• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ikatan Keluarga Terhadap Keberhasilan Usaha Keluarga (Studi Kasus Toko Jam Jalan Surabaya Medan dan Sekitarnya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ikatan Keluarga Terhadap Keberhasilan Usaha Keluarga (Studi Kasus Toko Jam Jalan Surabaya Medan dan Sekitarnya)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikatan Keluarga

2.1.1 Pengertian Ikatan Keluarga

Ikatan keluarga merupakan suatu hubungan yang erat antara satu keluarga yang memiliki hubungan darah maupun hubungan perkawinan dalam suatu rumah tangga, hubungan tersebut dapat terjadi dalam tempat yang sama ataupun dalam tempat yang berbeda.

Menurut Nasution (2001:20) ikatan keluarga adalah hubungan antara dua atau lebih anggota keluarga yang tergabung dalam hubungan darah, hubungan perkawinan, dan berinteraksi satu sama lainnya di dalam suatu rumah tangga.Soekanto (2001 : 18) juga mengatakan bahwa ikatan keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam satu rumah maupun berbeda rumah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dikatakan dengan ikatan keluarga adalah anggota keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih dan memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Keluarga juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti (conjugal family) dan keluarga kerabat (consanguine family).

1. Conjugal Family

Conjugal Familydidasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari suami, istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin.

(2)

Consanguine Family tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.

2.1.2 Manfaat Ikatan Keluarga

Manfaat keterkaitan anggota keluarga dalam bisnis menurut Longenecker et al (2001:35):

1. Memperkuat ikatan persaudaraan dalam bisnis keluarga,

2. Perusahaan dapat menggunakan tema keluarga bersangkutan didalam periklanan dan membuatnya berbeda dari pesaing,

3. Anggota keluarga mau mengorbankan pendapatnya untuk keperluan perusahaan,

4. Motivasi anggota keluarga untuk kerja kuat dalam pengelolaan yang rapi dan baik.

2.1.3 Dimensi Ikatan Keluarga

Dimensi yang harus dibangun dalam ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga memiliki beberapa dimensi. Nyomman (2011 : 47) mengatakan bahwa dimensi ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga adalah : kepercayaan, komitmen dan kerjasama.

a. Kepercayaan

(3)

Pada perusahaan keluarga, trust diantara para anggota keluarga sangatlah penting. Kepercayaan bahwa mereka saling menjaga dan berkomitmen terhadap perusahaan, kepercayaan bahwa seluruh anggota keluarga telah menjalankan perannya masing-masing yang sering disebut altruismtrust menjadi modal utama dalam mengelola perusahaan.

Dalam hubungannya dengan trust tersebut, para ahli perusahaan keluarga mengemukakan apa yang dikenal dengan the cycle of trust yang merupakan siklus saling percaya yang wajib dijaga dan dipelihara oleh seluruh anggota keluarga dalam rangka menjaga harmonisasi hubungan antara perusahaan dan keluarga.

Siklus tersebut berjalan seiring dengan tahapan-tahapan perusahaan. Ada tiga kepercayaan yang wajib saling dijaga sesuai dengan siklusnya menurut Chairman, (2011 : 102):

1. Pertama, saling kepercayaan antar pribadi atau yang dikenal dengan interpersonal trust,

2. Kedua, adanya kepercayaan kompetensi atau competence trust,

3. Ketiga, dengan semakin besarnya perusahaan, semakin banyaknya pihak-pihak yang bergabung dan berkepentingan terhadap perusahaan.

(4)

kompetensi yaitu meyakini dan mempercayai terhadap kemampuan antara satu dengan yang lain dalam membangun usaha yang sedang dijalankan. Apalagi pada saat persoalan perusahaan semakin kompleks, maka setiap anggota keluarga yang ikut dalam perusahaan dituntut memiliki kompetensi tertentu untuk dapat berkontribusi terhadap jalannya perusahaan.

Usaha yang dibangun dengan banyaknya anggota keluarga yang terlibat, maka seluruh anggota keluarga dan setiap elemen harus yakin bahwa sistem yang ada di perusahaan telah berjalan dengan layak. Inilah yang dikenal dengan system trust. Keyakinan bahwa system telah berjalan dengan layak pada tahap ini sangatlah penting.

Perusahaan keluarga dituntut untuk memastikan siklus kepercayaan ini berjalan dengan baik agar terjadi harmonisasi di dalam keluarga dan juga dalam hubungan antara keluarga dan perusahaan. Apabila tidak, maka dapat dipastikan bahwa keharmonisan keluarga akan terganggu dan perusahaan akan berada pada ambang kehancuran.

Mishra & Mishra (2008) mengkonseptualisasikan aspek-aspek dari kepercayaan sebagai berikut :

a. Reliability

(5)

keseimbangan dalam kehidupan orang tersebut. Kepercayaan tanpa aspek ini membuat orang lain tidak akan memberikan kesempatan kedua. Reliability memerlukan kata-kata dan tindakan. Adanya ketidakkonsistenan antara kata-kata dan tindakan menurunkan kepercayaan yang juga menyiratkan penjagaan komitmen seseorang. Orang-orang akan lebih mungkin untuk mempercayai pemimpin yang reliable karena itu dapat mengurangi ketidakpastian akan perilaku pemimpin.

b. Openness

(6)

yang jujur dan terbuka dapat mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas karena membuat tujuan, agenda dan sasaran lebih transparan. Openness sebagai konstruk dari kepercayaan merupakan pertumbuhan informasi. Informasi dibagikan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan atau bersifat pribadi diantara trustee dan trustor. c. Competence

Individu tidak ingin mempercayai orang lain sampai orang tersebut dapat melakukan pekerjaan tersebut bahkan ketika sebelumnya orang tersebut digambarkan sebagai seseorang yang reliable dan jujur. Pengalaman langsung dengan orang lain merupakan cara yang lebih meyakinkan untuk memperlihatkan kompetensi yang dimiliki. Pemimpin menunjukkan kompetensi mereka dengan menemukan dan melebihi harapan kinerja dan memberikan hasil yang mendukung tujuan dan sasaran strategi organisasi. Pengikut ingin tahu apakah mereka dapat bergantung pada pemimpin mereka untuk menjadi kompeten dalam menyelesaikan masalah dan mengarahkan mereka kepada solusi. Pengikut akan lebih mungkin untuk merespon usaha yang dikembangkan oleh pemimpin apabila mereka percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan dan kemampuan yang penting untuk mengasah bakat dan kekuatan mereka.

(7)

dikarakteristikkan dengan bagaimana pengikutnya mempercayai mereka untuk membuat keputusan yang kompeten.

d. Compassion

Memiliki compassion terhadap orang lain berarti harus mau mengesampingkan kepentingan pribadi untuk bisa menjadi benar-benar empati terhadap orang lain. Yang juga berarti harus meletakkan kepentingan orang lain sama atau di atas kepentingan sendiri. Compassion memerlukan waktu yang lama untuk dapat ditunjukkan karena membutuhkan pemahaman atau empati terhadap kebutuhan dan kepentingan orang lain. Compassion dari pemimpin juga dapat membangun hubungan positif dengan karyawannya. Pemimpin yang menunjukkan compassion lebih mungkin untuk meningkatkan hubungan yang membantu perkembangan individu dan pertumbuhan bersama. Seorang individu yang memiliki compassion terhadap orang lain berarti ia harus memiliki kemauan untuk mengatur kepedulian diri sehingga bisa benar-benar berempati terhadap orang lain. Percaya dalam hal concern berarti bahwa kepentingan diri tersebut seimbang dengan minat dalam kesejahteraan orang lain (Mishra, 1996).

Maxwell (2002) mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan, yaitu: 1. Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan

rasa saling percaya.

(8)

3. Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap sebenarnya (truthfulness) dalam bekerja.

d. Komitmen

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2000: 75), komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan bahwa komitmen dalam berwirausaha adalah suatu keterikatan diri dan keinginan yang kuat untuk membangun,memajukan,dan mempertahankan keberadaan usahanya dalam situasi apapun. (Syofyan, 2004 :103).

Dalam riset-riset tentang komitmen organisasional yang mencoba menganalisis karyawan-karyawan perusahaan yang dalam menjalankan aktivitas organisasi bersentuhan dengan teknologi informasi dan komunikasi seperti perusahaan telekomunikasi dan informasi, perbankan, pertambangan, pemasaran, konsultan perencanaan, otomotif, semi konduktor, dan bioteknologi, Cut Zurnali (2010) mendefinisikan masing-masing dimensi komitmen organisasional tersebut sebagai berikut:

1. Affective commitment

(9)

dikarenakan karena ia memang memiliki keinginan untuk terus bertahan dalam organisasinya dan merasa dekat secara emosional dengan organisasi tersebut. 2. Continuance commitment

Perasaan berat untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi.

3. Normative commitment

Merupakan komitmen yang muncul karena individu tersebut merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan dalam organisasi karena tanggung jawab moral. Perasaan ini mungkin berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, organisasi mungkin sudah memberikan banyak pelatihan sehingga karyawan merasa hutang budi dan harus membayarnya. Karyawan ini memiliki komitmen pada organisasi nya karena merupakan keharusan.

Untuk membangun komitmen dalam berwirausaha diperlukan kekuatan pribadi setiap wirausaha,contohnya:

1. Kesabaran dan ketabahan 2. Keinginan keras untuk maju 3. Keyakinan kuat untuk maju 4. Keuletan dan ketekunan

5. Pemikiran yang kreatif dan konstruktif 6. Ketahanan mental dan fisik

(10)

Tanpa usaha yang sungguh-sunguh dan komitmen tinggi terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.

Pentingnya komitmen tinggi bagi wirausaha adalah :

1. Bisa mendapatkan hasil maksimal dengan sumber daya minimal 2. Dapat menggunakan sumber daya secara efesien

3. Menerapkan dan meningkatkan serta memajukan perusahaan 4. Meningkatkan kesuksesan dalam berwirausaha

5. Meningkatkan rasa kepercayaan

6. Meningkatan etos semangat kerja bagi pribadi wirausaha dan karyawannya seorang wirausaha yang memiliki komitmen tinggi didalam usahanya diharapkan :

1. Pantang menyerah terhadap keadaan dan situasi apapun 2. Memiliki semangat dan tahan uji terhadap setiap tantangan 3. Memiliki kesabaran dan ketabahan didalam berusaha 4· Selalu bekerja, berjuang dan rela berkorban

Adapun faktor-faktor yang menunjukan seseorang berkomitmen tinggi terhadap pekerjaan nya adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai dedikasi yang tinggi 2. Mencintai pekerjaannya

3. Selalu memegang janji

(11)

5. Mengendalikan diri

6. Tekun dan ulet dalam berkerja 7. Keyakinan diri dan kedisiplinan Jenis-jenis komitmen terdiri dari :

1. Komitmen terhadap diri sendiri

2. Komitmen pada keluarga (family commitment) 3. Komitmen pada visi bisnis (bussiness commitment)

4. Komitmen kepada orang yang mempercayai (trust bulding commitment) 5. Komitmen kepada konsumen (commitment to customers)

6. Komitmen terhadap lingkungan (environment commitment) 7. Komitmen terhadap aspek sosial (social commitment) Contoh nyasebagai berikut :

a. Ikut menjaga kebersihan

b. Ikut mendukung program masyarakat

8. Komitmen terhadap etika bisnis (business ethic commitment).

c. Kerjasama

(12)

Kerjasama (Cooperation) adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi seecara optimal (Sunarto, 2000).

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama (Soekanto, 2001). Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai suatu hasil. Kerjasama adalah adanya keterlibatan secara pribadi diantara kedua belah pihak dami tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal (Sunarto, 2001).

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok diantara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Jika tujuan yang ingin di capai berbeda maka kerjasama tidak akan tercapai.

West (2002) menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat ukurnya sebagai berikut :

1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik.

2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerja sama.

(13)

Menurut Hakim (2006:18) hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjalin hubungan keluarga adalah :

1. Kerjasama

Menurut Lansberg (2005:70) kerjasama adalah merupakan kegiatan bersama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama. 2. Loyalitas

Menurut Agustinus (2010:43)Loyalitas adalah suatu konsep yang menunjukkan antara konsistensi antara tindakan dengan nilai prinsip, dalam etika integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang.

3. Komitmen

Komitmen adalah rasa identifikasi, keterlibatan dan loyalitas yang dinyatakan oleh seseorang terhadap bisnisnya.

4. Konflik

Konflik dalam perusahaan keluarga dapat dirumuskan sebagai suatu situasi ditempat kerja dimana dua atau lebih atau kelompok orang dalam keluarga mempunyai ide, pandangan, persepsi, dan pendapat yang berlawanan sehingga mereka saling menyalahkan yang berakibat pada perusahaan (Lansberg 2005:97).

Menurut Soedibyo(2007:57) ada beberapa hal yang diharus diperhatikan dalam mencapai keberhasilan usaha keluarga diantara :

(14)

Kepercayaan merupakan hal yang penting karena membantu mengatur kompleksitas, membantu mengembangkan kapasitas aksi, meningkatkan kolaborasi dan meningkatkan kemampuan pembelajaran organisasi.

ada lima dasar yang dapat membangun kepercayaan diantaranya : a. Integritas,

b. Kebajikan, c.Waktu,

d. Tanggung Jawab, e. Bukti.

2.Komitmen

Komitmen adalah fokus pikiran diarahkan pada tugas dan usahanya dengan selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang maksimal.

3 .Kerjasama

Kerja sama dapat meningkatkan komunikasi dalam membangun bagian-bagian dari Usaha Keluarga.

Menurut Susanto (2007:340) ada beberapa cara membangun hubungan kerjasama dengan pihak lain :

(15)

Konflik dalam perusahaan keluarga dapat dirumuskan sebagai suatu situasi ditempat kerja dimana dua atau lebih atau kelompok orang dalam keluarga mempunyai ide, pandangan, persepsi, dan pendapat yang berlawanan sehingga mereka saling menyalahkan yang berakibat pada perusahaan (Lansberg 2005:97).

2.2 Usaha Keluarga

Usaha Keluarga (family business) adalah suatu perusahaan yang kepemilikannya melibatkan fungsi dua atau lebih anggota keluarga yang sama secara langsung dalam sebuah usaha. Usaha keluarga adalah suatu perusahaan di mana dua atau lebih anggota keluarga sama-sama berperan sebagai pemilik atau bekerja bersama dalam operasi bisnis. Bahkan usaha keluarga adalah usaha yang kepemilikannya diwariskan dari generasi suatu keluarga pada generasi berikutnya (Anastasia, 2001: 6).

Keluarga yang dimaksudkan tentunya adalah keluarga yang memiliki ikatan kekeluargaan atau yang dikenal dengan ikatan keluarga. ikatan keluarga adalah beberapa orang anggota keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.

(16)

dinamika-dinamika keluarga, untuk itu penting memiliki tujuan yang jauh ke depan dan strategi komunikasi yang efektif untuk membangun kerjasama dengan saudara.

2.3 Keberhasilan Usaha

Menurut Nasution (2001:48), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dan berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.

Astamoen (2005:251) Keberhasilan usaha adalah suatu proses dari seseorang dalam mencapai tujuan atau prestasi dengan cara yang terbaik dan benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami.

Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.

(17)

2.3.1 Faktor – Faktor Keberhasilan Usaha

Menurut Basrowi (2014, 19-26) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu :

a. Motivasi b. Usia

c. Pengalaman d. Pendidikan

Sedangkan menurut Tarigan dan Yenawan (2013) juga memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha, yaitu : a. Pendidikan yang tepat dan sesuai bisa membantu dalam mencapai kesuksesan. b. Pola pikir yang tepat, karena pola pikir yang salah dapat menghalangi untuk

meraih kesuksesan.

c. Pareto, yakni 20/80. Hukum pareto berarti 20% dari aktivitas tertentu dalam hidup dapat memberikan kontribusi 80% untuk mencapai kesuksesan.

d. Memiliki kebiasan (perilaku positif) seperti orang sukses. e. Adanya passion di dalam diri.

Menurut Dalimunte (2003:15) keberhasilan usaha merupakan keuntungan, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha mempunyai hubungan siknifikan terhadap keberhasilan. Ada beberapa faktor yang mendasari keberhasilan usaha, diantaranya :

1. Keuntungan Usaha

(18)

2. Jumlah Penjualan

Jumlah Penjualan merupakan total penjualan produk atau jasa. Jumlah penjualan meningkat apabila barang yang tersedia habis terjual.

3. Pertumbuhan Usaha

Pertumbuhan Usaha adalah peningkatan aktivitas usaha pada periode tertentu. Dilihat dari laba dan pelanggan serta nama baik.

Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dipahami bahwa ada tiga factor yang mendasari keberhasilan keluarga yaitu keuntungan usaha, jumlah penjualan dan pertumbuhan usaha. Keuntungan usaha pada dasarnya menjadi tujuan utama dalam sebuah usaha, karena keuntungan usaha akan dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha yang sedang dikelola. Melalui keuntungan usaha usahawan dapat melakukan perencanaan dalam pengembangan usaha yang dilakukan terutama untuk meningkatkan pendapatan.

(19)

2.3.2. Hubungan Ikatan Keluarga Dengan Keberhasilan Usaha

Jika bisnis dibangun bersama anggota keluarga, akan ada kesamaan sikap-sikap, nilai-nilai, dan ‘budaya’ yang kurang lebih sama, sehingga ada kemungkinan masalah-masalah potensial menjadi tidak terlihat.

Ikatan keluarga dalam suatu bidang usaha akan mempengaruhi terhadap keberhasilan keluarga, sebab keuntungan usaha dalam keluarga sebagaimana yang dikatakan Longenecker, dkk (2003 : 38) adalah :

1. Kekuatan hubungan keluarga setiap periode-periode menarik perubahan bisnis.

2. Pengorbanan-pengorbanan keuangan anggota keluarga membuat usaha menjadi lebih baik, sehingga usaha memperoleh modal murah.

3. Operasi suatu usaha keluarga mampu membuat kekhasan usaha dari para pesaing.

4. Tingkat hubungan menjadi lebih tinggi terhadap perhatian komunitas keluarga dengan para pekerja yang bukan keluarga.

5. Sanggup merencanakan dan menyiapkan untuk menghasilkan laba jangka panjang.

6. Selalu berfokus pada kualitas dan nilai.

Keuntungan lain usaha keluarga menurut Longenecker, dkk (2001 : 40) adalah sebagai berikut:

1. Motivasi kuat dari anggota keluarga

(20)

atau belum mendatangkan manfaat. Masing-masing anggota keluarga akan termotivasi dengan baik bila dapat mencapai tujuannya dan rela untuk mencapai tujuannya dan rela untuk menjaga jalannya usaha.

2. Menggunakan tema-tema keluarga dalam iklan

Promosi penjualan untuk usaha keluarga lebih cenderung akan menggunakan tema-tema keluarga dalam melakukan periklanannya untuk membedakan dengan para kompetitor.

3. Penekanan di tempat kerja

Anak laki-laki atau perempuan atau anggota keluarga yang lain saling segan untuk meninggalkan bisnisnya dan diharapkan masing-masing berkontribusi maksimal di tempat kerja atau bisnisnya.

4. Fokus pada proses perjalanan bisnis

Fokus usaha keluarga terletak pada perjalanan atau proses bisnis. 5. Penekanan pada produk dan atau jasa

Fokus keluarga terletak pada kualitas dan nilai atas produk dan/jasa yang dihasilkan.

(21)

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Pengarang Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

1 Juarnah, Suar (2003) Analisis Peran Dan Hubungan Keluarga Terhadap Keberhasilan UsahaPada Toko Emas Sinar Agung Medan pada tahun2003

Regresi Berganda

Faktor Faktor yang paling berpengaruh dalam keberhasilan usaha perandan hubungan keluarga yang paling dominan terhadap keberhasilan usaha pada toko emas Sinar Agung Medan adalah Variabel kerjasama dan Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Gerai Penjualan Pulsa Handphone di Sepanjang Jalan Letda Sujono pada tahun 2006)

Stories from Australian family business and the people who operate them

Regresi Berganda

Family company when the owner thinks and wants his company as a good family enterprise.

4 Anastasia Astri, (2001)

Rahasia Bisnis Saudara Kandung Kualitatif Bisnis atau usaha yang dibangun oleh saudara kandung sebagai ikatan keluarga harus dibangun melalui rahasia bisnis.

5 Glassop, Linda (2005)

Managing the Family Business Path Analysis

(22)

6. John A, Davis (2014)

Poorly designed leadership roles set up a family business

Path Analysis

Without stability, you lose your built-in advantage. Without adequate governance, you don't have adequate stability. The family business system absolutely must be governed, and governed well, for success.

Sumber: Margareth Trancey (2001), Anastia Astri (2001), Suar Juarnah (2003), Linda Glassop (2005), Indra Hakim Matondang (2006), Davis John A (2014)

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Pertautan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2004:49).

Ikatan keluarga merupakan suatu ikatan yang erat antara satu keluarga yang memliki hubungan darah maupun hubungan perkawinan dalam satu rumah tangga atau beda tempat tinggal. Ikatan keluarga sangat penting dalam membangun suatu kebersamaan baik dalam hal menjalankan usaha maupun dalam bidang lainnya.

(23)

serta motivasi anggota keluarga untuk kerja cukup tinggi dan kuat dalam pengelolaan yang rapi dan baik.

Dimensi ikatan keluarga dalam membangun usaha keluarga diantaranya sebagaimana yang dikatakan Nyomman (2011 : 47) salah satunya adalah Kepercayaan, dalam hal ini antar keluarga kepercayaan jauh lebih tinggi bila dibanding dengan mitra usaha dengan orang lain, kemudian komitmen yaitu adanya keterikatan darah membuat hubungan bisnis menciptakan komitmen yang lebih tinggi, dan kerjasama. Kerjasama antar anggota keluarga dengan adanya ikatan keluarga jauh lebih baik dalam menjalankan usaha keluarga itu sendiri.

Upaya untuk meniptakan keberhasilan usaha keluarga tentunya ikatan keluarga sangat penting bahkan dengan tingginya ikatan keluarga akan mempengaruhi terhadap keberhasilan usaha keluarga. Keberhasilan Usaha Keluarga menurut Dalimunte (2003:15) keberhasilan usaha merupakan keuntungan, jumlah penjualan, dan pertumbuhan usaha mempunyai hubungan siknifikan terhadap keberhasilan.

Terciptanya keberhasilan dalam menjalankan usaha keluarga tidak terlepas dari hubungan antar keluarga yang erat. Dengan kepercayaan yang tinggi dari antar anggota keluarga untuk saling percaya, mampu menjadi dasar dalam menciptakan komitmen yang kuat. Sehingga mampu menciptakan kerjasama yang erat dan solid dalam membangun usaha keluarga menuju keberhasilan. Hal ini membuat hubungan keluarga menjadi harmonis yang mampu memberikan dampak positif terhadap keberhasilan usaha keluarga.

(24)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Nyoman (2011), Syofyan (2004), Dalimunte (2003)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disimpulkan oleh peneliti, yang selanjutnya masih akan diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian menunjukkan secara jelas arah pengujiannya, dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek penelitian maupun pengumpulan data. hipotesis penelitian ini adalah:

Ikatan Keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha keluarga pada usaha toko jam jalan Surabaya Medan dan sekitarnya.

Ikatan Keluarga (X) 1. Kepercayaan 2. Komitmen 3. Kerjasama

Keberhasilan Usaha Keluarga

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat dimensi Kompetensi Kewirausahaan, mengetahui gambaran tingkat keberhasilan usaha, dan

Bagaimana modal sosial yang tercipta dalam jaringan ketentanggan Ikatan Keluarga Muslim Citra Wisata Medan (IKMCW) dapat menjadi potensi peningkatan ekonomi,

pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan eksternal terhadap keberhasilan usaha. burger disepanjang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku wirausaha dan lingkungan keluarga terhadap keberhasilan usaha pada usaha kuliner jalan Setia Budi Medan.. Jenis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku wirausaha dan lingkungan keluarga terhadap keberhasilan usaha pada usaha kuliner jalan Setia Budi Medan.. Jenis

Dengan adanya kemandirian pribadi dan motivasi berwirausaha berpengaruh terhadap keberhasilan usaha dikarenakan dengan memulai suatu usaha diperlukan sikap mandiri

Nilai AdjustedR Square yang didapat dari hasil pengujian Koefisien Determinan (R 2 ) terhadap keberhasilan usaha sebesar 0,462 menjelaskan bahwa 46,2% keberhasilan usaha

Peneliti berasumsi bahwa ada strategi yang berlandaskan dimensi Entrepreneurial marketing yang diterapkan oleh usaha-usaha baru untuk bersaing dengan usaha lain yang sudah