• Tidak ada hasil yang ditemukan

Low Carbon Model Town LCMT sebagai Pende (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Low Carbon Model Town LCMT sebagai Pende (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Low Carbon Model Town (LCMT)

sebagai Pendekatan Pembangunan

Perkotaan untuk Mengurangi Polusi Udara Studi Kasus Kota Surabaya

(Low Carbon Model Town (LCMT) As an Approaching of City Developing for Reducing Air Pollution, Case Study Surabaya, Indonesia)

Andhita Mustikaningtyas1, Satria Taru Winursita2

1

Jurusan Teknik Fisika

2

Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta, Indonesia 55281 E-mail: andhita.mustikaningtyas@mail.ugm.ac.id

Abstrak

Kota metropolitan Surabaya adalah salah satu kota terpadat di Indonesia. Pada November 2012, tercatat terdapat 4.166.847 unit kendaraan di kota Surabaya. Jumlah tersebut terdiri dari 604.060 mobil penumpang, 220.712 mobil beban, 7.185 bus, 945 kendaraan khusus, dan 3.333.947 sepeda motor. Jumlah ini naik sekitar 138.837 unit dibandingkan pada tahun 2011. Jumlah yang besar dari kendaraan bermotor ini turut menyumbang polusi udara di kota Surabaya. Besar kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, jauh lebih besar dibandingkan dengan dari industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa total emisi CO2 yang dihasilkan di

Kota Surabaya sebesar 3.705.010,62 ton CO2/tahunnya. Dari jumlah tersebut, 3.042.751,74 ton

CO2/tahun (82,12%) diantaranya berasal dari kegiatan transportasi atau merupakan jumlah yang

terbesar. Tingginya emisi CO2 ini mengakibatkan masalah yang kompleks. Maka dari itu, perlu

dikembangkan Low Carbon Model Town (LCMT) yaitu kota yang cerdas dalam pemanfaatan energi dan partisipasi aktif masyarakat dalam pelaksanaannya guna mengurangi kadar karbon dalam kota tersebut. LCMT dapat berupa implementasi dari tindakan efisiensi energi maupun penghematan energi yang diterapkan dalam berbagai bangunan, fasilitas, maupun sarana transportasi di kota Surabaya. LCMT selain berfungsi sebagai pereduksi kadar CO2 di kota

Surabaya, juga dapat berfungsi untuk penghematan energi fossil. Perencanaan LCMT dapat diterapkan di berbagai sudut kota, misalnya di bangunan pemerintahan, sarana umum, maupun pada aspek-aspek lainnya. LCMT diperkirakan mampu mengurangi dampak polusi udara yang ditimbulkan oleh emisi karbon di kota Surabaya.

Kata kunci CO2, emisi, energi, karbon, LCMT, polusi, udara

Abstract

(2)

Surabaya contribute 60-70% for air pollution, it is bigger than from industry about 10-15%. From the before research, written that total emission of CO2 in Surabaya are 3.705.010,62 ton

CO2/year, and 3.042.751,74 ton CO2/year (82,12%) are from transportation. This high emission

of CO2 is affecting the complex problem. So, it is needed for developing Low Carbon Model

Town (LCMT). LCMT is the modeling of smart city plan for energy efficiency and supporting by active citizen. LCMT is used for reducing carbon in Surabaya. LCMT can be applied by implementation of application of energy efficiency or energy saving that used in buildings, facilities, public areas, and public transportations in Surabaya. The planning of LCMT is able to apply in many areas of city, such as government buildings, public buildings, or any others. LCMT is supposed can reduce the effects of air pollution from carbon emission in Surabaya.

(3)

1. Pendahuluan

Kota Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur yang terletak pada 07012’ – 07021’ LS dan 112036’ – 112054’ BT, sehingga cuacanya cenderung panas dan berdebu dengan suhu rata-rata sebesar 22.60-34.10C. Kota Surabaya memiliki 31 kecamatan dan 161 kelurahan yang tersebar di area seluas 33.306,30 Ha yang 137,11 km2 digunakan untuk pemukiman. Sehingga kota Surabaya dinobatkan sebagai kota terpadat kedua setelah Jakarta. Menurut data tahun 2012, jumlah penduduk kota Surabaya mencapai 3.110.187 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata adalah 7.613 jiwa per km2. Hal inilah yang semakin mendorong kepadatan kendaraan bermotor di Kota Surabaya. Pada November 2012, tercatat terdapat 4.166.847 unit kendaraan di kota Surabaya. Jumlah tersebut terdiri dari 604.060 mobil penumpang, 220.712 mobil beban, 7.185 bus, 945 kendaraan khusus, dan 3.333.947 sepeda motor. Jumlah yang besar dari kendaraan bermotor ini mengakibatkan tingginya kandungan CO2 dalam udara kota

Surabaya. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa total emisi CO2 yang

dihasilkan di Kota Surabaya sebesar 3.705.010,62 ton CO2/tahunnya. Dari

jumlah tersebut, 3.042.751,74 ton CO2/tahun (82,12%) diantaranya berasal

dari kegiatan transportasi atau merupakan jumlah yang terbesar. Tingginya emisi CO2 ini mengakibatkan masalah yang

kompleks [1].

Tingginya emisi CO2 di Kota Surabaya

membutuhkan penanganan khusus agar tidak menimbulkan permasalahan lebih lanjut. LCMT (Low Carbon Model Town) merupakan perencanaan penataan kota untuk mengurangi tingginya emisi CO2 di Kota Surabaya. LCMT adalah

perancangan perkotaan dengan mengurangi pengeluaran karbon dari berbagai aspek yang memungkinkan dari perkotaan. LCMT telah diterapkan di berbagai kota di luar negeri, yaitu Da Nang City, Vietnam, serta Samui Island, Thailand [2]. Pada kota Surabaya, dengan karakteristik kepadatan yang hampir sama dengan karakter kedua tempat tersebut maka dapat diterapkan LCMT. LCMT dapat mengacu kepada beberapa aspek yaitu bangunan, transportasi, sistem manajemen energi, jaringan wilayah energi, pemanfaatan energi buangan, pengaplikasian energi terbarukan, pengontrol teknologi dan jaringan komunikasi, manajemen lingkungan, manajemen air dan limbah. Dari aspek-aspek tersebut, dapat dijabarkan lagi strategi yang dapat dilakukan baik berupa teknologi tepat guna di dalam perkotaan maupun kebijakan pemerintah. Beberapa diantaranya cocok dan relevan untuk diterapkan di Kota Surabaya.

2. Metode

2.1. Studi Literatur

(4)

2.2. Studi Kasus

Studi kasus adalah penyelidikan secara empiris yang menyelidiki fenomena tertentu dengan konteks kehidupan nyata terutama ketika batas antara fenomena dan konteks yang sebenarnya tidak gamblang dan jelas. Langkah ini dilakukan dengan penyelidikan mengenai fenomena polusi udara yang terdapat di kota Surabaya.

2.3 Analisis Konsep LCMT

Konsep LCMT bertujuan untuk mengembangkan kota low carbon dengan prinsip utama bekerjasama dengan pemerintahan setempat untuk merencanakan berbagai kebijakan mengenai penerapan low carbon dan merumuskan kombinasi perhitungan low carbon yang tepat dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi dan karakteristik khusus dari kota. Perencanaan low carbon town harus mempertimbangkan studi mengenai keadaan masa kini dan perubahan yang mungkin terjadi dalam waktu yang akan datang berkaitan dengan permintaan energi mengingat bahwa konsep low carbon town dapat bertahan dalam waktu yang panjang.

Dalam merancang LCMT, dibutuhkan beberapa langkah strategis yaitu [3]:

i. Analisis data penggunaan energi dan emisi CO2

ii. Merancang sasaran low carbon secara kuantitatif

iii. Perhitungan low carbon

iv. Analisis berdasarkan perhitungan low carbon dan data-data yang telah dikumpulkan

v. Merancang penerapan yang paling sesuai dengan perhitungan low carbon, berdasarkan perhitungan penggunaan anggaran yang paling efektif

Gambar 1. Alur perancangan LCMT

2.4. Perancangan LCMT di Kota Surabaya

(5)

dapat diutamakan untuk aspek sistem manajemen energi. Berdasarkan rancangan Low Carbon Town yang ideal, diinginkan reduksi emisi CO2

sebesar 48.630 ton berasal dari sektor energi [2]. Sehingga untuk tahap awal LCMT pada studi kasus kota Surabaya dihadapkan pada penanganan energi masyarakat untuk mengurangi emisi CO2.

Gambar 2. Konsumsi energi negara-negara Asia Pasifik

Terdapat beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk perancangan LCMT. Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang diperlukan untuk pertimbangan tersebut:

i. Kondisi iklim setempat termasuk suhu, kondisi angin, radiasi matahari ii. Lansekap datar dan kondisi geografi

dari kota

iii. Struktur daerah perindustrian

iv. Stuktur perkotaan, termasuk intensitas pemanfaatan lahan

v. Infrastruktur kota

Tabel 1. Karakteristik Kota Surabaya [4]

Letak

07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit BT (Bujur Timur)

Ketinggian

3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah), kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas permukaan air laut

Luas

Wilayah 33.306,30 Ha

Kelembapan

Udara rata-rata minimum 50% dan maksimum 92% Tekanan

Udara

rata-rata minimum 1942,3 Mbs dan maksimum 1012,5 Mbs

Temperatur rata-rata minimum 23,6 °C dan maksimum 33,8 °C

Curah Hujan

rata-rata 165,3 mm, curah hujan diatas 200 mm terjadi pada bulan Januari s/d Maret dan Nopember s/d Desember

Kecepatan

Angin rata-rata 6,4 Knot dan maksimum 20,3 Knot Penguapan

terdiri atas tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, di bagian barat terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi

Topografi

80% dataran rendah, ketinggian 3-6 m, kemiringan < 3 %

20% perbukitan dengan gelombang rendah, ketinggian < 30 m dan kemiringan 5-15%

Struktur

(6)

Tipe Kota

Gambar 3. Sasaran LCMT untuk Mengurangi Emisi CO2 dengan fokus utama di bidang energi

LCMT di Kota Surabaya untuk mengurangi polusi udara khususnya emisi CO2, digunakan sasaran utama

dalam bidang energi dengan beberapa strategi sebagai berikut:

a. Sistem Manajemen Energi

Sistem manajemen energi dalam LCMT adalah konfigurasi dari berbagai manajemen energi dari segi permintaan (demand). Dapat diaplikasikan pada CEMS (sistem manajemen energi berbasis komunitas) sebagai optimalisasi manajemen energi dalam suatu komunitas misalnya pemukiman. Perannya dalam LCMT adalah sebagai pereduksi CO2 dalam

pemukiman. b. Energi Terbarukan

Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari potensi-potensi alam yang dapat diperbaharui, bukan

berasal dari energi fosil. CO2 dapat

berkurang apabila pemakaian energi fosil juga dikurangi. Contoh energi terbarukan adalah air, angin, cahaya matahari, biomassa, dan lain-lain. b.1. Pembangkit Daya Tenaga Hidro

Pembangkit listrik tenaga hidro dapat diterapkan di Surabaya baik dalam skala kecil maupun skala besar. Surabaya berpotensi untuk mengembangkan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Surabaya memiliki aliran sungai besar yaitu Kali Porong (vo1. 500 m3/dt), Kali Wonokromo (vol 370 m3/dt) [5].

b.2. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

(7)

b.3. Pembangkit Daya Tenaga Biomassa

Biomassa adalah benda-benda organik berupa zat sisa organik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi melalui dekomposisi, fermentasi, atau penguraian langsung, contohnya biogas. Pembangkit energi tenaga biomassa dapat dikembangkan dalam wilayah yang besar jumlah zat sisa organiknya. Surabaya memiliki jumlah penduduk yang tinggi sehingga menghasilkan sampah organik yang tinggi pula,

berpotensi untuk

mengembangkan biomassa sebagai sumber energi.

b.4. Pembangkit Listrik Tenaga Udara (PLTU)

PLTU memanfaatkan angin dengan kecepatan yang tinggi sebagai sumber energi. Kecepatan angin di surabaya rata-rata 6,4 Knot. Wilayah yang potensial untuk pembangunan PLTU misalnya daerah Pelabuhan Tanjung Perak, kecamatan Pabean Cantian. Pada daerah di sekitar jembatan Suramadu juga telah dikembangkan PLTU sebagai pembangkit daya beberapa perangkat di sekitar jembatan Suramadu.

c. Sistem Smart Grid

Sistem smart grid adalah konfigurasi dari berbagai sumber energi yang berasal dari pembangkit energi terbarukan maupun tidak terbarukan membentuk suatu sistem yang menyuplai keseluruhan energi listrik dalam kota.

d. Alih fungsi teknologi

Total emisi CO2 di kota surabaya

berasal dari sektor transportasi dengan presentasi 82,12% [6]. Maka diperlukan langkah strategis untuk menekan laju emisi tersebut. Salah satunya dengan cara alih fungsi teknologi di sektor transportasi umum seperti taxi, bus umum, maupun angkot yang dapat diakomodasi oleh pemerintah serta bekerjasama dengan pihak organda yang terkait. Dengan menukar kendaraan yang masih menggunakan energi fosil menjadi kendaraan yang berbahan bakar listrik dapat menurunkan emisi secara signifikan dan lebih ramah lingkungan.

3. Hasil dan Pembahasan

Gambar 4 merupakan keseluruhan dari sistem LCMT yang berbasis renewable energy untuk mengurangi emisi CO2

(8)

Sistem LCMT dengan fokus utama berbasis energi diharapkan mampu mengurangi emisi CO2 yang ada di kota

Surabaya. Sistem LCMT dapat diterapkan secara berkelanjutan dalam waktu yang lama untuk membentuk low carbon city. Sehingga diperlukan peranan yang besar dari pemerintah setempat.

4. Kesimpulan

LCMT sebagai pendekatan pembangunan perkotaan dapat diterapkan dengan alih teknologi yang berbasis renewable energy sehingga emisi yang dihasilkan dapat ditekan secara signifikan daripada energi konvensional seperti energi fosil. Sistem LCMT dalam kota Surabaya dapat diterapkan dari skala kecil atau skala rumah tangga hingga skala besar yang mencakup seluruh wilayah.

Daftar Pustaka

[1] Bab 8 tentang Perhubungan, Perhotelan, Hiburan dan Wisata, Informasi Data Pokok Surabaya, 2012. Pemerintah Kota Surabaya

[2] Unontakarn, Padungsak. 2012. Feasibility Study for Low Carbon Development for Samui Island, Thailand. EEC Engineering Network. Co, Ltd

[3] APEC Energy Working Group. 2012. The Concept of the Low-Carbon Town in the APEC Region. Japan: Asia Pacific Energy Research Centre

[4]http://www.surabaya.go.id/profilkota/ind

ex.php?id=21 diakses pada 3 Agustus

2014 pukul 22.31.

[5] Sismanto. 2013. Permasalahan dan Strategi Pengembangan Kalimas Sebagai Sarana Transportasi Sungai.

Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Kota Surabaya [4]
Gambar 3. Sasaran LCMT untuk Mengurangi Emisi CO2 dengan fokus utama di bidang energi
Gambar 4. Sistem LCMT secara keseluruhan dengan fokus utama bidang energi

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan ini mengindikasikan arah kebijakan yang terbilang dovish, karena dinamika ekonomi dan keuangan global saat ini (antara lain mencakup perlambatan ekonomi China,

Minyak esensial gaharu merupakan hasil olahan resin gaharu yang potensial digunakan dalam terapi pengobatan karena memiliki aktivitas antioksidan, antibakterial,

Garuda Mileage adalah sistem loyalti dari PT Garuda Indonesia (Persero) bagi pemegang kartu keanggotaan Garuda Frequent Flyers (GFF), dimana atas setiap penggunaan penerbangan

Standing banner untuk berisi ilustrasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi susu, selain itu digunakan untuk promosi buku dan menarik perhatian anak-anak agar

[r]

a) Dari data yang ada, peranan komputer sangat penting dalam pengolahan data dan dapat memberikan informasi yang akurat. Komputer dipandang perlu karena komputer

The research findings showed that teachers had engaged different motivational strategies which impacted the students to learn English that will be elaborated in the

Di sekitar perairan Pulau Pari, penyebaran teripang dapat dibagi berdasarkan habitat teripang yang meliputi, daerah rataan pasir (berbatasan dengan daerah pertumbuhan