• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR. A. Konsep Dasar. 1. Definisi Keluarga. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR. A. Konsep Dasar. 1. Definisi Keluarga. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar 1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adobsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional dan serta sosial dari tiap keluarga. ( Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. ( Baylon dan Maglaya, 1978 dalam buku Arita Murwani).

2. Tipe Keluarga

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti ( Nuclear Family ), yaitu terdiri atas ayah, ibu dan anak ( kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) Keluarga Besar ( Extended family ), yaitu terdiri atas keluarga

(2)

darah, misalnya : kakek, nenek, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Reconstituted Family, adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan baru, satu/keduanya bisa bekerja di luar rumah.

4) Keluarga “Dyad”( Dyadic Nuclear ), yaitu terdiri atas suami istriyang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satunya bekerja di luar rumah.

5) Keluarga duda/janda ( Single Family ), yaitu terdiri atas satu orang tua (ayah/ibu) akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di dalam/di luar rumah.

6) Single Adult, yaitu wanita/pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

b. Tipe Keluarga Non-Tradisional

1) Unmarried Parent and Child, yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( biasanya ibu ) dengan anak dari hubungan tanpa nikah/perkawinan yang tidak dikendaki.

2) Commune Family, yaitu beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya ) yang tidak ada hubungan saudara, hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman

(3)

yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok membesarkan anak bersama.

3) The non-marital heteroxesual cohibitang family, yaitu keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

4) Gay and Lesbian Family, yaitu seseorang yang memiliki persamaan sex yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri ( marital partness ).

5) Cohibing couple, yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

3. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas : a. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan fungsional apabila dilakukan secara terbuka, jujur, melibatkan emosi, menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif dan tidak mengulang isu/pendapat sendiri. b. Struktur peran

Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal/informal. c. Struktur kekuatan dan nilai

Kemampuan dari individu untuk mengontrol, mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan :

(4)

hak ( legitimate power ); ditiru ( referent power ); keahlian ( expert power); hadiah (reward power); paksa (coercive power); dan afektif power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap atau keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang baik atau diterima pada lingkungan sosial atau masyarakat.

4. Fungsi Keluarga

Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berkaitan erat dengan fungsi keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga. Adanya perceraian, kenakalan anak, atau masalah lain yang sering timbul dalam keluarga dikarenakan fungsi afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk melaksanakan fungsi afektif yaitu :

(5)

1) Memelihara saling asuh (mutual nurturance)

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan saling mendukung antara anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapat kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain, maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Prasyarat untuk mencapai saling asuh adalah komitmen dasar dari masing-masing pasangan dan hubungan perkawinan yang secara emosional memuaskan dan terpelihara.

2) Keseimbangan saling menghargai

Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya sebagai orang tua maupun sebagai anak, sehingga fungsi afektif akan tercapai. Keseimbangan saling menghormati dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati hak, kebutuhan, dan tanggung jawab anggota keluarga yang lain. Orang tua perlu menyediakan struktur yang memadai dan panduan yang konsisten sehingga batas-batas bisa dibuat dan dipahami.

3) Pertalian/ ikatan dan identifikasi

Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian (bonding) atau kasih sayang (attachment). Ikatan dimulai sejak pasangan sepakat untuk memulai hidup baru. Orang tua harus mengembangkan proses

(6)

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya.

4) Keterpisahan dan keterpaduan

Untuk merasakan dan memenuhi kebutuhan psikologis, anggota keluarga harus dapat mencapai pola keterpisahan (separatness) dan keterpaduan (connectedness) yang memuaskan. Anggota keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga menghadapi isu-isu keterpisahan dan keterpaduan dengan cara yang unik.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang di lalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. (Friedman, 1986).

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya.

c. Fungsi reproduksi

Dengan suatu ikatan perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan, sehingga menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

(7)

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup /mampu menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga/orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami oelh anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dialkukan diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang terjadi dapat dikurangi atau teratasi.

(8)

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat tetapi jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggalnya.

5. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Remaja

Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Tugas perkembangan dari keluarga dengan anak remaja yang harus dilalui adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anaknya, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab. Masalah-masalah kesehatan yang ada pada tahap remaja ini seperti penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak

(9)

dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang perhatian yang relevan. Remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan menyangkut uji kehamilan, penggunaan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua.

B. Konsep Anemia Kehamilan 1. Pengertian Anemia

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2006). Pada daerah dengan ketinggian tertentu, misalnya pada ketinggian 1500 m di atas permukaan laut, kadar hemoglobin kurang dari 14 gr/dl mengindikasikan anemia ( Bobak, 2004).

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang

ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 gr/dl), dan anemia berat (≤8 gr/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah

(10)

kadar hemoglobin terendah 7.63 gr/dl dan kadar hemoglobin tertinggi 14.00 gr/dl (Arisman, 2004).

2. Etiologi

Adapun penyebab dari anemia menurut Mochtar, 1998 yaitu : a. Kurang gizi ( malnutrisi )

b. Kurang zat besi dalam diit

c. Malabsorpsi (gangguan penyerapan), karena gangguan pencernaan atau konsumsi substansi penghambat zat besi seperti teh, kopi

d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu atau ibu sering melahirkan dengan jarak kelahiran yang dekat, haid

e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC, cacing usus, malaria

3. Anatomi Fisiologi darah merah

Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.

Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi sehingga

(11)

untuk membentuk penggantinya diperlukan diit seimbang yang berisi zat besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa di antaranya di buang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.

Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaring-jaring kanselus pada ujung tulang pipa dan sumsum dalam batang iga-iga dari sternum.

Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi billirubin (pigmen kuning) dan billiverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar. Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu (Pearce, 2002)

(12)

4. Patofisiologi

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa sari makanan dan oksigen dan oksigen keseluruh organ tubuh, baik ibu maupun janinnya. Pada waktu hamil jumlah darah akan meningkat, sehingga kebutuhan ibu hamil terhadap zat besi dan juga zat-zat lain pembentuk darah akan sangat tinggi. Itulah sebabnya ibu hamil sangat dianjurkan banyak mengonsumsi makanan yang bergizi. Jika gizi pada waktu hamil kurang, akan sangat berakibat pada ibu begitu juga dengan pertumbuhan dan perkembangan janinnya karena suplai nutrisi ke janin terganggu atau kurang.

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, muka pucat,susah berkonsentrasi dan rasa lelah yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena otak, jantung, dan organ tubuh lainnya yang mengalami kekurangan distribusi oksigen dan nutrisi dari dalam darah. Akibat kemampuan kerja tubuh menurun, menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terinfeksi. Jika kondisi ini berlangsung lama dan mengakibatkan komplikasi maka kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif.

5. Manifestasi klinis

a. 5L (lemah, lesu, letih, lelah, lunglai) b. Sering mual, pusing, tidak nafsu makan

(13)

c. Mata berkunang-kunang

d. Kelopak mata, kuku, bibir, lidah, telapak tangan terlihat pucat sekali e. Gampang ngantuk

f. Wajah atau muka pucat

6. Penatalaksanaan

a. Kurang makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin B12 seperti sayuran hijau, buah berwarna, daging dan hati

b. Menghindari konsumsi minuman yang menghambat penyerapan zat besi didalam tubuh, misalnya : kopi dan teh.

c. Adanya penyakit kronis seperti malaria, kecacingan dan tumor ganas d. Adanya pedarahan akibat kecelakaan dan sering melahirkan

e. Jarak kelahiran anak terlalu dekat f. Ibu hamil bekerja terlalu berat

g. Mengkonsumsi tablet besi sesuai program nasional yaitu 60 mg/hari dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. Jika penderita tidak dapat menoleransi besi oral maka pemberian dapat dilakukan dengan terapi besi parental. Pemberian preparat parental dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) melalui intravena atau 2x10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 gr% (Saifudin, 2002).

(14)

7. Komplikasi Anemia a. Anemia pada ibu hamil

1) Daya tahan tubuh kurang atau menurun 2) Dapat mudah terkena infeksi

3) Mudah pingsan 4) Keguguran

5) Kematian pada ibu b. Akibat anemia pada janin

1) Lahir secara premature 2) Kematian pada janin

3) Resiko tinggi terkena penyakit

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Anemia Ibu Hamil 1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Menurut Friedman (1998) membagi proses keperawatan keluarga ke dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. a. Identifikasi data

1) Data Kepala Keluarga

Data kepala keluarga yang meliputi nama kepala keluarga, pekerjaan, pendidikan kepala keluarga dan alamat tinggal keluarga

(15)

2) Komposisi Keluarga

Meliputi daftar anggota keluarga, termasuk : nama, umur, pendidikan, dan status imunisasi anggota keluarga

a) Umur ibu hamil

Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa pada usia ini. Wintrobe (1987) menyatakan bahwa pada usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya.

WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami anemia, secara global 55% dimana secara bermakna trimester III lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan pada trimester I dan trimester II. Masalah ini disebabkan karena kurangnya defisiensi zat besi dengan defisiensi zat besi lainnya (Mc Carthy dan Maine, 1992).

(16)

b) Jenis kelamin

Pada umumnya anemia lebih sering terjadi pada waita daripada pria. Karena wanita sangat menjaga bentuk tubuhnya, sehingga memperhatikan apa yang dikonsumsinya. Terlebih lagi pada ibu hamil yang mengalami hemodilusi pada saat hamil, sehingga ibu hamil lebih rentan mengalami anemia.

3) Status Sosial Ekonomi

Keadaan status ekonomi yang rendah mempengaruhi dalam kecukupan pemenuhan gizi keluarga

4) Pendidikan

Kurangnya pengetahuan tentang masalah anemia membuat keluarga tidak mampu merawat penderita anemia dengan baik. Keadaan ekonomi yang rendah juga sangat berkaitan dengan masalah penggunaan fasilitas pendidikan.

5) Budaya

Kebiasaan yang mendukung terjadinya anemia adalah kebiasaan “bapak makan dahulu, ibu dan anak makan terakhir” sebagai penghormatan terhadap bapak. Kebiasaan ibu hamil di larang keluarg rumah juga merupakan faktor predisposisi kejadian anemia, dimana ibu hamil mengalami kekurangan infirmasi/pelayanan kesehatan tentang perawatan saat kehamilan.

(17)

6) Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga, frekuensi aktivitas anggota keluarga, dan penggunaan waktu senggang secara bersama-sama

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan

1) Tahap perkembangannya adalah tahap perkembangan dengan usia anak remaja. Adapun tugas perkembangan keluarga dengan usia anak remaja (Murwani, 2007) : memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua (hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan), perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang.

2) Riwayat keluarga inti

Keluarga yang mempunyai riwayat TB paru pada anggota keluarganya, dapat memungkinkan resiko anemia pada ibu hamil. c. Data Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Kondisi rumah keluarga yang kurang sinar matahari, keadaan rumah yang agak kotor, perabotan rumah yang agak berantakan memperparah kondisi anemia pada ibu hamil. Sehingga dapat menyebabkan resiko komplikasi dari anemia mungkin dapat terjadi, contohnya si ibu dapat mudah mengalami infeksi.

(18)

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Keluarga yang hidup di suatu komunitas yang mempunyai kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya : berpantang makan-makanan tertentu selama hamil dapat mempengaruhi kondisi ibu hamil.

3) Mobilitas geografis keluarga

Status rumah yang di huni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut dan pindah dari daerah mana.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat a) Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasiltas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita anemia.

b) Fasilitas Transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan penderita tidak mau datang kepusat pelayanan kesehatan sehingga memperburuk keadaan si penderita.

(19)

5) Sistem pendukung keluarga

Dalam keberhasilan penanganan anemia pada ibu hamil di suatu keluarga diperlukan dukungan dari suami dan anggota keluarga yang lain.

d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa yang digunakan dan efektif tidaknya (keberhasilan) komunikasi dalam keluarga.

2) Struktur peran

Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita anemia akan mengalami penurunan aktivitas fisik dalam melaksanakan peran.

3) Struktur kekuatan keluarga

Sejauhmana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat dalam mengatasi masalah anemia yang ada di keluarga.

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai norma dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Kebudayaan/keyakinan tertentu, misalnya : bapak makan dulu, ibu dan anak makan terakhir dapat mempengaruhi kondisi pada ibu hamil.

(20)

e. Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif

Komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga dapat mempengaruhi ketidakharmonisan/kehangatan di dalam suatu keluarga. Sikap saling menghargai dan saling pengertian antar anggota keluarga diperlukan di dalam anggota keluarga yang mengalami anemia.

2) Fungsi sosial

Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi reproduksi

Seorang ibu yang melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia pada kehamilannya. Apabila ibu tidak memperhatikan kebutuhan nutrisinya selama hamil, karena zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan bayi yang ada di kandungannya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat juga dapat menyebabkan ibu menjadi anemia.

4) Fungsi ekonomi

Pendapatan keluarga yang rendah dapat mempengaruhi keterbatasan pemenuhan kebutuhan gizi dan penggunaan fasilitas keluarga yang lainnya.

5) Fungsi perawatan keluarga

Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas

(21)

kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, memodifikasi dan memelihara lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan wilayah tempat tinggalnya. f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ≥ 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor 3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi disfungsional bila menghadapi permasalahan

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah :

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita anemia kehamilan b. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

(22)

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kurang zat gizi

Referensi

Dokumen terkait

Berlatarbelakangkan fenomena peng-agenda-an isu Cagub dalam Pilgub Sulsel 2018 pada TRIBUN- TIMUR.COM edisi Rabu, 23 Maret 2016, penelitian ini mempertanyakan

Un- tuk kasus pemilihan gubernur 2017 nanti, dapat diramalkan bahwa calon yang akan di- usung oleh Partai Aceh adalah Muzakir Manaf karena saat ini Muzakir adalah

Hal ini bisa dilihat dari hasil uji butir pertanyaan bahwa pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) menganggap bahwa pengukuran akuntansi pada PSAK No. 109 kurang tepat

Sejak tahun 2016, Dinas Pertanian Kota Palangka Raya melakukan program peningkatan produksi Cabe Merah pada empat wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman

Perusahaan dan Entitas Anak tidak memiliki liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada tanggal 30 September 2013 dan 31 Desember 2012.. Hutang

REALISASI KINERJA PADA TRIWULAN REALISASI CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020 TINGKAT CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020 I II III IV 1 Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup

pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam. makmur yang berkeadilan dan adil dalam

Abstrak—Apresiasi masyarakat terhadap permainan tradisional anak kian berkurang. Saat ini anak-anak lebih suka bermain permainan-permainan modern berbasis teknologi yang