• Tidak ada hasil yang ditemukan

Word of Mouth Communication terhadap Tindakan Pengguna Jasa di Mari Photo Studio Kabanjahe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Word of Mouth Communication terhadap Tindakan Pengguna Jasa di Mari Photo Studio Kabanjahe"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Kerangka Teori

Nawawi menjelaskan bahwa kerangka teori mengandung pokok-pokok

pikiran yang akan menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disorot. Untuk

itulah perlu disusun kerangka teori yang akan menjadi landasan kerangka berpikir

bagi penulis dalam menganalisis penelitiannya (Nawawi, 2001:39).

Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun

sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam

memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian (Singarimbun

1995:37)

Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi

pemasaran, pemasaran jasa. teori SOR, word of mouth dan teori AIDDA

II.1.1 Komunikasi Pemasaran

Dalam setiap kegiatan pemasaran selalu mengandung unsur

komunikasi. Komunikasi akan menciptakan suatu interaksi antara perusahaan

(2)

menerima pesan yang terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Menurut Kotler, komunikasi pemasaran (marketing communication)

adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan

mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk

dan merek yang dijual (Kotler, 2009: 172). Definisi ini menyatakan bahwa

komunikasi pemasaran merupakan pertukaran informasi dua arah antara

pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Pihak-pihak-pihak yang

terlibat akan mendengarkan, beraksi dan berbicara sehingga tercipta hubungan

pertukaran yang memuaskan. Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam

keseluruhan misi pemasaran. Dalam dekade terakhir ini, komponen komunikasi

pemasaran dalam bauran pemasaran menjadi semakin penting. Bahkan telah

diklaim bahwa pemasaran diera 1990-an adalah komunikasi adalah pemasaran

keduanya tak terpisahkan.

Tujuan komunikasi pemasaran menurut Terenca A Shimp dalam Philip dan

Kotler (2001:75):

1. Membangkitkan keinginan akan suatu produk.

Agar konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu produk, pemasar

terlebih dahulu harus menciptakan suatu kategori produk yang baru.

2. Menciptakan kesadaran akan merek (brand awareness)

Pemasar harus bisa membuat produk dan merekalah yang diingat oleh

(3)

3. Mendorong sikap positif terhadap produk yang mempengaruhi niat

(intention)

Pemasar haus bisa membuat calon konsumen pemasar memiliki sikap

yang positif terhadap produk serta mendoorng niat untuk mmebeli.

4. Memfasilitasi pembelian

Pemasar hasrus berusaha menciptakan rangkaian kegiatan pemasaran yang

menarik dan efektif, mencitakan display yang menarik di toko atau

supermarket, serta menciptakan kegiatan distribusi yang baik.

Komunikasi pemasaran hanya berfokus pada usaha untuk mengawasi

masalah kekhawatiran sesaat, citra, atau preferensi di dalam pasar target.

Pendekatan komunikasi seperti ini memiliki keterbatasan: terlalu bersifat jangka

pendek dan terlalu mahal, dan sebagian pesan yang disampaikan dengan cara

seperti ini tidak akan didengar

Proses komunikasi pemasaran harus dimulai dengan memeriksa semua

potensi yang dapat membuat pelanggan target berinteraksi dengan produk atau

perusahaan. Untuk berkomunikasi berjalan, komunikasi melibatkan sembilan

elemen yang diperlihatkan. Dua dari elemen ini adalah pemain utama dalam

komunikasi–pengirim dan penerima. Dua lainnya merupakan alat komunikasi

utama–pesan dan media. Empat elemen yang lain adalah fungsi utama

komuniksi-penyandian, pengertian, respon, dan umpan balik. Elemen terakhir adalah

(4)

Masalah terbesar dalam komunikasi pemasaran yakni fakta bahwa hanya

sumber pesan yang paling rendah kredibilitasnya (yakni planned messages) yang

biasanya direncanakan sebagai bagian dari program tersebut, namun dalam

banyak kasus, justru sumber pesan terpercaya (service messages dan unplanned

messages) terabaikan. Oleh karena itu, tantangan bagi setiap perusahaan yakni

mengelola semua pesan mengenai perusahaan dan produknya serta semua media

komunikasi secara terintegrasi.

Bauran komunikasi pemasaran (Prisgunanto, 2006: 27) terdiri dari: Sales

force (personal selling), periklanan. promosi penjualan, penjualan langsung (data base marketing). public relations, sponsorship, eksibisi, corporate Identity, packaging (pengemasan), point of sale, merchandising, word of mouth

(komunikasi dari mulut ke mulut), internet dan media baru.

1. Sales force (personal selling)

Personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual

dan calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap

produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya

(Tjiptono. 1995: 202)

2. Periklanan

Perikalanan merupakan segala bentuk pesan tentang satu produk yang

disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh

(5)

3. Promosi penjualan

Promosi penjualan merupakan serangkaian teknik yang digunakan untu

mencapai sasaran-sasaran penjualan dan pemasaran dengan penggunaan

biaya yang efektif, dengan memberikan nilai tambah pada produk atau jasa

baik kepada para perantara maupun pemakai langsung, tidak dibatasi dalam

jangka waktu tertentu (Insitute of Sales Promotion dalam Cummins

1991:111)

4. Penjualan langsung (data base marketing)

Penjualan langsung merupakan sistem pemasaran yang bersifat interaktif,

yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan

respon yang terukur atau transaksi di sembarang lokasi (Tjiptono, 1995:

204)

5. Public relations

Public relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu

organisasi untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinanm dan sikao

berbagai kelompok terhadap organisasi tesebut (Tjiptono, 1995: 211)

6. Sponsorship

Sponsorship merupakan pemberian dukungan keuangan atau bentuk-bentuk

dukungan lainnya kepada pihak penerima agar keuangan si penerima tetap

lancar atau menjadi lebih kokoh

7. Eksibisi

Eksibisi merupakan satu-satunya media periklanan yang menyentuh semua

panca indera. Media ini sifatnya akrab dan mudah diterima oleh semua

(6)

8. Corporate Identity

Corporate Identity merupakan suatu cara atau suatu hal yang

memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari

perusahaan-perusahaan lainnya (Jefkins, 1996: 296)

9. Packaging (pengemasan)

Packaging berguna untuk menggambarkan perhatian pada sebuah merek,

memisahkan merek dari kumpulan produk yang kompetitif pada poin

pembelian, menyesuaikan harga atau nilai bagi kinsmen, mengartikan

berbagai fitur dan keuntungan merek dan akhirnya dan yang terakhir adalah

memotivasi pilihan merek konsumen (Shimp, 2000: 37)

10. Point of sale, merchandising

Point of sale, merchandising merupakan display yang mendukung

penjualan, denan tujuan memberi informasi, mengingatkan, membujuk

konsumen untuk membeli secara langsung dan menjajakan produk

(Tjiptono, 1995: 234)

11. Word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut)

Word of mouth merupakan usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk

membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan, dan menjual produk

atau merek kita kepada pelanggan lain (Word of Mouth Marketing

Association)

12. Internet dan media baru

Internet dirujuk sebagai ruang maya atau informasi super cepat,

(7)

II.1.2 Pemasaran Jasa

Pemasaran jasa menekankan pada overlap dari service operation system

dan service delivery system yaitu di mana, kapan, dan bagaimana suatu

perusahaan membuat dan menyampaikan jasa kepada pelanggan (konsumen).

Menurut Djaslim Saladin (2004:134) pengertian jasa adalah setiap kegiatan atau

manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya

tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses

produksinya mungkin dan mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk

fisik.

Menurut Miller dan Layton (2000) Pemasaran jasa adalah merupakan

system total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan yang

mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan

organisasional

Dalam pemasaran jasa dengan hanya mengandalkan 4P (product, price,

promotion, place), perusahaan tidak dapat memahami hubungan timbal balik

antara aspek-aspek kunci dalam bisnis jasa. People, process dan physical

evidence ditambahkan dalam bauran pemasaran jasa dikarenakan sifat dan

karakteristik unik yang dimiliki oleh jasa itu sendiri.

Konsep bauran pemasaran tradisional (traditional marketing mix) terdiri

dari 4P yaitu product (produk), price (harga), promotion (promosi), place (tempat

atau lokasi). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang

(8)

non-traditional marketing mix, yaitu people (orang) , process (proses) dan physical evidence (bukti fisik), sehingga menjadi tujuh unsur (7P). Masing-masing dari

tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan mempunyai suatu

bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran

jasa merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan,

diorganisasi dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai

tujuan pemasaran yang efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen. Penambahan unsur bauran pemasaran jasa dilakukan karena jasa

memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk, yaitu tidak berwujud

(intangibility), tidak dapat dipisahkan (inspirability), berubah-ubah (variability),

mudah lenyap (perishability). Seperti dikemukakan oleh Zeithaml dan Bitner yang

dikutif oleh Ratih Hurriyati (2005:49) bauran pemasaran jasa terdiri dari 7P yaitu

product, price, promotion, place, people, process dan physical evidence.

Unsur-unsur pemasaran itu terdiri dari:

1. Product (Produk)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat di tawarkan meliputi barang

fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.

2. Price (Harga)

Yaitu jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk

(9)

3. Promotion (Promosi)

Aktivitas yang mengkomunikasikan produk dan membujuk pelanggan

sasaran untuk membelinya.

4. Place (Tempat Atau Lokasi)

Termasuk aktivitas perusahaan untuk menyalurkan produk atau jasa

yang tersedia bagi konsumen.

5. People (Orang)

Adalah semua pelaku yang memainkan sebagai penyajian jasa dan

karenanya mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk dalam

elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen lain dalam

lingkungan jasa.

6. Process (Proses)

Meliputi prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme, kegiatan

dan rutinitas dimana suatu produk atau jasa disampaikan kepada

pelanggan

7. Physical Evidence (Bukti Fisik)

Merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan, perusahaan jasa

dan konsumennya berinteraksi dan setiap komponen yang berwujud

(10)

Pemasaran jasa memiliki karakteristik berbeda dengan pemasaran produk.

Hal-hal terkait pemasaran jasa akan dijelaskan dalam penjelasan-penjelasan di

bawah ini:

1. Resiko yang dirasakan calon pelanggan.

Dalam transaksi layanan jasa, calon pelanggan akan membayar dahulu

baru kemudian menerima jasa yang diberikan. Pelanggan tidak bisa

menerima jasa dahulu kemudian membayar. Atau paling tidak calon

pelangga harus membayar uang muka. Dalam memasarkan jasa, kita harus

dapat meyakinkan calon pelanggan bahwa kita dapat memberikan layanan

yang baik, baik dalam proses pengerjaan maupun layanan jual.

2. Kontak tingkat tinggi atau kontak tingkat rendah

Kontak tingkat tinggi berarti kita akan memberikan layanan yang lebih

personal. Kontak tingkat rendah, berarti kita meminimalkan kontak dengan

pelanggan kita. Kontak tingkat rendah dapat dicapai dengan memberikan

dokumentasi sebaik mungkin dan sistem trouble shooting yang makin

sistematis.

3. Kapasitas produksi dan kebutuhan produksi

Kebanyakan layanan jasa menggunakan sumber daya manusia. Berbeda

dengan produk barang yang relatif lebih mudah didapatkan, mencari

sumber daya manusia yang berkompeten memerlukan lebih banyak

perjuangan. Dan karena kemampuan produks tidak selalu match dengan

permintaan pasar, maka prusahaan harus benar-benar menguasai project

(11)

4. Pengembangan sumber daya manusia yang terus menerus

Karena banyak melibatkan unsur manusia, maka perusahaan harus terus

memikirkan pengembangan sumber daya manusianya. Pengembangan ini

meliputi kemampuan, lingkungan dan juga kesejahteraan

5. Interpersonal skill yang baik

Karena layanan jasa banyak berhubungan dengan manusia, maka bagian

frontend perusahaan harus mempunyai interpersonal skill yang baik.

Bagian seperti sales dan customer service harus belajar bagaimana

berkomunikasi dan berhubungan dengan pelanggan dengan cara yang

menyenangkan bagi pelanggan

II.1.3 Teori SOR

Teori SOR (Stimulus-Organism-Response) merupakan reaksi yang bersifat

khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan

memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendi, 2003:

254). Menurut McQuail dan Windahl (1984, dalam Vera, 2008: 91), prinsip dasar

dari teori ini adalah efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus

(rangsangan) tertentu, sehingga orang dapat menduga atau memperkirakan adanya

hubungan erat antara isi pernyataan dengan reaksi audiens.

Teori ini dilandasi tanggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku

tertentu. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan hanya dapat

berubah apanila stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari apa yang

(12)

1. Stimulus, yakni rangsangan atau dorongan berupa pesan

2. Organism, yakni manusia atau seorang penerima (receiver)

3. Respons, yakni reaksi, efek, pengaruh, atau tanggapan

Hovlan, Janis, dan Kelly (Effendy, 2003:254), menyatakan bahwa menelaah

sikap yang baru terdapat 3 variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan

penerimaan. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan mendapat 2

kemungkinan, yakni diterima atau ditolak. Komunikasi sendiri akan terus

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Setelah terjadi perhatian, maka

akan timbul pengertian. Setelah komunikan mengolah informasi dan

menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Apabila penelitian ini dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti,

maka dapat dikemukakan hubungan sebagai berikut:

a. Stimulus (pesan) dalam penelitian ini adalah word of mouth communication

b. Organism (komunikan) dalam penelitian ini adalah pengguna jasa foto di

Mari Photo Studio Kabanjahe yang berdomisili di Kecamatan Kabanjahe

dan menggunakan jasa foto di Mari Foto Kabanjahe yang disebabkan oleh

word of mouth communication

c. Response (efek) dalam penelitian ini adalah berupa tindakan pengguna jasa

di Mari Photo Kabanjahe disebabkan word of mouth communication

II.1.4 Word of Mouth

Menurut Lupiyoadi (2006:238), word of mouth adalah suatu bentuk promosi

yang berupa rekomendasi dari mulut ke mulut tentang kebaikan dalam suatu

produk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa word of mouth merupakan

(13)

menceritakan pengalamanya tentang produk atau jasa tersebut kepada orang lain

sehingga secara tidak langsung konsumen ter sebut telah melakukan promosi yang

dapat menarik minat konsumen lain yang medengarkan pembicaraan tersebut.

Menurut Word of Marketing Association (WOMMA), terdapat dua

kategori word of mouth, yaitu :

1. Organic word of mouth

Terjadi ketika seorang konsumen merasa sangat puas dengan kinerja dari

produk ataupun layanan sehingga berkeinginan untuk berbagi pengalaman

dan informasi kepada teman-temannya.

2. Amplified word of mouth

Terjadi ketika pemasar merencanakan dan merancang suatu kampanye

pemasaran yang ditujukan untuk mempercepat word of mouth baik pada

komunitas yang telah ada maupun yang baru.

Menurut Budi Wiyono, (2009:1) Word Of Mouth terjadi karena :

a. Membicarakan

Seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau

aktivitas tertentu dan bermaksud membicarakan mengenai hal itu dengan

orang lain, sehingga terjadi proses komunikasi word of mouth.

b. Mempromosikan

Seseorang mungkin menceritakan produk yang pernah di konsumsinya

tanpa sadar ia mempromosikan produk kepada orang lain (teman atau

(14)

c. Merekomendasikan

Seseorang mungkin akan merekomendasikan suatu produk yang pernah di

belinya kepada orang lain (teman atau keluarganya).

d. Menjual

Menjual tidak berarti harus mengubah konsumen menjadi salesman

layaknya agen MLM tetapi konsumen kita berhasil mengubah (transform)

konsumen lain yang tidak percaya, memiliki persepsi negatif dan tidak

mau mencoba merek kita menjadi percaya, persepsi positif dan akhirnya

mencoba.

Word of mouth berasal dari suatu bentuk yang timbul secara alamiah dan

tidak didesain oleh perusahaan juga pemasar. Jadi Word of mouth tersebut timbul

karena keunggulan produk atau jasa. Menurut Silverman (2001:26) word of mouth

begitu kuat karena hal-hal sebagai berikut:

1. Kepercayaan yang bersifat mandiri

Pengambilan keputusan akan mendapatkan keseluruhan, kebenaran yang

tidak diubah dari pihak ketiga yang mandiri

2. Penyampaian pengalaman

Penyampaian pengalaman adalah alasan kedua mengapa word of mouth

begitu kuat. Ketika seseorang ingin membeli produk, maka orang tersebut

akan mencapai suatu titik dimana ia ingin mencoba produk tersebut.

Secara idealnya, dia ingin mendapat resiko yang rendah, pengalaman nyata

(15)

Menurut Rosen (2004:16) ada tiga alasan yang membuat word of mouth

menjadi begitu penting:

1. Kebisingan (noise)

Para calon konsumen hampir tidak dapat mendengar banyaknya

kebisingan yang dilihatnya di berbagai media setiap hari. Mereka bingung

sehingga untuk melindungi diri, mereka menyaring sebagiah pesan yang

berjejalan dari media massa. Sebenarnya mereka cenderung lebih

mendengarkan apa yang dikatakan orang atau kelompok yang menjadi

rujukan seperti teman-teman atau keluarga.

2. Keraguan (skepticism)

Para calon konsumen umumnya bersikap skeptis ataupun meragukan

kebenaran informasi yang diterimanya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya

kekecawaan yang dialami konsumen saat harapannya ternyata tidak sesuai

dengan kenyataan di saat mengkonsumsi produk. Dalam kondisi ini

konsumen akan berpaling ke teman ataupun orang yang bisa dipercaya

untuk mendapatkan produk yang mampu memuaskan kebutuhannya.

3. Keterhubungan (connectivity)

Kenyataan bahwa para konsumen selalu berinteraksi dan berkomunikasi

satu dengan yang lain, mereka saling berkomentar mengenai produk yang

dibeli ataupun bahkan bergosip mengenai persoalan lain. Dalam interaksi

inisering terjadi dialog tentang produk seperti pengalaman mereka

(16)

Word of mouth memiliki kelebihan dan kekurangan (Sutisna, 2001:156).

Adapun kelebihan word of mouth adalah sebagai berikut:

a. Word of mouth adalah bentuk komunikasi yang sangat efisien.

Kegiatan ini dapat berlangsung setiap saat tanpa ada batasnya sehingga

memungkinkan konsumen mengurangi waktu penelusuran dan

evaluasi merek.

b. Word of mouth merupakan sarana promosi yang sangat murah bagi

pemasar, hal ini berarti word of mouth memungkinkan pemasar untuk

tidak mengeluarkan dana yang besar untuk melakukan promosi tetapi

cukup memanfaatkan konsumen yang dimiliki.

Sedangkan kekurangan word of mouth adalah sebagai berikut:

a. Jika word of mouth yang disebarluaskan adaah negatif maka konsumen

cenderung akan mengatakan ke lebih banyak orang tentang

pengalaman negatifnya daripada ketika mendapatkan pengalaman yang

positif.

b. Dalam proses word of mouth berita yang disampaikan kemungkinan

mendapat gangguan sehingga berkembang ke arah yang salah bahkan

jauh dari yang sebenarnya.

c. Jika konsumen telah menerima pesan yang megatif maka akan sangat

sulit bagi perusahaan untuk mengubah persepsi mereka. Hal ini

dikarenakan konsumen lebih percaya kepada orang-orang terdekatnya

(17)

Menurut Rosen (2002:39), mengatakan bahwa enam unsur yang harus

dimiliki suatu produk untuk bisa menghasilkan word of mouth secara positif dan

terus menerus adalah:

1. Produk tersebut harus dapat membangkitkan tanggapan emosional

2. Produk atau merek tersebut harus memberikan efek sesuai dengan delight dan

excitement.

3. Produk tersebut harus mempunyai sesuatu yang dapat mengiklankan dirinya

sendiri atau memberikan inspirasi seseorang untuk menanyakan hal tersebut

4. Suatu produk lebih powerfull bila penggunanya banyak

5. Produk tersebut harus kompatibel dengan produk lainnya, khususnya dapat

diaplikasikan di produk yang mengandalkan teknologi

6. Pengalaman konsumen menggunakan produk pertama kali.

Menurut Sutisna (2002:185) ada beberapa faktor yang dapat dijadikan

dasar motivasi bagi konsumen untuk membicarakan sebuah produk yaitu sebagai

berikut:

1. Seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau aktivitas

tertentu dan bermaksud membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain

sehingga terjadi proses word of mouth

2. Seseorang mungkin banyak mengetahui mengenai produk dan menggunakan

percakapan sebagai cara untuk menginformasikan kepada yang lain. Dalam

hal ini word of mouth dapat menjadi alat untuk menanamkan kesan kepada

(18)

3. Seseorang mungkin mengawali suatu diskusi dengan membicarakan sesuatu

yang keluar dari perhatian utama diskusi. Dalam hal itu mungkin saja karena

ada dorongan atau keinginan bahwa orang lain tidak boleh salah dalam

memilih barang dan jangan menghabiskan waktu untuk mencari informasi

mengenai suatu merek produk

4. Word of mouth merupakan suatu cara untuk mengurangi ketidakpastian,

karena dengan bertanya kepada teman, tetangga, atau keluarga, informasinya

lebih dapat dipercaya, sehingga akan mengurangi penelusuran dan evaluasi

merek.

Sernovitz (2009:31) menyebutkan bahwa ada 5 elemen – elemen (Five Ts)

yang dibutuhkan untuk word of mouth agar dapat menyebar yaitu:

1. Talkers yaitu yang pertama dalam elemen ini adalah kita harus tahu siapa

pembicara dalam hal ini pembicara adalah konsumen kita yang telah

mengkonsumsi produk atau jasa yang telah kita berikan, terkadang orang lain

cenderung dalam memilih atau memutuskan suatu produk tergantung kepada

konsumen yang telah berpengalaman menggunakan produk atau jasa tersebut

atau biasa disebut dengan referral pihak yang merekomendasikan suatu produk

atau jasa.

2. Topics yaitu adanya suatu word of mouth karena tercipta suatu pesan atau

perihal yang membuat mereka berbicara mengenai produk atau jasa, seperti

halnya pelayanan yang diberikan, karena produk kita mempunyai keunggulan

(19)

3. Tools yaitu setelah kita mengetahui pesan atau perihal yang membuat mereka

berbicara mengenai produk atau jasa tersebut dibutuhkan suatu alat untuk

membantu agar pesan tersebut dapat berjalan, seperti website gameyang

diciptakan untuk orang-orang bermain, contoh produk gratis, postcards,

brosur, spanduk, melalui iklan diradio apa saja alat yang bisa membuat orang

mudah membicarakan atau menularkan produk anda kepada temannya.

4. Taking Part atau partisipasi perusahaan yaitu suatu partisipasi perusahaan

seperti halnya dalam menanggapi respon pertanyaan-pertanyaan mengenai

produk atau jasa tersebut dari para calon konsumen dengan menjelaskan

secara lebih jelas dan terperinci mengenai produk atau jasa tersebut,

melakukan follow up ke calon konsumen sehingga mereka melakukan suatu

proses pengambilan keputusan.

5. Tracking atau pengawasan akan hasil WOM marketing perusahaan setelah

suatu alat tersebut berguna dalam proses word of mouth dan perusahaan pun

cepat tanggap dalam merespon calon konsumen, perlu pula pengawasan akan

word of mouth yang telah ada tersebut yaitu dengan melihat hasil seperti

dalam kotak saran sehingga terdapat informasi banyaknya word of mouth

positif atau word of mouth negatif dari para konsumen.

Word of mouth communication sangat berkaitan erat dengan pengalaman

penggunaan suatu merek produk. Komunikasi dari mulut ke mulut akan sangat

berbahaya bagi perusahaan yang mempunyai citra negatif, sebaliknya akan sangat

menguntungkan jika dalam komunikasi dari mulut ke mulut itu adalah mengenai

(20)

II.1.5 Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Prosedur atau from attention to action

procedure, yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendy (2003:

305) AIDDA merupakan akronim dari kata-kata sebagai berikut:

1. Attention: dalam tahap ini konsumen mempunyai perhatian atau minat

terhadap suatu produk.

2. Interest: kemudian konsumen merasakan tertarik dan berusaha untuk

memahami apakah produk tersebut berguna atau tidak baginya.

3. Desire: tahap selanjutnya konsumen tersebut menunjukkan perasaan suka

atau tidak suka.

4. Decision: langkah yang diambil seseorang dalam menetapkan suatu hal

yang diinginkannya.

5. Action : merupakan tahapan terakhir yang mencerminkan tindakan yang

diambil konsumen, membeli atau tidak.

Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak. Teori ini

mengajukan bahwa para konsumen memberi respon kepada pesan pemasaran

dalam urutan kognitif (berpikir), affektif (perasaan), dan konatif (melakukan).

Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak melakukan action, maka

pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal suksesnya

komunikasi. Apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan, maka disusul

dengan upaya menumbuhkan minat (interst), yang merupakan derajat yang lebih

tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik

tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang

(21)

belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan

(decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana yang

diharapkan komunikator (Effendy, 2003:305).

Teori AIDDA (Djatnika 2007:149) yang mendalilkan bahwa pengambilan

keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen

atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention)

terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke

tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan

produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke

tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai

dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik

karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen

akan mengambil keputusannya (Decision), setelah konsumen atau pembeli

mengambil keputusan yang telah dipikirkannya, maka konsumen atau pembeli

tersebut akan mengambil tindakan untuk membeli (Action)

Menurut Gazali (Slameto, 2010:56), perhatian adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau

sekumpulan objek. Dengan begitu apabila perhatian telah terbangkitkan,

hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat. Minat merupakan

kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk

melakukan suatu kegiatan, lalu dilanjutkan dengan timbulnya keputusan, yakni

(22)

Apabila ditinjau dari segi psikologisnya, maka komponen perubahan yang

terjadi pada teori AIDDA juga bisa ditinjau dari komponen perubahan sikap yang

terjadi pada diri manusia akibat terpaan pesan (Rakhmat, 2004:14):

1. Cognitive : Pesan yang disampaikan dan ditujukan pada pikiran

komunikan. Hal ini dilakukan agar komunikan tahu dan paham atas pesan

yang disampaikan. Hal ini sama dengan attention pada teori AIDDA.

2. Afektif : Pada tahap ini tidak hanya agar komunikan tergerak hatinya agar

segera timbuk perasaan tertentu seperti minat yang timbul yang muncul

akibat adanya perhatian.

3. Behavior : Dampak yang timbul adalah berupa tindakan atau kegiatan.

Hal ini dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan.

II.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan Ika Lestari Pujiana (2012) mengenai :

“Pengaruh word of mouth communications terhadap proses pengambilan

keputusan pembelian (Survei pada pelanggan klinik kecantikan Auraku Skin

Solution Ruko Perumahan Taman Mutiara M - 8 Cimahi)”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh word of mouth

communications terhadap proses pengambilan keputusan pembelian pelanggan di

klinik kecantikan Auraku Skin Solution. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

word of mouth communications memiliki berpengaruh positif dan signifikan

terhadap proses pengambilan keputusan pembelian pelanggan. Persamaan adalah

Y=15.411+0,988X. Variabel X mengacu pada word of mouth communications dan

(23)

Selanjutnya Rico Silitonga (2010) melakukan penelitian tentang “Promosi

pemasaran dan tindakan membeli (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Promosi

Pemasaran ’’Susu Dancow Instant Enriched’’ Terhadap Tindakan Membeli

Masyarakat Jl. Bunga Cempaka, Kelurahan Sempa Kata, Kecamatan Medan

Selayang Kota Medan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

hubungan promosi pemasaran terhadap tindakan membeli Masyarakat Jl. Bunga

Cempaka, Kelurahan Sempa Kata, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk

menemukan adatidaknya hubungan diantara variabel-variabel dan melihat

sejauhmana variasi-variasi antara satu variabel pada suatu faktor yang berkaitan

dengan variabel faktor lain, yang berdasarkan pada koefisien korelasi, dalam hal

ini menemukan ada tidaknya hubungan antara Promosi Pemasaran ’’Susu Dancow

Instant Enriched’’ Terhadap Tindakan Membeli Masyarakat Jl. Bunga Cempaka,

Kelurahan Sempa Kata, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan promosi pemasaran terhadap

tindakan membeli Masyarakat Jl. Bunga Cempaka, Kelurahan Sempa Kata,

Kecamatan Medan Selayang Kota Medan. Berdasarkan hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa : “terdapat hubungan yang rendah tapi pasti antara pengaruh

Promosi Pemasaran ’’Susu Dancow Instant Enriched’’ Terhadap Tindakan

Membeli Masyarakat Jl. Bunga Cempaka, Kelurahan Sempa Kata, Kecamatan

(24)

II.3 Kerangka Konsep

Menurut Nawawi, kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional

yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai

yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa dalam penelitian (Nawawi,

2001:40) Kerangka konsep merupakan kerangka yang berfikir yang bersifat

teoritis serta tersusun secara sistematis mengenai masalah yang teliti (Adi,

2004:29).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau

pendahulu dari variabel variabel lain (Rakhmat, 2001:12). Yang

termasuk variabel bebas dalam penelitian ini adalah word of mouth

communication.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga atau dipengaruhi oleh

variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001:12). Yang termasuk

(25)

II.4 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagi berikut

Gambar II.1: Kerangka Konsep II.5 Operasional Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena

memiliki nilai atau kategori (Silalahi, 2009:114). Berdasarkan kerangka teori dan

kerangka konsep sebelumnya, maka operasional variabel yang berfungsi untuk

kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

Variabel (Y)

Tindakan pengguna jasa Variabel Bebas (X)

Word of mouth communication

(26)

Tabel II.1 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel bebas (X)

Word of mouth communication

1.Membicarakan

2.Meyakinkan

3.Merekomendasikan

4.Mendorong

Variabel terikat (Y)

Tindakan pengguna jasa

1.Perhatian

2.Minat

3.Hasrat

4.Keputusan

5.Tindakan

Karakteristik responden 1.Jenis kelamin

2.Usia

3.Suku

4.Pekerjaan

(27)

II.6 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1995:46). Definisi

operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara – cara untuk

mengukur variabel – variabel. Defenisi variabel operasional dalam penelitian ini

adalah:

A. Variabel bebas (X), yang terdiri dari :

1. Membicarakan: Kemauan konsumen dalam membicarakan hal-hal

positif tentang kualitas perusahaan kepada orang lain

2. Meyakinkan: Kemauan konsumen untuk memberitahukan hal-hal yang

positif tentang kualitas jasa suatu perusahaan kepada orang lain

3. Merekomendasikan: Kemauan konsumen untuk memberikan

rekomendasi tentang kualitas jasa perusahaan kepada orang lain

4. Mendorong: Kemauan konsumen untuk melakukan dorongan kepada

orang lain untuk melakukan tindakan penggunaan jasa suatu

perusahaan

B. Variabel terikat (Y), yang terdiri dari:

1. Perhatian (Attention) : Keinginan seseorang untuk melihat dan mencari

sesuatu. Menimbulkan perhatian bagi konsumen berarti sebuah pesan

harus dapat menimbulkan perhatian yang positif.

2. Minat (Interest) : Pesan yang disampaikan menimbulkan perasaan

ingin tahu, ingin mengamati, dan ingin mendengar serta melihat lebih

seksama. Hal tersebut terjadi karena adanya minat yang menarik

(28)

3. Hasrat (Desire) : Kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang

menarik perhatian. Pemikiran terjadi dari adanya hasrat. Hal ini

berkaitan dengan motif dan motivasi konsumen dalam membeli suatu

produk.

4. Keputusan (Decision) : Tahap dimana konsumen membuat keputusan

untuk membeli suatu produk.

5. Tindakan (Action) : Suatu kegiatan terjadi dengan adanya keinginan

kuat konsumen sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam

melakukan pembeli produk yang ditawarkan.

C. Karakteristik responden, terdiri dari:

1. Jenis kelamin : Jenis kelamin dari responden (laki-laki atau

perempuan)

2. Usia : Umur responden saat mengisi kuisioner

3. Suku : Suku penduduk dari responden yang mengisi kuisioner

4. Pekerjaan : mata pencarian yang digeluti oleh responden yang akan

dijadikan sampel

5. Penghasilan : penghasilan yang diperoleh responden berdasarkan mata

(29)

II.7 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau indvidu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan

menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti (Singarimbun

1995 : 37). Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari

masing-masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep

dari penelitian, adalah sebagai berikut:

Konsep Word Of Mouth Communication

Menurut Kotler di terjemaahkan Benyamin Molan (2004:615) Word Of

Mouth Communication adalah komunikasi pribadi tentang sebuah produk antara

pembeli sasaran dan para tetangga, teman, anggota keluarga, serta rekanya.

Konsep Tindakan

Tindakan adalah suatu kegiatan terjadi dengan adanya keinginan kuat

konsumen sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam melakukan pembeli

produk yang ditawarkan.

Konsep Pengguna Jasa

Pengguna Jasa adalah orang atau kelompok yang melakukan setiap

tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak

lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak

(30)

II.8 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan sementara mengenai

hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Nawawi, hipotesis adalah suatu

pendapat atau teori yang masih kurang sempurna. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara word of mouth communication terhadap

tindakan pengguna jasa di Mari Photo Studio Kabanjahe

Ha :Terdapat hubungan antara word of mouth communication terhadap tindakan

Gambar

Gambar II.1: Kerangka Konsep
Tabel II.1 Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait