• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PERILAKU MASY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PERILAKU MASY"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PERILAKU MASYARAKAT ADAT DESA PAKRAMAN UBUD KABUPATEN GIANYAR DI TENGAH ERA

GLOBALISASI

Oleh: Luh Putu Dharanika Pradjna Dewi

0911223017

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya 2014

ABSTRAK

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia termasuk dalam kegiatan pariwisata. Pariwisata dan globalisasi tentunya akan membawa berbagai dampak baik positif maupun negatif. Salah satu tujuan pariwisata Bali adalah Desa Ubud. Keberadaan Desa Pakraman Ubud yang masih alami tentunya menjadi menarik untuk diamati ketika bagaimana masyarkat adat khususnya bagaimana komunikasi yang mereka lakukan ketika bersinggungan secara langsung dengan globalisasi akibat pesatnya pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat adat di tengah era globalisasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian etnografi komunikasi yang berfokus pada perilaku yang terjadi pada masyarakat desa pakraman Ubud. Perilaku disini adalah bagaimana masyarakat adat berkomunikasi dalam kehidupan sehari – hari khususnya di tengah era globalisasi.

(2)

maupun kehidupan sehari – hari. Disini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa bali yang masih sesuai dengan struktur masih dipergunakan dengan baik pada berbagai lapisan masyarakat adat. Hal ini juga merupakan bagian dari perilaku komunikasi yang khas pada desa pakraman ubud. Selain itu keberadaan Puri atau kerajaan dan masih menganut sistem kasta juga masih ada dalam desa pakraman Ubud sehingga secara tidak langsung memberikan pengaruh kepada keberadaan bahasa bali maupun nilai – nilai kebudayaan. Perkembangan globalisasi juga memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat adat,namun sampai saat ini masih tetap bisa menjaga kebudayaan dan kealamian desa pakraman ubud.

Kata Kunci : Etnografi komunikasi di era globalisasi. Komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi, Puri, Perilaku masyarakat adat, Bahasa Bali.

I. Latar Belakang

Globalisasi adalah salah satu kata yang marak diperbincangkan pada saat ini. Globalisasi menerpa hampir seluruh bagian di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Globalisasi bisa saja di pandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin terkait satu sama lain (Herimanto&Winarno, 2010, h. 84). Globalisasi yang ada di Bali tidak dapat terlepaskan dari adanya keberadaan pariwisata yang tinggi. Pariwisata di Bali tentunya memberikan perkembangan tersendiri pada berbagai sektor khususnya pada sektor perekonomian.

(3)

adanya komunikasi antara semua komponen. Globalisasi , pariwisata dan komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.

Bali adalah salah satu tujuan wisata yang secara tidak langsung mengalami globalisasi dari adanya industri pariwisata yang berkembang pesat. Tentunya hampir semua daerah tujuan pariwisata tidak dapat menghindari globalisasi. Begitu juga Ubud. Ubud adalah salah satu tujuan wisata yang ada di Bali yang terkenal dengan sebutan Desa Seni dan Budaya. Ubud adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar yang dimana didalam kecamatan tersebut terdapat Desa Adat atau lebih dikenal dengan Desa Pakraman. Desa adat (Desa Pakraman) Ubud adalah salah satu desa adat yang masih mampu manjaga kealamian daerahnya di tengah era globalisasi yang tinggi dari adanya pariwisata yang berkembang.

Masyarakat adat adalah salah satu bagian penting sebagai bagian dari pemegang sistem sosial yang secara tidak langsung menciptakan kebudayaan, khusunya pada Desa Pakraman Ubud. Keberadaan masyarakat dengan Desa Pakraman tidak bisa dipisahkan begitu saja. Masyarakat adat memiliki peran penting dalam menjaga kebudayaan serta nilai daerahnya. Peran masyarkat adat dapat diketahui dari perilaku yang mereka lakukan baik terkait kegiatan sehari – hari maupun kegiatan religi.

Dari sini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku komunikasi masyarakat adat desa pakraman ubud di tengah pariwisata yang pesat dimana tentunya membawa globalisasi. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena bagaimana masyarakat adat masih menggunakan bahasa bali dengan baik sebagai bahasa yang khas desa pakraman ubud. Selain itu penelitian ini juga mampu mengambarkan kegiatan yang khas pada masyarakat adat desa pakraman ubud di tengah era globalisasi.

(4)

namun lebih kepada perilaku komunikasi yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari – hari.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi karena etnografi komunikasi sendiri dapat di gunakan untuk mengamati perilaku komunikasi manusia dalam konteks budaya tertentu. (Kuswarno, 2008, h. 35). Selain itu secara mendasar fokus dari penelitian etnografi komunikasi terdapat pada komuniti bahasa yang diatur sebagai sistem pada bagian peristiwa komunikasi (saville&troike, 2003, h. 3). Dalam etnografi komunikasi ruang lingkup penelitian dibatasi pada berbagai tindakan atau kegiatan seseorang ataupun kelompok ketika terlibat dalam proses komunikasi namun tetap dalam konteks sosial kultural. (Kuswarno, 2008, h. 35).

Memanfaatkan metode etnografi komunikasi peneliti tentunya memerlukan pengamatan mendalam pada perilaku masyarakat adat khususnya bagaimana mereka berkomunikasi sehari – hari, peristiwa komunikasi apa saja yang muncul tentunya dalam konteks kebudayaan khususnya kebudayaan Bali dengan fokus pada perilaku masyarakat adat Desa Pakraman Ubud maka dari ini peneliti mengangkat penelitian dengan judul “Studi Etnografi komunikasi Perilaku Masyarakat Adat Desa Pakraman Ubud Kabupaten Gianyar di Tengah Era Globalisasi.”

Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti yang disampaikan peneliti, mengerucut pada rumusan masalah, yakni:

Bagaimana perilaku masyarakat adat Desa Pakraman Ubud Kabupaten Gianyar Bali di tengah era globalisasi?

II. KAJIAN PUSTAKA

a. Kebudayaan Global dan Masyarakat Adat

(5)

berbagai negara seiring perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi, globalisasi ekonomi, juga globalisasi di bidang tayangan televisi dan film. Bahkan, gencarnya perdagangan internasional program-program televisi dan film membuat globalisasi budaya semakin tak terbendung (Muharromaningsih, 2006, h. 50).

Globalisasi bisa saja di pandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan Negara di dunia makin terkait satu sama lain (Herimanto&Winarno, 2010, h. 84). Selain itu Meinarno, Bambang & Rizka (2011, h. 246) juga menjelaskan bahwa akulturasi adalah pertukaran fitur – fitur kebudayaan yang terjadi karena kontak langsung antara beberapa kelompok manusia dengan kebudayaan berbeda yang secara perlahan dapat diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menjadikan kebudayaan asli kelompok hilang.

Perilaku masyarakat tidak dapat dipisahkan pada dasarnya perilaku berorientasi pada tujuan. Dan perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar oleh yang bersang kutan. Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang nyata berada dalam alam bawah sadar (Hersey&Blanch, 2004, h. 68). Selain itu menurut (Pace&Faules, 2010, h. 425) menjelaskan perilaku berarti suatu bentuk tindakan terbuka (overt) yang dapat dilihat dan dikenali orang lain. Seperti menundukkan kepala, tersenyum, berbicara, melangkah dan memegang tangan.

b. Bahasa Sebagai Unsur Pembentuk Kebudayaan

(6)

Seperti yang telah disebutkan sebalumnya bahwa bahasa merupakan pembentuk kebudayaan, begitu pula bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Dan biasanya bahasa verbal menggunakan kata – kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. (Mulyana 2008, h. 261) Keterkaitan bahasa sebagai komunikasi verbal tentunya mendukung terjadinya hubungan sosial dalam suatu masyarakat. Dimana masyarakat adat saling berinteraksi setiap hari dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang utama.

Keberadaan bahasa yang menjadi begitu penting baik dalam sebuah kebudayaan maupun sebagai alat komunikasi suatu masyarakat membuatnya menjadi fokus untuk di teliti dalam etnografi komunikasi. Peneliti melihat bahwa bahasa yang di gunakan masyarakat adat Desa Pakraman Ubud memiliki ke khasan tersendiri.

c. Komunikasi Non Verbal

Dalam etnografi komunikasi yang menjadi objek penelitian adalah perilaku komunikasi yang di dalamnya salah satunya adalah aktivitas komunikasi. Dalam sebuah bagan (Kuswarno 2011, h. 47) menjelaskan bahwa ada tindak – tindak ujaran yang merujuk pada peristiwa komunikasi. Dan salah satu yang termasuk dalam tindak ujaran adalah komunikasi non verbal.

Komunikasi non verbal adalah segala bentuk komunikasi selain komunikasi lisan. Selain itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan non verbal, non verbal adalah komunikasi diluar kata-kata terucap atau tertulis (Suranto 2010, h. 153). Sedangkan menurut Samovar, pesan-pesan nonverbal dibagi menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan dan para bahasa, Kedua: ruang, waktu dan diam. (Samovar, Porter dan Mc. Daniel 2007, h. 168)

(7)

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

a. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.

b. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

2. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. 3. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan

ruang. Dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

Seperti telah di ungkapkan (Kontjaraningrat, 2009, h. 165) salah satu unsur pembentuk kebudayaan adalah kesenian. Hampir semua kebudayaan di Indonesia menarik dan perlu di lestarikan. Begitu juga dengan Bali, keberadaan berbagai kesenian khas seperti seni musik (gamelan), seni rupa berupa lukisan yang biasanya menjadi pekerjaan hampir sebagian masyarakat Bali serta tentunya seni tari berbagai tarian khas Bali yang menjadi dasar untuk mempertahankan kebudayaan dan sekaligus sebagai sarana promosi pariwisata.

d. Komunikasi Antarpribadi

(8)

berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Devito, 1997, h. 231). Masih dalam buku yang sama (Devito, 1997, h. 231) juga menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

(Uchjana,2003, h. 62) menyebutkan komunikasi antarpribadi dibagi menjadi dua jenis yakni:

a. Komunikasi diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni seseorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seseorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens.

b. Komunikasi triadic (Triadaic Commuication)

Komunikasi triadic adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik komunikasi diadik lebih efektif karena komunikator dapat memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan.

Rogers dalam (Uchjana, 2003, h. 65) mengetengahkan homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi antarpribadi. Hemophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifatnya (attribute), seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Sedangkan heterophilly memiliki arti derajat pasangan orang – orang yang berinteraksi yang berbeda dalam sifat – sifat tertentu.

(9)

Konsep Simbolik interaksionisme didasarkan pada ide – ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat di interpretasikan secara luas. Ralph LaRossa dan Donald C.Raitzes (dalam West & Turner, 2009, h. 98) menyebutkan bahwa asumsi – asumsi memperlihatkan tiga tema besar yaitu:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia 2. Pentingnya konsep mengenai diri

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Asumsi – asumsi pada konsep interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respon orang berkaitan dengan rangsang tersebut. Selain itu (Blumer dalam West & Turner, 2009, h. 100) menyatakan bahwa makna adalah produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi.Simbolik interaksionisme juga menjelaskan bagaimana hubungan antara individu dan masyarakat. Bagaimana orang dan kelompok dipengaruhi oleh proses sosial dan budaya yang dimana norma – norma sosial membatasi perilaku individu.

f. Komunikasi Kelompok

Komunikasi yang dilakukan antara masyarakat adat dalam banjar biasanya dilakukan lebih 30 orang. Kegiatan yang rutin dilakukan adalah sangkep (rapat) banjar. Melihat jumlah komunikan yang terlibat dalam proses komunikasi khususnya dalam kegiatan seperti sangkep banjar maka dapat disimpulkan bahwa proses ini dalam tatanan komunikasi kelompok.

(10)

kondisi komunikan. Ditinjau dari jumlah komunikannya, (Uchjana, 2003, h. 9) membagi komunikasi kelompok menjadi dua yaitu :

a. Komunikasi kelompok kecil

Ujchana mendefinisikan kelompok menjadi kelompok kecil apabila proses komunikasi yang terjadi dapat diubah menjadi komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan. Masukan yang dterima dalam komunikasi kelompok kecil memungkinkan bersifat rasional, dan dalam keaggotaannya msing – masing memungkinkan saling menjaga perasaan. (Ujchana, 2003, h. 11)

b. Komunikasi kelompok besar

Jika dalam komunikasi kelompok kecil proses komunikasinya dapat diubah menjadi komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan. Pada komunikasi kelompok besar hal ini agak susah untuk dilakukan. Pada komunikasi kelompk besar kemungkinan terjadinya komunikasi antar pribadi lebih sedikit. Selain itu dalam komunikasi kelompok besar.

Keberadaan suatu komunikasi kelompok dalam masyarakat memiliki fungsi-fungsi yang akan memberikan manfaat bagi anggotanya maupun masyarakat. (Bungin, 2007, h. 270) mendefinisikan lima fungsi komunikasi kelompok antara lain : 1) Hubungan sosial

Suatu kelompok mampu memelihara dan menjaga hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana menjalankan sesuatu yang bersifat rutin dan memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk menjalankan berbagai aktifitas sosial.

2) Pendidikan

Dalam sebuah kelompok dapat terjadi pertukaran pengetahuan. Saling memberikan informasi ataupun pengetahuan yang didapatkan dan dipelajari bersama dalam kelompok.

3) Persuasif

(11)

4) Problem solving

Dalam komunikasi kelompok memungkinkan terjadinya pemecahan terhadap masalah yang mungkin timbul.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Masyarakat Desa Pakraman Ubud memiliki kebudayaan yang khas dan masih mampu dijaga hingga saat ini di tengah adanya globalisasi yang tinggi dari adanya industri pariwisata. Kebudayaan Desa Pakraman Ubud berada pada sistem sosial yang masih dipegang teguh oleh masyarakat adat bersama dengan semua pengurus (prajuru). Keberadaan kebudayaan yang masih lestari hingga saat ini menjadi hal yang menarik karena globalisasi tidak bisa dihindari.

Kebudayaan Desa

Pakraman Ubud Bali Globalisasi

Dampak Positif

Dampak Negatif Perilaku

Masyarakat adat Desa Pakraman

Ubud Bali

Studi Etnografi Komunikasi pada perilaku

masyarakat adat

Perilaku masyarakat adat Desa Pakraman Ubud Kabupaten

(12)

Tingginya pariwisata yang membawa globalisasi tentunya secara tidak langsung akan memberikan pengaruh kepada perilaku komunikasi masyarakat adat Desa Pakraman Ubud. Pengaruh yang terjadi bisa saja pengaruh yang positif maupun negatif. Karena keberadaan sistem religi dan adat yang masih dijalankan dengan baik oleh masyarakat adat maka kebudayaan Desa Pakraman Ubud hingga saaat ini masih mampu dijaga dengan baik.

Perilaku masyarkat adat baik komunikasi secara verbal maupun non verbal yang terjadi dalam Desa Pakraman Ubud adalah fokus utama penelitian karena perilaku komunikasi masyarakat adat bisa saja mengalami perubahan akibat adanya globalisasi yang tinggi dari adanya industri pariwisata.

Studi etnografi komunikasi yang nantinya digunakan untuk melakukan pengamatan kepada segala perilaku masyarakat adat desa pakraman Ubud terkait dengan penerapan bahasa Bali sebagai salah satu bagian dari kebudayaan yang masih terjaga dengan baik.

IV. METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diketahui peneliti tentang studi etnografi komunikasi perilaku masyarakat adat desa pakraman Ubud, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan memanfaatkan metode Etnogarafi Komunikasi. Teknik pengumpulan data menggunakan Observasi partisipan, wawancara semi terstruktur serta wawancara tak terstruktur, selain itu dilengkapi dengan dokumentasi.

(13)

Kaitannya dengan metode, Genzuk (2000) berpendapat bahwa istilah etnografi komunikasi mengacu pada riset sosial yang mempunyai kebanyakan dari corak yakni sebagai berikut:

a. Perilaku masyarakat dipelajari dalam konteks kehidupan sehari – hari, bukannya di bawah kondisi – kondisi yang sengaja diciptakan oleh peneliti dalam penelitian.

b. Data dikumpulkan dari bidang sumber, tetapi pengamatan partisipan dan percakapan dengan subyek penelitian biasanya merupakan data utama dalam penelitian ini.

c. Pendekatan yang digunakan dalam pengumpulan datanya adalah “tidak tersusun” dengan pengertian bahwa itu tidak melalui suatu rencana terperinci yang telah ditetapkan sejak awal; tidak pula kategori untuk menginterpretasikan apa yang orang – orang katakana dan lakukan tersebut telah ditetapkan sejak awal. Ini tidak berarti bahwa riset ini tidak sistematis; hanya bahwa pada awalnya data dikumpulkan dalam bentuk yang sementah – mentahnya dan seluas – luasnya.

d. Fokus penelitian pada umumnya tunggal atau kelompok, dan biasanya dengan skala yang relatif kecil. Dalam riset sejarah fokus bisa jadi individu tunggal.

e. Analisa data melibatkan interpretasi makna dan fungsi tindakan manusia. Sebagian besar mengambil format penjelasan dan uraian lisan, hitungan dan analisa statistik lainnya yang berperan sebagai data tambahan.

Secara terperinci dijelaskan Hymes (dalam Kuswarno, 2011, h. 37) mengemukakan tahapan – tahapan etnografi komunikasi dalam suatu masyarakat tutur, melalui penjelasan berikut:

Sebagai langkah awal untuk mendiskripsikan dan menganalisis pola komunikasi yang ada dalam suatu masyarakat, adalah dengan mengidentifikasikan peristiwa – peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang. Langkah selanjutnya menginventarisasi komponen yang membangun peristiwa komunikasi, kemudian menemukan hubungan antar komponen tersebut.

Jadi yang dimaksud tahapan penelitian etnografi komunikasi adalah seperti berikut ini(Kuswarno, 2011, h. 37)

1. Identifikasi peristiwa – peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang (Recurrent events)

(14)

3. Temukan hubungan antar komponen komunikasi yang membangun peristiwa komunikasi, yang akan dikenal kemudian sebagai pemolaan komunikasi (commucation patterning).

Hasil akhir dari penelitian etnografi komunikasi adalah penjelasan pemolaan komunikasi melalui kategori – kategori ujaran. Kategori ujaran adalah pengelompokan peristiwa dan tindak komunikatif kedalam setting tertentu, atau hubungan antara komponen – komponen komunikasi dalam setting komunikasi tertentu (Kuswarno, 2011, h. 38).

Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi yang memfokuskan pada perilaku yang terjadi dalam masyarakat adat Desa Pakraman Ubud. Perilaku disini lebih di batasi dalam konteks segala aspek kebudayaan Bali yang di wakili kegiatan keseharian masyarakat adat Desa Pakraman Ubud di tengah era globalisasi, yang muncul bersamaan dengan pesatnya industri pariwisata.

Sebagai sebuah metode penelitian etnografi komunikasi tidak jauh dari jenis pendekatan yang biasanya kita gunakan dalam kehidupan sehari – hari untuk bisa memahami lingkungan kita. Penelitian ini jauh lebih sedikit dan lebih khusus secara teknis jika dibandingkan dengan pendekatan lainnya seperti eksperimen atau survei sosial. Walaupun demikian semua metode riset sosial mempunyai asal historis mengenai tata cara masing – masing metode dalam mengumpulkan informasi tentang dunia kehidupan mereka sehari – hari.

V. PEMBAHASAN

Komunikasi antarpribadi dalam desa pakraman ubud tampak dalam beberapa golongan terbagi kedalam beberapa kasta. Namun adanya kasta tidak memberikan kesenjangan sosial yang berarti. Lebih tepatnya dengan keberadaan kasta inilah membuat seluruh masyarakat desa pakraman ubud menjadi sadar dan semakin memahami dan mampu menerapkan struktur penggunaan bahasa bali sesuai dengan kegunaannya.

(15)

peneliti selama melakukan penelitian adalah terkait dengan kegiatan adat yang selalu rutin yaitu sangkep (rapat) maupun paruman (sejenis sangkep) segala kegiatan yang terjadi dalam masyarakat adat tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi kelompok yang dimaksudkan adalah ketika akan mengadakan berbagai kegiatan maupun pembagian tanggung jawab ataupun segala hal terkait masyarakat selalu dibahas dalam rapat.

Keberadaan wisatawan dan masyarakat adat memungkinkan terjadinya komunikasi antar budaya. Selain itu berdasarkan konsep yang disebutkan McLuhan tentang konsep desa global adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Dari konsep ini tampak bahwa Desa Pakraman Ubud secara tidak langsung menerima keberadaan pariwisata yang memberikan dampak pada keterkenalan desa pakraman ubud.

Berdasarkan temuan penelitian keberadaan Puri (kerajaan) masih memberikan pengaruh kepada keberlangsungan struktur bahasa Bali, seni dan ritual maupun segala kegiatan yang ada dalam Desa Pakraman Ubud tidak dapat terlepaskan dari adanya Puri dan tentunya masih membawa sistem Kasta yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Golongan Puri memegang kasta ksatria dimana keberadaan mereka secara tidak langsung saling berpengaruh terhadap masyarakat adat yang ada di sekitarnya.

Komunikasi non verbal menurut (Samovar, Porter dan Mc Daniel, 2007, h. 168) menyatakan bahwa komunikasi non verbal adalah perilaku yang terdiri dari penampilan, pakaian, gerakan, maupun postur tubuh, ekspresi muka. Berdasarkan temuan peneliti segala secara non verbal khususnya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan kepada keberadaan puri (kerajaan) yang masih memegang sistem kasta.

(16)

sedangkan orang biasa ketika berbicara dengan orang berkasta cenderung menggunakan bahasa Bali halus untuk menghormati golongan tersebut.

Masyarakat Desa Pakraman Ubud yang tidak termasuk kedalam golongan berkasta masih menjaga struktur penggunaan bahasa Bali yang tampak ketika mereka berkomunikasi khususnya dengan sesama orang Bali yang masih belum mengenal. Masyarakat desa pakraman ubud biasanya menggunakan bahasa Bali madya dalam berkomunikasi dengan tujuan untuk memberikan penghormatan dan sekaligus menunjukkan kesopanan.

Masyarakat desa khususnya yang sudah saling mengenal cenderung menggunakan bahasa Bali “Sor” dengan tujuan untuk lebih akrab satu dengan yang lain. Selain itu bahasa Bali “Sor” juga merupakan bahasa sehari – hari yang sering dipakai dalam berkomunikasi khususnya pada saat bersantai atau pada saat berkomunikasi secara personal.

Komunikasi yang berbeda yang juga menunjukkan struktur penggunaan bahasa Bali adalah ketika komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya khususnya dalam lingkungan keluarga. Orang tua dari golongan berkasta biasa menggunakan bahasa bali madya ketika berbicara dengan anaknya sedangkan orang biasa (tidak berkasta) biasanya menggunakan bahasa bali “sor” ketika berbicara dengan anaknya. Sedangkan anak dari golongan berkasta cenderung menggunakan bahasa bali halus ketika berbicara dengan orang tuanya. namun untuk anak yang berasal dari orang biasa(tidak berkasta) biasanya menggunakan bahasa bali madya ataupun bali halus ketika berbicara dengan orang tuanya. penggunaan bahasa bali dalam lingkungan keluarga biasanya dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing – masing. Namun hampir sebagian besar masyarakat desa pakraman ubud masih mengajarkan anak – anak mereka bagaimana struktur bahasa bali dalam kehidupan sehari – hari.

(17)

dalam Desa Pakraman Ubud. Yang dimana kebudayaan disini mencerminkan nilai – nilai adat istiadat, seni, ritual dan keagamaan, keberadaan sistem kerajaan (puri) yang sudah menjadi satu bagian dan saling melengkapi. Inilah yang membuat Desa Pakraman Ubud menjadi daerah tujuan pariwisata yang mendunia, yang tentunya tidak dapat dipisahkan dari globalisasi namun tetap masih mampu menjaga kealamian kehidupan masyarakatnya.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang masyarakat adat Desa Pakraman Ubud ditengah era globalisasi. Penelitian yang dilakukan dengan metode etnografi komunikasi setelah melakukan observasi partisipan, wawancara semi terstruktur serta wawancara tidak terstruktur pada elemen masyarakat Desa Pakraman Ubud maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan yakni:

1. Perilaku Masyarakat desa pakraman Ubud memiliki cara komunikasi yang khas yakni dengan menggunakan bahasa bali yang masih sesuai dengan strukturnya yang tergambar pada pola komunikasi yang sudah ada, maupun menggunakan bahasa selain bahasa bali seperti bahasa Indonesia atau bahasa inggris untuk berkomunikasi dengan wisatawan yang tampak pada proses komunikasi antarpribadi.

2. Perilaku masyarakat adat desa pakraman ubud tidak dapat dipisahkan dari lingkup komunikasi kelompok baik yang terjadi dalam kelembagaan adat maupun kehidupan sehari – hari.

3. Perilaku Masyarakat adat desa pakraman ubud di era globalisasi mengalami perkembangan seperti penggunaan bahasa selain bahasa bali, penggunaan teknologi dalam berbagai kegiatan keseharian, perkembangan mode pakaian adat namun masih sesuai dengan nilai – nilai dan kebudayaan asli Desa.

(18)

Sumber Buku

Blanchard, K dan Hersey, P. (2004). Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, terjemahan Agus Dharma Erlangga. Jakarta: Erlangga.

Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group.

Creswell, W. John. (2012). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches [3rd]Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

De Vito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi ke-5. Jakarta: Karisma Publishing Group.

Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Herimanto dan Winarno. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Bumi Aksara

Kuswarno, Engkus. (2008). Etnografi Komunikas. Bandung : Widya Padjajaran

Kriyantono, Rachmat. (2006). Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Media Group.

Koentjaraningrat,(2009.) Pengantar Ilmu Antropologi cet 8 edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Liliweri, Alo. (2002). Dasar – Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Meinarno,A.E., Widianto, & Widianto, B & Helinda, R. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humika.

Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya Offset.

Moleong, Lexi J. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya.

Pace, Wayne & Faules, Don. (2010). Komunikasi Organisasi. : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Cetakan ke-23. Bandung: Rosdakarya

(19)

Seville and troika. 1989. The Ethnography of Communication. [3rd]Edition. An Introduction England: Basil Blackwell Publisher Ltd.

Surpha, Wayhan. (2004). Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali. Denpasar: PT Offset BP Denpasar.

Soekanto, Soerjono dan Soleman. (2003). Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suranto Aw. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Cetakan pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

West, R and Turner, H. Lynn. (2009). Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis dan Aplikasi. Jakarta:Salemba Humanika

Jurnal

Baliaga, 2000. Bentuk Desa di Bali. http//www.baliaga.com. Darwis, Ranidar. 2008. Hukum Adat. Bandung: Laboratorium UPI

Dharmayuda, I.M.S., 2001. Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Bali.

Denpasar: Upada Sastra.

Genzuk. 2000. A. Synthesis Of Ethnographic Research. University of Southern California.

Haryono, Akhmad. (2012). Pola Komunikasi Warga NU Etnis Madura Sebagai Refleksi Budaya Aternalistik.

Kertih, Wayan dan Sukadi. 2010. Konsep Ajeg Bali (Hindu) Berbasis Ideologi

Mc Luhan, Marshall. (1994). Understanding Media: Extensions of man. First MIT Press. England.

Putu, Eka. 2012. Representasi Budaya Lokal dalam Kegiatan Denpasar Festival di Kota Denpasar. Universitas Udayana

Rianto, Pudji. 2004. Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi, dan Krisis Demokrasi. FISIP Universitas Gajahmada

Sumardjani, Lisman 2009. Konflik Sosial Kehutanan.

Website

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari uraian latar belakang serta perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Diduga,

10 ml Fehling A dan 10 ml Fehling B dicampurkan dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam 4 tabung reaksi yang berbeda, masing-masing dimasukkan reagen fehling yang

Metode payback period adalah teknik evaluasi yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu proyek investasi sampai proyek tersebut dapat

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank Wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara Triwulan dan

Hakim sudah merealisasikan ketentuan pasal 92 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang

Dengan hasil penelitian yang ada dapat dilihat pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap kapasitas penyuluh pertanian, pengaruh faktor internal dan

Penggambaran latar waktu dalam cerpen Dokter karya Putu Wijaya adalah ketika dokter John dijemput untuk mengobati orang yang menurut dukun dapat kiriman ular.. Latar yang

Salah satu bahan yang belum lazim digunakan dan cukup potensi untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak adalah limbah cangkang kepiting yang dapat menghasilkan