• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISORGANISA SI KELUARGA TERHADAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH DISORGANISA SI KELUARGA TERHADAP"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DISORGANISASI KELUARGA TERHADAP

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN REMAJA

Diajukan Untuk :

Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Nilai Tugas Mata Kuliah Sosiologi Semester I

Disusun oleh : Syifa Fauziah

010115122

Jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Pakuan Bogor

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Izin-Nya saya dapat mengerjakan tugas karya ilmiah ini. Saya menulis karya ilmiah ini sebagai persyaratan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh nilai tugas semester I mata kuliah Sosiologi pada jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Pakuan.

Karya ilmiah ini, saya susun karena mendapat tugas karya ilmiah dalam bentuk makalah dari dosen mata kuliah Sosiologi dengan tema “Disorganisasi Keluarga” dan judul “Pengaruh Disorganisasi Keluarga Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja”, yang juga menjadikan ini sebagai ilmu pengetahuan untuk saya dan juga untuk mendapatkan nilai tugas mata kuliah Sosiologi dari Bapak Suhermanto, S.H., M.H.

Demikian, karya ilmiah ini saya susun untuk melengkapi tugas dari dosen mata kuliah. Mohon maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan dalam karya ilmiah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.

Semoga, Taufik dan Hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua. Amin.

Wassalamualaikum wr.wb.

Bogor, 07 Oktober 2015

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………... ii

Daftar Isi ………... iii

BAB I Pendahuluan ………... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 2

1.3. Tujuan Pembahasan ………. 3

1.4. Definisi Operasional ………. 3

BAB II Tinjauan Pustaka ……… 5

2.1. Pengaruh ……….. 5

2.2. Disorganisasi ………... 6

2.2.1.Penyebab Terjadinya Disorganisasi ………... 7

2.3. Keluarga ……….. 8

2.3.1.Ciri-ciri Keluarga ………... 8

2.3.2.Bentuk Keluarga ……….. 10

2.3.3.Fungsi Keluarga dan Perubahan Sosial ……… 12

2.4. Perkembangan Kepribadian ……….. 14

2.4.1.Definisi Perkembangan ……… 14

2.4.2.Definisi Kepribadian ……… 14

(4)

2.4.4.Faktor Pembentuk Kepribadian ………... 16

2.4.5.Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian ……… 17

2.5. Remaja ……….. 19

BAB III Pembahasan ……….. 21

3.1. Disorganisasi Keluarga ……….. 21

3.2. Pengertian Disorganisasi Keluarga ……… 21

3.3. Penyebab Terjadinya Disorganisasi Keluarga ………... 22

3.4. Bentuk-bentuk Disorganisasi Keluarga ……….. 26

3.4.1.Menurut William J. Goode ……… 26

3.4.2.Secara Sosiologis ……….. 27

3.5. Gangguan Kejiwaan Pada Seseorang yang Mengalami Disorganisasi (Broken Home) ……….… 27

3.6. Efek-efek Kehidupan Seseorang yang Mengalami Disorganisasi Keluarga .. 28

3.7. Pengaruh Disorganisasi Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja ……… 29

3.7.1.Perkembangan Emosi ……… 29

3.7.2.Perkembangan Sosial Remaja ………... 30

3.7.3.Perkembangan Kepribadian ……….. 31

3.7.4.Kejiwaan ………... 31

(5)

3.8. Sikap-sikap Seseorang dalam Menghadapi Disorganisasi Keluarga

(Broken Home)

………. 32

BAB IV Penutup ………. 34

4.1 Simpulan ……… 34

4.2 Saran ………... 35

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

)ملسم هاور( ِهِناَسِجَمُي ْوَأ ِهِناَرِصَنُي ْوَأ ِهِناَدِوَهُي ُهاَوَبَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُلْوَم ُلُك

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” )HR. Muslim(

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang berkaitan dengan keluarga, karena keluarga merupakan unit sosial terkecil dan merupakan agen sosialisasi primer didalam kehidupan seorang anak. Keluarga juga memberikan pengaruh besar untuk perkembangan remaja.

Seiring dengan kenyataan diatas, sangat pentinglah peran keluarga bagi seorang anak, untuk menunjang kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang, baik itu kegiatan keagamaan, ekonomi, politik, hiburan dan sosial. Ini menunjukkan bahwa peran keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seorang anak.

Dengan berkembangnya zaman, fungsi sosial dari keluarga seolah mengikuti perkembangan kearah yang negatif karena tidak terpenuhinya fungsi sosial dari keluarga bagi seorang anak, terutama bagi remaja.

(7)

keluarga. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan pola perilaku anak yang bersifat negatif, sepeti kenakalan remaja.

Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat memenuhi gambaran ideal sebuah keluarga yang baik. Perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang saat ini telah banyak memberikan hasil yang membanggakan dan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pada saat yang bersamaan perubahan-perubahan membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi keluarga dan menyebabkan masalah-masalah sosial lainnya.

Adanya gejala perubahan cara hidup dan pola hubungan dalam keluarga, seperti berpisahnya kedua orang tua dengan anak dalam waktu yang lama setiap harinya. Kondisi ini menyebabkan komunikasi dan interaksi antara sesama anggota keluarga menjadi tidak intensif. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar dan rapuh. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, terlah menggangu hubungan interpersonal dalam keluarga.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan ini saya mencoba mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum mengenai disorganisasi keluarga dengan perkembangan kepribadian remaja?.

2. Bagaimana gambaran umum mengenai penyebab terjadinya disorganisasi keluarga?.

3. Hal apa saja yang termasuk kedalam bentuk-bentuk disorganisasi keluarga?.

(8)

Dari uraian diatas dapatlah dirumuskan permasalahan yang akan dibahas yaitu:

Berapa besar hubungan nyata antara disorganisasi sosial dengan perkembangan kepribadian remaja?.

1.3. Tujuan Pembahasan

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai disorganisasi keluarga dengan perkembangan kepribadian remaja.

2. Untuk mengetahui pengaruh disorganisasi keluarga terhadap perkembangan kepribadian remaja.

1.4. Definisi Operasional

Pada pembahasan ini ada beberapa istilah yang sering digunakan, agar tidak terjadi kekeliruan dalam menafsirkan istilah tersebut maka leksikal ini akan dikemukakan beberapa definisi operasional dari istilah tersebut.

1. Pengaruh

Pengaruh adalah suatu dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh suatu perilaku atau sikap.

2. Disorganisasi

Keadaan tanpa aturan )kacau, bercerai berai, dsb( karena adanya perubahan pada lembaga sosial tertentu. (kbbi.web.id/disorganisasi)

(9)

Lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. (id.wikipedia.org/wiki/keluarga)

4. Perkembangan

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. (Akhmad Sudrajat : 2008)

5. Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.

6. Remaja

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengaruh

Secara umum, pengaruh diartikan dalam KBBI )Kamus Besar Bahasa Indonesia( adalah sebuah daya tarik yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaanm atau perbuatan seseorang. Ada beberapa orang berpendapat bahwa pengaruh dan kekuasaan adalah sama. Kenyataannya keduanya tidak benar-benar sama, tetapi masih berkaitan. Hubungannya adalah seseorang yang memiliki kekuasaan biasanya juga mampu memberikan pengaruh bagi orang laim dan masyarakat di sekitarnya. Berbagai konsep dan hakikat pengaruh yang berbeda akan diutarakan dalam pengertian pengaruh menurut para ahli berikut ini.

1. Menurut Wiryanto, pengaruh adalah tokoh formal dan informal di masyarakat yang memiliki ciri-ciri cosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibandingkan dengan pihak yang dipengaruhi.

2. Menurut M.Suyanto, pengaruh adalah nilai kualitas suatu iklan melalui media tertentu.

3. Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang dan tidak terlalu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.

4. Menurut Norman Barry, pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan agar bertindak dengan cara tertentu, terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.

(11)

6. Menurut Sosiologi Pedesaan, pengaruh adalah kekuasaan yang bisa mengakibatkan perubahan perilaku orang atau kelompok lain.

7. Menurut Bertram Johannes Otto Schrieke, pengaruh adalah bentuk dari suatu kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya.

8. Menurut Albert R. Roberts & Gilbert, pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang saat tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.

9. Menurut John Miller, pengaruh adalah komoditi berharga dalam dunia politik Indonesia.

Berdasarkan pengertian pengaruh menurut para ahli diatas dapat dilihat bahwa istilah pengaruh bisa didefinisikan dalam berbagai aspek kehidupan. Ada yang mengartikannya dari segi kekuasaan, politik, psikologi, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Hal tersebut menandakan bahwa pengaruh memang tidak bias diartikan secara harfiah, tetapi istilah pengaruh akan mudah untuk dipahami saat telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan sebuah hal abstrak yang tidak bisa dilihat tapi bias dirasakan keberadaan dan kegunaanya dalam kehidupan dan aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Pengaruh tidak bias menunjukkan fungsinya dengan maksimal bila seseorang tidak menjalankan perannya sebagai makhluk sosial di masyarakat. Itu sebabnya konsep makhluk sosial juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan dalam pemberian dan penerimaan pengaruh.

2.2. Disorganisasi

Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kebulatan.

(12)

Disorganisasi bias terjadi karena adanya masalah-masalah sosial yang menyebabkan keretakan suatu hubungan yang tidak hanya mencakup hubungan sosial saja tetapi juga mencakup hal politik, ekonomi, sosial maupun budaya akibat melemahnya nilai-nilai sosial.

2.2.1. Penyebab terjadinya Disorganisasi

Dalam suatu organisasi sering sekali terjadi berbagai masalah yang membuat organisasi tersebut terancam bubar. Berikut adalah faktor-faktor yang bias membuat disorganisasi terjadi.

1. Faktor Politik

Hubungan antar kelompok yang semula hidup rukun suatu saat bias berubah menjadi penuh konflik ketika didalamnya diberi muatan politik.

2. Faktor Ekonomi

Perbedaan antar kelompok bisa berubah menjadi permusuhan atau sikap antipasti ketika perbedaan antara masing-masing kelompok itu sejajar dengan kesenjangan kelas ekonomi. Seperti halnya di masyarakat sering terjadi konflik )disorganisasi sosial( dikarenakan faktor ekonomi, bahkan disorganisasi sosial itupun ada yang terjadi di satu keluarga )antar anggota keluarganya sendiri( hal itu terjadi karena faktor pembagian hak waris yang salah satu anggota keluarganya merasa pembagian hak warisnya tidak adil.

3. Faktor Sosial Budaya

(13)

Disorganisasi juga bisa terjadi karena:

1. Terjadinya keretakan dalam organisasi-organisasi masyarakat.

2. Adanya pembagian kerja yang menyebabkan terjadinya pembatasan oleh bidang keahlian yang dikuasai.

3. Aktivitas yang menyebabkan perubahan terhadap hal-hal di sekitar lingkungan.

4. Pengangguran akibat modernisasi.

2.3. Keluarga

Menurut Hassan Shadily )1984 :244( keluarga adalah perserikatan yang kekal dan keluarga dalam arti sesungguhnya adalah keluarga yang memiliki anak, dimana adanya keluarga ini penting sekali artinya bagi sosialisasi dan pendidikan anak tersebut sebagai anggota masyarakat.

2.3.1. Ciri-ciri Keluarga

Keluarga menurut Suparlan )1990:12-13( memiliki ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus, ciri umum keluarga yaitu:

1. Keluarga merupakan susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan yaitu pertalian antara suami dan istri; darah atau adopsi yang merupakan pertalian antara orangtua dan anak.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka. 3. Keluarga merupakan satu kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi

dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial.

(14)

gabungan dari pola-pola kebudayaan yang disalurkan melalui dua sisi keluarga yang dalam interaksinya dengan kebudayaan–kebudayaan luar menimbulkan pola-pola kebudayaan yang berbeda dari setiap keluarga baru.

Masih menurut Suparlan )1990:30-33( ciri-ciri khusus keluarga adalah sebagai berikut:

1. Kebersamaan keluarga merupakan bentuk yang hampir universal. 2. Dasar-dasar emosional. Hal ini didasarkan pada suatu kompleks

dorongan-dorongan yang sangat mendalam dari sifat organis manusia. 3. Pengaruh perkembangan: hal ini merupakan lingkungan

kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup yang sama merupakan sumbernya. 4. Ukuran yang terbatas.keluarga merupakan kelompok yang terbatas

7. Aturan kemasyarakatan: hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu dalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya.

(15)

2.3.2. Bentuk Keluarga

Menurut Goode )1991:89( berbagai macam bentuk keluarga mempengaruhi interaksi keluarga, misalkan pengaruhnya pada berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antar anggota-anggota kelompok dan sanak keluarga, sedangkan menurut Ihromi )2002:106-107( dalam setiap masyarakat memiliki bentuk yang berbeda antara satu dengan yang lain hal itu tergantung dimana keluarga tersebut berada. Bentuk disini dapat dilihat dari beberapa segi yaitu:

Bila dilihat dari jumlah anggota keluarga: 1. Keluarga Batih (Nuclear Family)

Keluarga batih adalah kelompok yang terdiri dari dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah. Nama lain dari bentuk keluarga semacam ini adalah keluarga conjungnal.

Menurut Soerjono Soekanto )1992:85( fungsi pokok keluarga batih adalah:

o Sebagai wadah berlangsungnya sosialisasi primer, yakni dimana anak-anak dididik untuk memahami dan mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

o Sebagai unit untuk mengatur hubungan seksual yang semestinya. o Sebagai unit sosial ekonomi yang membentuk dasar kehidupan

sosial ekonomi bagi anak-anaknya.

o Sebagai tempat berlindung bagi anggotanya.

Menurut Soerjono Soekanto lebih lanjut )1992:23(, keluarga batih memiliki peran sebagai berikut:

o Sebagai pelindung pribadi-pribadi anggota keluarga dimana ketentraman dan kertibaban diperoleh dalam wadah tersebut. o Merupakan unit sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anggotanya.

(16)

o Merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kiadah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyrakat. Bentuk keluarga berdasarkan susunannya )Abu Ahmadi, 1991:112( o Keluarga yang bersifat otoriter dengan ciri-ciri orangtua lebih

dominan.

o Keluarga demokrasi dengan ciri-ciri anggota keluarga ini khususnya anak-anak, bersifat fleksibel, dapat menguasai diri, menghargai orang lain, terbuka terhadap kritik dan memiliki emosi yang stabil.

o Keluarga yang liberal, keluarga ini memiliki ciri-ciri sifatnya agresif, tidak koopratif, dan defensif.

Bentuk keluarga berdasarkan hubungan anggota keluarga dengan dunia luar )Abu Ahmadi 1991:174(.

o Keluarga terbuka

Yaitu keluarga yang mendorong anggota-anggotanya untuk bergaul dengan masyarakat luas. Anak bebas bergaul dengan teman-temanya. Ayah dan Ibu banyak mempunyai kenalan. Keluarga terbuka bagi tamu. Anggota keluarga mempunyai perhatian masalah-masalah kemasyarakatan.

Keluarga yang bersifat terbuka lebih sedikit mengalami ketegangan-ketegangan daripada keluarga bersifat tertutup, karna pergaulan dengan dunia luar dapat menghilangkan atau mengurangi beban-beban emosional.

o Keluarga Tertutup

Yaitu keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan dunia luar. Keluarga yang tertutup menghadapi orang luar dengan kecerugian. Hubungan sosial yang intim, kencintaan, afeksi, terbatas dalam lingkungan keluarga sendiri.

(17)

ditumpahkan kepada keluarga sendiri, tetapi keluarga yang tertutup lebih intim dan kompak.

2.3.3. Fungsi Keluarga dan Perubahan Sosial

Menurut Abu Ahmadi )1991:170( perubahan sosial dapat mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi keluarga. Fungsi-fungsi sosial yang mengalami perubahan itu adalah:

A. Fungsi Pendidikan (Education)

Pada dasarnya keluarga berfungsi dalam mendidik anggotanya, khususnya mendidik anak, akan tetapi kini fungsi tersebut telah digantikan oleh sekolah-sekolah, karena pada saat ini fungsi sekolah tidak hanya memberikan pendidikan akademik tetapi pendidikan pribadi bagi anak.

B. Fungsi Rekreasi (Recreation)

Dengan tersedianya berbagai macam rekreasi yang lebih menarik pada saat ini, membuat anggota keluarga lebih memilih untuk mengunjungi tempat-tempat rekreasi tersebut daripada berkumpul dengan keluarga, sehingga hal itu menimbulkan dampak, seperti:

 Menjadi lebih bervariasinya jenis-jenis rekreasi yang dialami keluarga.

 Anggota–anggota keluarga cenderung mencari hiburan di luar keluarga.

C. Fungsi Keagamaan (Religious)

(18)

D. Fungsi Perlindungan

Dahulu keluarga berfungsi memberikan perlindungan, baik fisik maupun sosial, kepada para anggotanya. Sekarang banyak fungsi perlindungan dan perawatan ini telah diambil oleh badan-badan sosial.

Perubahan sosial selain merubah fungsi dari sebuah keluarga juga merubah sifat keluarga itu sendiri, dari keluarga tradisional menjadi keluarga modern, perubahan sifat ini menimbulkan perubahan lainnya, misalkan pada keluarga tradisional kekuasan ayah lebih dominan, tetapi pada keluarga modern lebih demokratis, begitu juga faktor perceraian pun berubah dan berbeda oleh terhadap dua macam keluarga ini.

Salah satu bentuk perubahan sosial yang terjadi di masyarakat adalah perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyrakat industri, perubahan masyarakat agraris yang tradisional menjadi masyarakat industri yang modern telah mempengaruhi perubahan keluarga, yaitu dari keluarga luas menjadi keluarga batih, menurut Abu Ahmadi )1991:172( terdapat tiga alasan yang menyebabkan perubahan tersebut, yaitu:

A. Industrilisasi menyebabkan keluarga batih menjadi lebih bersifat mobile, mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Keluarga tidak lagi terikat oleh sebidang tanah untuk penghidupannya, melainkan mereka akan berpindah ketempat dimana ada pekerjaan. Mobilitas keluarga ini akan memperlemah ikatan kekerabatan dalam keluarga luas.

B. Industrilisasi dapat mempercepat emansipasi wanita, karena memungkinkan wanita untuk mendapatkan pekerjaan di luar rumah tangga. Emansifasi ini menyebabkan lemahnya fungsi-fungsi keluarga luas di satu pihak dan memperkuat fungsi keluarga batih di pihak lain. C. Industrilisasi telah menimbulkan corak kehidupan ekonomi baru dalam

(19)

anak anak, wanita, orangtua dapat turut serta dalam proses produksi pertanian sehingga posisi mereka dalam masyarakat agraris menguntukan dari segi ekonomi, tetapi pada masyarakat industry posisi mereka menjadi beban keluarga.

2.4. Perkembangan Kepribadian

2.4.1. Definisi Perkembangan

Definisi dari perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perubahan menjadi bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain sebagainya.

2.4.2. Definisi Kepribadian

Sedangkan definisi dari kepribadian berdasarkan Kamus Besar Bahasa yakni keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang.

Sedangkan definisi menurut para psikolog sangat berbeda-beda penafsiran, diantaranya:

a. W. Stern, mendefinisikan Kepribadian (person lichkett) yaitu aktualisasi dari realisasi dari hal-hal yang sejak semula telah terkandung dalam jiwa seseorang.

b. G.W. Leibniz, berpendapat bahwa Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi juga sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.

(20)

yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik )khusus( dari individu tersebut terhadap lingkungannya(.

Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian yaitu keseluruhan pola )bentuk( tingkah laku, sifa-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan kepribadian yang mencakup semua aktualisasi dari )penampilan( yang selalu tampak pada diri seseorang, merupakan bagian yang khas atau ciri dari seseorang.

2.4.3. Unsur-unsur dalam Kepribadian

Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.

a. Pengetahuan

Pengetahuan sesorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.

b. Perasaan

(21)

c. Dorongan Naluri

Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesame manusia, meniru tingkah laku sesamanya, barbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

2.4.4. Faktor Pembentuk Kepribadian

Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor yaitu:

a. Warisan Biologis (Heredity)

Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif )terpaksa dilakukan(, dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat.

b. Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)

Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.

c. Warisan Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan

(22)

d. Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya.

e. Pengalaman Unik (Unique Experience)

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama. Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.

Selain kelima faktor pembentuk kepribadian di atas, F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata )2003(, mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu:

a. Sifat Dasar

b. Lingkungan Prenatal c. Perbedaan Individual d. Lingkungan

e. Motivasi

2.4.5. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian

Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Fase Pertama

(23)

b. Fase Kedua

Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak.

Fase ini berlangsung relative panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut:

1. Dorongan-dorongan (Drives) 2. Naluri (Istinct)

3. Getaran Hati (Emosi) 4. Perangai

5. Inteligensi (Intellegence Quetient-IQ) 6. Bakat (Talent)

c. Fase Ketiga

Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terkhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak.

Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normative, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.

1) Kepribadian Normatif (Normative Man)

(24)

tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi adri orang lain.

2) Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)

Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan orang lain.

3) Kepribadian Perbatasan

Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di mana cirri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualism budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya yang berbeda.

2.5. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik )Hurlock, 1992(. Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

(25)

dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat )1990: 23( adalah:

“ Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.”

Hal senada diungkapkan oleh Santrock )2003:26( bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun )Deswita, 2006: 192(

(26)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Disorganisasi Keluarga

Perkawinan bukan hal yang mudah untuk diwujudkan. Pada kenyataannya, dalam suatu perkawinan seringkali muncul berbagai masalah yang tidak dikehendaki, namun tidak dapat dihindari. Masalah yang timbul dalam suatu perkawinan dapat menyebabkan terjadinya perselisihan, pertengkaran atau ketegangan dalam rumah tangga sehingga memunculkan apa yang disebut dengan kekeacauan keluarga )disorganisasi keluarga(.

Disorganisasi keluarga ini dapat diartikan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputus atau retaknya peran sosial jika satu atau beberapa orang anggotanya gagal menjalankan kewajiban dan peran mereka. Disorganisasi keluarga dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara suami istri dalam berbagai hal.

3.2. Pengertian Disorganisasi Keluarga

Menurut Goode )1991:184( disorganisasi keluarga adalah pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban peran mereka secukupnya.

Suatu individu yang mengalami disorganisasi keluarga akan menjadi bahan gunjingan umum, karena keluarga tersebut dinilai masyarakat telah mengalami beberapa hal negatif yang menyebabkanya mengalami diorganisasi keluarga.

(27)

3.3. Penyebab Terjadinya Disorganisasi Keluarga (Broken Home)

Adapun penyebab terjadinya disorganiasi keluarga, antara lain: 1. Terjadinya Perceraian

Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang, dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyang dan tidak mampu menompang keruntuhan kehidupan keluarga yang harmonis.

Menurut Save M Degum )1999:1995( faktor yang menyebabkan perceraian adalah:

a. Masalah ekonomi, perbedaan antara yang besar keinginan memperoleh anak dan perbedaan prinsip hidup yang berbeda, perbedaan pemahaman dan cara mendidik anak pengaruh dukungan sosial dan pilihan lain.

2. Kebudayaan Bisu dalam Rumah Tangga

(28)

justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja;

a. Anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri.

b. Mereka lebih baik berdiam diri saja.

Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati.

3. Perang Dingin dalam Keluarga

(29)

Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:

Sikap atau cara yang bersifat preventif: Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut:

a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.

b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu. c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.

d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.

4. Ketidak dewasaan sikap orang tua yang berkelahi di depan anak anak.

5. Tidak bertanggung jawabnya orang tua sehingga tidak memikirkan dampak dalam kehidupan anak anak mereka.

(30)

10. Kurangnya interaksi dalam keluarga seperti orang tua dan anak. Karena tuntutan hidup yang selalu ingin terpenuhi, maka masing-masing sibuk denga urusannya, sehingga tidak ada waktu untuk bersama-sama layaknya sebuah keluarga.

11. Kebutuhan ekonomi yang selalu ada dan harus terpenuhi. Sehingga terkadang pemimpin keluarga tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin hari semakin berat dan bertambah dalam keluarga. didikan, perhatian, kasih sayang, dan sebagainya.

Adapun penyebab disorganisasi keluarga menurut Goode )1991:184-185(, diantaranya yaitu:

1. Ketidaksahan

Ini merupakan unit keluarga yang tak lengkap, ketidaksahan adalah dimana seorang anak lahir dari hubungan diluar pernikahan dan tidak memiliki ayah yang syah secara hukum, dan pada saat ini anak tersebut pada masyarakat kita disebut “anak haram”. Menurut Goode ketidaksahan adalah hal memalukan dan berdampak pada anak yang dilahirkan memiliki anak yang sosialisasinya tidak sempurna.

2. Pemabatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan

(31)

3. “Keluarga selaput kosong”

Disini anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerjasama satu dengan yang lain dan terutama gagal memberikan hubungan emosional satu kepada yang lain.

4. Ketiadaan seseorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan.

Beberapa keluarga mengalami diorganisasi karena pasangan telah meningggal, dipenjarakan, atau terpisah dari keluarga karena peperangan, depresi atau malapetaka yang lain.

5. Kegagalan peran penting yang tak diinginkan.

Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional atau badaniah yang parah.

3.4. Bentuk-bentuk Disorganisasi Keluarga

3.4.1. Menurut William J. Goode

William J. Goode membedakan bentuk-bentuk disorganisasi keluarga menjadi 4 )empat( macam, yaitu:

1. Disorganisasi keluarga yang disebabkan oleh karena hubungan-hubungan yang dibangun tidak berdasarkan ikatan perkawinan yang sah.

2. Disorganisasi keluarga yang terjadi sebagai akibat dari putusnya hubungan perkawinan, yakni yang disebabkan oleh perceraian. 3. Disorganisasi keluarga yang disebabkan oleh adanya kematian dari

kepala keluarga yang bersangkutan.

(32)

3.4.2. Secara Sosiologis

Secara sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara lain adalah:

1. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan walaupun dalam hal ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk keluarga, bentuk ini dapat digolongkan sebagai diorganisasi keluarga sebab ayah )biologis( gagal dalam mengisi peranan sosialnya dan demikian juga halnya dengan keluarga pihak ayah maupun pihak ibu.

2. Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian, perpisahan meja dan tempat tidur, dan seterusnya. 3. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut, yaitu dalam hal

komunikasi antara anggota-anggotanya.

Goode menamakannya sebagai empty shell family

4. Krisis keluarga, karena salah satunya yang bertindak sebagai kepala keluarga, di luar kemampuannya sendiri meninggalkan rumah, mungkin karena meninggal dunia, dihukum, atau karena peperangan.

5. Krisis keluarga yang disebabkan oleh karena faktor-faktor intern, misalnya karena terganggu keseimbangan jiwa salah satu seorang anggota keluarga.

3.5. Gangguan Kejiwaan pada Seseorang yang Mengalami Disorganisasi Keluarga (Broken Home)

Adapun gangguan jiwa pada seseorang yang mengalami disorganisasi keluarga, antara lain:

(33)

Seseorang tersebut merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia-sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk orang tersebut menjadi orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexsual. Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan irang, tertarik dengan isteri orang, atau suami orang dan lainnya.

2. Broken Relation

Seseorang tersebut merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk orang itu menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan,cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung “semau gue”.

3. Broken Values

Seseorang tersebut kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.

3.6. Efek-efek Kehidupan Seseorang yang Mengalami Disorganisasi Keluarga

Efek-efek kehidupan seseorang yang mengalami diorganisasi keluarga terbagi kedalam empat efek, diantaranya yaitu:

(34)

2. Behavioural problem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum minum, judi, lari ketempat pelacuran.

3. Sexual problem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu.

4. Spritual problem, mereka kehilangan father’s figure sehingga Tuhan, pendeta, atau orang orang rohani hanya bagian dari sebuah sandiwara kemunafikan.

3.7. Pengaruh Disorganisasi Keluarga Terhadap Perkembangan Remaja

3.7.1. Perkembangan Emosi

Menurut Hather Sall )dalam Elida Prayitno 2006:96( “Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”.

Perceraian adalah suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak )Singgih,1995:166(.

Adapun dampak pandangan keluarga broken home terhadap perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah )1993:42( adalah :

Perceraian orang tua membuat terpramen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas )menjadi agresif( yang ingin mencari perhatian orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi.

(35)

Ketidak berartian pada diri remaja akan mudah timbul jika peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya, sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. )Alex Sobur, 1985:282(

Remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock )didalam Elida Priyitno. 2006 : 74( “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”.

Jadi keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan emosi remaja karna keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam diri remaja merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.

3.7.2. Perkembangan Sosial Remaja

Menurut Brim )dalam Elida Prayitno. 2006:81( “Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat.

Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja menurut Sunggih D Gunawan )1995:108( adalah:

Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan infenority terhadap kemampaun dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk meluarkan pergaualannya dengan teman-teman.

Sedangkan willson Nadeeh )1993:42( menyatakan bahwa:

(36)

Dan dampak bagi remaja putri menurut Hethagton )dalam santrok 1996:2000( menyatakan bahwa:

Remaja putri yang tidak mempunyai ayah berprilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit. Jadi keluarga broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial remaja karena dari keluarga remaja menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.

3.7.3. Perkembangan Kepribadian

Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap perkembangan kepribadian remaja. Menurut Westima dan Haller )dalam Syamsyu Yusuf 2001:99( yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri:

a. Berpilaku nakal b. Mengalami depresi

c. Melakukan hubungan seksual secara aktif d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang

3.7.4. Kejiwaan

(37)

Pikiran-pikiran dan bayangan-bayangan negatif seperti menyalahkan takdir yang seolah membuat keluarganya seperti itu. Seakan sudah tidak ada rasa percaya terhadap kehidupan religi yang sudah mendarah daging sejak dia lahir dan lainnya. Tekanan mental itu mempengaruhi kejiwaannya sehingga dapat mengakibatkan stress dan frustrasi bahkan seorang anak bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

3.7.5. Pelampiasan Diri

Kemungkinan terjemus dalam pengaruh negatif bagi orang tua )dewasa( dalam konteks Broken Home ini sangat kecil. Orang tua dapat mencari solusi untuk menenangkan pikirannya. Namun berbeda dengan seorang anak yang sedang menghadapi situasi Broken Home. Anak-anak dapat saja terjerumus dalam hal-hal negatif, apalagi dengan media informasi dan komunikasi yang menawarkan banyak hal. Contoh konkritnya, merokok, minuman keras )alkohol(, obat-obat terlarang )narkoba( bahkan pergaulan bebas yang menyesatkan.

3.8. Sikap-sikap Seseorang dalam Menghadapi Disorganisasi Keluarga (Broken Home)

Sikap-sikap seseorang dalam menghadapi disorganisasi keluarga tentu berbeda-beda, sikap tersebut terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Sikap Positif

o Tariklah pelajaran positif dari masalah tersebut o Dekatkan pada Tuhan

(38)

b. Sikap Negatif

o Denial

Remaja tersebut sepertinya tidak menunjukan reaksi apa apa bahkan cenderung menyangkal : “ah memang mereka begitu, tapi ah, kenapa memang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya. Padahal justru di saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari orang lain yang dapat membimbing dalam kebenaran.

o Shame

Remaja tersebut dibalik penyangkalannya merasa begitu malu, akan keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan khayalan “seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”.

o Guilt

Remaja tersebut merasa kecil hati karena jangan-jangan keberadaannya juga salah satu penyebab keributan atau perceraian mereka, atau merasa “kok saya tidak dapat berbuat apa-apa sih”.

o Anger

Sebagian remaja lain akan merasa begitu kesal sebab menurut mereka banyak keributan orang tua yang tidak rasional. “masa cuma itu aja diributin tidak dewasa benar sih”.

o Iini secure

(39)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Diorganisasi keluarga adalah kegagalan sebuah keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam menjalankan kewajiban, fungsi dan perannya masing-masing anggota didalam lembaga keluarga. Disorganisasi keluarga dapat terjadi pada setiap level keluarga. Tidak terkecuali masyarakat kelas bawah, masyarakat kelas menengah, dan masyarakat kelas atas, semuanya memiliki problemnya masing-masing yang setiap saat siap menjadi pemicu terjadinya disorganisasi keluarga.

Penyebab utama disorganisasi keluarga adalah ketidakharmonisan suasana keluarga. Keluarga yang tidak harmonis akan selalu mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pendidikan bagi anak-anak mereka. Adapun penyebab lainnya, seperti: ketidaksahan, pemabatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan, keluarga selaput kosong, ketiadaan seseorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan, dan kegagalan peran penting yang tak diinginkan.

(40)

Akibatnya, anak-anak merasa kurang perhatian yang pada gilirannya akan mencari konpensasi dengan mencari kegiatan-kegiatan lain yang cenderung bersifat negatif.

Pengaruh yang ditimbulkan akibat disorganisasi keluarga terhadap perkembangan kepribadian remaja yaitu, remaja tersebut dapat berperilaku nakal, depresi, melakukan hubungan seksual aktif diluar nikah, dan kecenderungan pada alkohol dan obat-obatan terlarang.

Disorganisai juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja saat ini yang seolah sudah menjadi budaya dizaman modern ini. Padahal jika dilihat dari sisi sosiologi, kenakalan remaja dan disorganisasi sosial merupakan masalah-masalah sosial.

4.2. Saran

Menurut pendapat saya, untuk mengatasi terjadinya masalah sosial seperti disorganisasi keluarga ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua orangtua sebagai pemilik peran penting dalam lembaga keluarga.

(41)

pelajar dan membantu kedua orangtuanya, menjalankan fungsinya sebagai seorang yang menjadi bimbingan orangtuanya. Dan kedua orangtua juga, harus mengenalkan anak tersebut kepada agama dan Tuhan-Nya.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono.1982.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers, 2013. hlm,324.

http://www.siswapedia.com/disorganisasi-keluarga/

http://munircute.blogspot.co.id/2011/03/broken-home.html

http://tugasekol.blogspot.com/2014/01/pengertian-organisasi-disorganisasi-dan.html

http://kutchertaw.blogspot.co.id/2012/02/disorganisasi-keluarga.html https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga

http://syafriyadi45.blogspot.co.id/2012/10/usul-penelitian.html https://carapedia.com/pengertian_definisi_pengaruh_info2117.html http://dilihatya.com/2236/pengertian-pengaruh-menurut-para-ahli

https://bayusuryana.wordpress.com/2013/05/17/organisasi-dan-disorganisasi/ http://brainly.co.id/tugas/768071

http://reksaalantap.blogspot.co.id/2013/07/perkembangan-kepribadian.html http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kinerja memainkan peranan yang sangat penting dalam peningkatan motivasi di tempat kerja. Karyawan menginginkan dan memerlukan balikan berkenan dengan

Makalah ini mengupas tentang strategi mengembangkan literasi informasi melalui belajar berbasis kehidupan terintegrasi STEM untuk menyiapkan calon guru sains dalam menghadapi

(#utipan menggunakan sistem $ar%ard, "aitu nama keluarga penulis "ang dikutip @tanpa nama depanA dan tahun terbit tanpa dipisahkan koma. &ntara satu kutipan dan kutipan

Kata Bhatara berasal dari kata bhatr yang berarti kekuatan Brahman, Sang Hyang Widhi yang juga mempunyai fungsi sebagai pelindung umat manusia dan dunia dengan segala isinya..

Pengaruh Konsentrasi Pati Ubi Jalar Pada Bahan Pelapis Edible Terhadap Mutu Buah Salak Terolah Minimal Selama Penyimpanan.. Rekayasa Pangan dan

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan

o Sampai berakhirnya kompetisi, Tim A memenangi 80% dari seluruh pertandingan, sehingga Tim A tidak menang sebanyak 20% dari seluruh pertandingan dalam kompetisi

asuhan sebagai wali dari anak panti asuhan yang sudah tidak memiliki. orang tua..