BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara
atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan.
Efikasi diridapat menjadi penentu keberhasilan perfomansi dan pelaksanaan
pekerjaan. Efikasi dirijuga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional
dalam membuat keputusan (Mujiadi, 2003:86).Menurut Bandura
dalamChowdhury, (2009:2) menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan
seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan
mendapatkan prestasi tertentu. Lebih lanjut, Bandura menyatakan bahwa efikasi
diri akan menentukan cara seseorang untuk berpikir, bertindak dan memotivasi
diri mereka menghadapi kesulitan dan permasalahan. Sukses atau gagalnya
seseorang ketika melakukan tugas tertentu ditentukan oleh efikasi dirinya.
Efikasi diri dapat mendorong kinerja seseorang dalam berbagai bidang
termasuk minat berwirausaha (Luthans, 2008:205). Oleh karena itu, dalam
membuka suatu usaha diperlukan keyakinan diri (self efficacy) terhadap
kemampuan agar usahanya dapat berhasil. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Betz dan Hacket dalamIndarti, (2008:7) bahwa efikasi diri akan karir seseorang
dapat menjadi faktor penting dalam penentuan apakah minat kewirausahaan
lanjut, Betz dan Hacket juga menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat efikasi diri
seseorang pada kewirausahaan di masa-masa awal seseorang dalam berkarir,
semakin kuat minat kewirausahaan yang dimilikinya.
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan diatas, suatu efikasi diri
yang positif akan meyakinan seseorang bahwa ia mampu mencapai pekerjaan atau
prestasi yang diinginkannya. Tanpa adanya efikasi diri seseorang tidak akan
memiliki keinginan untuk melakukan perilaku tertentu. Maka dapat disimpulkan,
efikasi diri adalah keyakinan seseorang atas kemampuan yang dimilikinya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Bandura dalam Friedman, (2006:283)ada empat sumber penting
yang digunakan individu dalam membentuk efikasi diri yaitu :
1. Pengalaman Keberhasilan(Mastery Experience)
Keberhasilan yang didapatkan akan meningkatkan efikasi diri yang dimilki
seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Apabila
keberhasilan yang didapatkan seseorang lebih banyak karena faktor-faktor
di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap
peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, apabila keberhasilan itu didapat
melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangan sendiri
maka hal itu akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri.
2. Pengalaman Vikarius atau meniru (Vicarious Experience)
Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan
individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan
tersebut didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri
seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga
melakukan modeling. Namun efikasi diri yang didapat tidak akan
berpengaruh bila model yang diamati tidak memilki kemiripan atau
berbeda dengan model.
3. Persuasi Sosial (Social Persuasion)
Persuasi sosial disebut juga umpan balik spesifik atas kinerja. Informasi
tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang
berpengaruh biasanya digunakan untuk menyakinkan seseorang bahwa ia
cukup mampumelakukan suatu tugas.
4. Kondisi Fisik dan Emosional (Physiological & Emotion State)
Kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan
tugas sering diartikan suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang
cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak di
warnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau
gangguan somantik lainnya. Efikasi diri biasanya ditandai oleh rendahnya
tingkat stres dan kecemasan sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai
oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pula.
Dari keempat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan
berkembangnya efikasi diri dan dapat diupayakan untuk meningkatkan dengan
membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.
Bandura dalam Sulistyawati, (2012:145) terdapat tiga dimensi dalam efikasi
diri pada setiap individu yaitu magnitude, generality, dan strength yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tingkat Kesulitan Tugas(Magnitude)
Hal ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-tugas yang
dibebankan pada individu menurut tingkat kesulitannya, maka perbedaan
efikasi diri secara individual mungkin terdapat pada tugas-tugas yang
sederhana, menengah, atau tinggi. individu akan melakukan tindakan yang
dirasakan mampuuntuk dilaksanakannya dan akan tugas-tugas yang
diperkirakan diluar batas kemampuan yang dimilkinya.
2. Luas Bidang Perilaku (Generality)
Hal ini berhubungan luas bidang tugas atau tingkah laku. Beberapa
pengalaman berangsur-angsur menimbulkan penguasaan terhadap
pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku yang khusus sedangkan
pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi berbagai tugas.
3. Kekuatan Keyakinan(Strength)
Hal ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kemantapan seseorang
terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah
digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,
sedangkan seseorang yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun
dalam meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang
Jadi, dalam tiga dimensi ini dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah
keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu melaksanakan tingkah laku yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu tugas yang didasari kemampuannya dapat
di rasakan akan menuntun dirinya untuk berpikir mantap dan efektif. Efikasi diri
bersumber dari keinginan dalam diri seseorang dalam suatu perilaku untuk
mencapai tujuan yang inginkan. Apabila tidak timbul dari dalam diri individu
maka apa yang di inginkan tidak akan tercapai.
2.1.2 Pengertian Kompetensi Kewirausahaan
Kompetensipada umumnyadianggap sebagaikemampuan seseoranguntuk
berhasildengansedikit usahadanpenggunaan waktu. Kompetensibukanbawaanpada
seseorang, tetapi dikembangkanmelalui pengetahuandanlatihan. Beberapa peneliti
mencoba untuk mendefinisikan mengenaikompetensi kewirausahaan.Olagunju
dalam Tsakiridou dan Stergiou, (2014:109) mengatakan bahwa kompetensi
kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk memanfaatkan ide dan
menciptakan inisiatif kewirausahaan, tidak hanya untuk keuntungan pribadi tetapi
juga untuk pertumbuhan sosial.
Menurut Suryana (2003:5)kompetensi kewirausahaan diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu dengan tujuan yang ingin
dicapai. Keterampilan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah :
1. Keterampilan Manajerial (Managerial Skill)
Keterampilan manajerial merupakan bekal yang harus dimiliki wirausaha.
Seorang wirausahawan harus mampu menjalankan fungsi-fungsi
yang dijalankan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan
menganalisis dan mengembangkan pasar, kemampuan mengelola sumber
daya manusia, material, uang, fasilitas dan seluruh sumber daya
perusahaan merupakan syarat mutlak untuk menjadi seorang
wirausahawan.
2. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)
Keterampilan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi usaha
merupakan landasan utama untuk menjadi seorang wirausaha. Tidak
mudah mendapatkan kemampuan ini. Seorang wirausaha harus ekstra
keras belajar dari berbagi sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri
dan pengalaman orang lain dalam berwirausaha.
3. Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill)
Keterampilan dalam memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi.
Supel, mudah bergaul, simpati dan empati kepada orang lain adalah modal
keterampilan yang sangat mendukung untuk menjadi seorang wirausaha.
Dengan keterampilan seperti ini, seorang wirausaha memiliki banyak
peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini misalnya dengan melatih
diri diberbagai organisasi, bergabung dengan klub hobi dan melatih
kepribadian agar bertingkah laku menenangkan bagi orang lain.
Keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan. Seorang
wirausaha, seringkali dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Berbagai
permasalahan biasanya bermunculan pada situasi seperti ini. Wirausaha
dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan merumuskan berbagai
masalah untuk dicarikan alternative pemecahannya. Tidak mudah memang
memilih alternative terbaik dari berbagai alternative yang ada. Agar tidak
salah menentukan alternative, sebelum mengambil keputusan, wirausaha
harus mampu mengelola informasi sebagai bahan dasar pengambilan
keputusan. Keterampilan dapat dipelajari melalui berbagai cara. Selain
pendidikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan, silumulasi dan
berbagai pengalaman juga dapat diperoleh.
5. Keterampilan Mengelola Waktu (Time Managerial Skill)
Keterampilan dalam mengatur dan menggunakan waktu. Para pakar
psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumber stress
adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan.
Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi
menumpuk dan tak kunjung selesai sehingga membuat jiwa gundah dan
tidak tenang. Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola waktu.
Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan
pekerjaan dan rencana yang telah digariskan.
Jadi, disimpulkan bahwa kompetensi kewirausahaan didefinisikan sebagai
kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang sesuai dengan
2.1.2.1 Dimensi Kompetensi Kewirausahaan
Menurut Scarborough dalam Heru (2009:38), kompetensi wirausaha
terbagi dalam 10 komponen yaitu:
1. Kenali bisnis anda, seorang wirausaha dalam melakukan kegiatan usaha
harus mengetahui dengan jelas bisnis apa yang dilakukan sekarang dan
prospek di masa depan. Beberapa pertanyaan yang harus mampu dijawab
wirausaha yang berhubungan dengan bisnisnya:
a. Apa produk kita sekarang dan masa mendatang?
b. Siapa dan bagaimana konsumen kita?
c. Siapa pesaing kita, dan apa yang ia lakukan?
d. Berada di mana usaha kita dibanding perusahaan produk sejenis?
e. Bagaimana cara membangun kompetensi di masa depan?
2. Mengetahui dasar manajemen bisnis, pengetahuan dasar manajemen bisnis
merupakan pengetahuan yang harus dan benar-benar dimiliki oleh
wirausaha agar unggul. Wirausaha yang unggul membutuhkan
pengetahuan manajemen, seperti: bagaimana melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, staffing, pengkoordinasian, evaluasi serta
pengendalian. Di samping pengetahuan manajemen, wirausaha sangat
membutuhkan pengetahuan operasional perusahaan, seperti: keuangan,
pemasaran produk, pengelolaan tenaga kerja, berproduksi, serta catatan
akuntansi dan informasi.
3. Memiliki sikap yang pantas, sifat, sikap yang baik harus dimiliki oleh
dengan pihak lain di mana pihak lain tersebut memilki kepentingan
terhadap kelangsungan usaha. Pada masa kini dan masa depan wirausaha
harus mau dan mampu berlaku etis dan memiliki rasa tanggung jawab
sosial guna kelangsungan hidup usaha di masa depan.
4. Memiliki modal yang cukup, wirausaha adalah manajer dalam arti memilki
kemampuan dalam mengelola usaha. Kemampuan mengelola keuangan
merupakan hal yang sangat penting guna kelangsungan hidup usaha.
Kemampuan medatangkan modal sangat ditentukan keahlian wirausaha
dalam mengevaluasi sumber-sumber pendanaan dan juga pengalaman di
bidang keuangan.
5. Mengatur keuangan secara efisien, wirausaha yang unggul ketika mampu
mengelola keuangan dengan efektif. Wirausaha yang mampu mencari
sumber pendanaan yang paling murah (cost of capital rendah), mampu
melakukan investasi terhadap dana yang tersedia (rate of return lebih besar
dari cost of capital), mampu membuat penganggaran, serta mampu
memanfaatkan keuntungan usaha dengan tepat. Tidak kalah pentingnya
adalah kemampuan untuk mencatat kegiatan operasional setiap hari secara
akuntansi, sehingga setiap aktivitas bisa dipertanggung jawabkan secara
otentik.
6. Mengatur waktu secara efisien, wirausahawan harus mampu mengelola
waktu dengan baik. Adakalanya produk, pemesanan, job dan kegiatan di
membuat time schedule dan menepati merupakan hal yang sangat
dibutuhkan untuk menjaga hubungan baik dengan relasi.
7. Mengelola orang lain, sejalan dengan meningkatnya bisnis, hubungan
dengan orang lain, karyawan, pihak luar, dan masyarakat semakin tinggi.
Kompleksitas perilaku karyawan, tuntutan kebutuhan, gaya hidup
membutuhkan kemampuan untuk mengelola orang dengan lebih baik.
Landasan bisnis adalah kemampuan karyawan yang terlatih dengan baik
dan termotivasi. Perhatian terhadap penempatan tenaga kerja, penggajian,
bonus, promosi, kesejahteraan karyawan dan keluarga sangat dibutuhkan
untuk menjaga rendahnya perputaran karyawan.
8. Memuaskan pelanggan dengan menyediakan produk berkualitas tinggi,
wirausaha yang unggul mengajarkan bahwa barang dan jasa yang
berkualitas tinggi sangat penting dalam mempertahankan persaingan.
Manfaat yang didapat dengan menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi tidak hanya mengurangi bentuk kerusakan, tetapi juga
meninngkatkan produktivitas, meningkatkan kepuasan konsumen, semakin
rendahnya biaya, menjaga citra baik perusahaan.
9. Mengetahui bagaimana cara bersaing, persaingan yang sehat, mampu
menjaga kemitraan sangat dibutuhkan bagi kelangsungan bisnis di masa
depan. Wirausaha harus mengetahui siapa pesaingnya, memiliki kemauan
dan kemampuan untuk bagaimana berkompetisi dengan lebih baik,
10.Membuat aturan/pedoman yang jelas tersurat, aturan yang jelas dan formal
sangat dibutuhkan bagi pertanggung jawaban kegiatan dan kelangsungan
hidup bisnis. Aturan-aturan pekerjaan, aturan ketenagakerjaan, skedul
kerja, jalur dan rantai pekerjaan harus jelas dan konsisten.
Menurut Wu dalam Fithri dan Amanda (2012:280), beberapa kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah:
1. Kemampuan menganalisis secara sistematis.
2. Kemampuan untuk mengambil peluang dan mengelola sumber yang ada.
3. Kemampuan untuk menemukan kebutuhan internal dan eksternal dari
konsumen.
4. Kemampuan untuk belajar dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki.
5. Kemampuan berkomunikasi.
Menurut Heru (2009:41) disebutkan juga bahwa kompetensi wirausaha
terbagi menjadi 7, antara lain:
1. Kompetensi hubungan antar manusia, kompetensi wirausaha yang
berhubungan dengan kemampuan menjaga, membangun, mengembangkan,
hubungan baik dengan orang, serta pihak yang berkepentingan dengan
aktivitas perusahaan, seperti dengan rekan kerja, karyawan, penyalur
barang, pemasok bahan, investor, kreditur, masyarakat.
2. Kompetensi teknik, kompetensi wirausaha yang berhubungan dengan
teknik, cara, bahan serta tenaga kerja yang menghasilkan berang dan jasa
3. Kompetensi pemasaran, kompetensi wirausaha yang berkaitan dengan
kemampuan wirausaha di bidang pemasaran produk. Kemampuan ini
mencakup keahlian melakukan riset pasar, memilih strategi pemasaran,
mengkombinasikan bauran pemasaran yang menguntungkan.
4. Kompetensi keuangan, kompetensi wirausaha dalam mengelola keuangan,
terutama mencari sumber pendanaan yang paling murah, menggunakan
dan menginvestasikan dana yang menguntungkan, membuat anggaran
yang tepat dan membagi laba atas keuntungan usaha dengan memuaskan
semua pihak yang berkepentingan.
5. Kompetensi konseptual, kompetensi yang dimiliki oleh wirausahawan
yang berhubungan dengan kemampuan untuk membuat konsep kegiatan,
event, produk yang baik. Konsep tersebut apabila dijalankan dapat
berhasil.
6. Kompetensi dalam pengambilan keputusan, kompetensi yang dimiliki oleh
wirausahawan yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil
keputusan dengan tepat. Wirausaha selalu berhubungan dengan aktivitas
yang berisiko, ketidak pastian lingkungan, maka dibutuhkan keahlian
dalam pengambilan keputusan yang tepat, terukur dan menguntungkan.
7. Kompetensi dalam mengatur waktu, kompetesi yang dimiliki oleh
wirausahawan yang berhubungan dengan kemampuan mengatur waktu
2.1.3 Pengertian Minat Berwirausaha
Minat adalah perasaan tertarik yang berkaitan pada sesuatu hal atau
aktivitas tanpa ada yang meminta atau menyuruh. Minat seseorang dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada
suatu obyek lain dan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas (Tarmudji,
2006:87).Menurut Riyanti (2003:21) minat adalah sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila seseorang
bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka
akan terbentuk minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan.
Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun sehingga minat
tidak bersifat permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Menururt Bygrave dalam Suryana, (2003:12) wirausaha adalah orang yang
memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang
itu. Wirausaha juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melihat dan
menilai peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan
guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat
guna menghasilkan keuntungan dari peluang tersebut, Meredith dalam Suryana
(2003:12).
Menurut Fuadi (2009:93) minat berwirausaha adalah keinginan,
ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk
berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa
takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari
dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian
mengorganisir, mengatur, menanggung risiko danmengembangkan usaha yang
diciptakannya tersebut. Yuwono (2008:34) menyatakan bahwa minat
kewirausahaan adalah rasa ketertarikan seseorang untuk melakukan kegiatan
usaha yang mandiri dengan keberanian mengambil resiko.Minat berwirausaha
berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha.
Menurut Suryana (2006:24) seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan
dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Siswa/siswi yang menjadi
wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar
mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam
mewujudkan cita-citanya.
Steinhoff dan Burgess dalamSuryana (2006:55) menyatakan bahwa ada
tujuh alasan mengapa seseorang berminat terhadap kegiatan kewirausahaan,
yakni:
1. Ingin memiliki penghasilan yang tinggi.
2. Ingin memiliki karier yang memuaskan.
3. Ingin bisa mengarahkan diri sendiri/tidak diatur oleh orang lain.
4. Ingin meningkatkan prestise diri/gengsi sebagai pemilik bisnis.
5. Ingin menjalankan ide atau konsep yang dimiliki secara bebas.
6. Ingin memiliki kesejahteraan hidup dalam jangka panjang.
7. Ingin menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Wirasasmita dalam Suryana (2006:55), mengemukakan beberapa alasan
1. Alasan keuangan
Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan dan
sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial
Memperoleh gengsi/status agar dikenal dan dihormati banyak orang,
menjadi teladan untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak
orang.
3. Alasan pelayanan
Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
4. Alasan pemenuhan diri
Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu yang diinginkan,
menghindari ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih produktif
dan menggunakan potensi pribadi secara maksimum.
Menurut Djaali (2008:122) faktor-faktor dalam minat, yaitu:
1. Kemauan, yaitu suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu
untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Ketertarikan, yaitu perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada
sesuatu.
3. Lingkungan keluarga, yaitu orang tua merupakan pendidik pertama dan
sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang utama.
4. Lingkungan sekolah, yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal
Mudjiarto dan Aliaras Wahid, (2006:42) menyatakan bahwa orang yang
berminat membuka usaha sendiri umumnya karena beberapa alasan berikut ini:
1. Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
2. Memenuhi minat dan keinginan pribadi.
3. Membuka diri untuk berkesempatan menjadi pemimpin bagi diri sendiri.
4. Adanya kebebasan dalam manajemen.
2.1.3.1 Dimensi Minat Berwirausaha
Pada literatur kewirausahaan, faktor terpenting yang membentuk minat
berwirausaha adalah faktor psikologis. Beberapa faktor psikologis menjelaskan
pola bertindak melalui minat seseorang dalam memilih untuk berwirausaha (Sagiri
danAppolloni, 2009:77). Faktor-faktor psikologis ini terdiri atas penentuan nasib
sendiri(self-determination), kemampuan menghadapi resiko (risk-bearing ability),
serta kepercayaan dan sikap (belief and attitude) dan dijelaskan sebagai berikut:
a. Penentuan Nasib Sendiri (Self-determination), Menurut Spitzer dan
Kroenke (1997) penentuan nasib sendiri merupakan keyakinan seseorang
bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali
tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya. Self determination
merupakan anggapan bahwa suatu pekerjaan tidak membutuhkan satu
perasaan seseorang yang memiliki peluang untuk menggunakan inisiatif
dan mengatur tingkah laku dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Dalam
pandangan humanistik, self determination (penentuan diri) merupakan
sesuatu yang aktif yang mana terdapat self aware ego dan memiliki
b. Kemampuan Menghadapi Resiko(Risk bearing ability), resiko adalah
sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya keadaan
yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan
orang tidak menginginkannya. Kemampuan menghadapi resiko merupakan
salah satu faktor penting dalam menciptakan usaha baru. Resiko yang
dihadapi oleh wirausaha dapat berbentuk resiko psikologis, finansial,
maupun sosial. Seorang wirausaha harus mampu mengatasi berbagai risiko
yang dihadapi agar dapat memperoleh imbalan atas usaha-usaha yang telah
dilakukannya, terutama imbalan finansial yang sering diidentifikasikan
sebagai wujud kesuksesan seorang wirausaha. Dengan kata lain, risk
bearing ability merupakan kemampuan seorang wirausaha untuk
mengatasi berbagai risiko yang akan dihadapi dalam upaya mencapai
kesuksesan suatu usahanya.
c. Kepercayaan dan Sikap(Belief and attitude), perilaku seseorang sangat
dipengaruhi oleh kepercayaan dan sikap yang dimiliki seseorang.
Kepercayaan dan sikap individu terhadap keinginan pribadi untuk
melakukan tindakan-tindakan. Terkait dengan minat berwirausaha, belief
and attitude berperan penting dalam diri seseorang saat mengambil pilihan
berwirausaha sebagai karir yang akan ditekuni. Faktor ini juga dapat
diterjemahkan sebagai persepsi seseorang atas keinginan pribadi untuk
melakukan tindakan-tindakan berwirausaha seperti menciptakan usaha
Pada penelitian ini yang dimaksudkan dengan minat berwirausaha adalah
suatu keinginan, keingintahuan, ketertarikan serta ketersediaan seseorang untuk
bekerja keras, mandiri, berani mengambil resiko maupun menghadapi tantangan
dalam keterbatasan, dengan bertindak kreatif untuk memenuhi kebutuhan hidup
serta kemajuan suatu usaha.
2.1.4 Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses
(Suryana, 2006:2). Selain itu, kewirausahaan juga merupakan sebuah alat dari
pandangan hidup seseorang yang menginginkan adanya kebebasan dalam
ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan sumber
daya yang ada. Untuk mencapai hal tersebut tentunya harus pandai memanfaatkan
peluang-peluang melalui kesempatan bisnis, kemampuan manajemen
pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai kesempatan, dan melalui
kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam menggerakkan manusia,
keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan proyek dengan baik
(Ranto, 2007:21).
Machfoedz (2005:9) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah
pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, seorang wirausaha berani
mengambil risiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena
itu, wirausaha lebih memilih menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk
itu seorang wirausahawan diperlukan memiliki rasa percaya diri yang kuat dan
bisnis. Dalam menghadapi berbagai permasalahan, seorang wirausahawan juga
senantiasa dituntut kreatif.
Menurut Suryana (2006:30) seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa
yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal.
Ciri-ciri umum kewirausahaan sebagai berikut :
1. Memiliki perspektif ke depan, sukses adalah sebuah perjalanan bukan
tujuan, setiap saat mencapai target sasaran atau impian maka segeralah
membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi
semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya
2. Memiliki kreativitas tinggi, seorang wirausaha dibutuhkan daya kreasi dan
inovasi yang lebih.
3. Memiliki sifat inovasi tinggi, seorang wirausaha harus dapat
menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan
bisnisnya.
4. Memiliki keberanian menghadapi resiko, seorang wirausaha harus berani
menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang dihadapinya semakin besar
pula kesempatan untuk meraih keuntungan.
5. Selalu mencari peluang, seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu
dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia
juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu.
6. Memiliki jiwa kepemimpinan, seorang wirausaha harus memiliki
kemampuan dan semangat untuk mengembangkan orang-orang
7. Memiliki kemampuan personal, seorang wirausaha harus percaya diri dan
memiliki sikap mandiri yang tinggi untuk mencapai penghasilan dan
keuntungan melalui usaha yang akan dilaksanakannya, mau dan mampu
mencari serta menangkap peluang yang menguntungkan dan
memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Zimmerer dalam Sudaryono, (2011:37) merumuskan manfaat
kewirausahaan sebagai berikut:
1. Memberi peluang melakukan perubahan. Semakin banyak pebisnis yang
memulai usahanya karena mereka dapat menangkap peluang untuk
melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting.
2. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya. Banyak orang
yang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan sering kali
membosankan, kurang menantang, dan tidak ada daya tarik.
3. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin.
Walaupun pada tahap awal, uang bukan daya tarik utama bagi wirausaha,
keuntungan berwirausaha merupakan sumber motivasi yang penting bagi
seseorang untuk membuat usaha sendiri.
4. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya.
5. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
2.2 Penelitian Terdahulu
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu terangkum di dalam Tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun
Penelitian) Judul Penelitian Variabel Penelitian
Metode
Analisis Hasil Penelitian
1. Siti Hamidah (2014)
Pengaruh Self-Efficacy, Lingkungan Keluarga, dan Lingkungan Sekolah Terhadap Minat
Berwirausaha Siswa SMK Jasa Boga Di SMK Negeri 1 Sewon Kewirausahaan, Self Efficacy, dan Karakter Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Depok Kabupaten Sleman
Variabel Bebas:
1. Pengetahuan Kewirausahaan 2. Self Efficacy 3. Karakter kewirausahaan, self efficacy, dan
Ekonomi Orang Tua Terhadap Upaya
Berwirausaha
Variabel Bebas:
1. Kompetensi Kewirausahaan 2. Status Sosial
Ekonomi Orang ekonomi orang tua berpengaruh positif
Pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Surakarta
Tahun Ajaran 2013/2014
Variabel Terikat:
Upaya of Students in Primary Education
Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat
Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Surabaya.
6. Aldino Rama Firda (2011)
Pengaruh Motivasi , Self Efficacy Dan Locus Of Control (LOC) Terhadap Minat Berwirausaha
(Studi Pada Siswa SMK Kota Padang)
Variabel Bebas:
1. Motivasi 2. Self Efficacy 3. Internal Locus
Of Control (LOC)
4. Eksternal Locus Of Control
a.Secara parsial variabel motivasi dan variabel self efficacy
b.Untuk variabel
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel
yang diteliti. Hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono,
2005:49). Variabel yang akan diteliti antara lain minat berwirausaha sebagai variabel
terikat, efikasi diri dan kompetensi kewirausahaan sebagai variabel bebas.
Menurut Hamidah (2014:204), menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Efikasi diri berperan dalam
pengambilan keputusan, proses berfikir, dan keberanian dalam mengambil resiko.
Setiap individu yang memiliki minat kewirausahaan yang tinggi akan mampu
berdiri sendiri, berani mengambil keputusan dan menerapkan tujuan yang hendak
dicapai atas pertimbangannya sendiri. Hal ini mengatakan bahwa semakin tinggi
efikasi diri maka semakin tinggi pula minat berwirausaha (Bryant, 2006).
Kompetensi kewirausahaan juga sangat penting untuk mendorong minat
berwirausaha karena seorang wirausaha harus memiliki dan menguasi beberapa
kompetensi yaitu kemampuan dalam menganalisis secara sistematis, kemampuan
untuk mengambil peluang dan mengelola sumber daya yang ada, kemampuan
untuk menemukan kebutuhan internal dan eksternal dari konsumen, kemampuan
untuk belajar dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki, dan kemampuan
dalam berkomunikasi, menurut Wu dalam Fithri dan Amanda (2012:280).
Siswa-siswi SMK diharapkan memiliki minat yang tinggi untuk
menciptakan suatu usaha. Minat merupakan faktor pendorong yang menjadikan
seseorang lebih giat bekerja dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan
mengoptimalkan potensi yang tersedia. Minat tidak muncul begitu saja tetapi
tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Walgito, 2003:148).Dengan memiliki suatu efikasi diri yang tinggi dan
kompetensi kewirausahaan yang memadai, siswa/siswi SMK dapat memiliki
minat yang besar terhadap berwirausaha, sehingga minat yang ada akan
menciptakan suatu usaha baru.
Efikasi diri dan kompetensi kewirausahaan juga dapat mempengaruhi
minat berwirausaha karena efikasi diri adalah suatu keyakinan diri untuk
mengoptimalkan potensi yang ada dan kompetensi kewirausahaan adalah
sekelompok pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terhubung satu dengan
lainnya, yang diperlukan seorang wirausaha untuk dilatih dan dikembangkan agar
mampu menghasilkan suatu pekerjaan dengan baik dalam mengelola suatu usaha.
Berdasarkan uraian tersebut dan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual pada
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang
diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Wiratna, 2015:68).
Hipotesis dari penelitian ini yaitu: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
efikasi diri dan kompetensi kewirausahaan terhadap minat berwirausaha
siswa/siswi SMK Negeri 10 Medan.
EFIKASI DIRI (X1)
MINAT
BERWIRAUSAHA(Y)
KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN(