• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan Masyarakat Desa Tujuan Ata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesejahteraan Masyarakat Desa Tujuan Ata"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Harian TIMOR EXPRESS Kupang

Kamis, 17 Desember 2015 - 08:46:04 WIT | dibaca: 15 pembaca

Read more: http://www.timorexpress.com/opini/20151217084604/kesejahteraan-masyarakat-desa-tujuan-ataukah-masalah#ixzz3udDVkRjU

Kesejahteraan Masyarakat Desa: Tujuan Ataukah Masalah?

Sebuah Kajian Administrasi Publik dengan Pendekatan Systems Thinking Dosen Administrasi Publik, Universitas Brwijaya Malang

Ike Wanusmawatie

PERGANTIAN kepemimpinan diikuti dengan perubahan kebijakan adalah sebuah tradisi dalam berpemerintahan di Indonesia. Perubahan di tingkat nasional diikuti pula perubahan hingga ke level lokal yang berujung pada discontinuitaskebijakan baik berupa program maupun proyek. Diskontinuitasadalah salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan penyelenggaraanpemerintahan. Adapun tujuan tersebut jelas tertuang dalam pembukaan UUD 1945,yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.

Salah satu pencapaian kesejahteraan umum dapat dilihat dari indikator tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat perekonomian masyarakat yang merupakan komponen dari indeks pembangunan manusia (IPM). Selanjutnya derajat IPM berkaitan dengan kondisi kemiskinan masyarakat di sebuah wilayah. Kawasan perdesaan merupakan wilayah yang rentan akan kemiskinan. Berdasarkan data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa komposisi masyarakat miskin di pedesaan lebih tinggi dibandingkan masyarakat di wilayah perkotaan (http://www.jurnalparlemen.com/view/7389/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-naik-1137-persen.html. Informasi ini menunjukkan bahwa terdapat "masalah" di pedesaaan. Masalah muncul karena adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan realita sehingga menimbulkan implementation gap. Semakin tinggi derajat kesenjangan antara harapan dengankenyataan, semakin menunjukkan kompleksitas sebuah masalah. Kesejahteraan masyarakat desa selalu disebut dalam setiap pengaturan tentang Desa, yaitu UU No. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa, UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan juga yang berlaku saat ini yaitu UU No. 6/2014 tentang Desa. Kesejahteraan ini adalah tujuan penyelenggaraan pemerintahan desa yang diharapkan namun realitanya belum tercapai secara optimal. Dengan demikian statusnya meningkat menjadi masalah yang kompleks. Mengapa kompleks?, karena banyak elemen yang mempengaruhi dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya serta diikuti perubahan waktu dan kondisi yang selalu berubah.Namun, sayang banyak kajian dan hasil penelitian yang parsial dalam mendekati permasalahan ini, contoh masalah kesejahteraan hanya dilihat dari sisi pelaksanaan alokasi dana desa, pemberdayaan masyarakat, pelayanan publik dan kinerja perangkat desa, kapasitas pemerintahan desa serta partisipasi masyarakat dalam musrenbangdes. Program-program pemberian dana bantuan untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat adalah salah satu contoh pendekatan yang bersifat parsial. Apakah setelah diberi bantuan dana, kesejahteraan masyarakat desa akan optimal? Masalah lain akan muncul bahkan lebih parah yaitu mental ketergantungan yang semakin tinggi terhadap pemerintah. Hal ini memperkuat apa yang disampaikan Senge dalam The Fifth Discipline: The Art and Practise of The Learning Organization(1990: 46) yaitu the cure can be worse than the disease. Artinya penyembuhan yang dilakukan (solusi) bisa lebih buruk dibandingkan penyakitnya (masalah) sendiri.

(2)

Harian TIMOR EXPRESS Kupang

Kamis, 17 Desember 2015 - 08:46:04 WIT | dibaca: 15 pembaca

Read more: http://www.timorexpress.com/opini/20151217084604/kesejahteraan-masyarakat-desa-tujuan-ataukah-masalah#ixzz3udDVkRjU

pendahulunya, kurang memperhatikan substansinya sehingga yang terjadi perubahan "nama" tetapi isinya sama; (3) terjebak pada penyelesaian permasalahan yang sering nampak di permukaan (events), bukan menemukan pola dan trend akar masalah akibatnya solusi yang dihasilkan bersifat reaktif dan jangka pendek. Oleh karena itu diskontinuitas kebijakan yang diturunkan menjadi program, proyek dan kegiatan selalu mewarnai praktek penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di Desa. Pemberian kewenangan dan dana desa yang besar terhadap Desa (pemerintahan desa) dianggap cara yang berbeda dengan kebijakan sebelumnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Benarkah ini cara yang berbeda dan lebih menjamin daripada kebijakan sebelumnya?. Sibuk memformulasikan cara, namun lupa mengidentifikasi akar masalah yang semakin hari makin kompleks, akibatnya kebijakansilih berganti namun kesejahteraan masyarakat belum optimal juga.

Systems thinking adalah sebuah kerangka berpikir yang dapat digunakan untuk merubah organisasi pemerintah desa menjadi efektif dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Adapun caranya dengan menemukan pola dan bentuk permasalahan organisasi melalui pemahaman yang komprehensif terhadap berbagai elemen, bentuk interaksi dan leverage-nya (pengungkit). Dalam perspektif systems thinking seluruh komponen dipertimbangkan, sehingga diperoleh pemahaman tentang kompleksitas elemen yang mempengaruhi pada tingkatan struktur sistem (systemic structure), dalam hal ini adalah sistem pemerintahan desa.Adapun sub sistem yang menyusun sistem pemerintahan desa adalah sub sistem pemerintahan pusat, sub sistem pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten/kota termasuk Satuan Kerja Perangkat Daerah), sub sistem sektoral, sub sistem pemerintah desa sendiri, sub sistem lembaga swadaya masyarakat, sub sistem Badan Perwakilan Desa, sub sistem lembaga kemasyarakatan desa, dan sub sistem masyarakat desa. Selanjutnya dari subsistem-sub sistem tersebut diuraikan unsur-unsur yang mempengaruhinya beserta interaksinya seperti halnya sumber daya perangkat desa, keuangan desa, kapasitas pemerintahan desa, peran lembaga kemasyarakatan dan BPD, kepemimpinan kepala desa, peran informal leader dalam hal ini adalah tokoh-tokoh masyarakat termasuk tokoh adat, karakteristik dan partisipasi masyarakat, kondisi geografis desa,pengetahuan masyarakat, infrastruktur Desa, sarana dan prasarana, dan kearifan lokal. Pemahaman ini membutuhkan sebuah model untuk menjelaskannya. Model is defined as being a representation of the real world (Mani & Cavana, 2000: 20) seperti yang dijelaskan dalam bukunya, Systems Thinking Modelling: Understanding Change and Complexity. Model dikonstruksikanberdasarkan interaksi antar elemen, selanjutnya menjadi acuan untuk menghasilkan solusi berupa produk skenario kebijakan untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat yang bersifat jangka panjang dan antisipatif. Tahapan-tahapan tersebut membutuhkan prosespenelitian dengan bantuan alat analisis yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, bukan hanya gagasan popular yang kemudian dituangkan dalam kertas politik menjadi sebuah kebijakan. Semua ini dilakukan dalam rangka menghindari diskontinuitas untuk mencapai tujuan sekaligus menyelesaikan masalah, yaitu kesejahteraan masyarakat desa.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan dari peraturan perundang- undangan dalam administrasi kependudukan untuk mengatasi kepemilikan tanah absentee dalam praktik masih terdapat pelanggaran dengan

Penulis dengan menyebarkan angket dan wawancara, demi mendapatkan hasil yang lebih akurat, berharap hasil penelitian dapat mmebantu pembelajar bahasa Mandarin terutama mahasiswa

1) Pengujian dan penghilangan kesalahan sulit karena tidak dapat dipisahkan dan dilokalisasi, namun praktik pemrograman yang berdisiplin bagus dapat mempermudah

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman

Puji Syukur dan terimakasih penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yesus Kristus yang baik, karena atas rahmat dan pertolongan-Nya penulis mampu menyusun dan

Dengan Rancangan Renstra 2020-2024 ini pula diharapkan unit-unit kerja di lingkungan Pengadilan Agama Muara Labuh memilki pedoman yang dapat dijadikan penuntun bagi

Berdasarkan penelitian ini untuk menunjukkan efektivitas fitoremediasi menggunakan tumbuhan bunga kana dan tumbuhan kayu apu secara sistem hidroponik selama

pendidikan musik UPI dan sejak tahun 2004 belum pula kurikulum yang dipakai belum mengalami perubahan sampai saat ini. Pada dasarnya, mempelajari alat musik Flute