MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN VIDEO
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM
PERNAPASAN
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH:
SITI ALHUSNA NURUL AGUSTIN
NIM F1071131017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SISTEM PERNAPASAN
Siti Alhusna Nurul Agustin1, Kurnia Ningsih2, Eko Sri Wahyuni3
1Pendidikan Biologi, Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
E-mail: nunan136@gmail.com
Abstract
This study was aimed to determine the process of implementation of learning and
improvement of students’ learning outcomes with guided inquiry learning model assisted
video on the material of the Respiratory System at class VIII B of SMP Negeri 10 Pontianak. The method was the class action research, while subject of this research was all of students of class VIII B SMP Negeri 10 Pontianak academic year 2016/2017 which consists of 38 students. This study was conducted in two cycles which each cycle consists of four stages namely planning, acting, observing and reflecting. Data collection techniques were the measurement, observation, interview, documentation, with the instrument of written test of multiple choices that consists of 20 questions and observation sheet of learning process. The results of data analysis showed that the implementation of guided inquiry learning
model can improve students’ learning outcomes, the students’ improvement is 71.05% in
the first cycle and 89.47% in the second cycle. The implementation of learning process in the first cycle was 95% and the second cycle was 100%. Thus it can be said that the
students’ learning outcomes and learning implementation process had achieved the
expected performance indicators.
Keywords: Guided inquiry learning, learning outcomes, respiratory system
PENDAHULUAN
Mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) terpadu ini memuat mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia yang dipadukan menjadi
sebuah mata pelajaran sejak mulai
diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Siswa
yang belajar sains menurut Susanto dalam Yuniastuti (2013: 78) tidak lagi menerima informasi tentang produk sains tetapi melakukan proses ilmiah untuk menemukan fakta dan membangun konsep dan prinsip dibidang sains. Khususnya untuk pembelajaran biologi di tingkat SMP, pemberian pengalaman secara langsung perlu ditingkatkan dengan demikian siswa mampu menerapkan teori yang telah dipelajari dalam biologi bagi kehidupan mereka sehari-hari. Dalam pembelajaran biologi juga membutuhkan kreativitas baik dalam berdialog,
melakukan diskusi maupun melakukan
percobaan (Faizi, 2013: 202). Selain itu, kemampuan siswa berkomunikasi akan melatih
keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat serta tercapainya kreativitas dalam
siswa berfikir yang nantinya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Keberhasilan suatu pembelajaran biasanya dapat dilihat dari nilai siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun pada kenyataan dilapangan masih banyak nilai siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), salah satunya di SMP Negeri 10 Pontianak. Kriteria Ketuntasan Minimal di SMP Negeri 10 Pontianak untuk mata pelajaran IPA adalah 82. Pada dasarnya proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila
persentase ketuntasan siswa mencapai 75%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Uno dan
penguasaan materi dalam konsep belajar tuntas ditetapkan antara 75%-90%. Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 10 Pontianak pada tanggal 8 Agustus 2016 didapatkan hasil dokumentasi yaitu daftar nilai ulangan harian tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan data persentase nilai ulangan harian siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Pontianak tahun
ajaran 2015/2016 Menunjukan tingkat
persentase ketuntasan siswa masih rendah. Tingkat ketuntasan siswa yang paling rendah yaitu pada materi sistem pernapasan sebesar 71,08%, hal ini menyebabkan ketuntasan
klasikal belum terpenuhi, berdasarkan
wawancara guru IPA bahwa siswa sulit
memahami materi sistem pernapasan,
dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru (Teacher Center). Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode ceramah dan kurangnya media dalam menyampaikan materi sistem pernapasan.
Selain itu, hasil observasi nilai ulangan harian didapatkan bahwa persentase ketuntasan mata pelajaran IPA siswa kelas VIII tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil masih rendah. Persentase ketuntasan terendah terjadi pada siswa kelas VIII B sebesar 49,47%. Setelah dilakukan observasi terhadap pembelajaran guru IPA di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak tahun ajaran 2016/2017 didapatkan hasil bahwa pada saat guru mengajar lebih banyak
menggunakan model konvensional yang
sebagian besar menyampaikan materi dengan metode ceramah serta kurangnya media yang digunakan.
Berdasarkan wawancara dengan guru IPA, diketahui bahwa guru pernah menggunakan metode diskusi, namun hasil belajar siswa masih tidak mengalami peningkatan. Dilanjutkan hasil wawancara dengan 5 orang siswa di kelas VIII B diperoleh bahwa siswa lebih senang belajar dengan media pembelajaran dan objek belajar secara langsung, hal ini dapat menghilangkan rasa bosan saat proses pembelajaran. Dari hal
tersebut guru merekomendasikan untuk
melakukan tindakan di kelas VIII B dan dari awal PPL pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2016 peneliti sudah diberi tanggung jawab untuk mengajar di kelas VIII B. Selain itu
disarankan oleh guru saat melakukan tindakan di kelas digunakan juga media pembelajaran agar menarik siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Pemahaman materi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh proses belajar. Proses belajar dapat dipengaruhi dengan pemilihan
model pembelajaran yang tepat. Satu
diantaranya model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru pada materi sistem pernapasan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (Daryanti, Rinanto dan Dwiastuti, 2015: 164). Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajaran IPA khususnya pada materi yang berkaitan dengan Biologi karena siswa dapat terlibat secara langsung dengan objek yang akan dipelajarinya (Rismayanti, 2014: 4). Menurut Asyhar (2011: 28), model pembelajaran inkuiri terbimbing menemukan konsepnya sendiri, sehingga siswa lebih memahami materi serta kreatif dalam berpikir.
Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013, sebab inkuiri terbimbing adalah
salah satu modelpembelajaran yang
menitikberatkan kepada siswa dalam proses belajar. Menurut Sefriyan, Caswita, dan Coesamin (2013: 30), inkuiri terbimbing merupakan proses aktif siswa yang di dalamnya terlibat pemikiran kritis (critical thinking), pensiasatan dan membina pengetahuan sains. Menurut Marsh (dalam Ngalimun, 2016: 68), keunggulan dari pembelajaran inkuiri siswa dapat memandang konten (isi) dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena mereka dapat menganalisis dan menerapkan data untuk pemecahan masalah. Penggunaan model
inkuiri terbimbing diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan yang
membuktikan bahwa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing hasil belajar siswa dapat
meningkat. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawati, Kukuh, dan Wiwi (2014: 39), menyimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing berpengaruh
membuktikan bahwa inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran.
Pada kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan inkuiri terbimbing diperlukan adanya media pembelajaran, dengan adanya
bantuan media pembelajaran akan
mempermudah guru menyampaikan materi serta mempermudah siswa dalam memahami materi (Sudjana dan Rivai, 2013: 2). Adapun media yang digunakan yaitu video, media ini akan digunakan saat proses penyampaian materi ajar. Menurut Arsyad (2013: 48), video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Selain itu penelitian lain dilakukan oleh Noviyanto, Nengsih dan Eny (2015: 62), menyatakan bahwa hasil persentase penggunaan media video animasi pada kelas eksperimen mampu memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan nilai siswa dari pretest ke posttest, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan video animasi dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Classroom Action
Research (Penelitian Tindakan Kelas) yang
dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian tidakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya
sendiri dengan jalan merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 8).
Penelitian ini dilaksanakan oleh suatu tim terdiri dari peneliti dan guru IPA yang merupakan guru pamong pada program pengalaman lapangan (PPL) di SMP Negeri 10 Pontianak. Hubungan guru dan peneliti bersifat kemitraan sehingga dapat secara bersama-sama untuk memikirkan persoalan-persoalan terkait
dengan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan. Guru IPA tersebut juga bertindak
sebagai observer untuk mengamati proses
pembelajaran inkuiri terbimbimng berbantuan video. Selain itu, terdapat dua observer lainnya yang merupakan guru yang mengajar di SMP Negeri 10 Pontianak untuk mengamati aktivitas belajar siswa di kelas.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus. Adapun tahap-tahap penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Subyek penelitian tindakan kelas pada penelitian ini yaitu siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak semester II tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 38 orang, 17 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Setelah siklus pertama dilakukan,
dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus kedua dengan perubahan sesuai refleksi siklus pertama guna perbaikan pelaksanaan siklus tersebut. Dalam penelitian ini, aspek yang diukur adalah hasil belajar siswa yang dilihat dari tes hasil belajar siswa.
Pra Tindakan
Persiapan penelitian merupakan tahap awal dalam prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Persiapan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari (1) Melakukan observasi atau pengamatan untuk mengetahui bagaimana hasil
belajar serta proses pembelajaran yang
berlangsung di sekolah. (2) Mengumpulkan data sebanyak mungkin dari guru IPA dan siswa terkait proses pembelajaran di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak. (3) Menyusun konsep pelaksanaan pembelajaran. (4) Menyepakati jadwal kegiatan persiapan tindakan.
Perencanaan Kegiatan (Planning)
silabus, RPP, lembar kerja siswa (LKS), tes hasil belajar, lembar observasi, lembar validasi instrumen dan lembar validasi media. Semua perangkat pembelajaran ini divalidasi terlebih dahulu oleh validator yaitu dua orang dosen
Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Tanjungpura dan satu orang guru IPA SMP Negeri 10 Pontianak.
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada setiap pertemuan pembelajaran di kelas
sesuai dengan rencana pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus satu kali pertemuan.
Adapun skenario pembelajaran meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Observasi
Kegiatan observasi dalam penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses dan pengaruh tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Observasi dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus satu sampai siklus dua dan seterusnya apabila terjadi hambatan atau kekurangan dengan perubahan yang ingin dicapai.
Refleksi
Refleksi merupakan uraian kegiatan tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi tindakan pada siklus berikutnya. Pada tahap refleksi, pengajar dan peneliti berdiskusi tentang hasil yang diperoleh dan memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau tidak. Hasil refleksi ini digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Setiap siklus diakhiri dengan tes.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Pengukuran
adalah cara pengumpulan data dengan
memberikan tes yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes hasil belajar dalam penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua kali, tes
dilaksanakan setelah berlangsungnya siklus satu dan siklus dua. (2) Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data mengenai objek penelitian dengan perantara lembar observasi (Kusumah dan Dedi, 2010: 66). Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Wawancara menurut James dan Dean (dalam Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 130) menyatakan bahwa, wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi. Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subyek, atau keterangan lainnya (Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 130). (4) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang
(Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 135). Adapun dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto, dan data-data hasil belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari (1) Tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar siswa pada penelitian ini dengan memberikan soal tes tertulis berbentuk tes objektif pilihan ganda (multiple choice). (2) Lembar observasi merupakan panduan dalam
melakukan penelitian terhadap
indikator-indikator dan aspek yang diamati. Lembar observasi yang digunakan untuk penggumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi proses belajar mengajar dan lembar observasi kegiatan siswa.
Validasi instrumen penelitian suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan(Arikunto, 2013:
r
11 = (Reliabilitas tes menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Tingkat reliabilitas tes yang digunakan pada penilitian ini diukur dengan rumus KR-20.
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k =banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
Vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
q = proporsi subjek yang menjawab salah pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 0)
Cara mencari varians total
N
Dengan besar nilai reliabilitas sebagai berikut: 0,90 < r11≤ 1,00 sangat tinggi
Analisis data dilakukan dengan perhitungan persentase skor hasil pengamatan proses pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdapat pada lembar observasi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Untuk pemberian skor pada soal dengan menggunakan skor 1 dan 0, apabila jawaban
benar maka mendapat skor 1 dan apabila jawaban salah mendapat skor 0. Untuk mendapatkan nilai hasil belajar siswa dilakukan pengubahan skor menjadi nilai sebagai berikut:
Nilai Siswa = … (4)
Untuk menentukan persentase ketuntasan kelas (KKM=82) maka dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
% Tuntas = x 100%.... (5)
Analisis Validasi Media
Untuk menghitung validitas media, maka data terlebih dahulu diubah kedalam data kuantitatif dengan langkah-langkah berikut: 1) Mencari rata-rata tiap kriteria dari ketiga
2) Mencari rata-rata ketiga aspek dengan rumus
:
Keterangan :
Ai = rata-rata aspek ke-i
Kij = rata-rata untuk aspek ke-i kriteria ke-j
n = banyaknya kriteria
i = aspek
j = kriteria
ij = aspek ke-i dan kriteria ke-j
3) Mencari rata-rata total validasi ketiga aspek dengan rumus:
Keterangan :
RTV: rata-rata total validasi Ai : rata-rata aspek ke-i
i : aspek
4) Mencocokkan rata-rata total dengan kriteria
1≤RTVTK≤2 digolongkan Tidak Valid
(Khabibah dalam Yamasari, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah 38 siswa, 17 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Tes hasil belajar dilakukan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir setiap siklus. Menurut Sudjana (2014: 39), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman pembelajaran.
Pemahaman siswa terhadap materi sistem
pernapasan pada pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus satu dan siklus dua, untuk lebih jelas dapat dilihat pada persentase ketuntasan belajar siswa pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa kelas VIII B Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia
No. Subjek
Siklus I Siklus II
Skor
Benar Nilai Ket
Skor
Benar Nilai Ket
1 17 85 T 18 90 T
2 17 85 T 19 95 T
3 17 85 T 17 85 T
4 15 75 TT 17 85 T
5 17 85 T 19 95 T
6 18 90 T 19 95 T
7 17 85 T 18 90 T
8 19 95 T 19 95 T
9 14 70 TT 17 85 T
10 17 85 T 17 85 T
11 15 75 TT 17 85 T
12 17 85 T 17 85 T
13 17 85 T 18 90 T
14 14 70 TT 17 85 T
15 17 85 T 17 85 T
16 18 90 T 18 90 T
17 17 85 T 17 85 T
18 18 90 T 19 95 T
19 17 85 T 18 90 T
20 14 70 TT 17 85 T
21 18 90 T 17 85 T
22 11 55 TT 14 70 TT
23 17 85 T 17 85 T
24 10 50 TT 16 80 TT
25 17 85 T 18 90 T
26 19 95 T 20 100 T
27 17 85 T 19 95 T
28 13 65 TT 17 85 T
29 17 85 T 18 90 T
30 17 85 T 17 85 T
31 17 85 T 17 85 T
No. Subjek
Siklus I Siklus II
Skor
Benar Nilai Ket
Skor
Benar Nilai Ket
33 17 85 T 18 90 T
34 17 85 T 17 85 T
35 17 85 T 17 85 T
36 15 75 TT 17 85 T
37 16 85 T 18 90 T
38 13 65 TT 16 80 TT
JUMLAH 608 3045 659 3295
RATA-RATA 16 80,13 17,34 86,71
TUNTAS (T) 27 34
TUNTAS (%) 71,05% 89,47%
KKM = 82
Berdasarkan TABEL 3 kriteria
ketuntasan mininal (KKM) yang digunakan sebesar 82. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa dengan persentase ketuntasan 71,05% sedangkan, pada siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 89%.
Peningkatan hasil belajar dapat terjadi melalui proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Observasi
terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tercapainya tujuan tindakan pada akhir siklus. Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat dikatakan baik apabila pada siklus satu sebesar 75% dan pada siklus dua sebesar 80%. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video pada siklus I dan siklus II dirangkum pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Dari 3 Orang Observer
Tahapan inkuiri
terbimbing Rincian kegiatan
Siklus I
Siklus II Y T Y T Tahap Orientasi Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam dan menanyakan kehadiran siswa
2. Guru mengondisikan kelas, agar kondusif untuk mendukung proses pembelajaran dengan cara meminta peserta didik merapikan tempat duduk, menyiapkan buku pelajaran dan buku referensi yang relevan serta alat tulis yang diperlukan.
3. Guru mengajak peserta didik aar selalu mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kehidupan sebagai tanda syukur kepada Tuhan.
4. Guru memberikan motivasi dan apersepsi
Tahap Merumuskan Masalah
Kegiatan Inti
1.Siswa dibagi menjadi 6 kelompok heterogen dan membagikan LKS pembelajaran pada masing-masing kelompok
a. Mengamati
2.Guru meminta siswa untuk membaca LKS dengan cermat
b. Menanya
3.Kemudian guru mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah pada kolom yang tersedia dalam LKS yang berkaitan dengan video yang ditampilkan.
Tahap Merumuskan Hipotesis
4. Dalam proses ini siswa dibimbing untuk merumuskan hipotesis berdasarkan permasalahan yang mereka temukan.
Tahap Pengumpulan Data
c. Mengeksplorasi
5. Guru menayangkan video organ pada sistem pernapasan manusia.
6. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok serta menyelesaikan soal-soal yang terdapat di dalam LKS sesuai dengan video yang ditayangkan.
7. Guru mengarahkan kelompok untuk melakukan percobaan pada LKS.
Tahap Menguji Hipotesis
8. Masing-masing kelompok mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan yang diberikan dalam bentuk soal.
Tahap Merumuskan Kesimpulan
9. Guru mengarahkan siswa untuk merumuskan kesimpulan pada kolom dalam LKS
d. Mengkomunikasikan
10. Setiap perwakilan kelompok melakukan presentasi hasil diskusi kelompoknya
3
11. Perwakilan kelompok diberi penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan
e. Mengasosiasikan
12. Memberikan klarifikasi materi apabila terdapat kelompok yang salah konsep.
Kegiatan Penutup
1. Siswa diminta membuat kesimpulan materi dari hasil pembelajaranya.
2. Guru menyampaikan rencana belajar pada pertemuan berikutnya.
3. Guru mengucapkan salam penutup dan meninggalkan kelas.
Jumlah 57 60
Persentase Proses Pelaksanaan 95% 100%
Berdasarkan tabel 4. Proses pembelajaran siklus I mendapat persentase pelaksanaan sebesar 95% dan pada siklus II sebesar 100%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada materi sistem pernapasan. Perencanaan kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan RPP yang telah dirancang serta soal-soal tes yang sesuai dengan kategori dan kemampuan siswa SMP. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian merupakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa dituntut belajar mandiri untuk mencari masalah dan menjawab masalah tersebut melalui data-data yang mereka kumpulkan. Oleh sebab itu, siswa lebih berani untuk mengungkapkan ide-ide dalam bentuk tulisan (Putra, 2013: 87).
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berdampak positif terhadap proses dan hasil kegiatan pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuari, Lestari dan Dahlia (2016) yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Rambah Tahun
Pembelajaran 2015/2016”. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar biologi. Dampak positif tersebut antara lain siswa lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru, siswa tidak malu dalam mengungkapkan ide-idenya mengenai materi yang disampaikan guru. Siswa dapat bekerja sama dan bertukar pikiran dengan kelompoknya pada saat diskusi. Hal ini sejalan juga dengan tujuan penggunaan model inkuiri terbimbing menurut Putra (2013: 91), model inkuiri adalah model dimana siswa menemukan sendiri tentang konsep yang dipelajari, siswa dapat lebih memahami ilmu, dan ilmu tersebut dapat bertahan lama.
Pada penelitian ini proses penyampaian materi dibantu dengan media video, dimana guru berperan dalam membimbing dan memberikan gambaran kepada siswa untuk menemukan
masalah dan menjawab masalah tersebut sehingga lebih terarah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erniwati, Eso dan
Rahmia (2015: 271) yang berjudul “Penggunaan Media Praktikum Berbasis Video dalam Pembelajaran IPA-Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan
Perubahannya”. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa proses pembelajaran
berbasis dapat meningkatkan hasil pembelajaran serta meningkatkan pemahaman karena siswa mendapatkan gambaran secara jelas terhadap materi yang dipelajari.
Adapun langkah-langkah yang digunakan pada model inkuiri terbimbing berbantuan video dalam penelitian ini (1) Tahap orientasi yaitu untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
menyampaikan apersepsi, motivasi dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada siklus satu hanya beberapa siswa yang memberikan pendapatnya, namun pada siklus dua terdapat peningkatan yakni siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya. (2) Tahap merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Guru membimbing siswa untuk merumuskan masalah mengenai materi yang akan dibahas. Tahap perumusan masalah pada penelitian ini ialah guru memberi gambaran kepada siswa untuk merumuskan masalah melalui narasi yang tercantum di dalam LKS. (3) Tahap merumuskan kesimpulan yakni guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban sementara mengenai masalah yang diuraikan oleh siswa sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul. (4) Tahap mengumpulkan data adalah kegiatan menyaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dilakukan. Pada tahap ini proses pembelajaran menggunakan video sebagai sarana untuk mengumpulkan data. Peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Pada tahap ini guru membimbing dan mengarahkan siswa agar mengumpulkan data sesuai dengan prosedur yang tercantum di dalam LKS. (5)
Tahap menguji hipotesis adalah proses
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan data. Tahap menguji hipotesis ini siswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan data-data yang didapatkan pada tahap pengumpulan data. Pertanyaan- pertanyaan tersebut sudah tercantum didalam LKS. (6) Tahap merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Pada penelitian ini siswa diminta untuk membuat kesimpulan sesuai dengan perintah yang terdapat dalam LKS dan mengkaitkan dengan teori-teori.
Adapun hasil perhitungan pada proses
pembelajaran siklus satu, terdapat satu kegiatan yang tidak dilaksanakan oleh guru yaitu tidak semua kelompok melakukan presentasi karena
waktu yang telah diperhitungkan untuk
presentasi terhambat oleh kegiatan siswa. Hal ini
menyebabkan proses pembelajaran tidak
mencapai persentase sebesar 100%. Namun setelah dilakukan refleksi proses belajar
mengalami peningkatan mencapai 100%,
sehingga proses pembelajaran tercapai dengan maksimal. Peningkatan proses belajar ini tersaji pada diagram berikut.
Gambar 1. Grafik Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Dilihat pada Gambar 1 perkembangan
peningkatan proses pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan video telah mencapai indikator kinerja yang diarapkan yakni pada siklus I sebesar 95% dan pada siklus II sebesar 100%. Hasil belajar yang dimaksud dalam skipsi ini adalah hasil belajar IPA khususnya pada materi sistem pernapasan di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak dengan nilai hasil tes tertulis yang dilakukan diakhir setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian, model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video dapat meningkatkan hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua. Pada siklus satu jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa sedangkan pada siklus dua jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 34 siswa. Dari hasil tersebut diketahui terjadi peningkatan jumlah
siswa yang mencapai KKM sebanyak 7 siswa. Persentase peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak pada materi sistem pernapasan setelah penerapan model inkuiri terbimbing berbantuan video meningkat sebesar 18,42% dari persentase siklus satu sebesar 71,05% dan siklus dua sebesar 89,47%. Dari data ketuntasan hasil belajar siswa dapat dinyatakan bahwa siklus dua meningkat dari indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 75%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Uno dan Nurdin (2013: 190), bahwa tingkat penguasaan materi dalam konsep belajar tuntas diterapkan antara 75%-90%.
Gambar 2. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
71.05%
89.47%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Siklus 1 Siklus 2
Pers
e
n
ta
se
H
asi
l
Be
laj
ar
Kl
asi
ka
l
Kenaikan 18,42%
Hasil belajar dikatakan berhasil apabila
mencapai indikator kerja ≥ 75%. Pada siklus dua guru berupaya untuk memperbaiki segala kekurangan yang terjadi pada siklus satu. Berdasarkan tes hasil belajar yang dilakukan pada siklus dua hasil belajar siswa mengalami peningkatan jumlah persentase menjadi 89,47%.
Hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua mengalami peningkatan karena guru sudah berusaha menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih baik, dari hasil observasi dan refleksi guru mampu membuat siswa
menguraikan ide-ide dan menjawab
pertanyaan serta membimbing siswa dalam berdiskusi sehingga terciptanya suasana belajar yang kondusif. Menurut Putra (2013: 29), suasana belajar sangat penting karena berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi komunikatif dua arah, yaitu antara guru dengan siswa. Selain itu, jika suasana belajar berlangsung baik dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tindakan siklus satu dan siklus dua serta analisis data menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak sebesar 18,42% dari siklus satu yaitu 71,05% menjadi 89,47% pada siklus dua. Peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan video diperkuat
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Nugroho, dkk (2012) bahwa, pembelajaran inkuiri terbimbing melalui labolatorium virtuil dan labolatorium riil berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Selain itu dilakukan penelitian oleh Rosita, Vanny dan Lestari (2015: 255) bahwa, penerapan model inkuiri cukup efektif untuk
meninggalkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran ini dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru, menjadi
belajar dengan banyak berpikir serta
menemukannya secara langsung. Kemudian didukung pula oleh penelitian yang dilakukan
oleh Noviyanto, dkk (2015) bahwa,
penggunaan media video animasi sistem pernapasan manusia dapat meningkatkan hasil belajar biologi. Serta penelitian oleh Erniwati, Eso, dan Rahmia (2014: 273) bahwa, pembelajaran dengan menggunakan media video ini dapat dijadikan alternatif
pembelajaran baru bagi guru, karena
pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Setelah melakukan tindakan sebanyak dua siklus meggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video, maka dapat disimpulkan dari penelitian bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan video pada materi sistem
pernapasan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII B SMP Negeri 10 Pontianak pada siklus satu sebesar 71,05% pada siklus satu sedangkan pada siklus dua sebesar 89,47% serta proses pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik sesuai
dengan rancangan pembelajaran.
Terlaksananya pembelajaran pada siklus satu mencapai 95% dan pada siklus dua 100%.
Saran
Berikut adalalah saran yang dapat
peneliti sampaikan yaitu (1) Model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan video dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menyampaikan materi IPA. (2) Pada penelitian ini belum diamati pengaruh terhadap aktivitas, minat, kreatifitas dan motivasi sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. (3) Pada penelitian ini menggunakan LKS dan video sehingga perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai.
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, A. (2013). Media Pembelajaran.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanti, E.P,. Rinanto, Y dan Dwiastuti, S.
(2015). Peningkatan Kemampuan
Penalaran Ilmiah Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia. Jurnal Pendidikan Matematika Sains Tahun III No. 2. (Online). (https://journal.uny.ac.id/index.php/jpms /article/download/10948/8204,
dikunjungi pada tanggal 14 Agustus 2017).
Erniwati., Eso. R, dan Rahmia. S. (2015). Penggunaan Media Praktikum Berbasis Video dalam Pembelajaran IPA-Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Pokok Suhu dan
Perubahannya. Jurnal Sains dan
Pendidikan Fisika Vol. 10 (3): 263-273. (Online).
(http://id.portalgaruda.org/?ref=browse &mod=viewarticle&article=314473, dikunjungi pada tanggal 20 juli 2017).
Faizi, M. (2013). Ragam Metode
Mengajarkan Eksakta Pada Murid. Jogyakarta: Diva Press.
Kurniawati, A., Kukuh, S, dan Wiwi Isnaeni. (2014). Pengaruh Guide Inquiry Berbasis Proyek Terhadap Aktivitas
Rismayanti, N. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Inkiri Terbimbing Untuk Meningkatakan Kreativitas dan Hasil Belajar Pada Materi Pola Hereditas Kelas XII IPA MAN 1
Pontianak. (Online).
(library.um.ac.id/free-contents/savedocpub.php/materi.doc, dikunjungi pada tanggal 14 Agustus 2017).
Rosita., Agustina, V. M, dan Lestari. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing di Kelas IV SD
Inpres 3 Terpencil Baina’a. Jurnal Kreatif Tadulako. Vol. 4 (6): 204-256. (Online)
(http://ojs.unm.ac.id/index.php/JSdPF/ar
ticle/download/964/236, dikunjungi pada tanggal 24 juli 2017).
Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Agresindo.
Sudjana, N dan Rivai. (2013). Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Agresindo.
Sefriyan, D., Caswita., dan Coesamin, M. (2013). Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2
(1) : 29 – 36. (Online).
(http://download.portalgaruda
.org/article.php, dikunjungi pada tanggal 13 Desember 2016).
Slameto. (2007). Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohammad.
(2013). Belajar Dengan Pendekatan
PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Yamasari, Y. (2010). Pengembangan Media
pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang berkualitas. Seminar Nasional Pasca Sarjana X-ITS.
Yuniastuti, E. (2013). Peningkatan
Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VII SMP Kartika V-1
Balikpapan. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Vol 14 (1): 78–86. (Online).
(http://jurnal.upi.edu/educationist/view/1
740/, dikunjungi pada tanggal 1