• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap perkembangan peserta didik dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tahap perkembangan peserta didik dan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEORI DAN TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN

Oleh

Wahyu Yuvita Tri Rizki (103)

Kholidaziah Wilatikta Imam Asfari (110)

Nina Nur Hasanah (126)

Kriselda Amelia Galvani (139)

Program Studi Pendidikan Matematika Tahun 2014-2015

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kelompok kami berhasil menyelesaikan makalah Perkembangan Peserta Didik.

Makalah ini berisikan tentang Teori dari beberapa ahli mengenai tahap-tahap pereambangan yang dialami oleh individu. Perkembangan yang memiliki banayak jenis tahapan , pada akhirnya dibahas lebih mendalam mengenai perkembangan secara kognitif yang dikemukakan oleh Piaget.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah mendidik kami melalui tugas ini, sehingga kami medapatkan banyak ilmu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun senantiasa penulis butuhkan agar bisa memperbaikinya.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan...1

BAB II Pembahasan...2

A. Teori Tahapan Perkembangan Menurut Para Ahli...2

B. Tahap-tahap Perkembangan Individu...6

1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif...6

2. Tahap-tahap Perkembangan Secara Umum...12

BAB III Penutup...14

A.

Kesimpulan...14

B.

Saran...14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses kehidupan, manusia mengalami proses pertumbuhan dan juga perkembangan. Pengetahuan mengenai arti kata tumbuh dan berkembang telah dikaji oleh banyak ilmuan. Teori-teori mengenai tahapn pertumbuhan peserta didik tentunya sangan berguna bagi kondusifitas proses pengajaran terhadap individu. Seingga pembelajaran mengenai teori tahapan peserta didikdan juga bagaimana proses berjalannya perkembangan peserta didiksangat penting demi menunjang totalitas pembentukan suatu individu dengan mutu SDM yang cukup baik.

Teori mengenai tahap perkembangan manusia juga dikelompokkan berdasarkan intensitas pengkajian pada pokok kajian tertentu. Akan tetapi untuk mempelajari lenih mendalam mengenai perkembanagn individu yang lebih mengarah pada peserta didik, maka tahap perkebangan kognitif lah yang banyak dikaji dan dipergunakan dalam pertimbangan-pertimbangan terhadap peserta didik.

“Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.”Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 110. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.

Rumusan Masalah

1. Apa saja teori tahap perkembangan ?

2. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan?

C. Tujuan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Perkembangan

Ada beberapa ahli yang memberikan teori mengenai perkembangan manusia. Pendapat para ahli ini dikelompokkan berdasarkan tiga sisi pertimbangan , yaitu: 1. Berdasarkan analisis biologis.

a. Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa itu ke dalam tiga tahapan. Setiap tahapan lamanya tujuh tahun, yaitu:

 Tahap 1. Dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau masa bermain).

 Tahap 2. Dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah).

 Tahap 3. Dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa).

b. Kretscmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:

 Tahap 1. Dari 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun; fullungs (pengisian) periode I : Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.

 Tahap 2. Dari kirakira 3,0 sampai 7,0 tahun; streckungs (rentangan) periode I , pada periode ini anak kelihatan langsing, memanjang atau meninggi.

 Tahap 3. Dari kira-kira 7,0 sampai kira-kira 13,0 tahun ; fullungs periode II; pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.

 Thap 4. Dari kira-kira 13,0 sampai kira-kira 20,0 tahun; streckungs periode II; pada periode ini anak kembali kelihatan langsing.

c. Elizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu, yakni sebagai berikut.

 Tahap 1. Fase prenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sekitar 9 bulan atau 280 hari.

 Tahap 2. Fase Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau 14 hari.

 Tahap 3. Fase babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai usia 2 tahun.

 Tahap 4. Fase Childhood (kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai masa remaja atau puber.

(6)

masa perkembangan yang terakhir sampai masa kuliah di perguruan tinggi.

2. Berdasarkan Didaktis

a. Cornelius berpendapat dari sisi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam 4 jenjang, yaitu:

1. Sekolah Ibu (Scoola Materna), untuk anak-anak 0,0 sampai 6,0 tahun. 2. Sekolah Bahasa Ibu (Scoola Vernaculan), untuk anak-anak usia 6,0 sampai

12,0 tahun.

3. Sekolah Latin (Scoola Latina), untuk remaja usia 12,0 sampai 18,0 tahun. 4. Akademi (Academica), untuk pemuda pemudi usia 18,0 sampai 24,0 . Pada setiap sekolah tersebut harus diberikan bahan pengajaran (bahan pendidikan) yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan harus dipergunakan metode penyampaian yang sesuai dengan perkembangannya. b. Rosseau berpendapat bahwa penahapan perkembangan adalah sebagai berikut:

1. Tahap 1. 0,0 sampai 2,0 usia asuhan.

2. Tahap 2. 2,0 sampai 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan panca indra.

3. Tahap 3. 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal.

4. Tahap 4. 15,0 sampai 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan agama.

3. Berdasarkan Psikologis. a) Menurut Oswald Kroh

Dengan menitik beratkan terjadinya kegoncangan psikis pada diri seseorang, maka Kroh menyusun periodesasi perkembangan sebagai berikut :

1. Umur 0-3 tahun, disebut masa trots (kegoncangan) pertama, atau masa kanak-kanak awal.

2. Umur 3-13 tahun, disebut masa trots kedua, yaitu masa keserasian anak untuk memasuki sekolah.

3. Umur 13-akhir remaja, disebut masa trots ketiga, atau masa kematangan seseorang.

b) Menurut J. Havighurst, berpangkal dari analisis perubahan psikis seseorang, menurut Havighurst, perkembangan dapat disusun sebagai berikut :

1) Umur 0-6 tahun, adalah masa bayi dan masa anak kecil. 2) Umur 6-12 tahun, adalah masa kanak-kanak ata masa sekolah. 3) Umur 12-18 tahun, adalah masa remaja.

4) Umur 18-30 tahun, adalah masa dewasa awal.

(7)

6) Umur 50 tahun keatas, adalah masa lanjut usia atau masa tua.1[18]

3) Menurut Charlotte Buhler, dalam buku Psikologis der Puberteitsjaran hasil karyanya, membagi perkembangan anak menjadi lima fase, yakni :

a) Fase I, umur 0-1 tahun, perkembangan sikap subjektif menuju objectif. b) Fase II, umur 1-4 tahun, makin meluasnya hubungan dengan benda-benda

sekitarnya, atau mengenal dunia secara subjectif.

c) Fase III, umur 4-8 tahun, masa memasukkan diri dalam masyarakat secara objectif, adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai menyadari akan kerja, tugas serta prestasi.

d) Fase IV, umur 8-13 tahun, munculnya minat kedunia objek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar.

e) Fase V, umur 13-19 tahun, masa penemuan diri dan kematangan yakni

Synthesa sikap subjectif dan objectif.

4) Menurut seorang psikolog, Jean Piaget dalam teori psikologi perkembangan, kecerdasan berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.

1. Tahap Sensori Motor. Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.

2. Tahap Pemikiran Pra-Operasional. Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun.

3. Tahap Operasi berfikir Kongkret. Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.

4. Tahap Operasi berfikir Formal. Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa.

Teori perkembangan ini lah yang disebut teori perkembangan kognitif yang banyak dipelajari untuk pengetahuan dalam perkembangan rasional individu yang berpengaruh besar pada kehidupan individu.Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan

(8)

(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

B. Tahapan –tahapan perkembangan. 1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif

Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas/berbeda. Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:

1. Tahap Sensori Motor.

Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.

Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:

a. Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan) Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.

b. Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan) Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.

(9)

c. Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan) Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya. d. Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)

Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.

e. Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan) Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.

(10)

Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.

Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:

a) Imitasi tidak langsung

Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi.Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.

Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.

b) Permainan Simbolis

Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.

Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

c) Menggambar

(11)

Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

d) Gambaran Mental

Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau.Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.

Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

e) Bahasa Ucapan

Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

6. Tahap Operasi berfikir Kongkret

Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

a. Pengurutan

Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

(12)

Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).

c. Decentering

Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.

d. Reversibility

Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

e. Konservasi

Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.

f. Penghilangan sifat Egosentrisme

(13)

kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.

7. Tahap Operasi berfikir Formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.

(14)

Dimulai dari tahap ini juga individu mengalami tahap pengembangan intelektual yang cukup signifikan. Menurut Robert Stenberg, kecerdasan teerdiri dari tiga aspek atau dikenal dengan triarkis teori (triarthic theory), yaitu :

Componential Intelligence (Kecerdasan Komponensial) berarti bahwa kemampuan untuk meggunakan strategi pemrosesan informasi internalketika individu mengidentifikasi dan berpikir tentang pemecahan masalah dan mengevaluasi hasil

Eexperiential Intelligence (Kecerdasan Eksperiensial) adalah kemampuan mentransfer pembelajaran secara efektif untuk memperoleh keterampilan baru melalui proses membandingkan informasi lama dengan informasi baru.

Contextual Intelligence (Kecerdasan Kontekstual) adalah kemampuan untuk menerapakan keceerdasan prakits mengenai kondisi sekitarnya, termasuk memiliki kepedulian sosial dan budaya.

Pada tahap ini juga terjadi pengembangan moral dan penilaian untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Lawrence Kohlberg mengemukakan suatu teori perkembangan moral manusia dengan tiga tingkat yang terdiri dari enam tahap, yaitu:

 Tingkat pertama, moralitas prakonventional (preconventional morality) dilakukan dengan alasan moral dan perilaku (tahap 1) dan kepentingan non-empatetik (nonempathetic) diiri sendiri (tahap 2)

 Tingkat kedua, moralitas konvensional (conventional morality) mengacu pada kesesuaian dan membantu orang lain (tahap 3), serta mematuhi hukum dan menjaga ketertiban (tahap 4).

 Tingkat ketiga, moralitas pasca konvensional (postconventional morality) terkait dengan sifat relatif menerima dan berubah dari peraturan dan perundang-undangan (tahap 5), serta mengarahkan perhatian hati nurani dengan hak asasi manusia (tahap 6)

2. Tahap-tahap Perkembangan Secara Umum.

(15)

1. Masa usia pra sekolah (0 – 6 tahun)

Masa ini terbagi 2 yaitu : masa vital masa dimana individu menggunakan fungsi – fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya, dan masa estetik (keindahan) adalah masa perkembangan rasa keindahan dimana dalam masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya.

2. Masa usia sekolah dasar (6 – 12 tahun)

(16)

1. Masa kelas – kelas rendah sekolah dasar

Sifat – sifat yang umum pada masa ini biasanya anak tunduk pada peraturan – peraturan tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka membanding – banding kan dirinya dengan anak yang lain.

2. Masa kelas – kelas tinggi sekolah dasar

Sifat – sifat khas anak dalam masa ini antara lain : adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari – hari, amat realistic (ingin mengetahui dan belajar), biasanya anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama – sama.

Masa keserasian berekolah diakhiri dengan masa yang disebut poeral. Sifat – sifat khas anak pada masa poeral ini menurut para ahli yaitu :

1. Ditujukan untuk berkuasa (sikap, tingkah laku, dan perbuatan)

2. Ekstraversi (berorientasi keluar dirinya, misalnya mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya).

3. Masa usia sekolah menengah (12 – 18 tahun) Masa ini dapat diperinci menjadi beberapa masa, yaitu :

a. Masa praremaja (remaja awal), masa ini ditandai oleh sifat – sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik.

b. Masa remaja (remaja madya), pada masa ini remaja mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja – puja, dan ia membutuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya saat suka maupun duka.

c. Masa remaja akhir, masa ini remaja dapat menentukan pendirian hidupnya.

4. Masa usia mahasiswa (18 – 25 tahun)

Masa usia mahasiswa biasanya berusia 18 – 25 tahun, dan pada masa inilah remaja memiliki pemantapan pendirian hidup.

(17)

A. Kesimpulan

Dari banyak pendapat mengenai teori tahap perkembangan manusia, teori tahapan yang dikemukakan Piaget dianggap paling mengena terhadap proses pendidikan anak, karena tahap perkembangan kognitif dari Piaget menjeasakan t Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif ntang proses terbentuknya nalar atau rasional anak terhadap lingkungannya yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.

C. Saran

Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi kurang oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti membaca dan menulis.

Daftar Referensi

(18)

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif diakses pada 1 April 2015 pukul 18.10

http://www.asikbelajar.com/2012/12/piaget-dan-teori-tahap-tahap.html diakses 29 Maret 2015 12:05

http://atariuz.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html diakses 29 Maret 2015 13:14

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html diakses 29 Maret 2015 14:04

http://www.psikologizone.com/favicon.ico/Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget/29 Maret 2015 15.11

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit: Psikologi Press

Santrock, John W.,2002, Life Span Development Perkembangan masa Hidup Jilid 1, Penerbit: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

fortuitum-31 dengan formulasi proposional maupun non-proposional memiliki potensi sebagai sediaan vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah infeksi ketiga jenis bakteri

Aktivitas landak raya yang diamati terdiri dari aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan (makan, minum, urinasi, dan defekasi) dan aktivitas yang

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata minat belajar baha bali terutama aksara bali siswa yang diajar dengan menggunakan media

Tip speed ratio TSR Gambar 4.9 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio pada kincir dengan pitch angle 300 Pola Grafik pada Gambar 4.7 sama seperti pola Grafik pada

3.1 Model Antrian M/M/1 Dengan Pola Kedatangan Berkelompok Acak Model antrian ini para pelanggan datang secara berkelompok pada waktu yang sama dan mendapat pelayanan

[r]

Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Patin Hasil Hibridisasi antara Betina Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 dengan Jantan Ikan Patin Jambal

Penelitian dengan judul “ Analisis Pemilihan Pelaksana Proyek Telecom Implementation Indosat di PT Nokia Siemens Networks Dengan Metode Analytical Hierarchy