1
Limapuluh tahun PERSETIA
–
sebuah cerita perjalanan bersama
Yusak Soleiman, Ph.D.
Wakil sekretaris (2010-2014)
RAPAT ANGGOTA XIII PERSETIA, 9
–
13 JUNI 2013
Bagian I: Pengurus PERSETIA
PARAPENGURUS DAN DIRLAK Tabel I
PERIODE LAKI-LAKI PEREMPUAN
1963-1969 2 0
1969-1973 6 0
1973-1975 6 0
1975-1978 6 0
1978-1982 8 0
1982-1986 8 0
1986-1990 8 0
1990-1994 8/7 0/1
1994-1998 7 1
1998-2002 5 5
2002-2006 5 5
2006-2010 4/5 6/5
2010-2014 8 2
Baiklah kita membaca
Tabel I
ini dengan
pemahaman berikut ini.
Pada awal 1980an sudah mulai terasa
geliat dari para teolog perempuan di
lingkungan sekolah-sekolah teologi. Dan
pada tahun 1995terbentuklah PERWATI.
Komposisi pengurus dan dirlak
PERSETIA juga memperlihatkan
semangat zaman tersebut.
Seperti yang pernah saya usulkan dalam
upaya pemetaan historis teologi feminis di
Indonesia, kita membutuhkan
database
yang dapat memperlihatkan, antara lain:
kapan dan di mana saja dosen-dosen
teologi perempuan pertama di Indonesia,
berapa banyak; bagaimana pergerakan
jenjang karir para teolog perempuan (di
dalam kepemimpinan gereja dan
perguruan tinggi); seberapa kuat dan luas
penyebaran pengaruh (kepemimpinan
maupun karya akademis) para teolog
perempuan.
2
LEMBAGA ASAL PARA PENGURUS & DIRLAK Tabel II
PERIODE BARAT TENGAH &
TIMUR
1963-1969 2 0
1969-1973 3 3
1973-1975 5 1
1975-1978 3 3
1978-1982 3 5
1982-1986 6 2
1986-1990 8 0
1990-1994 6 2
1994-1998 7 1
1998-2002 5 5
2002-2006 4 6
2006-2010 6/7 4/3
2010-2014 7 3
2014-2018
Tabel II
dan
Tabel III
perlu dibaca
bersama. Komposisi pengurus dan Dirlak
PERSETIA berdasarkan asal lokasi
perguruan tinggi teologinya ternyata
tidak selalu didominasi
oleh PTT yang
berada di bagian barat Indonesia. Pada
saat PERSETIA dibentuk (1963) dari 13
sekolah pendiri, ternyata hanya 6 sekolah
yang berada di bagian barat Indonesia.
Sekalipun sekretariat PERSETIA, sama
halnya dengan kehadiran DGI/PGI, selalu
berada di kota Jakarta, namun komposisi
pengurus dari sekolah-sekolah anggota
yang berada di Jakarta tidak pernah
mendominasi (kecuali pada periode
1963-1969, ketika kedua pengurus adalah
dosen-dosen STT Jakarta).
Juga penting untuk dicatat bahwa sejak awal pembentukannya PERSETIA tidak
membatasi keanggotaannya berdasarkan polarisasi teologis (ekumenikal dan evangelikal).
Kesadaran dan semangat yang sama masih berlaku hingga hari ini dalam hal penerimaan
calon anggota maupun saling berbagi pekerjaan dan tanggungjawab.
13
Bagian II: Sekolah-sekolah anggota PERSETIA, partisipasi dan status akreditasi
2KEANGGOTAAN PERSETIA Tabel III
DASARWARSA NON-SARJANA SEKOLAH TINGGI FAKULTAS PERUBAHAN STATUS *
1960an Institut Pendidikan Theologi Balewiyata,
Malang (1963)
Akademi Wiyata Wacana Pati (1963)*
STT Jakarta (1963)
STT Duta Wacana Yogyakarta (1963)*
STT GPM Ambon (1963)*
Akademi Theologia Kupang (1963)*
STT INTIM Makassar (1963)
STT HKBP Pematangsiantar
(1963)
A.Th. GKE Banjarmasin (1963)*
STT Tobelo (1963)*
A.Th./STT GKST Poso (1963)
ITKI/ STT Bethel Indonesia Jakarta
(1963)
STT I.S. Kijne Abepura-Jayapura
(1968)
FT UKI Tomohon (1963)
1970an STT Cipanas (1970)
ITA / STT Aletheia Lawang (1973)
STT Abdiel Ungaran (1973)
FT UK Satya Wacana Salatiga (1970)
1980an UK Duta Wacana
Yogyakarta (1985)*
UKI Maluku Ambon (1985)*
4
UK Artha Wacana Kupang (1985)*
STAK Wiyata Wacana Pati (1987)*
STT GKE Banjarmasin (1987)* 1990an Sekolah Pendeta HKBP/
Seminarium Sipoholon
Sekolah Teologi Bibelvrouw, Laguboti
STT GMI Bandar Baru (1990)
STT Sumatera Utara Padang Bulan-Medan
(1990)
ITAS/ STT Abdi Sabda Medan (1990)
Program Pascasarjana Teologi UKI Tomohon
(1994)
Program Pascasarjana UKSW Salatiga (1994)
STT Jaffray Makassar (1998)
STT Bandung (1998)
STT-Reformed Injili Indonesia Jakarta
(1998)
STT Rantepao (1998)*
SAAT Malang (1998)
STT Jaffray Jakarta (1998)
STT Injili Arastamar (SETIA) Jakarta (1998)
2000an STT Sundermann
Gunung Sitoli-Nias (2005)
STT Amanat Agung Jakarta (2005)
FT UK Papua Sorong (2005)
STAKN Toraja (STAKN Rantepao)
(2004)
Universitas Halmahera Tobelo
(2008) 2010an STT GPI Fakfak (2010)
STT Sangkakala Kopeng-Salatiga
(2010)
I-3 / STT I-3 Batu-Malang (2010)
5
Jakarta (2010)
STT Lintas Budaya Jakarta (2010)
STAK Marturia Yogyakarta (2010)
STT Nazarene Indonesia Yogyakarta
(2010)
STT Bala Keselamatan Palu (2010)
STAKN Kupang (2010)
STT Mamasa (2010)
PARTISIPASI SEKOLAH-SEKOLAH ANGGOTA DALAM PROGRAM PERSETIA PADA PERIODE 2010-2014
Tabel IV
KEGIATAN HOST(s) KEHADIRAN
Rapat Anggota, 2010 STT I.S. Kijne
Workshop on Disability, 2011
FT UK Duta Wacana & EDAN WCC
Undangan Khusus
Semiloka Pengisian Borang, 2011
STT INTIM STT Aletheia
9 sekolah anggota & 1 non-anggota - 6 sekolah anggota & 2 non-anggota
Konsultasi Nasional Mahasiswa Teologi di Indonesia, 2011
STT HKBP 22 sekolah teologi
Kuliah Alih Tahun 2011
FT UKSW 9 sekolah anggota
Common research of Dutch and Indonesian scholars2012
FT UK Duta Wacana Undangan khusus, PThU, VU, NIM, ICCO-KiA
Konsultasi Pimpinan Asosiasi Sekolah Teologi di Asia – pembentukan AFTE, 2012
STT Amanat Agung Undangan khusus, ATESEA, ATA, APTA, FTESEA, PTCA, ATEM, SSC, MATS, PATS, PERSETIA, ETE-WCC
Studi Institut dan Lokakarya Kurikulum, 2012
FT UK Duta Wacana 24 sekolah anggota, BPK GM, Peruati, dan JPT INTIM
Kuliah Alih Tahun 2012
FT UKI Maluku STT Jakarta, STT Cipanas, PPS UKSW, FT UKDW, PPS UKAW, STT INTIM, PPS UKIT, PPS UKIM Studi Institut
Metodologi Riset Ilmu Teologi, 2012
6
Konsultasi Nasional Mahasiswa Teologi di Indonesia, 2012
STT Bethel Indonesia
28 sekolah anggota
Penerbitan Jurnal Ilmiah Teologi SOLA EXPERIENTIA, mulai 2013
STT Jakarta dan kantor PERSETIA
Redaksi bersama tim PERSETIA dan tim STT Jakarta
Diskusi Terbatas tentang UU no. 12/tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Januari 2013
STT Jakarta 11 sekolah anggota dan calon anggota, KoLITI, KIPTI, KWI, PGI, APTIK, dan APTISI
Semiloka Pustakawan Teologi 2013
SAAT Malang & ForPPTI
20 sekolah anggota dan calon anggota
Kuliah Alih Tahun 2013
STT Cipanas STT Cipanas, STT Jakarta, STT HKBP, UKSW, UKAW, UKIM, STT INTIM, UKIT, STT Abdi Sabda Diskursus Difabilitas
2013
FT UKSW Salatiga sekolah anggota, utusan gereja, dan LSM
Konsultasi Nasional Pendidikan Teologi 2013
STT RII Jakarta sekolah anggota dan calon sekolah anggota
Peluncuran & bedah buku 2013
STT Jakarta Umum
Semiloka Teologi Feminis 2013
Kantor PERSETIA & PERUATI
sekolah anggota, PERUATI, dan utusan gereja-gereja
Konsultasi Nasional Mahasiswa Teologi di Indonesia, 2013
STT INTIM & STT Jaffray Makassar
25 sekolah anggota dan 1 calon anggota
Ibadah syukur dan Penerbitan buku peringatan 50 tahun PERSETIA 2013
Kantor PERSETIA & STT Jakarta
Symposium Asian Liberation Theology
2014
STT Jakarta
Studi Institut Arsitektur dan Liturgi 2014
STT Abdi Sabda Medan
Kuliah Alih Tahun 2014
FT UK AW Kupang
Rapat Anggota, 2014 STT I-3 Batu, Malang Konsultasi Nasional
Mahasiswa Teologi di Indonesia 2014
FT UK Duta Wacana Yogyakarta
Studi Institut Lay leadership 2014
7
Temuan dari kantor PERSETIA dan Tabel IV:
Menunggak iuran 15 tahun: STT Sumatera Utara Medan, STT Setia Jakarta, Sekolah Pendeta HKBP Sipoholon
Menunggak iuran 8 tahun: STT Abdiel Ungaran, FT UKI Papua Sorong
Menunggak iuran 7 tahun: STT GMI Medan
Menunggak iuran 6 tahun: STT Sundermann
Menunggak iuran 5 tahun: Sekolah Diakones Bibelvrouw Laguboti, STT GKST Tentena
Tidak pernah mengikuti kegiatan PERSETIA sepanjang tahun 2011-2014: STT Sumatera Utara Medan, FT UKI Papua Sorong, STT Setia, STAK Wiyata Wacana Pati, , STT Nazarene Yogyakarta, STAKN Kupang, Sekolah Diakones Bibelvrouw Laguboti, dan STT Mamasa
Hanya mengikuti satu kali kegiatan PERSETIA sepanjang tahun 2011-2014: IPTh Balewiyata Malang, STT Rahmat Emanuel Jakarta, STT Lintas Budaya Jakarta, STT Bandung, STT Jaffray Jakarta, Sekolah Pendeta HKBP Sipoholon.
Tabel IV
disusun berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengurus PERSETIA periode
2010-2014 saya menggarisbawahi keprihatinan pengurus atas partisipasi dan
tanggungjawab yang dilalaikan oleh beberapa sekolah anggota. Surat peringatan sudah
berulang kali dikirimkan, dan kepada rekan-rekan sekolah anggota yang lokasinya
berdekatan kami sudah menitipkan keprihatinan ini. Ini berarti langkah formal maupun
pendekatan informal sudah dilakukan untuk mengingatkan kelalaian tersebut.
Menurut AD/ART PERSETIA ada sanksi yang dapat diberlakukan kepada para
anggota yang melalaikan kewajibannya. Untuk itu saya ingin mengusulkan tahapan dan
rincian yang lebih jelas.
USUL:
1.
Pembekuan keanggotaan setelah dua tahun berturut-turut tidak berpartisipasi dan
tidak memelihara komunikasi. Pembekuan keanggotaan bagi anggota yang
menunggak lebih dari dua tahun. Berdasarkan dua hal tersebut, pengurus akan
menerbitkan surat pembekuan keanggotaan.
2.
Setelah setahun pembekuan bila tidak ada inisiatif untuk memperbaiki keadaan,
keanggotaan akan diakhiri, pengurus akan menerbitkan surat pengakhiran
keanggotaan . . .
Selain itu dalam rangka penyempurnaan AD/ART PERSETIA perlu juga ditegaskan kembali
syarat penerimaan menyangkut dua aspek, yaitu kualitas calon sekolah anggota dan
dukungan gereja. Aspek dukungan gereja adalah untuk memperlihatkan kedekatan antara
pendidikan tinggi teologi dengan gereja.
8
dipergunakan oleh pengurus ketika melakukan kunjungan kepada calon-calon sekolah
anggota adalah status terakreditasi oleh BAN-PT. Hal ini untuk memastikan bahwa calon
sekolah anggota diselenggarakan dengan standar kualitas yang memadai.
Terkait dengan penetapan standar kualitas ini, saya melihat masih ada yang perlu
disempurnakan dalam hal ini, yaitu mengenai keberlanjutan keanggotaan bagi
sekolah-sekolah anggota yang tidak lulus akreditasi atau sama-sekali tidak mengurus proses
akreditasinya. Secara hukum sekolah-sekolah tersebut harus menutup program studinya,
dan bila masih menyelenggarakan proses belajar-mengajar, maka mereka tidak bisa
memberikan kelulusan.
Oleh karena itu dalam rumusan penyempurnaan AD/ART PERSETIA harus
ditekankan agar sekolah-sekolah anggota senantiasa menjaga kualitas pendidikan yang
diselenggarakannya, agar layak mendapat pengakuan keabsahan dari negara dan
menghasilkan lulusan yang diakui secara hukum kesarjanaannya.
USUL:
1.
Sekolah-sekolah anggota PERSETIA bertanggungjawab untuk menyelenggarakan
pendidikan tinggi teologi yang bermutu dan mendapat pengakuan dari negara,
terakreditasi BAN-PT.
2.
Sekolah-sekolah anggota PERSETIA yang belum terakreditasi diwajibkan untuk
segera memproses akreditasinya.
9
Bagian III: Lembaga-lembaga mitra di dalam dan di luar negeri
LEMBAGA MITRA DI LUAR NEGERI Tabel V
ASIA-PASIFIK AMERIKA UTARA EROPA
GST-ATESEA SEAGST ATU
EACC CCA
UNITING CHURCH AUSTRALIA
PTS, SEOUL
AFTE (2012)
WOCATI (1989)
ForATL
UPC-USA
LCA
FTE
PSR
GTU
PCC
NCCC USA
UCC USA
GLOBAL AIDS
VST
WARC WCRC
TEF PTE-WCC
ETE-WCC
BASSEL MISSION M21
EMW
UEM/VEM
EUKUMINDO
NHK-GKN Dept. GLOBAL MINISTRIES PKN
ICCO-KerkinActie
IRTI
UNIV HAMBURG
UNIV UTRECHT
VRIJEUNIVERSITEIT AMSTERDAM
PThU
10
LEMBAGA MITRA DALAM NEGERI Tabel VI
GEREJAWI MELAYANI GEREJA PENDIDIKAN DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DGI PGI
MAWI KWI
LAI
BPK Gunung Mulia
Wahana Visi Indonesia (WVI)
PERWATI (1995) PERUATI
YAYASAN BINA DARMA
Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempuan (KAPAL)
AKADEMI LEIMENA
MPPK
BKPTKI
Persekutuan PELKESI
UNIV SANATA DARMA
ForPPTI
UK PETRA
Persekutuan Literatur Kristen Indonesia (PLKI)
Konsorsium Lembaga Ilmu Teologi Indonesia (KoLITI, 2013)
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia (APTISI)
Badan Koordinasi Lembaga-lembaga Pendidikan Kristen di Indonesia (BAKOR LPKI)
PERSETIA menjalin kerjasama yang sangat luas dengan berbagai lembaga di Indonesia.
Sekalipun PERSETIA tidak berhubungan langsung dengan gereja-gereja, namun
komunikasi yang baik dengan lembaga gerejawi pada tingkat nasional (PGI dan juga KWI)
terus dilakukan, terutama menyangkut perkembangan kebijakan negara dalam hal
pendidikan tinggi.
Kerjasama dan hubungan dengan berbagai lembaga di Indonesia dijalin PERSETIA
khusus untuk lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan pemberdayaan
11
Bagian IV: Overview atas program-program PERSETIA (1978-2010)
Laporan tertulis dari periode 1963-1978 (limabelas tahun; empat periode kepengurusan)
tidak dapat ditemukan di kantor. Oleh karena itu
overview
ini hanya berdasarkan perjalanan
sejak 1978 hingga 2010 (delapan periode kepengurusan).
Berikut beberapa tabel yang disusun berdasarkan data-terpilih dari
overview
tersebut.
STUDI INSTITUT (SI) Tabel VII
Waktu & Tempat Tema Peserta Narasumber Catatan
1977: Jakarta Sejarah Gereja -
1978: Jakarta Teologi Praktika bidang Pembinaan dan Pendidikan
-
1979: Yogyakarta Teologia Agama-agama -
1980: Makassar Contextual Exegesis -
1981: Salatiga Etika Sosial -
1982: Malang Islamologi -
Periode: 1977-1982
Rata-rata 15
sekolah menghadiri SI.
Jumlah sekolah anggota 18.
1983: STT INTIM Makassar
Pembinaan Spiritual 8 sekolah -
1984: STT Duta Wacana Yogyakarta
Pembinaan Spiritual 10 sekolah -
1986: FT UKDW Yogyakarta
Liturgi -
Periode: 1982-1986
Jumlah sekolah anggota 25. 1987: STT Jakarta Pendidikan Agama Kristen 43 orang Eli Tanja
1988: STT INTIM Makassar
Eklesiologi 33 orang I.P. Lambe
1989: UKDW Yogyakarta
Dogmatik 39 orang Budyanto
1990: UKSW Salatiga
Penggembalaan 37 orang Mesach
Krisetya Periode:
1986-1990
Jumlah sekolah anggota 25. 1991, UKDW
Yogyakarta
Komunikasi dan Pendidikan Theologia
35 orang Jakub Santoja, Sukrisno
Missiologia 39 orang
1993, UKDW Yogyakarta
12
Periode: 1990-1994
Jumlah sekolah anggota 27. 1995, UKDW
Yogyakarta
Alkitab dan Teologi dalam konteks kita dewasa ini
kurang dari setengah
Balewiyata Malang
Pendidikan Agama Kristen 57 orang Hasil SI
dijadikan buku Pendidikan Kristiani dalam konteks masyarakat Indonesia majemuk 1997, SI diganti
dengan Seminar dan Lokakarya Kurikulum Nasional Ilmu Teologi di Salatiga
Hal ini Teologi di Indonesia 1998, UKDW
Yogyakarta
Etika Lingkungan
1998 Teologi Feminis SI
menghasilkan buku ajar teologi feminis: Bentangkanlah Sayapmu Periode:
1994-1998
Program SI didukung oleh GKN dan NHK
Jumlah sekolah anggota 33. 1999, UKDW
Yogyakarta
Metodologi Penelitian Kualitatif 4 dosen perempuan,
1999, Yogyakarta Konsultasi PESETIA tentang gerakan Ekumene: Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia memasuki abad XXI
13
SETIA edisi 2000 2000, UKI
Tomohon
Metodologi Penelitian Kualitatif 50 orang Nico L. Kana dan E.G. Singgih 2000, Cipayung Teologi dan Manajemen 17 dosen
dari 13 sekolah 2000, Cipayung Teologi dan Komunikasi idem 2000, Cipayung Pengantar Ilmu Teologi dan Teologi
Kontekstual
Filsafat Timur dan Filsafat Barat 15 dosen
Periode 1998-2002 Program SI
didukung oleh UCN
Jumlah sekolah anggota 33. 2002, UKDW
Yogyakarta
Teologi Sosial 27 dosen Bernhard
Adeney-Risakotta, Nico Kana, John Titaley, E.G. Singgih, 2003, IPTh
Balewiyata Malang
Konflik Sosial dan Resolusi Konflik 20 dosen
2004, Cipayung Misi di abad XXI 18 dosen
2005, STT Cipanas Globalisasi Zakaria
Ngelow, John Titaley
Periode 2002-2006 Jumlah sekolah
anggota 33.
2008, Jakarta Teologi dan HIV/AIDS 23 dosen, dari 14 Gomar Gultom, Robert
Borrong, Emmy Sahertian
Kerjasama dengan PGI dan UEM
2009, IPTh
Balewiyata Malang
Dialog kreatif Islam – Kristen 15 dosen dari 11 sekolah
Bambang Ruseno Utomo, Suwignyo, Olaf Schumaan
Didukung oleh UEM
Periode 2006-2010 Jumlah sekolah
14
KULIAH ALIH TAHUN (KAT) Tabel VIII
Waktu & Tempat Tema Peserta Narasumber Catatan
UKIM Ambon, 1996 Konsultasi Program Pasca sarjana.3 UKSW Salatiga,
1997
53 orang dari sekolah-sekolah anggota, sekolah lain, dan para pendeta setempat.
Lothar Schreiner, Clare Fischer, Dom Compier, Thomas Wilkens, Gary Simpson, Harry Wendt, Amien Rais, Theo Syafei, Christianto Wibisono, Baharuddin Lopa, Rudini, J.E. Sahetapy, A.A. Yewangoe, Barnabas Suebu
Dukungan dana dari National Council of Churches of Christ USA dan donatur dalam negeri
UKI Tomohon, 1998 C.S. Song, Karel
Blei, Frances S. Adeney, Alasdair G. Hunter, P.R. Renwarin, A. Rainer, Virgil Cruz, Henriette
Hutabarat-Lebang, John Campbell-Nelson, Stephen Suleeman, John Titaley, E.G. Singgih, Margaretha M.
Hendriks-Ririmasse, Richard Siwu, Thom Therik.
UKI Tomohon, 1999 Clare B. Fischer,
Kathryn Poethig, M. Soards, Elizabeth Collins, Jeffery Kuan, Non Jong-Sun, Marien van den Boom, John Titaley, Stephen Suleeman. UKSW Salatiga,
2000
Yielbonzie C. Johnson, Marsha S. Haney, Richard Chauvel, A.A.
15
Yewangoe, Indriani Bone
STT GKI I.S. Kijne, Jayapura, 2001
Riess Potterveld, Spied Leas, J. Salossa, F. Wospakrik, H. Awom, J. Boney, B.
Robert Robinson, Jerry
Schmalenberger, Charlie Farhadian STT INTIM
Makassar, 2003
Living Theology Abraham van de
Beek, Bernhard Adeney-Risakotta, UKDW Yogyakarta,
2004
Mistisisme dan Kebudayaan
73 orang dari 8 sekolah
Clare Fischer, Kautsar Ashari Noer, Ricardo Renwarin STT Jakarta, 2005 Postmodernisme –
tantangan dan peluang berteologi
73 orang dari 9 sekolah
C.S. Song, J.A.B. Jongeneel, Boyung Lee, Simon P. L. Tjahjadi, Lucien van Liere
UKIM Ambon, 2006 Berteologi dalam konteks Pluralisme
Fumitaka Matsuoka, Olaf Schumaan, Zakaria Ngelow, John Ruhulessin, Abidin Wakanno,
Margaretha Hendriks, Dieter Bartels, Yapy Watloly STT Abdi Sabda
Medan, 2007
Teologi dan Studi Perdamaian
66 orang dari 6 sekolah
Andrea Bieler, Nelly van Doom, Tabita K. Christiani, Paulus S. Widjaja, Simon P.L. Tjahjadi, Zainul Fuad STT Jaffray
Makassar, 2008
102 orang dari 9 sekolah
Peter Wyatt, Joan Wyatt, Stanislaus Sunardi, Yahya Wijaya
Archie Smith, Hope S. Antone, Simon P.L. Tjahjadi UKI Tomohon, 2010 108 orang dari 7
sekolah
16
KONSULTASI NASIONAL MAHASISWA TEOLOGI INDONESIA (KNMTI) Tabel IX
Waktu & Tempat Tema Peserta Narasumber Catatan
1978-1982 Pengurus sudah
mulai melakukan penjajakan dan menghubungi PTE-WCC dan LCA untuk mendapatkan dukungan dana. 1986, UKSW
Salatiga
Panggilan dan pergumulan mahasiswa theologia di Indonesia
69 mahasiswa (dari 23 sekolah teologi)
KNMTI pertama
1988, STT INTIM Makassar
Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan
Mahasiswa diutus menghadiri Konsultasi mahasiswa di Singapura (1988) dan Hongkong (1989)
2004, UKSW Salatiga
Pembentukan Forum Komunikasi Nasional
Mahasiswa Teologi di Indonesia 2005, Bina Darma
Salatiga
Pelatihan Analisis Sosial
23 orang
2007, STT GMIH Tobelo
Rekonstruksi atas Kristologi dalam konteks Indonesia
98 mahasiswa Julianus Mojau, Pradjarta
Dirjosanjoto, Hein Namotemo, Septemmy Lakawa 2008, UKDW
Yogyakarta
Kepelbagaian – berteologi dalam konteks bangsa yang sedang meng-hadapi krisis dan bencana
60 mahasiswa Zakaria Ngelow, Daniel Nuhamara, Sentot, Mali, E.G. Singgih.
2009, UKI Tomohon Konteks bangsa yang sedang mengalami pergumulan
72 mahasiswa Daniel Nuhamara, Purnama, Richard Siwu
17
PROGRAM FACULTY DEVELOPMENT (FDP) Tabel X
Periode Studi S2 Studi S3 Catatan
1978-1982 15 dosen Belum ada Dibiayai ATESEA, FTE,
dan UPC USA 1982-1986 12 dosen telah
menyelesaikan studinya
5 masih menjalani studinya
1 dosen mengikuti program GST-ATESEA
5 dosen studi di AS, dalam kerjasama dengan gereja-gereja
3 dosen studi lanjut dalam rangka bilateral sekolah anggota dengan pihak LN, PERSETIA ikut memberikan rekomendasi saja
1986-1990 8 dosen telah
menyelesaikan studinya
3 dosen perempuan sedang menjalani studinya (program
Women’s Concern)
2 dosen telah
menyelesaikan studinya
4 sedang menjalani studinya di Indonesia
3 sedang menjalani studinya di luar negeri
6 sedang dalam persiapan untuk memulai studinya
1 dosen perempuan sedang menjalani studinya (program Women’s Concern) 1990-1994 1 dosen telah
menyelesaikan studinya
4 dosen memulai studinya
4 dosen masih menjalani studinya
1 dosen masih berusaha menyelesaikan studinya
2 dosen telah
menyelesaikan studinya
3 dosen telah
menyelesaikan studinya dari Amerika
6 dosen masih menjalani studinya
4 dosen memulai studinya
5 dosen perempuan sedang menjalani studi S2 dan S3 dalam rangka Women’s Concern (didukung oleh NHK, ETE-WCC, Bassel Mission, dan Centrum voor Zending en
Didukung ETE-WCC, PTS Seoul, EMW, mitra di Amerika Serikat, dan mitra dalam negeri
Dukungan dari EMW berkurang secara bertahap, dan kemudian dihentikan pada 1992.
Berdasarkan evaluasi, maka terjadi perubahan persyaratan studi-lanjut, yaitu tuntutan
penguasaan bahasa asing yang baik.
Pada periode ini
18
Werelddiakonaat) jumlah dosen dari seluruh sekolah anggota:
S1 104 dosen S2 118 dosen S3 54 dosen
1994-1998 9 dosen telah
menyelesaikan studinya
6 dosen masih menjalani studinya
1 orang gagal
3 dosen akan memulai studinya
8 dosen telah
menyelesaikan studinya
3 dosen masih menjalani studinya
1 dosen akan memulai studinya
PERSETIA menargetkan peningkatan jumlah tenaga pengajar dengan kualifikasi S2 bertambah 25 orang, dan S3 bertambah 10 orang. Target ini masih belum tercapai.
1998-2002 8 dosen telah
menyelesaikan studinya.
1 dosen masih menjalani studinya
2 dosen akan memulai studinya
3 dosen telah
menyelesaikan studinya
1 dosen masih menjalani studinya
Sumber dana dari Evangelische und Missionwerk (EMW) dan para donatur dalam negeri.
Penyetaraan ijazah para dosen. PPs UKSW yang telah terakreditasi membantu para dosen untuk menyetarakan ijazahnya dengan ijazah negara. Selain itu ada IRI dan PSR yang juga dapat mendukung proses promosi-ulang. 2002-2006 Beasiswa diberikan
kepada 10 dosen
Beasiswa diberikan kepada 1 dosen
2006-2010 Program Young
Theologians.4
19
PENERBITAN PERSETIA Tabel XI
Periode Prosiding Mono-graf
Majalah SETIA
Buku Ajar Lain-lain
2 judul - Penerbitan dibiayai EUKUMINDO.
Buku-buku yang sudah pernah diterbitkan SERI A: Gereja, Agama, dan Kebudayaan di Indonesia – delapan judul.
Judul kesembilan dan kesepuluh sudah siap terbit.
SERI B: Gereja dan Theologia – empat judul.
1982-1986 Hasil-hasil SI, Penlok
Empat edisi berikutnya sejarah PI oleh Van den End dan PWG oleh Maitimoe.
1986-1990 Hasil-hasil SI, Penlok lah anggota
1 judul SETIA terbit empat edisi
Buku PWG segera terbit
ATESEA membiayai proyek BITES (Bahasa Indonesia Theological Education Series) yang sedang menerjemahkan 3 naskah
1990-1994 Hasil-hasil SI, Penlok SETIA hanya terbit satu edisi 1994-1998 Hasil-hasil
SI, Deskripsi Kurnas Teo-logi, Katalog & brosur PPsTI, dan Profil PERSETIA
4 judul Majalah SETIA terbit tiga edisi
1 buku Beberapa buku adalah hasil kerjasama PERSETIA, Biro Wanita PGI, dan PERWATI
1998-2002 Hasil-hasil SI, Kon-sultasi, Semi- nar-Lokakar-ya, hasil
8 judul Majalah SETIA terbit empat edisi.
20
lomba karya tulis dan esai mahasiswa 2002-2006 Hasil-hasil SI, Kuriku-lum Inti PERSETIA, kumpulan tulisan lom-ba karya tulis maha-siswa
2 judul Jurnal SETIA mendapat ISSN: 1829.5150. Tiga edisi sudah terbit, dua edisi da-lam proses editing 2006-2010 Hasil-hasil SI
dan KAT
21
KURIKULUM DAN AKREDITASI Tabel XII
Periode Kurikulum Akreditasi Catatan
1978-1982 RUA IV, 1978,
menugaskan Pengurus PERSETIA mempersiap-kan Kurikulum Minimal bagi sekolah-sekolah anggota.
ATESEA mengadakan Consultation on Curriculum Construction, 1982.
Program ditunda ke periode berikutnya.
SK MENDIKBUD no. 0124/U/1979: jenjang program Pendidikan Tinggi dan Program Akta Mengajar
1982-1986 Penataran-lokakarya proses belajar-mengajar (PBM) di:
UKAW, 1984, 17 dosen UKIM, 1984, 28 dosen UKSW, 1985, 23 dosen STT HKBP, 1986 Para dosen berkenalan antara lain dengan sistem kredit semester (SKS)
Kurikulum Standar Minimal (KSM) dihasilkan dalam konsultasi di UKI Tomohon, 1983, diikuti oleh 14 sekolah anggota. KSM akan ditindaklanjuti dengan Lokakarya Kurikulum.5
SK MENDIKBUD no. 0174/0/1983: Penataan Jurusan Fakultas/Institut Negeri.
SK MENDIKBUD no. 0336/0/1984: Perubahan Penataan Jurusan pada Fakultas Perguruan Tinggi Negeri
Dua SK ini menyebabkan hilangnya ilmu teologi dari daftar ilmu di Indonesia. Pada saat itu memang belum ada aturan mengenai Sekolah Tinggi dan Akademi. Sempat ditawarkan agar menjadi studi non-gelar saja.6
5 Lokakarya untuk menyusun silabus belum berhasil dilaksanakan. Dan ada keberatan atas adanya penyeragaman silabus.
6 KSM teologi yang disusun menjadi sangat penting untuk menegaskan status keilmuan teologi di Indonesia. Dalam Peraturan Pemerintah no. 27 tahun 1981, Bab III, pasal 5 (1) a dan b, disebutkan adanya Golongan Fakultas Ilmu Agama/Kerohanian dan Golongan Fakultas Ilmu Kebudayaan (termasuk di dalamnya Fakultas Filsafat).
Surat-surat yang dikirimkan sekolah-sekolah anggota cenderung menempatkan teologi di dalam golongan yang pertama, karena menganggap golongan Ilmu Kebudayaan tidak tepat untuk teologi.
Perlu dicatat bahwa perkembangan diskusi ini hanya melibatkan sekolah-sekolah di lingkungan DIKTI, karena itu tidak ada urusan dengan kepentingan DBK DEPAG, yang kemudian hari merasa berhak mengklaim ’golongan’ (yang dalam UU 12/th 2012 disebut rumpun) Ilmu Keagamaan.
Sikap PERSETIA (Laporan Pertanggungjawaban 1982-1986): ’... berpendapat dan untuk itu mengharapkan agar bidang pendidikan Theologia dikelola secara profesional sesuai UU yang berlaku’.
22
1986-1990 PenLok PMB
dilaksanakan di Makassar, 1990
Salah satu butir pertimbangan dalam penyusunan dan pemberlakuan KSM adalah pertimbangan akreditasi yang berlaku.7
Pengurus menuliskan penjelasan mengenai KSM (Laporan
Pertanggungjawaban 1986-1990): Kurikulum Standard Minimal PERSETIA – Latarbelakang pergumuluan dan pembinaan
1990-1994 Konsultasi Kurikulum, 1994, bertugas menyusun KSM.
PenLok PBM
di UKI Tomohon, 1990 di STT Jakarta, 1991 di STT HKBP, 1991 dan di ITA Bandar Baru, 1993
Dalam (Laporan
Pertanggungjawaban 1990-1994): Pedoman Penerimaan Anggota PERSETIA, salah satu persyaratan penting adalah Akreditasi ’... Diakreditasi untuk memenuhi persyaratan program-program akademis dalam hubungan dengan gelar-gelar akademis yang
diberikan’.8
1994-1998 Hilangnya ilmu teologi dalam Ensiklopedi Ilmu Pengetahuan di Indonesia.9
Seminar dan lokakarya nasional Akreditasi di
SK Menteri Agama no. 180/1997 menyangkut Kurnas Teologi, Ujian Negara dan Akreditasi yang menyebutkan bahwa pendidikan teologi ditempatkan di bawah
7 (Laporan Pertanggungjawaban 1986-1990): ‘… Kiblat Pengakuan pada DEPDIKBUD. Berdasarkan sikap yang diambil… , maka akreditasi dari seluruh program gelarnya diarahkan kepada pemenuhan ketentuan-ketentuan yang berlaku di DIKBUD. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sebagai aparatur pemerintah yang memang ditugaskan untuk menangani pembinaan pendidikan secara nasional, maka DEPDIKBUD adalah wadah yang tepat untuk itu.
8 Akreditasi dalam konteks ini (tahun 1994) adalah bahwa PERSETIA sendiri sebagai konsorsium yang harus menilai berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya apakah calon sekolah anggota ini memenuhi standar kelayakan sebagai sebuah pendidikan teologi yang berkualitas (atau minimal memiliki potensi pengembangan ke arah itu).
Namun sesudah 1998, oleh karena perubahan konteks, dan dengan adanya BAN-PT dan juga akreditasi sebagian sekolah-sekolah anggota oleh ATESEA, maka baseline untuk penentuan kelayakan itu menjadi semakin jelas.
9 SK Mendikbud no. 036 tahun 1993 tidak menyebut ilmu teologi dalam Ensiklopedi. Akibat lanjutannya sekolah-sekolah teologi diwajibkan memilih dari antara disiplin ilmu yang ada dan untuk masuk ke dalamnya. Akibatnya gelar-gelar teologi yang selama ini ada tidak bisa dipergunakan lagi, dan diganti entah menjadi Sarjana Filsafat, Sarjana Agama, atau Sarjana Sastra. PERSETIA mengajukan keberatan atas SK Menteri ini, dan mengadakan pertemuan dengan Dirjen DIKTI dan Dir PTS DEPDIKBUD.
PERSETIA menyusun pernyataan tertulis untuk gagasan yang dikemukakannya agar pemerintah dapat mengambil sikap. PERSETIA juga didorong untuk bersama pihak Katolik membuat rumusan yang disepakati bersama. MPH PGI, KWI dan PERSETIA merumuskan suatu sikap bersama dan juga menyusun Kurikulum Inti Nasional, Mata Ujian Negara, dan usulan gelar, yaitu S.Teol. Usaha PERSETIA ini didukung oleh Rapat Konsorsium Teologi, 1995 yang dihadiri DBK DEPAG, PASTI, PESATPIN, PGI, PII, PBI, DPI, MAHK.
Hasil dari kerjasama dan kerjakeras tersebut adalah SK Mendikbud no 0359/U/1996 yang diserahkan di kantor Dirjen DIKTI 3 Februari 1997, dihadiri oleh KWI, MPH PGI, Univ. Sanata Darma, dan Pengurus
23
Univ. Petra Surabaya, 1996.10
Kurikulum Nasional Ilmu Teologi.11
Gelar S.Si diakui oleh Dir PTS dalam surat no 816/D.4 II/T/1998, 19 Juni 1998.
pengelolaan DB Katolik (sedangkan DB Kristen menyatakan pembinaan ilmunya pada Ditjen DIKTI, sedangkan pembinaan sekolah-sekolahnya pada DB Kristen).12
1998-2002 Rapat Anggota IX mendorong sekolah anggota untuk menggunakan Kurnas DEPDIKNAS.13 2002-2006 SK Mendiknas no
232/U/2000 dan no 045/U/2002 dan Rapat Anggota X menugaskan pengurus menyusun Kurikulum Inti sebagai ganti Kurnas 1996.
Seminar lokakarya Nasional Kurikulum Inti Program Studi Teologi diadakan April 2003.14
Pengajuan izin penyelenggaraan S2 beberapa sekolah anggota kepada DIKTI mengalami kesulitan, izin diperoleh dari DBK Kemenag.
Beberapa program studi (prodi) S1 sekolah anggota yang berada dalam binaan DIKTI sudah dan sedang
10 Badan Akreditasi Nasional (BAN) menuntut persyaratan akademik yang bagi banyak perguruan tinggi Kristen dan Teologi masih cukup berat. Untuk itu BAKOR PTKI bersama PERSETIA dan Badan kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia (BT PTKI) meminta diadakan lokakarya ini.
11 SK Mendikbud no. 0359/U/1996 menghadirkan Kurikulum Nasional (Kurnas) Ilmu Teologi. Keberadaan Kurnas membuat KSM PERSETIA 1994 harus ditinjau-ulang. Dirjen DIKTI meminta PERSETIA mengajukan proposal Kurnas untuk disahkan oleh pemerintah. Lokakarya Kurnas Ilmu Teologi, 1997, dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan mendesak ini. Deskripsi matakuliah, dan mata ujian negara jenjang S-1 telah rampung. Sedangkan konsep untuk Kurnas S-2 dipersiapkan bersama dengan Univ Sanata Dharma.
12 PERSETIA sangat berkeberatan karena sekalipun sekolah-sekolah teologi dikelola oleh gereja-gereja, namun sekolah-sekolah teologi bukanlah sekolah kedinasan gereja. Penempatan pendidikan teologi di dalam binaan DBK mengerdilkan karakter akademis ilmu ini, dan menjadikannya semata-mata urusan ajaran dan moralitas. Keberatan berikutnya adalah bahwa DBK tidak berhak melakukan akreditasi, sekalipun itu berbentuk
akreditasi lokal (yang kemudian terbukti sangat menyesatkan, baik masyarakat-gereja, maupun sekolah-sekolah teologi dalam binaan DBK).
13 PERSETIA membentuk tim tiga untuk mempersiapkan 3 versi kurikulum inti (S-1) sebagai pegangan bagi sekolah-sekolah anggota.
Kurikulum inti S-2 menurut DIKTI dapat dijadikan acuan kurikulum program studi sejenis dan tidak membutuhkan ketetapan DIKTI.
DBK DEPAG memiliki kurikulum tersendiri yang dipergunakan oleh beberapa sekolah anggota. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi sekolah-sekolah tersebut, karena proses akreditasi akan menggunakan Kurnas yang turut dipersiapkan oleh PERSETIA.
24
Konsultasi Kurikulum PPsT, 2004.15
mengurus akreditasinya.16
Di Cipanas, 2005, setelah SI berlangsung, dilakukan penyuluhan akreditasi oleh Dirjen DIKTI dan BAN-PT.
2006-2010 Sosialisasi Akreditasi
BAN-PT, Februari 2008. Narasumber: Purnama, S.B. Hakh, D. Nuhamara (para asesor BAN-PT). Hadir 15 sekolah anggota.17
15 Pendekatan yang dipergunakan kurang lebih sama dengan kurikulum S-1, yaitu 40% Kurikulum Inti, sedangkan 60% adalah Kurikulum Institusional/lokal.
16 Sementara itu yang prodinya berada dalam binaan DBK Kemenag diharapkan mempersiapkan diri untuk menjalani proses akreditasi.
25
Bagian V: Pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi Teologi
Mainstreaming
Pendidikan Tinggi Teologi dalam dunia
Pendidikan Tinggi di Indonesia dan Akreditasi
Hingga awal 1980an sekolah-sekolah teologi (tercermin juga pada jumlah sekolah anggota
PERSETIA) tidaklah terlalu banyak. Dan untuk kurun waktu yang panjang, sekolah-sekolah teologi merasa cukup nyaman hidup di dalam dunianya sendiri yang tidak terlalu intensif bersentuhan dengan perkembangan disiplin ilmu lainnya (hal ini bisa terlihat dengan memperhatikan tema-tema skripsi dan karya tulis akhir mahasiswa hingga akhir tahun 1970an).
Memasuki tahun 1980an banyak sekolah yang mulai mengadakan penataan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Semakin banyak sekolah teologi yang menyadari kepentingan untuk berada dalam arus utama (mainstream) dunia akademis di Indonesia. Perubahan dan perkembangan kurikulum yang semakin memperhatikan perkembangan ilmu-ilmu lain, dan juga perkembangan struktur penyelenggaraan pendidikan tinggi mulai secara sangat serius dilakukan. Sekolah-sekolah semakin menyadari bahwa tidak cukup hanya memperhatikan kebutuhan gereja yang memang masih menjadi tempat berkarya sebagian besar lulusannya. Sekolah-sekolah mengakui bahwa semakin penting juga mempersiapkan mahasiswa dan lulusan sekolah teologi untuk dapat masuk ke dalam dunia akademis yang lebih luas, khususnya di tanah air. Karena itulah pada era 1980an banyak sekolah yang mulai menggunakan sistem kredit semester (SKS) dan perangkat pendidikan lainnya yang lazim di perguruan tinggi di Indonesia.
Bersamaan dengan munculnya kesadaran ini, terjadi juga penataan pada dunia pendidikan tinggi nasional oleh pemerintah. Entah karena kelalaian dunia pendidikan teologi – yang cenderung berada di bawah radar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – entah karena kecenderungan
Kementerian DIKBUD yang mengabaikan perkembangan pendidikan swasta (terlebih lagi swasta Kristen), maka ilmu teologi tidak ada dalam daftar ilmu di Indonesia.
Sejak saat itu, mulailah upaya tanpa henti dari beberapa generasi pengurus PERSETIA untuk memperjuangkan dan menegaskan posisi dan keberadaan teologi dalam peta dunia keilmuan di Indonesia. Penyusunan berbagai kurikulum PERSETIA adalah usaha serius untuk
mempertanggungjawabkan posisi teologi sebagai sebuah kiprah akademis. Oleh karena itu
kecenderungan DBK untuk mereduksi pendidikan tinggi teologi hanya sebagai sekolah kedinasan, sebagai wadah pendidikan moral dan ajaran keagamaan, memperlihatkan betapa sempitnya
wawasan kementerian mitra gereja-gereja ini. Pendidikan moral dan keagamaan adalah tugas gereja, bukan tugas lembaga pendidikan tinggi teologi. Juga tidak ada kewajiban gereja untuk selalu
mengikuti perkembangan terkini dan temuan-temuan terbaru dari dunia pendidikan teologi. Meskipun gereja dan pendidikan teologi berhubungan, namun tetap ada perbedaannya.
26
sejumlah ilmu yang lain, mengenai kemanusiaan dan misteri kehidupan. Bahkan juga tema-tema yang sehari-hari sekalipun, seperti tema kekerasan, tema merawat bumi, dan sebagainya.
Tema-tema SI, KAT, bahkan KNMTI sudah memperlihatkan bagaimana kesadaran akan hal ini sudah terinternalisasi di lingkungan para dosen dan mahasiswa. Dan saya percaya dalam tahun-tahun yang akan datang kita akan melihat perkembangan teologi di tanah air yang akan terus-menerus berdiskusi dan berkarya bersama-sama dengan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Saya juga sadar bahwa di lingkungan sekolah-sekolah anggota masih ada yang merasa nyaman berada di dalam binaan DBK Kementerian Agama, oleh karena berbagai alasan dan kepentingan. Tentu hal ini sepenuhnya merupakan pilihan dari masing-masing sekolah untuk menentukan sendiri berada dalam binaan DBK Kemenag atau DIKTI Kemendikbud.
Hal yang mendasar dan perlu dijadikan acuan adalah apakah ada cukup perangkat dari kementerian tersebut untuk menopang pengembangan dosen dalam melaksanakan tugasnya, dukungan bagi mahasiswa, arah jenjang karir yang jelas bagi para dosen (mulai dari pengakuan ijazah dosen hingga menjadi Guru Besar). Dukungan bagi para mahasiswa, dosen, bahkan juga untuk tenaga pendukung non-akademis sangat menentukan bagi kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan kita.
Alat ukur yang bisa dipergunakan adalah akreditasi yang mulai diberlakukan sejak awal abad ini, dan menjadi persyaratan mutlak sekarang ini. Temuan dari para asesor BAN-PT menunjukkan bahwa semua sekolah anggota PERSETIA yang berada dalam binaan DIKTI, telah lulus dengan peringkat A, B, dan C. Sementara ada puluhan sekolah yang dibina oleh DBK yang tidak berhasil lolos bahkan dalam asesmen kecukupan.
Dalam pertemuan antara BAN-PT, Dirjen DBK bersama stafnya, para asesor BAN-PT, dan beberapa pimpinan sekolah teologi, serta pengurus asosiasi sekolah-sekolah teologi, (Hotel Grand Whiz, Jakarta 26 Mei 2014), keprihatinan ini dibicarakan. Masih terbatasnya jumlah asesor BAN-PT yang memeriksa dan menilai borang memang adalah sebuah persoalan, karena jumlah prodi teologi dan PAK mencapai jumlah yang besar. DBK berjanji akan mengalokasikan dana untuk persiapan menambah jumlah asesor yang dibutuhkan.
Saya melihat persoalan yang lebih serius adalah keberadaan dan kesiapan sekolah-sekolah itu sendiri untuk menyelenggarakan pendidikan teologi dengan baik. Kritik yang disampaikan oleh para asesor BAN-PT dalam pertemuan itu adalah DBK terlalu mudah memberikan izin
penyelenggaraan kepada sekolah-sekolah baru. Padahal izin penyelenggaraan itu kini bernilai sebagai terakreditasi-sementara dengan peringkat C yang berlaku a) jika dikirimkan sebelum tenggat pengajuan borang dan b) sampai dengan ada keputusan akreditasi dari BAN-PT.
27
Penutup: Arah PERSETIA menjalani paruh pertama abad XXI
Kualitas program PERSETIA dan kualitas pendidikan sekolah –sekolah anggota adalah ciri yang menonjol dari perhimpunan kita ini. Limapuluh tahun pertama telah kita lewati bersama dan rekan-rekan senior telah menolong kita melalui kerjasama dan kerjakeras mereka. Beberapa rintisan dan temuan yang dikembangkan oleh sekolah anggota maupun bersama-sama telah memberikan sumbangan penting pada perkembangan teologi di tanah air: tema teologi kontekstual, tema teologi feminis, berbagai tema teologis lain yang akrab dengan kita dan sejumlah besar karya-karya
individual para dosen sekolah-sekolah anggota.
PERSETIA ikut bangga dengan sejumlah rekan kita yang telah menerima pengakuan
pemerintah sebagai Guru Besar Teologi. Kami tetap mendorong rekan-rekan yang lebih muda untuk terus berkarya dan pada gilirannya dapat mencapai jenjang karir akademis tertinggi tersebut. Hal ini bukan lagi karena soal kebanggaan dan pengakuan negara, melainkan juga sebuah pengakuan atas kualitas pendidikan tinggi yang kita selenggarakan.
Kerjasama dan kemitraan merupakan pekerjaan penting dari perhimpunan kita. Oleh karena itu PERSETIA selalu berusaha memelihara hubungan yang telah ada, sambil terus terbuka untuk membangun kemitraan baru yang sesuai dengan core-bussiness PERSETIA: pendidikan tinggi,
pemberdayaan dosen dan mahasiswa, teologi kontekstual, pembaruan gereja dan masyarakat melalui pendidikan.
Kemitraan dengan rekan-rekan di luar negeri selama beberapa tahun terakhir ini tidak lagi semata-mata bersifat satu arah, yaitu sebagai penerima bantuan program atau bantuan dana program. Pengurus PERSETIA dan sejumlah dosen sekolah anggota terlibat aktif dalam kegiatan kerjasama penelitian dan penulisan. Kerjasama antara global-north dengan global-south, bahkan antar
global-south bisa dirancang sedemikian rupa, sehingga terciptalah keseimbangan-keseimbangan baru.
Partisipasi anggota dan kerjasama antar anggota merupakan syarat penting dari kehidupan perhimpunan kita. Saya prihatin dengan sejumlah anggota yang non-aktif. PERSETIA tidak dapat mengikuti perkembangan sekolah anggota tersebut. Dan mereka sendiri tidak menerima manfaat apapun dari keanggotaannya. Situasi ini harus diperbaiki.
Hubungan kerjasama antar anggota pernah dirintis dalam rangka pertukaran dosen tamu. Dan kini dengan komposisi dosen yang semakin seimbang di antara sekolah-sekolah anggota pertukaran dosen tamu menjadi lebih sehat. Selain pertukaran dosen tamu, tentu masih ada banyak hal lain yang bisa dikembangkan secara kreatif oleh sesama anggota, bahkan juga dengan sekolah-sekolah lain non-PERSETIA.