• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJUALAN ANGSURAN (1) PENJUALAN ANGSURAN (1) PENJUALAN ANGSURAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENJUALAN ANGSURAN (1) PENJUALAN ANGSURAN (1) PENJUALAN ANGSURAN (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENJUALAN ANGSURAN

Disusun Oleh :

Ardi Tandrio

12AK0041

Indah Purnama Sari 10AK0067

Masriah

12AK0073

Nurwati Aprilia

12AK0068

Sujana

12AK0072

(2)

PENJUALAN ANGSURAN

Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan Angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian, dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap . Profit adalah salah satu tujuan umum setiap perusahaan dan salah satu langkah untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan volume penjualan dengan penjualan yang pembayarannya secara bertahap . hal ini akan menarik bagi para konsumen karena akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya . namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang besar, karena pembayarannya dilakukan beberapa periode dimasa yang akan datang sehingga menimbulkan ketidakpastian .

Masalah utama dalam penjualan angsuran adalah bagaimana caranya untuk menekan resiko terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat menjadi seminimal mungkin . usaha untuk meminimalkan resiko ini digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran

Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Penjualan angsuran dilakukan secara selektif bahwa penjualan angsuran hanya diberikan pada calon pembeli angsuran yang kemampuan dan kejujurannya dapat dipercaya, misalnya : Pegawai Negeri, Profesi tertentu dsb.

b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan pembeli

c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji

2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual

Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli angsuran yang isinya antara lain :

a. Perjanjian penjualan bersyarat

Menurut perjanjian ini, barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan kepada pembeli, akan tetapi menyerahkan hak atas barang tersebut sampai pembayarannya selesai

b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit

Dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermotor digunakan sebagai jaminan kredit Bank . kredit Bank tersebut digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang bersangkutan . dengan demikian pembeli berutang kepada Bank, bukan kepada penjual barang . setelah kredit lunas, sertifikat atau BPKB akan diterima dari Bank .

c. Menjaminkan kepada pihak ketiga

Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai, bukti pemilikan akan diserahkan kepada pembeli .

d. Perjanjian Beli-Sewa

(3)

3. Menyediakan perlindungan ekonomi kepada penjual

Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir masak masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran . karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan keuntungan bagi pihak penjual .

agar keadaan ini dapat terwujud, maka :

a. Uang muka harus cukup besar, adalah melebihi penurunan nilai dari barang baru menjadi barang second

b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang

Semakin panjang jangka waktu angsuran, berarti semakin besar penurunan nilai atas barang yang dijual dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak bagi pembeli

c. Angsuran cukup besar

Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selama jangka waktu angsuran

Penjualan angsuran dapat dilakukan terhadap :

1. Aktiva tetap.

2. Barang dagangan.

Masalah transaksi penjualan angsuran dari aspek akuntansi adalah berkaitan dengan pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran. Pada umumnya pengakuan laba kotor dari transaksi penjualan angsuran ada dua cara yaitu

1) Metode laba kotor diakui pada periode penjualan.

Apabila metode ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan sama seperti penjualan biasa atau transaksi penjualan kredit. Laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan ditandai dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.

Ketentuan metode ini adalah sebagai berikut :

Laba diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.

 Pada tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas dan mengurangi piutang.

 Hasil penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap sebagai pengembalian pokok piutang angsuran.

 Apabila konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan mengakui pendapatan bunga.

2) Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan penerimaan kas.

Pada metode ini, laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.

Ketentuan akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas adalah sebagai berikut :

(4)

b. Setiap akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = % LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan (tdk termasuk bunga)% LKD dicatat dengan rumus

Harga jual - harga pokok x 100%

Harga jual

c. LKD adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang kemudian diakui sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.

d. Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.

e. LKBD yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada sisi passiva di bawah kelompok hutang.

PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut :

a. Adanya down payment atau uang muka

b. Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran

Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas.

Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.

Contoh 1 :

Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00 ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.

Diminta:

1. Buat skedul pembayaran angsurannya

(5)

Penyelesaian :

1. Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )

Angsuran ke

Tgl bayar Bunga Angsuran Jml

pembayaran

Sisa harga kontrak

1 Sept 05 - - - 4.000.000

(U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000

I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000

II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000

III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000

IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000

V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000

VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000

VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000

VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000

IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000

X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0

Jumlah Total 880.000 4.000.00

0

4.880.000

-2. Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan

a. metode laba kotor diakui saat periode penjualan.

Jurnal yang dibuat sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan transaksi Jurnal

Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :

10 x Rp 400.000 = 4.000.000

uang muka 20% = 800.000

HP rumah :

10 x Rp 300.00 = 3.000.000

Kas 800.000

Piutang angsuran 3.200.000

Rumah 3.000.000

Laba penjualan angs 1.000.000

Ajp tgl 31 Des 05 :

Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)

Piutang bunga 106.667

(6)

4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :

Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

Laba penjualan angs 1.000.000

Pendapatan bunga 106.667

Iktisar laba rugi 1.106.667

Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :

Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005

Pendapatan bunga 106.667

Piutang bunga 106.667

Penerimaan angsuran I

Tgl 1 Maret 06 :

Angsuran pokok : 3.200.000/10

= 320.000

Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000

= 160.000

Kas 480.000

Piutang angsuran 320.000

Pendapatan bunga 160.000

Penerimaan angsuran II

Tgl 1 Sept 06

Angsuran pokok = 320.000

Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 – 320.000) = 144.000

Kas 464.000

Piutang angsuran 320.000

Pendapatan bunga 144.000

Ajp tgl 31 Desember 06 :

Bunga yang masih harus diterima 4 bln

4/12 x 10% x (3.200.000 – 640.000) = 85.333

Piutang bunga 85.333

Pendapatan bunga 85.333

Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua sudah tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.

b. Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan transaksi Jurnal

Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :

10 x Rp 400.000 = 4.000.000

uang muka 20% = 800.000

HP rumah :

Kas 800.000

Piutang angsuran 3.200.000

Rumah 3.000.000

(7)

10 x Rp 300.00 = 3.000.000 th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000

Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000

(8)

b. Penyesuaian LKBD

Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp 64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 = Rp 160.000.000

LKBD 160.000

LKD 160.000

8. Jurnal penutup tgl 31 Des 06 :

Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

LKD 160.000

Pendapatan bunga 85.333

Iktisar laba rugi 245.333

9. Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :

Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2006

Pendapatan bunga 85.333

Piutang bunga 85.333

Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :

a. Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh

Dan pada pengakuan laba kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas adalah dalam metode ini laba kotor diakui diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari penjualan

Pada akhir periode diperhitungkan jumlah keuntungan yang telah direalisasikan yaitu sebesar persentase laba kotor dikalikan dengan jumlah angsuran yang telah diterima

Penentuan metode bunga penjualan angsuran pada suatu perusahaan yang melakukan penjualan angsuran tentunya akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan laba kotor yang akan diterima

Perhitungan dan pengakuan laba kotor dari transaksi penjualan secara angsuran menjadi salah satu masalah tersendiri, yaitu apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap

Akhir periode diakui laba terealisasi sebesar prosentasi laba kotor dikalikan kas yang diterima.  Persentase laba kotor diperoleh dari jumlah laba

Maka besarnya laba atau rugi yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah Sama dengan selisih antara nilai pasar barang bekas yang diterimadengan

Profit merupakan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan. Keuntungan ini ada dua macam yaitu laba kotor dan laba bersih, laba kotor ini ketika hasil penjualan dikurangi