ibu dan 3 anak yang terdiri dari satu perempuan dan dua laki-laki. Prosedur penyelesaian hartanya adalah

jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

 Kalau seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah yang mana ia mempunyai satu saudara perempuan kandung atau seayah, ia mendapat separuh bagian.  Kalau saudara

Apabila seseorang wafat, meninggalkan ahli waris: seorang istri, 3 orang anak laki-laki, dan satu orang anak perempuan; asal masalahnya adalah 8, dimana istri mendapat satu bagian

Begitu pula sama kuatnya posisi anak laki-laki dan anak perempuan sebagai ahli waris, juga mengenai ahli waris pengganti, tidak pernah tertutup karena keberadaan ahli