• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Pembangunan Islam: Studi Terhadap Kota Madani di Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Pembangunan Islam: Studi Terhadap Kota Madani di Banda Aceh"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi yang memiliki

otonomi khusus yang berada di ujung barat Aceh. Dahulunya provinsi tersebut

bernama Daerah Istimewa Aceh. Keistimewaan tersebut masih dapat terlihat

hingga sekarang yang mana pemerintahannya diberikan kekhususan melalui

undang-undang pemerintahan Aceh, salah satunya yakni dapat dijalankannya

syariat Islam secara menyeluruh (kaffah) sesuai dengan cita-cita rakyat Aceh.

Selain itu, juga dibentuknya qanun (peraturan daerah) sebagai pendukung

daripada pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Ibukota dari Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam adalah Banda Aceh. Kota Banda Aceh terdiri dari 9 Kecamatan, 17

Mukim, 90 Gampong dengan luas wilayah 61,36 KM2 dan jumlah penduduk

sebesar 263.589 jiwa. Banda Aceh yang merupakan bekas ibukota Kerajaan Islam

terbesar di Nusantara memiliki banyak objek wisata sejarah.1

Pada pemilihan kepala daerah Banda Aceh tahun 2007, pasangan

Mawardy Nurdin dan Illiza Sa'aduddin Djamal terpilih sebagai Walikota dan

Wakil Walikota untuk periode 2007-2012. Kemudian, pasangan tersebut kembali

terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh periode 2012-2017.

Akan tetapi, Mawardy Nurdin meninggal pada 8 Februari 2014 akibat penyakit

1

(2)

yang di deritanya. Kemudian Illiza menjabat sebagai Pelaksana Harian (Plh)

Walikota Banda Aceh. Beberapa bulan setelah kepergian Alm Mawardy Nurdin,

pada 16 Juni 2014 Gubernur Aceh Zaini Abdullah melantik Illiza Sa‟aduddin Djamal sebagai Walikota Banda Aceh dan Zainal Arifin yang terpilih sebagai

Wakil Walikota Banda Aceh melalui pemilihan di DPRK (Dewan Perwakilan

Rakyat Kota) untuk periode 2014 - 2017.2

Sebagai syarat dalam mencalonkan diri sebagai walikota dan wakil

walikota, tentunya pasangan-pasangan calon harus mengajukan visi dan misi

mereka terlebih dahulu. Salah satunya yakni pasangan calon walikota dan wakil

walikota Banda Aceh untuk periode 2012-2017 yaitu Mawardy Nurdin dan Illiza

Sa‟aduddin Djamal dimana mereka telah mengajukan visi dan misi mereka ke

Kantor Independen Pemilu Banda Aceh. Visi yang mereka gagas yakni

Terwujudnya Banda Aceh Model Kota Madani, yang kemudian intinya bahwa

kota madani merupakan sebuah kota yang penduduknya beriman dan berakhlak

mulia, menjaga persatuan dan kesatuan, toleran terhadap perbedaan, taat terhadap

hukum, dan masyarakatnya bebas untuk berpendapat.

Keadaan tersebut nantinya diharapkan akan melahirkan warga Kota Banda

Aceh yang memiliki jati diri yang ramah, taat aturan, damai, sejahtera, harga diri

tinggi, berbudaya dan juga beradab. Dalam upaya untuk mewujudkan visi

tersebut, kemudian Mawardy Nurdin dan Illiza Sa‟aduddin Djamal menggagas

2

(3)

misi yang intinya adalah agar dilakukan penguatan terhadap pelaksanaan syariat

Islam secara menyeluruh (kaffah), sehingga ketika pelaksanaan syariat Islam telah

terealisasikan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh, maka akan

terciptanya tata pemerintahan yang baik, masyarakat yang sejahtera dengan

eknominya yang mandiri, terbentuknya masyarakat yang berintelektualitas tinggi,

sehat, pendidikan yang maju, serta tingginya tingkat partisipasi perempuan.3

Mawardy Nurdin dan Illiza Sa‟aduddin Djamal diajukan sebagai pasangan

calon walikota dan wakil walikota Banda Aceh oleh Dewan Pimpinan Daerah

Kota Banda Aceh atau biasa disebut dengan gabungan dari beberapa partai politik.

Partai politik merupakan suatu organisasi politik yang mengakar dalam

masyarakat, mempunyai ideologi, memiliki cabang-cabang di daerah, mempunyai

kegiatan yang berkelanjutan, ikut di dalam pemilihan umum dan mempunyai

wakil di parlemen. Partai politiklah yang nantinya akan menyampaikan informasi

dan memperjuangkan kepentingan masyarakat kepada pemerintah, serta mencari

para calon untuk jabatan politik.4

Partai politik yang mendukung pasangan calon Mawardy Nurdin dan Illiza

Sa‟aduddin Djamal yakni terdiri dari Partai Demokrat Kota Banda Aceh, Partai

Persatuan Pembangunan Kota Banda Aceh, Partai Amanat Nasional Kota Banda

Aceh, dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh Kota Banda Aceh. Terdapat

delapan kecamatan daerah pemilihan yakni kecamatan Meuraxa, Kuta Raja, Kuta

3

Lihat lampiran visi dan misi calon walikota dan wakil walikota Banda Aceh tahun 2011.

4

(4)

Alam, Syiah Kuala, Ulee Kareng, Baiturrahman, Lueng Bata, dan Jaya Baru. Dari

delapan kecamatan tersebut, pasangan Mawardy dan Illiza mendapatkan total

jumlah suara yaitu 31.459 suara dan unggul terhadap jumlah suara dari beberapa

pasangan calon lain.5

Selanjutnya setelah pasangan Mawardy Nurdin dan Illiza Sa‟aduddin

Djamal terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh periode

2012-2017, maka Banda Aceh pada tahun 2012 memiliki visi yakni Banda Aceh Model

Kota Madani. Sedangkan misi untuk mencapai hal tersebut adalah sebagai berikut

:6 1. Meningkatkan Kualitas Pengamalan Agama menuju Pelaksanaan Syariat

Islam Secara Kaffah; 2. Memperkuat Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik; 3.

Memperkuat Ekonomi Kerakyatan; 4. Menumbuhkan Masyarakat Yang

Berintelektualitas Sehat dan Sejahtera; 5. Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur

Pariwisata Yang Islami; 6. Meningkatkan Partisipasi Perempuan Dalam Ranah

Publik dan Perlindungan Anak; 7. Meningkatkan Peran Generasi Muda Sebagai

Kekuatan Pembangunan Kota.

Lihat lampiran Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Walikota/Wakil Walikota Di Tingkat Kabupaten/Kota.

6

http://www.bandaacehkota.go.id/new//246/269Visi_dan_Misi.html Di Akses pada tanggal 13 Desember 2015 Pukul 22.44 WIB.

7

Isi selangkapnya mengenai Qanun Kota Banda Aceh tahun 2012 dapat dilihat di

(5)

1. Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota

Banda Aceh Tahun 2011; 2. Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota

Tahun 2012; 3. Perubahan Atas Qanun Kota Banda Aceh Nomor 1 Tahun 2007

tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Retribusi Pelayanan

Parkir di Tepi Jalan Umum; 5. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 6.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Tahun Anggaran 2013.

Gagasan mengenai visi Banda Aceh sebagai model kota madani salah

satunya dicetuskan oleh Walikota Banda Aceh yakni Mawardy Nurdin, dimana

beliau mengatakan bahwa pembentukan kota madani harus tercapai dalam lima

tahun ke depan. Dalam pembentukan kota madani tersebut, beliau meminta

kepada tim penyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota (RPJMK)

Banda Aceh 2012-2017 agar meniru konsep Rasulullah Sallallāh „alayh wa

Sallam dalam membangun kota Madinah, yang meletakkan tiga pilar seperti yang

termaktub dalam Piagam Madinah. Menurut Mawardy Nurdin, kota madani

adalah sebuah kota yang penduduknya beriman dan berakhlak mulia, menjaga

persatuan dan kesatuan, toleran dalam perbedaan, taat hukum dan memiliki ruang

publik yang luas.

Disamping itu masyarakatnya juga ikut berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pembangunan, inklusif, mampu bekerjasama untuk menggapai

tujuan bersama yang dicita-citakan. Sehingga beliau berharap bahwa keadaan

(6)

ramah, taat aturan, damai, sejahtera, harga diri tinggi, berbudaya, dan beradab.8

Intinya konsep membangun Banda Aceh model kota madani menurut Mawardy

Nurdin yakni dengan mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia,

menjalankan syari‟at menurut agama masing-masing, taat hukum, penuh toleran.

Masyarakat juga memiliki akses kepada pemerintahan, mengontrol, ikut

membicarakan pembangunannya, ikut terlibat dalam pengawasan, dan

sebagainya.9 Selanjutnya setelah kepergian beliau, maka visi kota Banda Aceh

tersebut dilanjutkan oleh Walikota Illiza Sa‟aduddin Djamal dan Wakil Walikota

terpilih yakni Zainal Arifin.

Dalam upaya untuk membangun Banda Aceh sebagai model kota madani,

pembangunan yang dijalankan yaitu pembangunan berteraskan Islam. Menurut

Muhammad Syukri Salleh, pembangunan yang berteraskan Islam adalah

pembangunan yang bergabung antara dua bentuk pembangunan; pembangunan

material dengan pembangunan kerohanian dan dilaksanakan menurut garis

panduan yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam. Pembangunan material adalah

pembangunan yang dapat menegakkan program-program yang berkaitan dengan

aspek kehidupan manusia atau Habl min al-Nas seperti pengeluaran dan

penggunaan.

Sedangkan pembangunan kerohanian adalah pembangunan yang dapat

merapatkan hubungan manusia dengan Allah s.w.t seerat mungkin, melaksanakan

8

http://dprk-bandaaceh.go.id/berita-38-mawardy-nurdin-minta-rpjm-kota-banda-aceh-tiru-konsep-rasulullah.html Di Akses pada tanggal 14 Desember 2015 Pukul 20.38 WIB.

9

(7)

syari‟at sebaik mungkin dan berakhlak dengan Allah s.w.t setinggi mungkin atau

Habl min Allah seperti keimanan, ketakwaan dan sebagainya.10 Islam bukan

semata agama, namun juga merupakan sebuah sistem politik. Islam dan politik

merupakan sesuatu yang saling bergandengan dengan selaras dan tidak dapat

dipisahkan satu sama yang lain. Hal tersebut didasarkan bahwa Rasulullah

Sallallāh „alayh wa Sallam disamping sebagai pemimpin agama, beliau juga adalah seorang ahli negara yang mengendalikan masyarakat madinah.11

Dalam menjalankan pembangunan yang berteraskan Islam tersebut,

diharapkan peran pemerintah kota (Walikota dan Wakil Walikota) selaku salah

satu aktor politik atau pelaku pembangunan dalam membuat suatu regulasi

kebijakan yang tepat bagi Banda Aceh. Selain daripada peran pemerintah kota,

juga diharapkan peran dari aktor-aktor politik yang lain maupun masyarakat

Banda Aceh sendiri dalam upaya untuk mewujudkan visi dan misi tersebut.

Konsep kota madani di Banda Aceh berarti menjadikan kota Banda Aceh sebagai

kota yang madani, berbasis syari‟at Islam, kota yang modern, yakni berarti bukan

jauh dari nilai-nilai agama, akan tetapi tetap dilapisi dengan nuansa-nuansa yang

islami.

Selanjutnya dalam proses menjadikan Banda Aceh sebagai model kota

madani, telah ada beberapa upaya yang dilakukan yakni misalnya saja dengan

membentuk komite penguatan aqidah dan peningkatan syari‟at Islam di Banda

10

Lihat Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam : Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana Publishing. hal. xvi-xvii.

11

(8)

Aceh, menerapkan progam diniyah di sekolah umum dan membentuk lokasi hafiz

Qur‟an. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji lebih lanjut mengenai Aceh

pada masa lampau, munculnya konflik antara pemerintah pusat dengan Aceh,

selanjutnya mulai diterapkan syariat Islam di aceh hingga berujung pada

munculnya kota madani di Banda Aceh yang berkaca pada kota madani zaman

Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam. Selain itu, peneliti juga akan mengkaji mengenai aktor-aktor politik yang terlibat dalam perumusan kota madani, dimana

dalam hal ini partai politik ataupun aktor-aktor politik lain tentulah akan

menyalurkan aspirasi mereka dalam bentuk sebuah kebijakan, karena mereka

dapat diasumsikan memiliki kepentingan mereka tersendiri di dalamnya.

1.2 Perumusan Masalah

Banda Aceh dalam membangun kotanya, berpedoman pada apa yang telah

dilakukan oleh Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam di Madinah. Banda Aceh

dikenal sebagai kota yang sangat menjunjung tinggi tegaknya syariat Islam. Maka

pembangunan yang dilakukan di kota tersebut juga berteraskan Islam. Banda

Aceh pada tahun 2012-2017 memiliki visi yakni Banda Aceh Model Kota

Madani, dan memiliki misi yang terdiri dari tujuh poin dalam upaya untuk

mewujudkan visi tersebut. Gagasan mengenai Banda Aceh sebagai model kota

madani salah satunya dicetuskan oleh Walikota sebelumnya yakni Mawardy

(9)

Menurut beliau, walaupun untuk mencapai taraf madaniah pada masa

Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam sulit untuk dicapai, setidaknya masyarakat

Banda Aceh telah berusaha menuju ke arah tersebut. Dalam rangka mewujudkan

hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh

(Walikota dan Wakil Walikota) selaku salah satu aktor politik. Akan tetapi, selain

daripada pemerintah kota, tentu akan ada aktor-aktor lain yang berpengaruh dalam

perumusan kota madani di Banda Aceh tersebut. Berdasarkan apa yang telah

diuraikan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang munculnya kota madani Banda Aceh?

2. Siapa aktor-aktor yang memainkan peranan dalam perumusan kota madani

di Banda Aceh?

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah ini berfungsi agar karya ilmiah ataupun penelitian tetap fokus

pada permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini akan difokuskan pada politik pembangunan Islam terhadap Kota

Madani Banda Aceh.

1.4 Tujuan Penelitian

(10)

1. Untuk mendeskripsikan politik pembangunan Islam terhadap Kota Madani di

Banda Aceh.

2. Untuk memahami mengenai politik pembangunan Islam terhadap Kota

Madani di Banda Aceh.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi

pengetahuan terhadap ilmu politik, terkhusus mengenai politik pembangunan

Islam.

2. Secara akademis, penelitian ini berfungsi sebagai referensi tambahan dalam

mengembangkan kemampuan berfikir bagi mahasiswa Departemen Ilmu

Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi penulis, membantu penulis untuk mengasah kemampuan dalam menulis

karya ilmiah khususnya di bidang ilmu politik.

1.6 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antara konsep.12 Selanjutnya dalam hal ini penulis akan menggunakan

teori yang berkaitan dengan penelitian penulis yaitu politik pembangunan Islam.

12

(11)

1.6.1 Konsep Kota Madani

Berbicara mengenai masyarakat madani maka akan berkenaan dengan

sejarah Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam yang melakukan hijrah dari kota

Mekkah ke Madinah.13 Masyarakat madani seringkali diposisikan sebagai pola

kehidupan masyarakat yang ideal. Dari aspek historis, para pemikir Islam

biasanya merujuk suatu kondisi masyarakat pada kondisi masyarakat madinah

dibawah kepemimpinan Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam. Idealitas konsep masyarakat madani tidak lain didorong oleh berbagai macam aspek yang

ditonjolkan di antaranya adalah bahwa pola kehidupan bermasyarakat, berbangsa

maupun bernegara senantiasa mengacu pada supremasi hukum, hak-hak asasi

manusia, serta menghargai perbedaan dengan segala bentuknya (pluralisme).14

Kedatangan Rasulullah Ṣallallāh „alayh wa Sallam ke Yastrib (Madinah) adalah awal bagi perkembangan dakwah Islam dan penyebarannya. Sebelum

kedatangan beliau Madinah dulunya bernama Yastrib. Madinah merupakan

lingkungan geografis dimana penduduknya terdiri dari masyarakat yang plural

(majemuk). Penduduknya hanya sebagian saja yang beragama Islam, yang lain

adalah kaum Yahudi, Nasrani, pemeluk kepercayaan tauhid tradisional (kaum

hanif) dan orang-orang musyrik.

Tidak lama kemudian Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam resmi menjadi pemimpin di Madinah. Selanjutnya beliau kemudian mulai meletakkan

13Lihat Farid Wajdi Ibrahim. 2012. “Pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia Melalui Civic

Education”. Jurnal Ilmiah Didaktika. Edisi 13 Tahun 2012. hal. 132.

14

(12)

dasar-dasar kehidupan dalam bermasyarakat. Pertama, beliau membangun masjid,

disamping sebagai tempat shalat, masjid juga difungsikan sebagai tempat

bermusyawarah. Kedua beliau membangun ukhuwah islamiyyahi, yakni

persaudaraan sesama muslim, dimana beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin

dan Anshar sebagai persaudaraan berdasarkan agama. Ketiga, Rasululullah

Ṣallallāh „alayh wa Sallam membentuk perjanjian yakni membangun hubungan

persahabatan dengan pihak-pihak yang bukan beragama Islam.

Hal tersebut beliau lakukan agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan,

adanya kebebasan dalam hal beragama, dan juga menyuarakan pendapat.

Perjanjian tersebut yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Inti dari

Piagam Madinah tersebut yakni adanya sebuah kesepakatan untuk hidup rukun

dan juga damai antara orang-orang Muhajirin (Mekkah), orang-orang Anshar

(Madinah) dan kaum Yahudi ataupun non muslim; dimana mereka saling

membela dan mempertahankan negara mereka secara bersama-sama dari ancaman

ataupun serangan musuh.

Setelah Rasulullah Sallallāh „alayh wa Sallam hijrah ke Yastrib, maka kota tersebut diberi nama Madinah yang artinya kota. Beliau mampu memandang jauh

ke depan bahwa kota tersebut memiliki prospek sebagai kota yang memiliki

peradaban maju dan siap tinggal landas menuju suatu kemajuan baik secara fisik

maupun moral. Masyarakat berperadaban itulah yang kemudian disebut dengan

masyarakat madani, dimana merupakan suatu masyarakat yang terbuka, hidup

(13)

individu dapat mengemukakan pendapatnya secara demokratis. Bahkan setiap

individu dalam masyarakat tersebut dapat berkontribusi satu sama lain dalam

pembangunan dengan berlandaskan pada keadilan, kebaikan, dan juga

kesejahteraan bersama.15 Signifikasi konsep kota madani dalam teori ini adalah

sebagai alat analisis agar dapat menjawab permasalahan mengenai latar belakang

munculnya kota madani di Banda Aceh.

1.6.2 Politik Pembangunan Islam

Politik pembangunan Islam adalah satu terminologi yang merupakan

gabungan antara konsep politik, pembangunan, dan Islam. Dalam Islam, kata

politik sinonim dengan kata siyasah yang berarti seni memerintah. Siyasah adalah

ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri serta

kemasyarakatan dan yakni mengatur kehidupan umum atas dasar keadilan dan

istiqamah. Politik dalam Islam penting sebagai perwujudan keadilan dan

kedamaian. Politik dalam Islam didefinisikan sebagai bentuk perjuangan bagi

kekuasaan untuk beriman kepada Allah swt dengan menekankan pada tauhid dan

menolak Thaqut, yakni orang-orang yang mengklaim hak dan kekuasaan absolut.

Padahal kekuasaan hanya milik Allah swt.16 Sedangkan pembangunan secara

sederhana hanya dipandang sebagai kemampuan pengambil keputusan untuk

menata lingkungannya (politik, sosial, ekonomi, administratif, pendidikan, dan

lain-lain) melalui pengerahan (mobilisasi) sumber daya nasional, yang dituntun

oleh ideologi yang sangat mereka yakini.

15

Ibid. Farid Wajdi Ibrahim. hal. 133-134.

16

(14)

Maka pembangunan dalam pengertian Islam adalah kemampuan untuk

mewujudkan cita-cita Islam melalui pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan

ummat, termasuk juga mengurus negara. Pembangunan dalam pengertian Islam

berarti ungkapan dinamika budaya yang ditandai oleh keinginan ummat Islam

untuk tetap berada dalam keadaan yang Islami.17 Adapun Islam merupakan

satu-satunya agama yang diturunkan Allah swt kepada manusia melalui para nabi atau

rasul-Nya mulai dari Nabi Adam a.s hingga kepada Nabi Muhammad saw. Islam

mengandung pengertian yakni serangkaian peraturan yang didasarkan pada wahyu

yang diturunkan oleh Allah swt kepada para nabi atau rasul untuk ditaati dalam

rangka memelihara keselamatan, kesejahteraan, dan perdamaian bagi umat

manusia yang termaktub dalam kitab suci. Inti dari ajaran Islam yaitu tauhid, yang

berarti mengesakan Allah swt, bahwa Tuhan itu satu atau tunggal.18

Selain itu, Islam adalah suatu sistem yang tertata dengan baik, suatu

keseluruhan yang konsisten, yang terdiri dari seperangkat prinsip universal dan

nilai-nilai kultural untuk sosio ekonomi, politik dan moral manusia. Islam

bukanlah agama semata, namun juga merupakan sebuah sistem politik (a political

system). Seluruh gagasan pemikiran Islam dibangun di atas fundamen bahwa

kedua sisi yakni agama dan politik saling bergandengan dengan selaras dan tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Hal tersebut di dasarkan bahwa Rasulullah

17 Muhammad A. Al-Buraey. 1986. Islam : Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan. Jakarta:

Rajawali. hal. 22-23.

18

Marzuki. Konsep Agama Islam. Dikutip dari

(15)

disamping sebagai pemimpin agama, beliau juga adalah seorang ahli negara yang

mengendalikan masyarakat madinah.19

Maka dengan demikian, politik pembangunan Islam sebagai satu konsep

diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi

atau aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai

sasarannya dengan cara-cara Islam. Politik pembangunan Islam dibuat dan

dijalankan berdasarkan kerangka Islam. Institusi politik menjadi bagian yang

penting dari politik pembangunan Islam. Oleh karenanya, politik pembangunan

Islam perlu mempromosikan nilai-nilai Islam, budaya Islam dalam

pelaksanaannya. Pendekatan Islam dalam pembangunan didasarkan pada lima

filosofis, yakni sebagai berikut:20

A. Tauhid, yang berarti percaya pada keesaan Allah swt dan semua yang ada

di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya. Dalam konteks upaya

pembangunan, manusia harus sadar bahwa sumber daya yang tersedia

adalah kepunyaan-Nya sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk

memenuhi kepentingan pribadi, melainkan harus membagi manfaat yang

dihasilkannya kepada manusia lainnya.

B. Rububiyah, yaitu percaya bahwa Allah swt sendirilah yang menentukan

keberlanjutan dan hidup dari ciptaannya serta menuntut siapa saja yang

percaya kepada-Nya kepada kesuksesan. Dalam konteks upaya

19

Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam : Pemikiran dan Implementasi. Medan: Perdana Publishing. hal. xviii.

20

(16)

pembangunan, manusia harus sadar bahwa pencapaian tujuan-tujuan

pembangunan tidak hanya bergantung pada upayanya sendiri, tetapi juga

pada pertolongan Allah swt.

C. Khilafah (Kekuasaan), yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di

bumi. Disamping sebagai wakil atass segala sumber daya yang

diamanahkan kepadanya, manusia yang beriman juga harus menjalankan

tanggung jawabnya sebagai pemberi teladan atau contoh bagi manusia

lainnya.

D. Tazkiyah, yakni merujuk pada pertumbuhan dan penyucian manusia

sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia menjalankan

tanggung jawab yang ditugaskan padanya. Manusia adalah agen

perubahan dan pembangunan. Perubahan dan pembangunan apapun yang

terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi kebaikan orang lain

dan tidak bagi pemenuhan pribadi.

E. Al-Falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa keberhasilan

apapun yang dicapai di kehidupan dunia akan mempengaruhi keberhasilan

di akhirat sepanjang keberhasilan yang dicapai di dunia tidak menyakahi

petunjuk bimbingan yang ditetapkan Tuhan.

Oleh karena itu, dalam hal ini bahwa teori mengenai politik pembangunan

Islam akan melihat apakah visi dan misi kota Banda Aceh tersebut sudah dibuat

(17)

1.6.3 Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh

badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.21 Implikasinya dari kebijakan

tersebut yakni kebijakan publik selalu memiliki tujuan tertentu yang berisi

tindakan pemerintah, benar-benar dilakukan oleh pemerintah, bersifat positif, dan

berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Dunn mengemukakan bahwa

Studi Kebijakan Publik yakni mempelajari berbagai keputusan pemerintah dalam

mengatasi suatu permasalahan yang menjadi perhatian publik.

Selain itu menurut Parsons dalam buku Warjio tentang Politik Belah

Bambu Jokowi : Dari Mafia Politik Sampai Islamfobia, mengatakan bahwa

kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu itu dikonstruksikan dan

disusun, didefinisikan, serta bagaimana semua itu diletakkan dalam agenda

kebijakan dan agenda politik.22

Dari sudut manajemennya, proses kerja dari kebijakan publik dapat

dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang meliputi i) pembuatan kebijakan, ii)

pelaksanaan dan pengendalian, iii) evaluasi kebijakan. Dalam membuat suatu

kebijakan, diperlukan pengetahuan oleh para pelaku kebijakan. Pemanfaatan

pengetahuan oleh para pelaku kebijakan merupakan proses yang kompleks yang

terdiri dari tiga dimensi yang saling bergantung, yaitu komposisi pemakai, efek

21

A.G. Subarsono. 2005. .Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 5.

22

(18)

penggunaan, dan lingkup pengetahuan yang digunakan. Interaksi dari ketiga

dimensi tersebut yang akan menjadi dasar untuk menilai dan memperbaiki

peranan analisis kebijakan dalam prosedur pembuatan kebijakan.23

Kebijakan publik merupakan suatu regulasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah sebagai pedoman bagi seluruh anggota masyarakat dalam

menjalankan roda pemerintahan. Oleh karena itu, teori ini bertujuan agar dapat

menjawab mengenai permasalahan terkait dengan aktor-aktor yang memainkan

peranan dalam perumusan Banda Aceh Model Kota Madani, dan juga

kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh aktor-aktor yang terkait dengan kota madani Banda

Aceh.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan

data-data yang ada.24 Jenis penelitian deskriptif ini akan penulis gunakan untuk

menjelaskan awal masalah atau objek tertentu secara terperinci. Penelitian

23

William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 43.

24

(19)

deskriptif ini juga akan membantu penulis dalam menjawab sebuah atau beberapa

pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek tertentu secara rinci.25

1.7.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertumpu pada pemahaman

mengenai berbagai masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas

yang kompleks dan juga rinci. Menurut Bogdan dan Taylor bahwa penelitian

kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.26 Metode penelitian kualitatif ini nantinya akan membantu

penulis dalam mengumpulkan data yang spesifik dari para informan, menganalisis

data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema yang umum, dan

juga akan membantu penulis dalam menafsirkan makna data.

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan

penelitian. Dalam hal ini penulis akan mengungkapan fenomena atau peristiwa

yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dengan tujuan untuk memperoleh

data yang akurat. Penelitian ini akan dilakukan di Banda Aceh, Nanggroe Aceh

Darussalam.

25

Lihat Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada. hal. 17-18.

26

(20)

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

a) Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data

pertama di objek penelitian.27 Dalam penelitian ini penulis akan

menggunakan teknik wawancara, dimana nantinya penulis akan

mengajukan sejumlah pertanyaan lisan guna mengumpulkan data. Adapun

yang menjadi informan dalam wawancara ini adalah orang-orang yang

bersangkutan, diantaranya sebagai berikut :

 Asisten I Bidang Pemerintahan Balai Kota Banda Aceh

 Sekretaris Dewan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK)

Banda Aceh

 Dinas Syariat Islam Banda Aceh

 Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Banda Aceh

 Polisi Syariat Islam atau Wilayatul Hisbah Banda Aceh

 LSM Aceh Civil Society Task Force (ACSTF) Banda Aceh

 Harian Serambi Indonesia Banda Aceh

 Semua informan yang bersangkutan terhadap pencarian data

penelitian.

b) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber kedua atau

data yang dapat diperoleh melalui buku, jurnal, karya ilmiah, internet,

ataupun literatur lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

27

(21)

1.7.5 Tenik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu dengan melakukan

analisis atas masalah yang ada sehingga selanjutnya akan diperoleh gambaran

yang jelas mengenai objek yang akan diteliti dan kemudian akan dilakukan

penarikan kesimpulan pada fenomena yang sedang diamati dengan metode ilmiah.

Prinsip utama yang perlu di tekankan dalam penelitian ini adalah untuk

menemukan teori dan fakta yang sesuai.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini yang dimaksudkan agar

dapat dipeoleh suatu gambaran yang jelas dan juga terperinci, maka penelitian ini

terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka

teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : SEJARAH ACEH DAN PERUBAHAN POLITIK PASCA

MoU HELSINKI

Dalam bab ini akan mendeskripsikan mengenai sejarah Aceh dan

juga perubahan-perubahan politik yang terjadi pasca MoU

(22)

BAB III : POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM : STUDI TERHADAP

KOTA MADANI DI BANDA ACEH

Dalam bab ini nantinya akan berisi mengenai penyajian data dan

fakta yang diperoleh baik melalui wawancara maupun buku, jurnal,

karya ilmiah, internet, dan sebagainya. Tahanpan selanjutnya, akan

diuraikan lebih dalam mengenai politik pembangunan Islam : studi

terhadap Kota Madani di Banda Aceh yang terdiri dari empat

kategori pembahasan. Pertama akan dipaparkan mengenai

pembentukan kota madani zaman Rasulullah, Kedua akan

dilanjutkan dengan pembahasan mengenai konsep model kota

madani Banda Aceh, Ketiga akan dijelaskan mengenai program

pembangunan kota madani Banda Aceh, dan Keempat akan

dipaparkan mengenai tantangan pembentukan kota madani Banda

Aceh.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan

saran yang diperoleh dari hasil penyajian data pada bab-bab

sebelumnya pada keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Di samping lahirnya partai politik lokal yang disambut dengan respon yang positif oleh masyarakat Kota banda aceh, terdapat ulama yang terlibat ke dalam dunia politik. Ulama

Demikian juga dalam era transisi dari otoriterisme menuju demokrasi liberal, para aktor pemegang kuasa politik terutama yang duduk di partai politik dan aktor pemegang kuasa

Dari keempat fungsi partai politik tersebut yang paling signifikan terhadap keberlangungan sebuah partai politik adalah rekruitmen politik karena pada fungsi ini partai

Selain itu untuk mengetahui bagaimana pola-pola pemenangan yang dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif pada pemilu legislatif 9 April 2014 lalu, dimana kekerasan

Implikasi dari peran politik perempuan Partai Nasdem Kota Makassar bagi penguatan posisi poitik perempuan dimana Partai Nasdem Kota Makassar perempuan diberikan hak yang

Selain itu juga banyak lagi buku-buku yang berkaitan tentang partai politik Masyumi yang kesemuanya itu membahas tentang politik Islam Indonesia dan Masyumi, namun dari

Lingkaran sejarah pembentukan MUNA yang tidak terlepas dai persoalan politik dan untuk legalitas partai politik yaitu Partai Aceh jadi jelas menunjukkan bahwa organisasi MUNA

Berdasarkan uraian di atas, dalam hal ini penulis ingin melihat bagaimana etika yang dipakai oleh partai politik dalam mengkampanyekan setiap kandidatnya