• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (5)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS”

Mata kuliah : Akhlak Tasawuf Dosen : Dr. Ja’far, MA.

Nama : 1. M. Taufiq Rachman Siregar (0702173195) 2. Hapri Liansyah (0702173204)

3. Garnish Ayu Andini Wijaya (0702172116) 4. Siti Marlina Ritonga (0702173194)

“Fakultas Sains dan Tekonologi Univeritas Islam Negeri Sumatra Utara” Email : Andini.Garnish@gmail.com

BAB I :

PENDAHULUAN

Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.

Yang dihasilkan dari pembelajaran yang di dapatkan dalam Integrasi tasawuf adalah ilmu dan agama, bukan hanya ilmuwan muslim namun ilmuwan Islam. Ilmuwan muslim yang dimaksud adalah ilmuwan yang beragama Islam, yaitu seseorang yang menguasai ilmu dan kuat imannya disini kita melihat bahwa seorang muslim yang benar ialah yang bisa menjaga ilmu yang dimilikinya dengan menggunakan sebaik-baiknya, sedangkan ilmuwan Islam adalah, ilmuwan yang tidak hanya kuat imannya, namun yang dapat menjadikan Islam sebagai paradigma bagi perkembangan ilmu untuk kehidupan masyarakat maupun dirinya sendiri.

https://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial

(2)

BAB II :

PEMBAHASAN

A. INTEGRASI DALAM SEJARAH ISLAM

Dalam sejarah intelektual Islam Klasik, budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan dikembangkan dengan canggih. Center for Islamic Philosophical Studies and Information (CIPSI) pernah menyebut 261 ilmuwan, teolog, dan saintis. Meskipun profesi dalam bidang saintis dalam bidang ilmu-ilmu kealaman, para pemikir muslim klasik menempuh pola hidup sufistik dan kajian-kajian ilmiah mereka diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan religius dan spiritual. Para filsuf dari mazhab Peripatetik merupakan pemikir muslim yang berhasil mengintegrasikan filsafat Yunani dengan ajaran islam yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis, karena tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan disesuaikan dengan paradigma islam. Tidak sebatas integrasi belaka, mereka malah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu yang terdiri atas ilmu-ilmu kewahyuan, sehingga integrasi menjadi sangat mudah dilakukan. Berikut adalah beberapa ilmuwan muslim beserta berbagai bidang keilmuannya, yaitu :

- Al-Jahiz (w.869) adalah ahli dalam bidang sastra Arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat, psikologi, teologi dan politik.

- Al-Kindi (w.873 M) menguasai seluruh cabang filsafat seperti metafisika, etika, logika, psikologi, kedokteran, farmakologi, matematika, astrologi, optik, zoologi, dan meteorologi.

- Al-Razi (w. 925) adalah ahli dalam bidang filsafat, kimia, matematika, musik, dan politik.

- Ibn Bajjah (w. 1138) adalah tokoh yang dikenal sebagai seorang astronom, filsuf, musisi, dokter, fisikawan, psikolog, dan botanis.

- Ibn Thufail (w. 1185) juga seorang ahli filsafat, kedokteran dan hukum islam. - Al-Ghazali (w.1111) adalah seorang teolog, filsf dan sufi.

- Umar Khayyam (w.1131) adalah matematikawan,astronom, dan sufi.

- Al-Shafa (abad 10 masehi) adalah kelompok filsuf yang menguasai filsafat, psikologi, biologi, dan fisika.

- Ibn a-Haitsam (w. 1039) merupakan tokoh dalam bidang falak, matematika, geometri, pengobatan dan filsafat.

- Al-Biruni (w. 1048) merupakan matematikawan, astronom, fisikawan, filsuf, sejarawan, ahli farmasi, matematikawan, dan dokter.

- Ibn Rusyd (w. 1198) adalah pakar kedokteran, hukum islam, matematika dan filsafat. - Ibn Sina (w. 1037) menguasai filsafat, kedokteran, astronomi, kimia, geografi,

geologi, psikologi, logika, matematika, fisika dan puisi.

- Fakhr al-Din al-Razi (w.1209) dikenal sebagai ahli filsafat tasawuf, kedukteran , tafsir dan fikih.

(3)

Kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu religius adalah dampak dari keyakinan bahwa ilmu-ilmu fardh al’ain yang wajib dikuasai dan diamalkan setiap muslim apapun profesi mereka. Sedangkan kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu rasional dan empirik adalah bahwa semua ilmu tersebut dikategorikan sebagai ilmu fardh al-kifayah yang diwajibkan kepada sebagaian muslim atau kemungkinan tidak lebih dari sekedar profesi dan minat mereka untuk menguasai dan mengembangkannya atas dasar perintah agama.

Selain dari mazhab Peripatetik, sejarah islam menyebutkan keberadaan para filsuf dari mazhab Isyraqiah dan mahzab Hikmah al-Muta’aliyah yang sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu kewahyuan. Menarik disimak bahwa banyak ilmu-ilmuan muslim terdahulu yang yang kehidupan mereka sangat religius dan sufistik, tetapi mereka menguasai filsafat dengan segala cabangnya seperti metafisika, fisika, astronomi, biologi, kedokteran dan teknologi arsitektur.

Dengan demikian, integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para ilmuan muslim klasik telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa keemasan islam. Paling tidak, secara akademik mereka menguasai seluruh disiplin ilmu yang berkembang pesat pada maa mereka, baik imu-ilmu raional, ilmu-ilmu empirik, maupun ilmu-ilmu kewahyuan. Mereka bahkan mengintegraikan kedua jenis ilmu terebut dan keduanya saling mendukung kegiatan akademik mereka. Meskipun mereka seorang filsuf dan saintis, perilaku hidup mereka merupakan realisasi terhadap teori mereka mengenai filsafat dan sufisme. Dapat disimpulkan bahwa mereka sukses mengintegrasikan antara dua jenis ilmu tersebut dan mengintegrasikan keduanya dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari-hari.

Dr. Ja’far MA.2016. Gerbang Tasawuf .Hal:102-105.Medan : Perdana Publishing B. INTEGRASI DALAM RANAH ONTOLOOGI

(4)

Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi) filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah mengenai pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta (rasul).

Dalam hal ini al-Syaibany mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang alam raya meliputi dasar pemikiran:

1. Pendidikan dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan sosial dipengaruhi pula oleh lingkungan fisik (bendabenda alam);

2. Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala yang diciptakan oleh Allah Swt. baik makhluk hidup maupun benda-benda alam;

3. Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi dan roh. Dasar pemikiran ini mengarahkan falsafah pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam ghaib, alam materi dan alam ruh, alam dunia dan alam akhirat;

4. Alam senantiasa menngalami perubahan menurut ketentuan aturan pencipta;

5. Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya.5

Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, ont yang berarti keberadaan, dan logos yang berarti teori, sedangkan dalam bahasa Latin disebut ontologia, sehingga ontologi bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Ontologi dapat dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu. Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial keberadaan. Suriasumantri menyimpulkan bahwa ontologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang hakikat dari objek telaah ilmu dan hubungan objek ilmu dengan manusia sebagai pencari ilmu.

Dengan demikian, ontologi adalah ilmu tentang teori keberadaan, dan istilah ontologi ditujukan kepada pembahasan tentang objek kajian ilmu. Para sufi awal memang lebih banyak memfokuskan kepada masalah kedekatan kepada Allah Swt., tetapi belakangan mereka meluaskan objek kajian tasawuf sampai kepada persoalan wujud, selain tasawuf juga mulai bersinggungan dengan filsafat, sehingga mereka tidak saja membahas dan menyimak hakikat wujud –Nya tetapi juga wujud alam dan manusia.

Berbeda dari saintis Barat sekuler, para filsuf muslim dan sufi berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn ‘Arabi (w.1240), alam diciptakan Allah Swt. melalui proes tajalli (penampakan diri)-Nya pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah wt. Mengambil dua bentuk :

- tajalli dzati dalam bentuk peniptaan potensi

(5)

Alam merupakan bayangan dari wujud Allah Swt., penampakan dari nama dan sifat-Nya, sedangkan manusia yang telah menapai kedudukan insan al-kamil merupakan wadah tajalli -Nya, selain berkedudukan sebagai khalifah-Nya dan wali tertinggi (quthb). Dari perspektif Ibn ‘Arabi, alam merupakan manifestasi sifat-sifat Allah Swt. dan cermin bagi-Nya. Saintis muslim sebagi peneliti alam empirik (terutama dunia mineral, tumbuhan, binatang dan manusia) harus menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan manifestasi Allah Swt; dan ajaran islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya, sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat menumbuhkan dan memperkokoh keimanan terhadap-Nya, bukan menjauhkan manusia dari-Nya sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuwan-ilmuwan Barat-sekular.

Dr. Ja’far MA.2016. Gerbang Tasawuf .Hal:105-107.Medan : Perdana Publishing

4Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 20b. Epistemologi

5Ahmad Syari’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 123

C. INTEGRASI DALAM RANAH EPISTEMOLOGI

(6)

pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur.

mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh dengan metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa. Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan induktif.

Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengorganisasikan dan menganalisis data; menyimpulkan dan conclusion; melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teoriteori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara tepat. 6

Istilah Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang bermakna pengetahuan, dan logos yang bermakna ilmu atau eksplansi, sehingga epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahui. Runes menjelaskan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang meneluuri asal/sumber, struktur, metode, dan validita ilmu pengetahuan. Suriasumantri menyimpulkan bahwa epitemologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang proes dan prosedur menggali ilmu, metode untuk meraih ilmu yang benar, makna dan kriteria kebenaran, erta arana yang digunakan untuk mendapatkan ilmu.

Dengan demikian epitemologi adalah ilmu tentang cara mendapatkan ilmu. Kajian-kajian ilmu-ilmu alam mengandalkan metode observasi dan eksperimen yang disebut dalam epistemologi islam sebagai metode tajribi, sedangkan kajian tasawuf mengandalkan metode irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs. Meskipun ada perbedaan metode tetapi kedua metode tetapi kedua metode bisa melengkapi dan mendukung satu sama lain. Sebagian sufi memanfaatkan metode irfani untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai duina metafisik dan dunia fisik (mineral, tumbuhan, hewan, dan manusia).

(7)

dalam mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu-ilmu dan kebenaran, dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dengan melaksanakan berbagai ritual ibadah termasuk zikir merta melakukan praktik riyadhah dan mujahadah. Dari perspektif islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama memperoleh ilmu secara langsung dari sumber asalnya, yaitu Allah Swt. yang diketahui memiliki sifat al-‘Alim.

Epistemologi ini memiliki peranan penting dalam tubuh ilmu pengetahuan, dengan tanpa menafikan atau mengisolir sub sistem dari sistem filsafat yang lain (ontologi dan aksiologi). Dengan pemahaman ini selanjutkan akan memperlancar pemahaman seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi. Dagobert D. Runes, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”.

Bertolak dari pengertian epistemologi menurut kedua pakar tersebut, dapat diperinci aspek-aspek yang menjadi cakupan atau ruang lingkupnya. Muzayyin Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam merinci ruang lingkup epistemologi meliputi hakikat, sumber, metode, dan validitas.11Sedangkan Mudlor Achmad merincinya menjadi enam aspek, yakni hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Jadi, meskipun epistemologi merupakan sub sistem filsafat, namun cakupannya cukup luas. Dengan memadukan rincian tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa meliputi hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validitas, unsur, macam, tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban dan skope pengetahuan.12

Dr. Ja’far MA.2016. Gerbang Tasawuf .Hal:107-109.Medan : Perdana Publishing 6Mohammad Adib, Filsafat Ilmu,hlm.74-75

11Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 7

12Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 3-6

D. INTEGRASI DALAM RANAH AKSIOLOGI

(8)

ini sesuai dengan Maqasid al-Syariah yakni tujuan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum Islam. Sementara menurut Wahbah al Zuhaili, Maqasid Al Syariah berarti nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya.

Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari' dalam setiap ketentuan hukum. Menurut Syathibi tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia.8 Kemudian Muzayyin Arifin memberikan definisi aksiologi sebagai , suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika)9 Jika aksiologi ini dinilai dari sisi ilmuwan, maka aksiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai - nilai yang dipegang ilmuwan dalam memilih dan menentukan prioritas bidang penelitian ilmu pengetahuan serta penerapan dan pemanfaatannya.10

Istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani, axios yang bermakna nilai, dan logos yang berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai, investigasi terhadap asal kriteria, dan situs metafisik dan nilai tersebut. Menurut Bunnin dan Yu, aksiologi adalah studi umum tentang nilai dan penilaian, termasuk makna, karakteristik, dan klasifikasi nilai, serta dasar dan karakter pertimbangan nilai. Sebab itu, aksiologi disebut dengan teori nilai. Aksiologi juga dimaknai sebagai studi tentang manfaat akhir dari segala sesuatu.

Suriasumantri menyimpulkan bahwa aksiologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang kegunaan dan penggunaan ilmu, kaitan antara penggunaan ilmu dengan kaidah moral, dan hubungan antara prosedur dan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral dan profesional. Jadi aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu, tujuan pencarian dan pengembangan ilmu, kaitan antara penggunaan dan pengembangan ilmu dengan kaedah moral, serta tanggung jawab sosial ilmuan.

Kajian aksiologi lebih ditunjukkan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu dan etika akademik ilmuwan. Dari aspek etika akademik, nilai-nilai luhur tasawuf dapat menjadi landasan etis seorang ilmuwan dalam pengembangan sains dan teknologi. Konsep al-maqamat dan al-ahwali dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuwan muslim. Contohnya, seorang saintis muslim sebagimana ilmuwan muslim klasik, harus menampilkan kehidupan sufistik seperti sikap zuhud, warak, sabar, tawakkal, cinta, fakir, dan rida dalam menjalankan kegiatan akademik maupun dalam kegiatan sosialnya, maksudnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Meskipun memiliki banyak kekayaan material, seorang saintis muslim masa depan harus bersikap zuhud dan fakir dan menolak harta yang syubhat dan haram. Seorang saintis muslim harus zuhud dan fakir dalam arti bahwa ia menampilkan hidup sederhana meskipun memiliki hanyak harta dan bersikap dermawan.

(9)

- Seorang saintis muslim harus tawakal, artinya menyerahkan hasil kegiatan akademik dan sosialnya hanya kepada Allah Swt. setelah berbagai usaha yang dilandasi syariat telah dilakukan secara maksimal.

- Seorang saintis muslim harus memiliki sikap cinta, artinya ia hanya melaksanakan seluruh aktivitas keilmuan dan sosialnya atas dasar kecintaan kepada Allah Swt., bukan demi meraih simpati dan apresiasi dari manusia.

- Seorang saintis muslim harus memiliki sikap rida, artinya menerima dengan tentram, tenang, dan bahagia atas segala capaian dan hasil dari kegiatan akademik dan sosialnya, meskipun capaian dan hasil tersebut tidak sesuai dengan rencana awal, sembari tetap meyakini bahwa keputusan tersebut berasal dari Allah Swt. dan harus diterima dengan lapang dada, serta meyakini bahwa keputusan-Nya adalah keputusan terbaik untuk kemudian tetap berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sejak awal.

Dengan demikian, saintis muslim masa depan dituntut untuk menggali kearifan dalam ajaran tasawuf dan dapat menginternalisasikannya dalam kehdupan akademik dan sosialnya.

8 http://maqasid-syariah.blogspot.com/2009/01/maqasid-al-syariah.html diunduh pada Jum’at 28 Desember 2012 / 05:29

9 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 8 10 Ilyas Supena, Desain Ilmu -ilmu Keislaman: dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur Rahman, (Semarang: Walisongo Press, 2008), hlm. 151

BAB III :

KESIMPULAN

(10)

pengetahuan), ontologi (ilmu tentang esensi segala sesuatu) dan aksiologi (teori nilai). Kajian-kajian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Agama, sudah waktunya mengembangkan perpaduan demikian agar kajiannya lebih prospektif. Sementara tasawuf merupakan bagian integral dari ajaran agama. Tasawuf merupakan ajaran penyempurna aspek syariat. Muhammad Aqil menegaskan, setiap sesuatu itu memiliki hakikat, hakikat syariat adalah tasawuf.Integrasi antara Ilmu dan Agama bukan sesuatu yang terpisah dan bukan sesuatu yang satu berada diatas yang lain. Pandangan bahwa agama lebih tinggi dari ilmu adalah pengaruh dari konsep tentang dikotomi ilmu dan agama. Ilmu dianggap sebagai ciptaan manusia yang memiliki kebenaran relatif yang oleh karenanya memiliki posisi lebih rendah dibandingkan agama sebagai ciptaan tuhan yang memiliki kebenaran absolut. Kesempurnaan ilmu Tuhan dapat dilihat dari ciptaan-Nya di alam ini,yaitu tidak ada satupun ciptaan-Nya yang sia-sia, segala sesuatu bermanfaat dan mendukung kelestarin pada alam ini. Satu contoh dapat ditunjukkan bahwa kotoran hewan, sekalipun seakan-akan merupakan benda yang terbuang dan tidak berguna, namun keberadaannya tetap memberikan manfaat, misalnya untuk menyuburkan tanaman dan dapat menghasilkan gas untuk keperluan rumah tangga. Hal ini bisa dibandingkan dengan buatan manusia berupa kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap yang dapat merugikan kesehatan. Akan tetapi manusia selalu berusaha memperbaiki kelemahan teorinya dari kesalahan yang mereka perbuat. Kesalahan manusia ketika membaca ilmu Tuhan di alam ini, sesungguhnya merupakan bagian dari proses pencarian kebenaran dan bukan pula karena ada kesalahan ilmu Tuhan tetapi karena kebelum-mampu-an manusia menemukan kebenaran ilmu Tuhan yang sesungguhnya. Dengan demikian, saintis muslim masa depan dituntut untuk menggali kearifan dalam ajaran tasawuf dan dapat menginternalisasikannya dalam kehdupan akademik dan sosialnya

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ja’far, MA.2016.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing

https://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial

(11)

Dr.Ibrahim Madkour.2004.Aliran dan Teori Filsafat Islam:Sinar Grafika Offset

Dr. Toto Suharto, M.Ag.2014.Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan:Ar-Ruzz Media

4Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 20b. Epistemologi

5Ahmad Syari’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 123 11Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 7

12Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 3-6

8 http://maqasid-syariah.blogspot.com/2009/01/maqasid-al-syariah.html diunduh pada Jum’at 28 Desember 2012 / 05:29

Referensi

Dokumen terkait

WALL-FOLLOWING BEHAVIOR-BASED MOBILE ROBOT USING PARTICLE SWARM FUZZY CONTROLLER.. Andi Adriansyah 1 , and

Rencana strategi formal yang diinginkan dalam organisasi memiliki karakteristik berikut: Manajemen puncak yakni bahwa perencanaan strategis adalah

[r]

Hermantoro, “Palm Oil Production Based on Prediction of Soil Quality Using Ar- tificial Neural Model Network (ANN) ( Pred- iksi Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Ku- alitas

Tidak jarang sengketa perpajakan disebabkan oleh informasi dalam bentuk produk hukum yang terlambat sampai kepada wajib pajak, terlambatnya sosialisasi

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari fraksi eter ekstrak metanol Temu kunci Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht dapat diisolasi senyawa flavonoid

Secondly, the comprehensive comparison between serial and parallel approach on bubble sort algorithm implementation on FPGA.. The remainder of this paper is organized as

Yesus yang dapat dinikmati juga oleh orang-orang dari etnisitas lain. Orang