Kuisioner Penelitian
PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR, ETIKA AUDIT DAN PENGALAMAN AUDITORTERHADAP TINGKAT
PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT PADA BADAN PENGAWAS KEUANGAN
DAN PEMBANGUNAN DI KOTA MEDAN
Yang terhormat kepada Bapak/Ibu calon responden, saya yang bernama Riyanti Syarista sedang mengadakan penelitian skripsi sarjana akuntansi
Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Etika Audit Dan Pengalaman Auditorterhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku Dalam Audit Pada Badan Pengawas Keuangan Dan Pembangunan Di Kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah. Untuk itu saya berharap Bapak/Ibu dapat menjawab kuisioner ini dengan baik. Semua jawaban akan di jamin kerahasiaannya. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya, Peneliti
Data dan Keterangan Responden
1. Nama/Inisial : ………..
2. Umur : ………tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Lama masa kerja sebagai auditor :
5. Kedudukan di BPKP :
Junior Auditor
Senior Auditor
Supervisor Auditor
Partner
Manager
6. Pendidikan terakhir :
S1
S2
S3
Pada bagian ini, berikan penilaian dengan memilih salah satu dari 5 poin skala di
bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada kotak yang telah disediakan.
STS TS N S SS
Sangat Tidak Setuju
KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR
No Pertanyaan STS TS N S SS
1 Memperoleh pekerjaan yang Anda inginkan adalah suatu keberuntungan.
2 Untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, Anda harus memiliki anggota keluarga atau teman pada posisi yang tinggi
3 Pada saat kesempatan mendapatkan
pekerjaan yang baik datang, siapa yang Anda kenal lebih penting daripada apa yang Anda ketahui.
4 Promosi biasanya adalah sebuah nasib baik.
5 Dibutuhkan banyak keberuntungan untuk menjadi pegawai yang berprestasi.
6 Dapat menghasilakan uang semata-mata hanyalah nasib baik.
7 Perbedaan mendasar antara yang dapat menghasilkan banyak uang dengan orang yang menghasilakan sedikit uang adalah keberuntungan.
8 Auditor yang mempunyai pengalaman cukup lama dalam bidangnya, kinerjanya semakin baik dan professional.
9 Saya memiliki keinginan untuk
meninggalkan instansi tempat saya bekerja sekarang ini dalam waktu dekat.
10 Saya sering berfikir keluar dari instansi ini
karena kondisi kerja.
11 Saya mencoba menemukan pekerjaan yang
lebih baik di tempat lain di luar instansi ini untuk mencari kondisi kerja yang lebih baik.
12 Saya berfikir bahwa keberadaan saya sangat
berguna.
13 Saya menghargai diri saya dalam melakukan
pekerjaan.
14 Saya mempunyai sikap positif pada diri saya
terhadap pekerjaan karena saya tidak pernah merasa bosan.
15 Saya merasa terikat secara emosional dengan
instansi tempat saya bekerja.
16 Saya selalu berusaha di atas batas normal
untuk mensukseskan instansi tempat saya bekerja sekarang.
17 Saya merasa menjadi bagian dari instansi
ETIKA AUDIT
No Pertanyaan STS TS N S SS
1 Melakukan prosedur audit yang lebih berfokus karena tersedianya anggaran atau biaya audit yang sesuai.
2 Auditor memberitahukan klien yang lain tentang kemungkinan bangkrut yang di alami klien.
3 Auditor menggunakan nama KAP-nya untuk mengumpulkan dana sumbangan ke
perusahaan-perusahaan.
4 Saya berhak mengingatkan auditor lain, jika melanggar kode etik akuntan.
5 Saya wajib melaporkan setiap tindakan yang melanggar kode etik akuntan.
6 Keputusan anggota dalam melaksanakan kode etik sebagai dasar penyempurna pelaksanaan kode etik dalam menjalani tugas.
7 Menjadi seorang auditor adalah sebuah profesi yang membanggakan dalam hidup saya.
8 Seorang auditor professional harus memenuhi kode etik dalam melaksanakan tugasnya.
9 Auditor adalah profesi terbaik yang selalu saya banggakan.
PENGALAMAN AUDITOR
No Pertanyaan STS TS N S SS
1 Saya tidak memiliki keraguan saat melakukan pekerjaan saya.
2 Saya telah terbiasa melakukan pekerjaan saya.
3 Saya cepat tanggap bila terjadi kesalahan dalam pekerjaan saya.
4 Saya bisa mengenali tanda-tanda akan munculnya suatu masalah pada pekerjaan saya.
5 Saya memiliki rasa percaya diri tinggi dalam melaksanakan pekerjaan saya.
PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT
No Pertanyaan STS TS N S SS
jabatan.
2 Saya bisa menerima adanya percepatan penyelesaian waktu audit, jika meningkatkan evaluasi kinerja saya.
3 Saya bisa menerima adanya percepatan penyelesaian audit, jika disarankan supervisor.
4 Saya bisa menerima adanya percepatan penyelesaian waktu audit, jika auditor lain juga melakukannya dan penting bagi saya untuk berkompetensi dengan yang lain.
5 Saya bisa menerima penggantian prosedur audit, jika ada bagian dari prosedur audit asli yang sebenarnya tidak begitu diperlukan.
6 Saya bisa menerima prosedur audit, jika npada audit sebelumnya tidak ada masalah dengan system klien yang dihentikan tersebut.
7 Saya bisa menerima penggantian prosedur audit, jika saya percaya prosedur audit yang asli tidak menemukan kesalahan.
8 Saya bisa menerima penggantian prosedur audit, jika ada tekanan waktu yang tinggi untuk menyelesaikan prosedur audit.
9 Saya menerima penghentian satu atau beberapa langkah audit tanpa mengganti prosedur audit lain, jika saya percaya walaupun langkah audit dilanjutkan tidak akan ditemukan kesalahan.
10 Saya menerima penghentian satu atau
beberapa langkah audit tanpa mengganti prosedur audit lain, jika audit sebelumnya tidak ditemukan masalah pad system klien yang dihentikan tersebut.
11 Saya menerima penghentian satu atau
beberapa langkah audit tanpa mengganti prosedut audit lain, jika supervisor ingin mempercepat waktu penyelesaian audit.
12 Saya mnerima penghentian satu atau
beberapa langkah audit tanpa mengganti prosedur audit lain, jika saya percaya langkah audit itu tidak diperlukan.
IDENTITAS RESPONDEN
No Nama L/P
Umur/
Tahun Pendidikan Jabatan
HASIL UJI REABILITAS Realibility
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.957 38
2. HASIL UJI LINIERITAS
HASIL MULTIKOLONIERITAS
Karakteristik_Personal .838 1.193
Etika .906 1.104
Karakteristik_Personal .130 .061 .178 2.115 .037
Etika .165 .065 .205 2.540 .013
Pengalaman .612 .127 .418 4.817 .000
a. Dependent Variable: Penyimpangan_Perilaku
HASIL UJI SEREMPAK (UJI F) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 382.002 3 127.334 20.965 .000a
Residual 643.816 106 6.074
Total 1025.818 109
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.553 3.646 3.992 .000
Karakteristik_Personal .130 .061 .178 2.115 .037
Etika .165 .065 .205 2.540 .013
Pengalaman .612 .127 .418 4.817 .000
a. Dependent Variable: Penyimpangan_Perilaku
Tabel 4.17 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .610a .372 .355 2.46449
DAFTAR PUSTAKA
Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics. Journal of
Behavioral Research In Accounting: vol 15: 87-107.
Dwi Hermina, Mira. “Karakteristik Personal Auditor, Pengalaman Audit, dan Indenpendensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi UIN Jakarta. 2009.
Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Medan.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariante dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hassanuddin, Abdul Fatah, 2002, Anteseden Dan Konsekuensi Variabel-variabel Profesionalisme (Studi Empiris Pada Internal Auditor Sektor Publik di Lingkungan Badan Pengawas Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang, Tesis.
Indarto, Stefani Lily; 2011, Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Katolik Soegijapranata Dinamika Sosial Ekonomi Volume 7 Nomor 2, Edisi November 2011.
Indriantoro, Nur. dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Irawati, Yuke.,Thio Anastasia Petronila, dan Mukhlasin. 2005. Hubungan
Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan
Penyimpangan Perilaku Dalam Audit. Solo : Simponsium Nasional Akuntansi VIII.
Irawati, Yuke dan Nensi Natalia. Hubungan Karateristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit. Skripsi Unika Atma Jaya. 2005.
Ponemon, L. dan D. Gabhart. “Auditor Independence Judgements: A Cognitive
Developmental Model and Experimental Evidence”, Contemporary Accounting Research. Hal. 227-251. 1990.
Sugoyono, Sukaria. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B,Bandung: Alfabeta
Trisnaningsih, S. “Pengaruh Komitmen Terhadap Keputusan kerja Auditor: Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur)” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 6, No 2. Mei 2003.
Wahyudi,Imam; Lucyanda,Jurica;dan Loekman H. Suhud, 2011, Praktik Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit, Program Studi Akuntansi Institut Keuangan Perbankan Dan Informasi Asia Perbanas, Jl. Perbana, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta 12920.
Wahyudin, September, 2011 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia; Indah Anisykurlillah, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia; Dwi Harini, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Gedung C6, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229; Analisis Dysfungsional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan, Karakteristik Personal Auditor, Diterima : 22 Mei 2010. Disetujui: 9 Juni 2010. Dipublikasikan.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Menurut
Sugiono (20012:7) yaitu metode penelitian yang berlandaskan pasa filsafat
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel
atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data dalam bentuk angka dan
analisisnya menggunakan metode statistik sehingga data yang diperoleh harus
berupa angka (Wahyuni,2009;18).
Sumber data penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah sumber
data yang diperoleh secara langsusng dari sumber asli atau pihak pertama. Data
primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset
atau penelitian. Sata primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara
individu maupun kelompok, hasil obeservasi terhadap suatu benda (fisik),
3.3 Populasi dan Sample Penelitian 3.3.1 Populasi
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115) “populasi adalah sesuatu
yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) di wilayah Medan, sejumlah 140 responden.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2012: 91). Sampel penelitian diambil dengan teknik sampling
jenuh (Sampling sensus). Menurut Sugiyono (2012:96) “sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel”.
3.4 Definisi Operasional
Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi dan bagaimana cara
pengukuran setiap variabel.
1. Karakteristik Personal Auditor
Karateristik personal auditor adalah ciri atau watak seorang auditor dengan
sifat yang dimiliki dan dipengaruhi keadaan lingkungannya maupun dirinya
sendiri untuk melakukan kegiatan audit. Semua item pertanyaan diukur dengan
menggunakan skala likert, 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor
yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5)
2. Etika Audit
Etika adalah seperangkat pedoman, aturan atau norma yang mengatur
tingkah laku seseorang, baik yang dilakukan atau ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok atau profesi. Penerapan Etika Akuntan Publik adalah aplikasi
seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,
baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
kalangan profesi akuntan publik. Semua item pertanyaan diukur dengan
menggunakan skala likert, 1 sampai 5. Jawaban yang didapat akan dibuat skor
yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5)
sangat setuju.
3. Pengalaman Auditor
Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula
dalam memandang dan menanggapi informasi yang di peroleh selama melakukan
pemeriksaan dan juga dalam member kesimpulan audit terhadap obyek yang
diperiksa berupa pemberian pendapat.
4. Penyimpangan Perilaku Dalam Audit
“Penyimpangan perilaku audit (Dysfunctional Audit Behavior) merupakan
reaksi terhadap lingkungan, seperti terhadap sistem pengendalian” Donnelly et al,
(2003). diadopsi dari Mowday et al. (1979). Semua item pertanyaan diukur
dengan menggunakan skala interval likert, 1 sampai 5. Jawaban yang didapat
akan dibuat skor yaitu: nilai (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
penelitian lapangan (field research). Data utama penelitian ini diperoleh melalui
penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data
primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor yang
bekerja di BPKP. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner
kepada BPKP secara langsung. Data primer diperoleh dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi dari auditor yang bekerja pada BPKP sebagai responden dalam
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator
variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada
auditor yang berkerja di BPKP sebagai responden.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran
3. Kepercayaan pada takdir dan factor keberuntungan
Likert
b. Keinginan untuk berhenti bekerja
1. Keinginan individu berupa adanya keinginan untuk keluar dari 2. Hormat pada diri sendiri 3. Sikap positif pada diri sendiri
d. Komitmen pada oerganisasi
1. Terikat secara emosinal dengan organisasi
2. Merasa menjadi bagian dari organisasi
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran b. Kepedulian pada
etika profesi
1. Mendukung profesi auditor 2. Sosialisasi ke rekan sejawat 3. Kebanggaan
4. Aturan etika profesi
5. Auditor adalah profesi terbaik Pengalam
Auditor (X3)
1. Tidak ada keraguan dalam bekerja 2. Sudah terbiasa melakukan pekerjaan 3. Cepat tanggap terhadap masalah 4. Dapat mengenali tanda-tanda
1. Mempercepat penyelesaian audit, jika member peluang saya untuk kenaikan jabatan
2. Mempercepat penyelesaian audit, jika meningkatkan penilaian evaluasi kinerja saya
3. Mempercepat penyelesaian audit, jika disarankan oleh supervisor
4. Mempercepat penyelesaian audit, jika auditor lain juga melakukannya dan penting bagi saya untuk berkompetisi dengan yang lain
1. Mengganti prosedur audit, jika ada bagian dari prosedur audit asli yang sebenarnya tidak begitu diperlukan 2. Mengganti prosedur audit, jika pada
audit sebelumnya tidak ada masalah dengan system klien yang dihentikan tersebut
3. Mengganti prosedur audit, jika saya percaya prosedur audit asli tidak menemukan kesalahan
4. Mengganti prosedur audit, jika ada tekanan waktu yang tinggi untuk menyelesaikan proses audit 1. Menghentikan langkah audit tanpa
mengganti prosedur, jika audit sebelumnya tidak ditemukan masalah 2. Menghentikan langkah audit tanpa
mengganti prosedur, jika supervisor ingin mempercepat waktu
penyelesaian audit
3. Menghentikan langkah audit tanpa mengganti prosedur, jika saya percaya langkah audit itu tidak diperlukan
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Statistik deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai mean,
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
3.6.1 Uji Kualitas Data 3.6.1.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur, sekiranya peneliti ingin mengukur kuisioner didalam
pengumpulan data penelitian, maka kuisioner yang disusunnya dan teruji
validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data yang
valid.
Menurut Situmorang dan Lufti (2014:88) validitas ekternal instrument
diuji dengan cara membandingkan antara krteria yang ada pada instrument dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Penelitian mempunyai validitas
eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel
lain dalam populasi yang diteliti. Untruk meningkatkan validitas eksternal
penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrument, maka dapat
dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.
Untuk melihat validitas ekternal maka nialai Corrected item-Total
Correlation dibandingkan dengan trabel r. uji coba instrument dilakukan pada
validitas dan reliabilitas kuisioner sebelum dilakukan pengumpulan data. Data
dikatakan valid apabila nilai variabelnya diatas 0,361.
3.6.1.2 Uji Realibilitas
Uji realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini
digunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbachs Alpha > 0,60. Sedangkan, jika sebaliknya data
tersebut dikatakan tidak reliable (Ghozali, 2011).
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi
benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Beberapa asumsi
klasik dari ordinary least squares (OLS) yaitu: Uji Normalitas, Uji
Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi yang secara rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas berguna sebagai tahap awal dalam metode pemilihan
analisis data. Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut
Erlina (2011:101), “pengujian ini diperlukan untuk melakukan uji T dan uji F
asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal
dan ploting data akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal. Uji normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik
pada Normal P-Plot of Regression Standardized atau dengan melihat histogram
dari residualnya, dimana:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau
grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi
asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati.
Secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh
sebab itu disamping uji grafik sebaiknya dilengkapi dengan uji statistik. Uji
statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik
Kolmogorov-Smirnov, kriteria pengujian normalitas data dengan melihat nilai
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variable independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika terjadi
korelasi sempurna diantara variable independen maka konsekuensinya adalah
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, varian dan nilai standar
error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga, nilai t akan turun, hasil
estimasi akan menjadi sangat peka terhadap perubahan spesifikasi, kecocokan
data dan estimasi variable-variable yang tidak berkorelasi tidak terpengaruh oleh
munculnya multikolinearitas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas yang tinggi antar
variabel independen dapat dideteksi dengan cara melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sebagai dasar acuannya dapat
disimpulkan:
1. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear adalah varian
residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Cara untuk mendeteksi
masalah heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)
dengan residualnya (SRESID).
Ghozali (2009:37) menyatakan dasar analisis dari uji heteroskedastis
melalui grafik plot adalah sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
1. Angka D-W dibawah-2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 dan 2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Menurut Makridakis (dalam Sulaiman, 2004:89) Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW)
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. 1,65< DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi
2. 1,21< DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan.
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terjadi autokorelasi.
3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
dari beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini
menggunakan model analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil
atau ordinary least square (OLS) untuk menganalisis pengaruh Karakteristik
personal auditor, etika audit dan pengalaman auditor terhadap tingkat
penyimpangan dalam audit, dengan model dasar sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = Penyimpangan dalam audit
a = Konstanta
X1 = Karakteristik personal auditor
X2 = Etika Audit
X3 = Pengalaman Auditor
3.5.4 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti maka dilakukan uji
pengaruh f (simultan), uji koefisien determinasi dan uji pengaruh t (parsial).
3.5.4.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan
persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan
regresi yang dihasilkan. Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan
1. Menurut Algifari (2000:68), “semakin mendekati nol besarnya koefisien
determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin kecil pula pengaruh semua
variabel independen terhadap nilai variabel dependen (dengan kata lain semakin
kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen)".
Sebaliknya, semakin mendekati satu besarnya koefisien determinasi (R2) suatu
persamaan regresi, semakin besar pula pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen (dengan kata lain semakin besar kemampuan model
yang dihasilkan dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen).
3.5.4.2 Uji Pengaruh F (Simultan)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan significance
level 0,05 (α= 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan
1. Bila nilai signifikan f < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima yang berarti
koefisien regresi signifikan, artinya terdapat pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
2. Bila nilai signifikan f < 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti
koefisien regresi tidak signifikan
Dalam penelitian ini, pengujian nilai signifikan f dilakukan untuk melihat
pengaruh karakteristik personal auditor, etika audit dan pengalaman auditor
terhadap tingkat penyimpangan dalam audit secara simultan.
3.5.4.3 Uji Pengaruh T (Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau variabel independen secara individual dalam menerangkan
variansi variabel dependen (Ghozali, 2009:84). Kriteria yang digunakan dalam
menolak atau menerima hipotesis adalah :
a. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel , pada α = 5%
b. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel , pada α = 5%
Dalam penelitian ini, pengujian statistik t digunakan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu :
a. Menguji seberapa jauh Karakteristik Personal Auditor mempengaruhi tingkat
Penyimpangan dalam Audit.
b. Menguji seberapa jauh Etika Audit mempengaruhi tingkat Penyimpangan
dalam Audit.
c. Menguji seberapa jauh Pengalaman Auditor mempengaruhi tingkat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
4.1.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur, sekiranya peneliti ingin mengukur kuisioner didalam
pengumpulan data penelitian, maka kuisioner yang disusunnya dan teruji
validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data yang
valid.
Menurut Situmorang dan Lufti (2014:88) validitas ekternal instrument
diuji dengan cara membandingkan antara krteria yang ada pada instrument dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Penelitian mempunyai validitas
eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel
lain dalam populasi yang diteliti. Untruk meningkatkan validitas eksternal
penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrument, maka dapat
dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.
Untuk melihat validitas ekternal maka nialai Corrected item-Total
Correlation dibandingkan dengan trabel r. uji coba instrument dilakukan pada
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan dimana sampel validitas sebanyak
110 responden. Tujuan pengujian instrument penelitian untuk mengetahui tingkat
validitas dan reliabilitas kuisioner sebelum dilakukan pengumpulan data. Adapun
Tabel 4.1
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa ada pertanyaan yang tidak valid atau nilai
variabelnya kurang dari 0,361 yaitu pada pertanyaan no 3, 9, 16, 38,dan 32.
Sehingga pertanyaan harus dihapus dan dilakukan pengujian kembali.
Berdasarkan tabel 4.2, hasil pengujian instrument setiap butir variabel
memiliki nilai yang lebih besar dari 0,361. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
seluruh instrumen dari variabel adalah valid dan dapat digunakan dalam
penelitian.
4.1.2 Uji Realibilitas
Untuk mengetahui konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang
mengandung kecermatan pengukuran maka dilakukan uji reliabilitas. Suatu
kuisiner dikatakan realibel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Realibilitas menunjukkan bahwa suatu
instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik. Uji realibilitas adalah uji untuk mengetahui
kelayakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.
Pengujian realibilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan one shot atau
pengukuran sekali saja dan untuk menguji realibilitasnya digunakan uji statistik
Cornbach Alpha. Menurut Umar (2009), untuk suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cornbach alpha > 0,60.
Hasil pengujian reliabilitas terhadap instrumen menghasilkan angka
cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 yaitu sebesar 0,957, reliabilitas berada pada
level yang sangat tinggi yakni 0,81 - 1,00. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan item pernyataan kuesioner dalam penelitian ini adalah reliable dan
Tabel 4.3
Sumber: Hasil Penelitian (2015), data diolah
4.2 Deskriptif Responden
Tabel 4.4 Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 76 69.1 69.1 69.1
Perempuan 34 30.9 30.9 100.0 Total 110 100.0 100.0
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan dengan jenis kelamin, pegawai yang menjadi responden pada
penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 76 orang dengan persetase 69,1 % dan
perempuan sebanyak 34 orang dengan persentase 30,9 %.
Tabel 4.5 Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 25-30 Tahun 12 10.9 10.9 10.9
31-40 Tahun 18 16.4 16.4 27.3 41-50 Tahun 47 42.7 42.7 70.0 > 51 Tahun 33 30.0 30.0 100.0 Total 110 100.0 100.0
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan dengan umur,pegawai yang menjadi responden pada
penelitian ini adalah pegawai dengan umur 25-30 tahun sebanyak 12 orang
dengan persentase 10,9 %, umur 31-40 tahun sebanyak 18 orang dengan
persentase 16,4 %, umur 41-50 tahun sebanyak 47 orang dengan persentase 42,7
Tabel 4.6 Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid S1 61 55.5 55.5 55.5
S2 22 20.0 20.0 75.5
S3 27 24.5 24.5 100.0
Total 110 100.0 100.0
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan tingkat pendidikan, responden berpendidikan S1 sebanyak 61
orang dengan persentase 55,5%, responden berpendidikan S2 sebanyak 22 orang
dengan persentase 20,0%, dan responden berpendidikan S3 sebanyak 27 orang
dengan persetase 24,5%.
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan dengan jabatan, pegawai yang menjadi responden pada
penelitian ini adalah pegawai dengan jabatan junior auditor sebanyak 27 orang
dengan persentase 24,5%, pegawai dengan jabatan senior auditor sebanyak 54
orang dengan persentase 49,1%, dan pegawai dengan jabatan supervisor auditor
sebanyak 29 orang dengan persentase 26,4%.
Tabel 4.8 Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid <5 Tahun 1 .9 .9 .9
Berdasarkan masa kerja, pegawai yang menjadi responden pada penelitian
ini adalah pegawai dengan masa kerja <5tahun sebanyak 1 orang dengan
persentase 9%, masa kerja 6-10 tahun sebanyak 11 orang dengan persentase
10,0%, masa kerja 11-15tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 8,2%, masa
kerja 16-20 tahun sebanyak 34 orang dengan persentase 30,9%, dan masa kerja
>21 tahun sebanyak 55 orang dengan persentase 50,0%.
4.3 Deskripsi Jawaban
Tabel 4.9
Deskripsi Jawaban Karakteristik Personal Auditor
Indikator
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner yang dibagikan ke 110
responden dan setiap kuisioner diberikan/dibubuhi dengan 17 pertanyaan terhadap
Pertanyaan kedua responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,06. Pertanyaan
keempat responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,29. Pertanyaan kelima
responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,40. Pertanyaan keenam responden
menjawab rata-rata nilai sebesar 4,37. Pertanyaan ketujuh responden menjawab
rata-rata nilai 4,12. Pertanyaan kedelapan responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 4,31. Pertanyaan kesepuluh responden menjawab rata-rata nilai 3,85.
Pertanyaan kesebelas responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,31. Pertanyaan
keduabelas responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,17. Pertanyaan
ketigabelas responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,41. Pertanyaan
keempatbelas responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,09. Pertanyaan
kelimabelas responden menjawab rata-rata nialai sebesar 3,86. Pertanyaan
ketujuhbelas responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,26.
Tabel 4.10
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan tabel tentang variabel etika audit menerangkan bahwa untuk
Pertanyaan kesembilanbelas responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,12.
Pertanyaan keduapuluh responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,14.
Pertanyaan keduapuluhsatu responden menjawab rata-rata nilai sebesar 4,09.
Pertanyaan keduapuluhdua responden menjawab rata-rata nialai sebesar 3,88.
Pertanyaan keduapuluhtiga responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,85.
Pertanyaan keduapuluhempat responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,93.
Pertanyaan keduapuluhlima responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,72.
Pertanyaan keduapuluhenam responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,68.
Tabel 4.11
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan table tentang variabel pengalaman auditor menerangkan
bahwa untuk pertanyaan keduapuluhtujuh responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 3,91. Pertanyaan keduapuluhdelapan responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 4,01. Pertanyaan ketigapuluh responden menjawab rata-rata nilai sebesar
3,97. Pertanyaan ketigapuluhsatu responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,97.
Tabel 4.12
Deskripsi Penyimpangan Perilaku Dalam Audit
Indikator
Sumber: Hasil Penelitian (2016), data diolah
Berdasarkan table tentang variabel penyimpangan perilaku dalam audit
menerangkan bahwa untuk pertanyaan ketigapuluhdua responden menjawab
rata-rata nilai sebesar 3,95. Pertanyaan ketigapuluhtiga responden menjawab rata-rata-rata-rata
nilai sebesar 4,15. Pertanyaan ketigapuluhempat responden menjawab rata-rata
nilai sebesar 3,75. Pertanyaan ketigapuluhlima responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 4,21. Pertanyaan ketigapuluhenam responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 4,15. Pertanyaan ketigapuluhtujuh responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 4,03. Pertanyaan ketigapuluhdelapan responden menjawab rata-rata nilai
sebesar 3,83. Pertanyaan ketigapuluhsembilan responden menjawab sebasar 3,88.
Pertanyaan keempatpuluh responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,89.
Pertanyaan keempatpuluhsatu responden menjawab rata-rata nilai sebesar 3,91.
4.4 Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Uji Normalitas
Data dinyatakan berdistribusi normal jika data tersebut tidak menceng ke
gambar lonceng. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa bentuk kurva tidak menceng ke
kiri dan ke kanan, sehingga data dapat dinyatakan normal.
Gambar 4.1 Uji Normalitas
Untuk melihat linearitas bisa menggunakan normal PP plot, jika titik titik
(data) membentuk garis lurus bisa disimpulkan bahwa linearitas dalam regresi
Gambar 4.2 Uji Linieritas 4.4.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas pada prinsipnya untuk menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama diantara anggota grup yang lain. Yang seharusnya
terjadi adalah varians variabel independen adalah konstan (sama) untuk setiap
nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Untuk mendeteksi
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas
Dari gambar 4.3 dapat terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka Nol pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi.
4.4.3 Uji Multikolonieritas
Untuk menguji apakah terdapat Multikolinearitas atau tidak dalam model
regresi bisa melihat nilai korelasi. Jika koefisien korelasi variabel eksogen tinggi
(mendekati 1) maka terjadi multikolinearitas.Cara lainnya ialah dengan melihat
Tabel 4.13
Karakteristik_Personal .838 1.193
Etika .906 1.104
Pengalaman .785 1.273
a. Dependent Variable: Penyimpangan_Perilaku
Dari table 4.13 dapat dilihat bahwa nilai VIF <5 dan tolerance > 0,05
maka dapat dismpulkan tidak terdapat masalah multikolonieritas pada penelitian
ini.
4.5 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas (karakteristik personal auditor, etika audit, dan pengalaman
auditor) terhadap variabel terikat (penyimpangan prilaku audit) yang dilakukan
pada 110 orang auditor yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan di Medan.
Analisis Regresi Linear Berganda dalam penelitian ini menggunakan
bantuan aplikasi software SPSS. Bentuk perumusannya sebagai berikut:
Y= a + B1X1 + B2X2 +B3X3 + e
Karakteristik_Personal .130 .061 .178 2.115 .037
Etika .165 .065 .205 2.540 .013
Pengalaman .612 .127 .418 4.817 .000
1. Konstanta (a) = 14,533 , ini menunjukkan tingkat konstan, dimana jika
variabel kerakteristik personal (X1), etika (X2),dan pengalaman auditor
(X3), adalah 0, maka penyimpangan perilaku (Y) tetap ada sebesar 14,533,
dengan asumsi variabel lain tetap.
2. Koefisien X1 = 0,130, ini menunjukkan bahwa variabel karakteristik
personal (X1) berpengaruh positif terhadap penyimpangan perilaku.
Dengan kata lain, jika variabel karakteristik personal (X1) meningkat
sebesar satu satuan perilaku akan meningkat sebesar 0,130 satuan,
dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Koefisien X2 = 0,165, ini menunjukkan bahwa variabel etika (X2)
berpengaruh positif terhadap penyimpangan perilaku. Dengan kata lain,
jika variabel etika (X2) meningkat sebesar satu satuan maka penyimpangan
perilaku akan meningkat sebesar 0,083 satuan, dengan asumsi variabel lain
tetap.
4. Koefisien X3 = 0,612, ini menunjukkan bahwa variabel pengalaman
auditor(X3) berpengaruh positif terhadap penyimpangan perilaku. Dengan
kata lain, jika variabel pengalaman auditor (X3) meningkat sebesar satu
satuan maka penyimpangan perilakuakan meningkat sebesar 0,612 satuan,
dengan asumsi variabel lain tetap.
4.5.1 Uji Serempak (Uji F)
Untuk melihat kelayakan model regresi apakah sudah benar dapat dilihat
diatas terlihat nilai F hitung (20,965) >F tabel (2,69) maka model regresi
dinyatakan layak. Nilai signifikan < 0.05, maka model regresi layak. Dari tabel
4.11 dibawah terlihat nilai signifikan (0,00) < 0,05 maka model regresi
dinyatakan layak.
Berdasarkan tabel 4.11 telah menunjukkan nilai Fhitung>F tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas (karakteristik personal, etika, dan
penyimpanganprilaku audit) yang dilakukan pada 110 orang auditor yang bekerja
di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Medan.
4.5.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji-t (uji parsial) dilakukan untuk melihat secara individu pengaruh secara
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kriteria
pengambilan keputusan:
a. Ho diterima jika thitung< ttabelpada α = 5%
b. Ho diterima jika thitung> ttabelpada α = 5%
Nilai ttabel dapat dilihat pada α = 5% yang dipeeroleh dari n-k
n= jumlah sampel yaitu 110 orang
k= jumlah variabel yang digunakan yaitu 4
Tabel 4.15 ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 382.002 3 127.334 20.965 .000a Residual 643.816 106 6.074
Total 1025.818 109
maka nilai ttabel 5%(106) adalah 1,65
hasil uji secara parsial dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.16
Karakteristik_Personal .130 .061 .178 2.115 .037
Etika .165 .065 .205 2.540 .013
Pengalaman .612 .127 .418 4.817 .000
a. Dependent Variable: Penyimpangan_Perilaku Dari tabel 4.12 dapat disimpulkan bahwa
a. Variabel karakteristik personal secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyimpangan perilaku. Hal ini terlihat dari nilai
signifikan 0,037<0,05 dan nilai t hitung > nilai t tabel (2,115>1,65).
b. Variabel etika secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyimpangan perilaku. Hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,013≤ 0,05
dan nilai t hitung > nilai t tabel (2,540>1,65).
c. Variabel pengalaman auditor secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyimpangan perilaku. Hal ini terlihat dari nilai
signifikan 0,000<0,05 dan nilai t hitung > nilai t tabel (4,817>1,65).
4.5.3 Uji Koefisien Determinasi(R2)
Pengujian dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R2), yaitu untuk melihat besarnya pengaruh varibel bebas. Uji koefisien determinasi adalah
R-square atau nilai determinan (R2) mendekati satu berarti pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen kuat.
Tabel 4.17 Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .610a .372 .355 2.46449
a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Etika, Karakteristik_Personal b. Dependent Variable: Penyimpangan_Perilaku
Nilai R adalah 0,610, yang berarti hubungan karakteristik personal, etika,
dan pengalaman auditor terhadap penyimpangan perilaku sebesar 61%. Artinya
hubungan antara variabel X dan Y erat. Besarnya nilai R square pada tabel 4.13
(model summary) adalah 0,372. Angka 0,380 berarti 37,2% besarnya pengaruh
variabel eksogen (karakteristik personal, etika, dan pengalaman auditor) terhadap
variabel endogen (penyimpangan perilaku). Dengan dengan kata lain variabel
endogen pengalaman auditordapat dijelaskan oleh variabel eksogen (karakteristik
personal, etika, dan pengalaman auditor) sebesar 38%. Sedangkan sisanya
(1-0,372) = 0,628 dapat diterangkan oleh variabel lain diluar karakteristik personal,
etika, dan pengalaman auditor.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penyimpangan Perilaku Audit
Menurut Jansen & Glinow (1985) dalam Octamy (2008), perilaku individu
merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang
terjadi saat ini akan mendorong seseorang untuk membuat keputusan. Dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat
disebabkan oleh faktor karakteristik personal auditor (faktor internal) serta faktor
Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini secara parsial
karakteristik personal auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyimpangan perilaku audit di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di
Kota Medan. Pengaruh antara dua variabel ini dapat dilihat dari nilai Thitung
sebesar 2,115 dan nilai probabilitas sebesar 0,037.
Hal ini sesuai dengan penelitian Donnely et al. (2003) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif antara lokus kendali eksternal dan keinginan
untuk berhenti bekerja dengan tingkat penerimaan perilaku disfungsional dalam
audit serta adanya hubungan negatif antara tingkat kinerja pribadi karyawan
dengan tingkat penerimaan perilaku disfungsional dalam audit. Namun hal ini
berbeda dengan penelitian Irawati, dkk (2005) yang menyatakan terdapat
hubungan positif antara lokus kendali eksternal dan keinginan untuk berhenti
bekerja dengan penerimaan penyimpangan perilaku audit, sedangkan tingkat
kinerja dan harga diri kaitannya dengan ambisi memiliki hubungan positif yang
tidak signifikan terhadap penerimaan penyimpangan perilaku audit. Hasil ini juga
berbeda dengan penelitian Provita Wijayanti (2009) yang menyatakan
karakteristik personal auditor yang bekerja di BPKP wilayah Jawa Tengah dan
DIY yaitu locus of control berhubungan positif terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit tetapi tidak signifikan.
Pada situasi dimana individu dengan lokus kendali eksternal, mereka
cenderung merasa tidak mampu untuk mendapatkan dukungan kekuatan yang
pertahanan mereka (Solar dan Bruehl, 1971 dalam Irawati, dkk, 2005). Dan
perilaku ini jelas terlihat dalam situasi dimana pegawai merasakan tingkat struktur
atau pengawasan control yang tinggi. Keinginan untuk berhenti bekerja dapat
membuat seseorang menjadi kurang peduli terhadap apa yang ia lakukan di dalam
organisasinya sehingga lebih dapat terlibat dalam penyimpangan perilaku karena
menurunnya ketakukan akan kemungkinan jatuhnya sangsi apabila perilaku
tersebut terdeteksi (irawati, dkk, 2005). Komitmen pada organisasi merupakan
alat prediksi yang sangat baik untuk beberapa perilaku penting, diantaranya
adalah perputaran pegawai, kesetiaan pegawai kepada nilai organisasi dan
keinginan untuk melakukan pekerjaan ekstra (untuk melakukan pekerjaan
melebihi apa yang seharusnya dikerjakan). Jadi, auditor yang memiliki
kecenderungan lokus kendali eksternal, keinginan untuk berpindah kerja dan
komitmen pada organisasi lebih dapat menerima penyimpangan perilaku dalam
audit.
4.6.2 Etika Audit terhadap Penyimpangan Perilaku Audit
Etika (Ethics) adalah aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral
yang mengatur prilaku seseorang atau kelompok mengenai apa yang benar dan
apa yang salah.( Daft (2002:167)). Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam
penelitian ini secara parsial etika audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyimpangan perilaku audit di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di
Kota Medan. Pengaruh antara dua variabel ini dapat dilihat dari nilai Thitung
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ida Suraida (2005) yang menyatakan
etika berpengaruh positif signifikan terhadap skeptisisme professional auditor.
Sama halnya dengan Ponemon dan Gabhart (1990) yang menemukan bahwa
profesi kognitif etika auditor akan mempengaruhi independensi auditor.
Kesadaran etis serta kepedulian pada etika profesi yang merupakan faktor
pembentuk ketaatan pada etika hendaknya terus dipelihara dan diingatkan oleh
setiap auditor di BPKP, sebagai bekal dalam mempertahankan kredibilitas profesi.
Independensi merupakan salah satu nilai etis yang dijabatkan secara tertulis bagi
seorang auditor sebagai panduan agar dapat selalu berperilaku etis.
4.6.3 Pengalaman Auditor Terhadap Penyimpangan Perilaku Audit
Pengalaman personel audit akan meningkatkan kompetensi mereka dalam
menjalankan setiap penugasan. Personel audit berpengalaman memakai analisis
yang lebih teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi gejala kekeliuran
dibandingkan dengan analisi yang tidak berpengalaman.
Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini secara parsial
pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyimpangan
perilaku audit di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan di Kota Medan.
Pengaruh antara dua variabel ini dapat dilihat dari nilai Thitung sebesar 4,817 dan
nilai probabilitas sebesar 0,000.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ida Suraida (2005) yang menyatakan
pengalaman audit berpengaruh positif signifikan terhadap skeptisisme
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Secara parsial variabel karakteristik personal auditor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat penyimpangan perilaku audit auditor Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan Kota Medan.
2. Secara parsial variabel etika audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat penyimpangan perilaku audit auditor Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan Kota Medan.
3. Secara parsial variabel pengalaman auditor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat penyimpangan perilaku audit auditor Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan Kota Medan.
4. Secara simultan variabel karakteristik personal auditor, etika audit dan
pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
penyimpangan perilaku audit auditor Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan Kota Medan.
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain
yang lebih berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku dalam audit.
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa wawancara
dari beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa
pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang mungkin terlalu sempit atau kurang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluar daerah survey, atau
menggunakan sampel yang berbeda dari penelitian ini, sehingga hasil
penelitian lebih mungkin untuk disimpulkan secara umum.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan menyebarkan dan mengumpulkan
kuisioner pada waktu yang tepat, sehingga jumlah responden dapat lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Auditing
Menurut Sukrisno Agoes (2012:4) Auditing adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai laporan kewajaran laporan keuangan tersebut.
2.1.2 Karakteristik Personal Auditor
“Karakteristik personal auditor merupakan salah satu faktor penentu yang
membedakan penerimaan auditor akan perilaku disfungsional” Donelly et. al,
(2003). Karateristik personal auditor dilihat dari empat dimensi, yakni Locus of
control, keinginan untuk berpindah kerja (turnover intention) dan kinerja
karyawan(employee performance) yang dimiliki oleh para auditor,dan komitmen
organisasional berhubungan terhadap penyimpangan prilaku audit yang terdiri
dari premature sign off, under reporting of time dan altering/replacing of audit
procedure.
2.1.3 Etika Audit
Menurut Elder (2011:60) “Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai
seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai”. Menurut Daft (2002:167),
“Etika (Ethics) adalah aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang
mengatur prilaku seseorang atau kelompok mengenai apa yang benar dan apa
bahwa etika adalah prinsip dan nilai moral yang akan mempengaruhi seseorang
dalam pelaksanaan tindakannya. Menurut Keraf (1998), etika dapat dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Etika umum
Etika umum berkaitan dengan bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip modal dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak, serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya
suatu tindakan. Etika umum dapat digolongkan dengan ilmu pengetahuan
yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip modal dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b. Etika sosial, berkaitan dengan kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia lainnya salah satu bagian dari etika social adalah etika profesi.
Ponemon dan Gabhart (1990) menemukan bahwa profesi kognitif etika
auditor akan mempengaruhi independensi auditor. Indenpendensi merupakan isu
yang menarik karena dalam menghadapi konflik independensi auditor perlu untuk
mempertimbangkan aturan eksplisit, standar audit dan kode etik professional.
Independensi dalam audit berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak
Seksi 220: Par 01) mengemukakan bahwa “Seorang auditor harus bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya
keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang
justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya”
Payamta (2002) menyatakan bahwa berdasarkan “Pedoman Etika” IFAC,
maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada
prinsip-prinsip dasar yang mengatur perilaku seorang Akuntan dalam
melaksanakan tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1) integritas,
(2)obyektifitas, (3) independen, (4) kepercayaan, (5) standar-standar teknis, (6)
kemampuan professional, dan (7) perilaku etika. Independensi merupakan salah
satu nilai etis yang dijabarkan secara tertulis bagi seorang auditor sebagai panduan
agar dapat selalu berperilaku etis.
2.1.4 Pengalaman Auditor
Gusnardi (2003:8) mengemukakan bahwa pengalaman audit (audit
experience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor
bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun
pengalaman, keahlian yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah
penting yang berhubungan dengan pengalaman auditor akan berkaitan dengan
Menurut Mulyadi (2002:25): “Jika seorang memasuki karier sebagai
akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah
pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Di samping itu, pelatihan
teknis yang cukup mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang
baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan
teknis dalam profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja
sekurangkurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang
audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan
publik (SK Menteri Keuangan No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997)”.
Selain itu menyebutkan ada tiga faktor pengalaman auditor diantaranya adalah:
(1). Pelatihan Profesi; (2). Pendidikan; (3).Lama kerja.
Pengalaman personel audit akan meningkatkan kompetensi mereka dalam
menjalankan setiap penugasan. Personel audit berpengalaman memakai analisis
yang lebih teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi gejala kekeliuran
dibandingkan dengan analisi yang tidak berpengalaman.
2.1.5Penyimpangan Perilaku Audit (Dysfunctional Audit Behavior)
“Penyimpangan perilaku audit (Dysfunctional Audit Behavior) merupakan
reaksi terhadap lingkungan, seperti terhadap sistem pengendalian” Donnelly et al,
(2003). Implikasinya adalah bahwa auditor cenderung menghasilkan audit yang
kurang berkualitas dan dapat menyesatkan para pengguna laporan tersebut.
1. Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada
waktu yang sebenarnya (underreporting of audit time). Perilaku ini dapat
menyebabkan adanya gambaran yang salah mengenai kebutuhan waktu yang
sebenarnya, sehingga proses perencanaan untuk audit di masa yang akan
dating menjadi terhambat dan tidak akurat, dan juga berpengaruh terhadap
pelaksanaan audit selanjutnya, yaitu berkaitan dengan rencana penugasan
personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan
meghasilkan time pressure untuk audit di masa yang akan datang
2. Merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan
(replacing and altering original audit procedures). Perilaku ini dapat merubah
rencana dan arah dari pekerjaan audit, sehingga auditor tidak dapat
menemukan hal-hal yang material sebelumnya telah diperkirakan.
Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi
keseluruhan prosedur (premature sign-off of audit steps without completion of the
No Nama
Secara simultan, etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap skeptisisme profesional control berhubungan positif
terhadap penerimaan
perilaku disfungsional audit tetapi tidak signifikan
Adanya kontribusi dampak karakteristik personal
Hubungan karakteristik personal auditor terhadap tingkat penerimaan
penyimpangan perilaku dalam audit memiliki persamaan Variabel Karakteristik
Personal Auditor dan penyimpangan perilaku audit. Perbedaannya dengan judul
yang dibahas peneliti adalah Tidak ada variabel etika audit dan pengalaman
auditor. Hasil dari penelitian Irawati adalah Terdapat hubungan positif antara
lokus kendali eksternal dan keinginan untuk berhenti bekerja dengan penerimaan
penyimpangan perilaku audit. Sedangkan tingkat kinerja dan harga diri kaitannya
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Suraida (2005) yang berjudul Uji
Model Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit Terhadap
Skeptisisme Profesional Auditor memiliki persamaan Variabel Etika dan
Pengalaman Audit. Perbedaannya dengan judul yang dibahas peneliti adalah
Tidak terdapat variabel karakteristik personal auditor dan penyimpangan perilaku
dalam audit. Hasil dari penelitian Ida Suraida adalah secara simultan, etika,
kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap skeptisisme profesional auditor yaitu sebesar 61%.
Penelitian yang dilakukan oleh Provita Wijayanti (2009) yang berjudul
Pengaruh Karakteristik Personal Auditor Terhadap Penerimaan Perilaku
Disfungsional Audit (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah yang bekerja di
BPKP Perwakilan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) memiliki
persamaan Variabel Karakteristik Personal Auditor, dan Penyimpangan Perilaku
dalam Audit. Perbedaannya dengan judul yang dibahas peneliti adalah Tidak
terdapat variabel etika auditdan pengalaman auditor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwakarakteristik personal auditor yang bekerja di BPKP wilayah
Jawa Tengah dan DIY yaitu locus of control berhubungan positif terhadap
penerimaan perilaku disfungsional audit tetapi tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Agusta, Ardiani (2009) yang berjudul
Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behavior memiliki persamaan
Variabel Penyimpangan Perilaku dalam Audit. Perbedaannya dengan judul yang
dibahas peneliti adalah Tidak terdapat variabel karakteristik personal auditor,