• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah Cabut Moratorium Proyek Rekla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemerintah Cabut Moratorium Proyek Rekla"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pemerintah Cabut Moratorium Proyek Reklamasi Teluk Jakarta, Bagaimana

dengan Janji Kampanye Anies-Sandi ?

Sony Iriawan

Janji kampanye pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih Anies-Sandi mengenai penghentian proyek reklamasi teluk Jakarta baru-baru ini kembali menjadi perbincangan publik menjelang, hingga usai pelantikan sebagai gubernur DKI Jakarta pada senin 16/10/2017. Tentunya sebagai pasangan gubernur terpilih, Gebrakan dan terobosan Anies Baswedan Sandiaga Uno sebagaimana yang telah disosialisasikan selama massa kampanye untuk Jakarta lima tahun ke depan, sudah dinantikan oleh segenap jutaan warga DKI Jakarta. Dilansir dari CNN Indonesia 10/16/2017, Warga menaruh harapan terutama soal pembatalan proyek reklamasi teluk Jakarta, perwakilan nelayan setempat Darsito (41 tahun) saat ditanya harapannya tentang janji Anies-Sandi mengenai penghentian proyek pembangunan reklamasi, dirinya menjawab bahwa proyek reklamasi teluk Jakarta telah teramat merugikan dirinya sebagai seoarang nelayan, hal ini dikarenakan nelayan tradisional disekitar teluk Jakarta harus menempuh rute memutar yang lebiih jauh dibanding biasannya, sehingga secara otomatis kebutuhan bahan bakar meningkat, karena jalur-jalur yang biasa dilewati sebelumnya telah diuruk pasir dan menjadi daratan. Apa yang dikatakan Darsito merupakan keluhanan yang dialami oleh hampir 125 ribu lebih jumlah nelayan lainnya yang menggantungkan hidupnya dari teluk Jakarta tersebut.

(2)

menutup proyek reklamasi tersebut juga berakar dari permasalahan kesenjangan sosial di masyarakat. Dimana pembagunan reklamasi demi kesjahteraan masyarakat hanyalah isapan jompol belaka. Sebut saja dengan harga tanah di pulau buatan yang berkisar 40 juta/m, dengan harga rumah dan apartemen mencapai 4 Milyar/unit, tentu hanya akan dapat dinikmati oleh para kaum pengusaha-pengusaha kelas tinggi yang dapat membayar dengan harga sejumlah itu. Kemudian apakah nelayan miskin, warga piingiiran Kota Jakarta berkemampuan untuk membeli dengan harga seperti itu ?, jawabannya jelas tidak.

Kesenjangan sosial juga menjadi alasan utama mengapa Anis-Sandi menolak pembagunan reklamasi tersebut. Disadari atau tidak, reklamasi tersebut akan semakin memperbesar “jurang” kesenjangan di tengah-tengah masyarakat. Dimana kelompok elit dan super elit disana semakin dimanjakan dengan berbagai fasilitas mewah yang tentunya tidak bisa dinikmati oleh golongan nelayan miskin, bahkan kelas menengah sekalipun di Jakarta. Para “raksaksa” properti semakin diuntungkan dengan mengeruk keuntungan tidak terbatas. Lautan mereka uruk dengan tanah hasil mengeruk milyaran kubik pasir yang diambil dari beberapa daerah seperti Banyuwangi, Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Lombok. Kapal-kapal besar pengangkut pasir berdatangan silih berganti seolah menjadikan tempat tersebut sebagai daerah penambangan pasir untuk melayani kepentingan pribadi para “raksaksa” properti yang merauk keuntungan besar pada proyek reklmasi tersebut. Namun pertanyaan yang muncul saat ini adalah setelah pelantikan menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, apakah janji kampanye Anies-Sandi pada pilkada lalu benar-benar terwujud, terlebih setalah diumumkannya pencabutan Moraturium surat keputusan Menteri Koordinator Kemaritiman pada 2016, yang menghentikan sementara pembangunan reklamasi.

(3)

dibutuhkan dalam proyek pembangunan reklamasi tersebut telah terpenuhi. Dengan ini, maka pengembang dapat kembali melanjutkan pembangunan Pulau C, Pulau D, dan Pulau G yang sebelumnya terhambat karena permasalahan amdal. Hingga menjelang sehari sebelum pelantikannya sebagai gubernur senin 16 oktober 2016, belum ada tanggapan resmi baik dari Anies maupun Sandi terkait surat keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman tersebut.

Jika kita kembali pada janji kampanye Anies-Sandi maka penolakan proyek reklamasi teluk Jakarta tidak hanya sekedar persoalan adminsitrasi terkait perijinan dll. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa Idealisme Anies-Sandi terhadap penolakan proyek tersebut lebih dari hanya sekedar persoalan perijinan dan administrasi. Kesenjangan sosial, keadilan, lingkungan hidup, merupakan dimensi utama yang diperjuangkan selama ini dalam janji kampanye Anies-Sandi. Tentu jika berkaca kebijakan pemerintah terkait pencabutan moratorium ijin pengembangan proyek reklamasi tersebut telah sangat bertolak belakang dengan idealisme Anies-Sandi. Dengan demikian Anies-Sandi mengisyaratkan bahwa dalam kondisi apapun dirinya sebagai gubernur DKI Jakarta secara tegas akan menolak dan menghentikan pengembangan proyek reklamasi tersebut, yang menurutnya hanya menguntungkan segelintir kaum elit saja, sedangkan masyarakat biasa tidak mendapat keuntungan apapun, justru akan mengalami kerugian yakni kerusakan ekosistem laut, dan permasalahan lingkungan hidup yang berkepanjangan. Hal tersebut tentunya mengingatkan kembali tentang bagaimana ketegasan Anies-Sandi yang juga mengedepankan pembagunan manusia sebagai inti dari kemajuan peradaban kehidupan dunia. Jadi sangalah jelas jika proyek pembagunan reklamasi tersebut tidak berdampak positif terhadap pembagunan karakter manusia sebagai inti dari kemajuan peradaban dunia, maka tidak ada alasan apapun baginya yang membenarkan proyek reklamasi tersebut tetap berajalan.

(4)

berbanding terbalik dengan Nawacita presiden Joko Widodo, yang salah satunya menyoroti lingkungan hidup. Dilansir dari Republika.co.id

,

pada 13/04/2016, Direktur Eksekutif WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) DKI Jakarta Puput TD Putra menilai bahwa masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi keterbatasan lahan permukiman. Apalagi Jakarta mempunyai beberapa daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bogor. "Tidak perlu (reklamasi), masih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan kalau memang perspektifnya soal pengadaan lahan.

Dikutip dari salah satu artikel yang diterbitkan oleh openulis.com 23/04/2016, disampaikan bahwa proyek reklamasi teluk untuk penambahan lahan pemukiman di Jakarta sangatlah tidak masuk akal, karena harga jual tanah mencapai hingga 40-50 juta/meter. Hal tersebut menghantarkan pada keyakinan tersendiri tentang siapa yang akan mampu membeli pulau buatan tersebut, apakah nelayan miskin, apakah kelas menengah di Jakarta dengan total pendapatan 10-15 juta/bulan, atau warga betawi asli yang masih memiliki sebidang tanah yang masih harus dibagi untuk warisan anak cucu, jawaban jelas tidak, dengan gaya kemewahan dan ekslusivitas yang ditwarkan dalam proyek reklamasi tersebut, maka sudah jelas bahwa hal itu hanya akan dinikmati oleh segelintir orang yang super kaya, elit dan super elit di Indonesia. Dengan nilai total 10.000 triliun anggaran untuk untuk pembagunan proyek reklamasi tersebut, maka siapa yang paling menikmati keuntungannya? Apakah UMKM? Apakah koperasi? Apakah pengusaha kecil?, jelas jawabanya tidak lain adalah para “raksaksa” pemain properti yang memang sangat giat sekali dalam menggolkan proyek tersebut.

Selain itu dugaan praktik korupsi, suap-menyuap, hingga ijin amdal yang asal-asalan, seharusnya juga menjadi perhatian khusus, terlebih sebelumnya KPK telah menangkap Ketua Komisi DPRD DKI Mohamad Sanusi terkait kasus suap terkait pembahasan dua raperda reklamasi Legislasi DPRD DKI pada april 2016 lalu. Sementara itu, dilansir dari x.detik.com, Deputi Advokasi Hukum dan Kebijakan Koalisi Rakyat untuk Keadilan

(5)

ditandai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Nomor S78-001/02/Menko/Maritim/X/ 2017, terkesan terlalu terburu-buru, sebab, secara kasatmata dan kajian ilmiah, reklamasi Pulau G mempunyai dampak signifikan terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. “Kalau diperhatikan secara serius, memang Pulau G tak layak dibangun karena kan berdampak pada industri perikanan. Kemudian PLN karena ada kabel-kabel di bawahnya itu, dan dampak nelayan,” kata Tigor. Di samping KLHS, penerbitan amdal harus didahului dengan adanya peraturan daerah tentang zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau pesisir serta perda tentang tata ruang kawasan strategis pantai utara Jakarta. Sedangkan sampai saat ini, DPRD DKI Jakarta masih menghentikan pembahasan kedua rancangan peraturan daerah tersebut.

(6)

Kepres Nomor 52 Tahun 1995 tentang Pantai Utara Jakarta, inilah yang nampaknya juga mengilhami dan menjadi landasan hukum bagi Anies-Sandi yang dalam kampanyenya yang secara terang-terangan menyuarakan penghentian terhadap proyek reklamasi teluk Jakarta tersebut. Di hari pertamanya menjabat sebagai gubernur Jakarta setelah upacara pelantikan, Anies kembali menegaskan, saat ini adalah waktu untuk bekerja menunaikan apa yang telah ia janjikan semasa kampanye Pilkada Ibu Kota. "Kami akan serius mulai bekerja langsung. Harapannya apa yang sudah direncanakan, bisa dilaksanakan," ujar Anies dilansir dari nasional.kompas.com. Dikutip dari tim news.liputan6.com 15/05/2017, sehari sebelum pelantikan juga mendapatkan jawaban yang kurang lebihnya sama seperti pernyataan Anies tersebut, dimana Ketua Tim Sinkronisasi Anies-Sandi, Sudirman Said memastikan, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tetap pada sikap mereka sebelumnya untuk menghentikan reklamasi. "Sudah jelas sikapnya Pak Gub-Wagub terpilih ini kan tidak melanjutkan reklamasi," ucap Sudirman di Rumah Partisipasi Anies-Sandi, Jalan Borobudur Nomor 2, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/5/2017).

(7)

perbedaan pendapat tentang siapa yang seharusnya berwenang terhadap proyek reklamasi tersebut, Sudirman juga mengeaskan bahwa nantinya pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Anies-Sandi akan tetao melakukan berkoordinasi dengan pemerintah pusat khususnya mengenai hak kewenangan terhadap proyek rekalamis teluk Jakarta tersebut.

Sumber:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/2017101606592920248592/harapcemasnelayan-ibukotasoalreklamasitelukjakarta/

http://nasional.kompas.com/read/2017/10/16/22004881/jawabananiesbaswedansaat-ditanyapenutupanalexishinggareklamasi

https://nasional.tempo.co/read/1023746/eggysudjanatagihjanjianieshentikanreklamasiteluk-jakarta

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/11/10435641/wewenangreklamasijakarta-pemerintahpusatataugubernurdki

http://news.liputan6.com/read/3120202/reklamasitelukjakartaberlanjut

https://x.detik.com/detail/investigasi/20170905/BabakBaruReklamasiTeluk-Jakarta/index.php

http://news.liputan6.com/read/2952561/sudirman-said-pastikan-anies-sandi-tetap-tolak-reklamasi

Referensi

Dokumen terkait

Parfum Laundry Cilodong Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Kimia Untuk kebutuhan Laundry

mendamaikan kedua belah pihak dengan cara mempertemukan para pihak untuk mediasi. Ketua Pengadilan Agama Rengat Bapak Drs. Muhdi Kholil, SH., M.A., M.M juga menyampaikan

Melalui perancangan game intruksional yang melatih sikap disiplin anak dalam lingkungan keluarga dengan judul "Mengembangkan Karakter Sikap Disiplin Kebersihan Pada

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat efek lebih kecil pada perendaman dalam rebusan daun sirih merah terhadap kekerasan permukaan resin komposit bila

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari "arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan

Al-Maidah 6 tentang rukun-rukunnya wudhu, bagaimana dengan niatnya, niat: ketika membasuh muka, membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga

Mengkaji banyaknya perpindahan penumpang Terminal 1 Bandar Udara Soekarno-Hatta yang menggunakan moda transportasi jalan berpindah ke moda transportasi kereta api